goesdun
IndoForum Junior A
- No. Urut
- 32661
- Sejak
- 7 Feb 2008
- Pesan
- 3.022
- Nilai reaksi
- 66
- Poin
- 48
Jakarta - Terpuruknya harga saham dan melemahnya rupiah merupakan dampak awal dari krisis ekonomi global. Dampak berikutnya adalah terpuruknya dunia usaha dan akan terjadi PHK massal. Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia Bambang Soesatyo, Selasa (25/11) kemarin, memperkirakan sekitar 200.000 pekerja akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jangka waktu enam bulan mendatang.
Menurut Bambang, saat ini dunia usaha nasional mulai memasuki masa sulit. Bahkan, pada bulan Desember 2008 akan banyak perusahaan yang mengumumkan laba minus. Salah satu kesulitan dunia usaha yang mulai memukul iklim usaha adalah menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS. Rupiah telah melebihi 12 ribu/dolar AS.
Pelemahan rupiah itu sudah mendekati pelemahan paling dalam ketika Indonesia dilanda krisis tahun 1998. Saat itu, rupiah sempat diperdagangkan pada level 16.800/dolar AS.
Mengenai PHK, Bambang mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah menghambat perusahaan untuk berproduksi. Di sisi lain pesanan barang dari negara lain juga menurun. Kontrak-kontrak pemesanan barang yang mulai habis pada Desember mendatang banyak yang tidak akan diperpanjang. Karena itu, kontrak perdagangan untuk tahun mendatang diperkirakan akan menurun sehingga produksi barang akan menurun pula.
Untuk mempertahankan produksi dengan mengandalkan pasar di dalam negeri tidak mungkin karena di dalam negeri ada penurunan daya beli masyarakat. Solusinya pembangunan infrastruktur untuk menampung tenaga kerja. Biaya dari pembangunan infrastruktur itu bersumber dari APBN yang penyerapannya sangat lamban.
Solusi lainnya adalah memperbesar penurunan harga BBM, khususnya premium dari ketetapan pemerintah Rp 500/liter menjadi Rp 1.500/liter. Sedangkan solar juga perlu diturunkan Rp 1.000/liter. Penurunan sebesar itu akan sangat signifikan untuk menggairahkan daya beli masyarakat dan iklim usaha.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin MS Hidayat menyatakan perlunya dilakukan langkah all out agar industri, terutama yang labour intensive, dapat bertahan sehingga tidak ada PHK besar-besaran. 'Kami saksikan di Amerika, resesi benar-benar sudah terjadi sehingga pada Desember ini perlu agenda memberikan apa pun stimulus yang membuat labour intensive industries itu bertahan,' kata Hidayat usai pertemuan dengan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin malam lalu.
Hidayat menyebutkan, saat ini sudah ada agenda perusahaan berkategori labour intensive untuk melakukan PHK. 'Ini dimulai dengan merumahkan karyawan karena permintaan terus menurun, lebih-lebih mulai Januari nanti, sehingga labour intensive industry harus diselamatkan,' katanya. (kmb1/ant)
Menurut Bambang, saat ini dunia usaha nasional mulai memasuki masa sulit. Bahkan, pada bulan Desember 2008 akan banyak perusahaan yang mengumumkan laba minus. Salah satu kesulitan dunia usaha yang mulai memukul iklim usaha adalah menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS. Rupiah telah melebihi 12 ribu/dolar AS.
Pelemahan rupiah itu sudah mendekati pelemahan paling dalam ketika Indonesia dilanda krisis tahun 1998. Saat itu, rupiah sempat diperdagangkan pada level 16.800/dolar AS.
Mengenai PHK, Bambang mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah menghambat perusahaan untuk berproduksi. Di sisi lain pesanan barang dari negara lain juga menurun. Kontrak-kontrak pemesanan barang yang mulai habis pada Desember mendatang banyak yang tidak akan diperpanjang. Karena itu, kontrak perdagangan untuk tahun mendatang diperkirakan akan menurun sehingga produksi barang akan menurun pula.
Untuk mempertahankan produksi dengan mengandalkan pasar di dalam negeri tidak mungkin karena di dalam negeri ada penurunan daya beli masyarakat. Solusinya pembangunan infrastruktur untuk menampung tenaga kerja. Biaya dari pembangunan infrastruktur itu bersumber dari APBN yang penyerapannya sangat lamban.
Solusi lainnya adalah memperbesar penurunan harga BBM, khususnya premium dari ketetapan pemerintah Rp 500/liter menjadi Rp 1.500/liter. Sedangkan solar juga perlu diturunkan Rp 1.000/liter. Penurunan sebesar itu akan sangat signifikan untuk menggairahkan daya beli masyarakat dan iklim usaha.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin MS Hidayat menyatakan perlunya dilakukan langkah all out agar industri, terutama yang labour intensive, dapat bertahan sehingga tidak ada PHK besar-besaran. 'Kami saksikan di Amerika, resesi benar-benar sudah terjadi sehingga pada Desember ini perlu agenda memberikan apa pun stimulus yang membuat labour intensive industries itu bertahan,' kata Hidayat usai pertemuan dengan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin malam lalu.
Hidayat menyebutkan, saat ini sudah ada agenda perusahaan berkategori labour intensive untuk melakukan PHK. 'Ini dimulai dengan merumahkan karyawan karena permintaan terus menurun, lebih-lebih mulai Januari nanti, sehingga labour intensive industry harus diselamatkan,' katanya. (kmb1/ant)