• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Gaji Tinggi bukanlah segalanya

cute_charity

IndoForum Junior D
No. Urut
21448
Sejak
3 Sep 2007
Pesan
1.819
Nilai reaksi
59
Poin
48
Mengapa perputaran karyawan tinggi walaupun remunerasinya di atas rata-rata? Uangkah pemicunya? Atau ada faktor lain yang menentukan kesetiaan mereka?

Akhir tahun lalu, Lesmana, seorang teman lama yang ahli dalam pengembangan bisnis telekomunikasi mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan multinasional untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia . Dia tertarik dan memutuskan untuk bergabung. Dia telah banyak mendengar tentang pimpinan perusahaan ini, yang sering diberitakan sebagai pemimpin visionaris dan legendaris.

Gaji Lesmana besar, perlengkapan kantornya mutakhir, teknologinya canggih, kebijakan SDM-nya pro-karyawan, kantornya megah di daerah segitiga emas, bahkan kantinnya menyajikan makanan yang lezat dan murah. Dua kali dia dikirim keluar negeri untuk pelatihan. “Proses pembelajaran saya adalah yang tercepat di sini,”kata Lesmana. “Sungguh menakjubkan bekerja dengan dukungan teknologi mutakhir seperti di perusahaan ini”.

Siapa nyana dua minggu lalu, belum genap tujuh bulan bekerja di perusahaan itu, dia mengundurkan diri. Lesmana belum mendapatkan tawaran pekerjaan lain, tapi dia tidak sanggup lagi bertahan di sana. Belakangan, sejumlah karyawan di divisi yang sama dengannya ikut resigned. Direktur utama perusahaan itu pun merasa tertekan karena perputaran (turnover) karyawan sangat tinggi. Cemas memikirkan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan untuk alokasi dana pelatihan karyawan. Ia juga bingung lantaran tidak tahu apa gerangan yang terjadi. Mengapa karyawan yang bertalenta bagus ini mengundurkan diri, padahal gajinya sudah cukup tinggi?

Lesmana resigned karena beberapa alasan. Alasan ini juga yang menyebabkan sebagian besar karyawan lain yang bertalenta tinggi akhirnya mengundurkan diri. Beberapa survey membuktikan bahwa jika anda kehilangan karyawan berbakat, periksalah atasan langsung mereka. Si atasan adalah alasan utama karyawan tetap bekerja dan berkembang dalam suatu perusahaan. Namun dia jugalah yang menjadi alasan utama mengapa para karyawan berhenti dari pekerjaannya, membawa pergi pengetahuan, pengalaman dan klien mereka. Bahkan tidak jarang selanjutnya secara terang-terangan berkompetisi dengan perusahaan bekas tempatnya bekerja.

“Karyawan meninggalkan manajernya bukan perusahaannya, “kata para ahli SDM. Begitu banyak uang yang telah dikeluarkan untuk tetap mempertahankan karyawan berbakat, baik dengan memberikan gaji lebih tinggi, bonus ekstra maupun pelatihan mahal. Namun pada akhirnya, perputaran karyawan kebanyakan disebabkan oleh manajer/pimpinannya , bukan oleh hal lain. Jika anda mengalami masalah turnover , maka pertama-tama periksalah kembali para manajer anda. Apakah mereka biang keladi yang membuat para karyawan tidak betah?. Pada tahap tertentu, karyawan tidak lagi melihat jumlah uang yang ia dapatkan, tapi lebih kepada bagaimana mereka diperlakukan dan seberapa besar perusahaan menghargai mereka.. Kedua hal ini umumnya tergantung dari sikap para pimpinan terhadap mereka. Dan sejauh ini, bekerja dengan atasan yang buruk sering dialami oleh para karyawan yang bekerja dengan baik. Survey majalah Fortune beberapa tahun lalu mengungkapkan bahwa 75% karyawan menderita karena berada di bawah atasan yang menyebalkan.

Dari seluruh penyebab stress ditempat kerja, seorang atasan yang jahat mungkin adalah hal yang terburuk,yang secara langsung akan mempengaruhi kinerja dan mental para karyawan. Simak saja kisah yang dikutip langsung dari”medan perang” ini. Mulya seorang insinyur, masih bergidik saat membayangkan hari-hari dimana ia dimaki-maki bos di depan staf lainnya. Atasannya itu sering menghina dengan kata-kata yang kasar. Waktu menghadapi hal menakutkan itu, Mulya praktis tak punya nyali untuk menjawab. Ia kembali ke rumah dengan perasaan tidak keruan dan mulai menjadi kasar seperti sang atasan. Bedanya kekesalan ini dilampiaskan ke istri dan anak-anaknya, kadang juga ke anjing peliharaannya. Lambat laun, bukan pekerjaan Mulya saja yang kacau balau, pernikahan dan keluarganya pun hancur berantakan.

Nasib Agus juga setali tiga uang. Menceritakan “penyiksaan” yang dilakukan oleh bosnya gara-gara ada perbedaan pendapat yang tidak terlalu penting antara keduanya. Atasan Agus benar-benar menunjukkan rasa tidak suka terhadapnya. Ia tidak lagi diikut-sertakan dalam pengambilan keputusan. “Bahkan dia tidak lagi memberikan saya dokumen maupun pekerjaan baru,” keluh Agus. “Sangat memalukan duduk di depan meja kosong tanpa tahu apapun dan tidak seorangpun yang membantu saya”. Lantaran tidak tahan lagi, lalu Agus mengundurkan diri.

Para ahli SDM mengatakan, dari segala bentuk kekerasan, tindakan memperlakukan karyawan ditempat umum adalah yang terburuk. Pada awalnya, si karyawan mungkin tidak langsung mengundurkan diri, akan tetapi pikiran itu sudah tertanam. Jika kejadian terulang lagi, pikiran tersebut akan semakin kuat. Dan akhirnya, pada kejadian yang ketiga, karyawan itu akan mulai mencari pekerjaan lain. Ketika seseorang tidak bisa membalas kemarahannya, ia akan melakukan pembalasan “pasif”. Biasanya dengan cara memperlambat pekerjaan, berleha-leha, hanya melakukan pekerjaan yang disuruh atau menyembunyikan informasi penting. “Jika anda bekerja untuk orang yang menyebalkan, pada dasarnya anda ingin orang itu mendapat kesulitan. Jiwa dan pikiran kita tidak menyatu lagi dengan pekerjaan kita,” papar Agus.

Para manajer bisa menekan bawahan melalui beragam cara. Misalnya dengan mengontrol bawahan secara berlebihan, curiga, menekan, terlalu kritis, bawel dan sebagainya. Namun para atasan tersebut tidak sadar bahwa karyawan bukan merupakan aset tetap, mereka adalah manusia bebas. Jika ini terus berlanjut, maka seorang karyawan akan mengundurkan diri, walau tampaknya cuma karena masalah sepele saja.

Bukan pukulan ke-100 yang menjatuhkan seseorang, tapi 99 pukulan yang diterima sebelumnya. Memang benar, karyawan meninggalkan pekerjaannya karena bermacam alasan untuk kesempatan yang lebih baik atau kondisi yang tidak memungkinkan lagi. Namun banyak yang semestinya tetap tinggal jika tidak ada satu orang (seperti atasan Lesmana) yang terus-menerus mengatakan,” Kamu tidak penting, saya bisa dapat lusinan orang yang lebih baik dari kamu!”.

Kendati tersedia segudang pekerjaan lain (terlebih dalam keadaan pengangguran tinggi sekarang ini), bayangkanlah sesaat, berapa biaya atas hilangnya seorang karyawan yang bertalenta tinggi.. Ada biaya yang harus dibayar untuk mencari pengganti, ada biaya pelatihan bagi pengganti karyawan tersebut. Belum lagi akibat yang ditimbulkan karena tidak ada orang yang mampu melakukan pekerjaan itu saat calon pengganti sedang dicari, kehilangan klien dan kontak yang dibawa pergi karyawan yang hengkang, penurunan moral karyawan lainnya, hilangnya rahasia penjualan dari karyawan tersebut yang seharusnya diinformasikan ke karyawan lainnya, dan yang terutama turunnya reputasi perusahaan. Lagi pula, setiap karyawan yang pergi, bagaimanapun juga akan menjadi”duta” untuk mewartakan hal yang baik maupun yang buruk dari perusahaan itu.

Kita semua tahu suatu perusahaan telekomunikasi besar yang orang-orang ingin sekali bergabung, atau suatu bank yang hanya sedikit orang ingin menjadi bagiannya. Mantan karyawan kedua perusahaan ini telah keluar untuk menceritakan kisah pekerjaannya. “Setiap perusahaan yang berusaha memenangkan persaingan harus memikirkan cara untuk mengikat jiwa setiap karyawannya, ” kata Jack Welch mantan orang nomor satu di General Electric. Umumnya nilai suatu perusahaan terletak “diantara telinga” para karyawannya. Karyawan juga manusia, punya mata, punya hati…

Moral of this story:

Barangkali, ketrampilan dan kecakapan teknislah yang membawa anda ke puncak kedudukan. Tak heran, karena pencapaian tujuan menuntut kemampuan tinggi. Namun, kepemimpinan bukan hanya soal kecakapan tehnis. Kepemimpinan juga adalah bagaimana anda memperlakukan orang-orang yang anda pimpin. Perlakuan adalah perhatian. Sedangkan memperhatikan tidak sekedar menawarkan angan-angan. Orang akan merasa sungguh-sungguh diperhatikan bila anda melakukan sesuatu yang nyata demi kesejahteraan mereka. Seorang jendral sejati akan menyelesaikan kebutuhan ransum, tempat berteduh dan kesehatan bagi pasukannya, sebelum ia memikirkan kebutuhan dirinya sendiri. Bila tiada lagi makanan yang tersisa, cukuplah baginya akar umbi-umbian. Bila tiada lagi tempat bernaung yang tersisa, tugasnyalah berteduh di ranting-ranting pepohonan. Seorang pemimpin sejati memperhatikan kesejahteraan pasukannya terlebih dahulu. Ini berarti menempatkan dirinya sebagai orang terakhir yang memperhatikan dirinya sendiri. Karena itulah seorang pemimpin disebut sebagai pemimpin; bukan pengikut.
 
Setuju sih karena gaji tinggi bukan segalnya yang penting tuh rasnyaman buat bekerja kalo gaji gede2 tiap libur ke puskesma or rumah sakit atau lebih parah ke psikiater buat apa coba mending gue kerja santai badan sehat pikiran plong yang penting makan cukup hidup tenang gaji cukup buat ditabung ya walaupun dikit hehehehehe
 
yup gaji besar tak selama bisa membuat nyaman, tapi paling tidak ...
 
ya kaya yang gue bilang kan sayang gaji dibuat terapi or berobat heheheheh
apalagi sayang kalo masuk RSJ
 
Gaji Kecil dimarain ma bini...

anak minum susu..anak sekolah,...ini itu...ini itu...
klo gaji ngak gde pusink jg di rumah...hahhaaa
 
Untung lom punya bini wa wkwkwk tapi setuju lah mending gaji standar tapi senang daripada gaji gede tiap pulang kerja yg ada stress mulu. Tapi yg paling mantap tuh gaji gede pulang kerja senang, ini nih yg lagi wa cari caranya.
 
klo gue mending lebih milih lingkungan yang kondusif ntar gaji ged emalah kena jantung /gg /gg /gg /gg
 
oleh sebab itu gaji besar itu jangan difoya foya
tapi jadikanlah modal supaya anda bisa mempunyai usaha sendiri
setahuku tidak ada tuh orang kaya yang ngikut orang alias kerja dengan orang lain
 
Kalo mau kaya sih sebenarnya
KUDU Nekad soalnya kalo ga pertaruhin hartanya (bukan judi ya) buat usaha ga bisa sukses 1 kali keluarin modal gede untung gede tapi kalo rugi bangkrut kalo keluarin modal kecil bisa 3 turunan baru sukses itu juga kalo ada yang mau lanjutin.
Alah yang penting mah hidup sederhana gaji 3-4juta juga dah cukup sebenarnya, cuma tiap orangkan gaya hidupnya beda-beda.
 
gaji tinggi tp klo g ajadi berkat ga baklan bisa ngasih kita hidup yang enak lho /no1

tp gaji cukup klo jadi berkat akan membuat hidup kit ajadi enak /no1
 
syukurilah apa yg telah ada, hidup jangan dilebih2xkan :)
gw sih dari dulu prinsipnya begitu..
 
Tapi mertua di sebelah maunya yang itu tuh..
 
itu mah mertua matre namanya /heh mending d jauhi aja mertua kayak gitu /heh
 
@Cute_Charity,
Yup anda benar..., Gaji bukanlah segalanya. Masih ada yang lebih penting dari gaji. Thanks for sharing
 
Kita terlahir untuk hidup, Kita hidup untuk bahagia, kita bahagia untuk
mulia. itulah tujuan kehidupan.

Kita telah lahir dan hidup, untuk melanjutkan hidup kita haru
s berusaha, berusaha dapat dilakukan dengan bekerja.

kita bekerja untuk mendapat penghasilan demi melanjutkan hidup dan
menuju kebahagiaan. Dalam bekerja, carilah sekedarnya saja secukup
untuk melanjutkan hidup, dan sisakan waktu untuk mencari bahagia,


Jangan mengejar hidup saja tetapi melupakan bahagia, jangan pula
mencari hidup dan bahagia saja tetapi melupakan mulia...

Semua harus dilakukan dengan sebaik mungkin.
Jangan mengejar hidup saja, karena hidup tidak selamanya.
jangan mengejar bahagia saja karena bahagia belum tentu mulia.
jangan pula mengejar mulia saja sehingga melupakan hidup dan bahagia.
tetapi lakukanlah semuanya secara beriring dan sebaik mungkin.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.