Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 41.709
- Nilai reaksi
- 23
- Poin
- 0
Tak terasa sudah lebih dari sebulan sejak kasus konfirmasi pasien positif perdana di Indonesia diumumkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Sejak saat itu hampir semua daerah secara bertahap menerbitkan kebijakan guna menahan laju pertumbuhan & persebaran COVID-19 di Indonesia. Dimulai dari DKI Jakarta, yg jadi titik episentrum penyebaran COVID-19 di Indonesia, hingga Provinsi Papua di ujung timur, seluruh pemerintahan di tingkat daerah sudah mengeluarkan kebijakan yg saat ini kita kenal dengan physical distancing.
Kebijakan ini diterapkan hampir di seluruh provinsi di Indonesia dengan mengampanyekan kepada masyarakat untuk sementara waktu supaya beraktivitas di rumah. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah & beribadah di rumah. Di DKI kampanye ini sudah mulai terlihat dari Pusat perbelanjaan, tempat hiburan & rekreasi yg ditutup sementara waktu. Peraturan yg mengharuskan tiap-tiap perkantoran untuk bekerja dari rumah, menciptakan beberapa akbar perusahaan meminta karyawannya untuk #Stayathome
Tetap di Rumah memang terbukti & sudah jadi salah satu cara yg dapat menahan laju pertumbuhan COVID-19. Hal sederhana yg dapat jadi argumen adalah, dengan tetap di rumah, & membatasi aktifitas di luar rumah, tiap-tiap orang memiliki peluang yg kecil untuk dapat menulari atau tertular COVID-19. Namun demikian, tetap di rumah bagi beberapa orang juga dapat berdampak Negatif.
Berikut coba TS rangkum akibat yg mungkin dapat muncul saat kita #StayAtHome
Quote:
1. Pengeluaran Bertambah
Dengan aktivitas yg dikukan di rumah. Otomatis semua nya dilakukan secara online. Mulai dari belajar, bekerja & beribadah. Hal ini secara gak langsung akan menambah pengeluaran khususnya bagi mereka yg tidak memiliki akses internet regular di rumahnya. Mau tidak mau, harus menambah kuota di Hape bray. Belum lagi klo si anak tidak punya device yg mendukung untuk belajar dari rumah (laptop/PC).
Solusi TS:Satu-satu nya cara memang minta WiFi tetangga. Asal jangan disalahpakai aja yaa..
Quote:
2. Pekerjaan menumpuk & terbengkalai
Memang saat ini banyak perusahaan yg sudah menyediakan beberapa fasilitas supaya karyawannya dapat bekerja dari rumah. Mulai dari device (Laptop) hingga koneksi internet yg juga difasilitasi. Permasalahannya adalah tidak semua tipe pekerjaan yg kita lakukan itu dapat dikerjakan dari rumah. Pengalaman TS sendiri bahwa bekerja dari rumah terkadang penuh dengan keterbatasan. Karena banyak aplikasi atau data (utamanya paper) yg tidak dapat dikerjakan dari rumah. Sehingga menciptakan pekerjaan kita kian menumpuk & mungkin terbengkalai.
Solusi TS: sebelum WFH , coba siapkan dahulu file-file atau dokumen yg bs dibawa ke rumah, supaya pekerjaan kita dapat dilakukan meski dari rumah. Atau minta perusahan untuk siapin infrasturktur biar 100% semua sistem bs diakses dari rumah.
Quote:
3. Diam di rumah = Psikosomatis
Banyak dari agan mungkin yg belum pernah denger ya?
Psikosomatis gampangnya adalah penyakit fisik yg disebabkan oleh kecemasan & stress yg berlebih.
Kondisi kayak sekarang tidak menutup kemungkinan untuk kita jadi sangat tidak produktif. Setiap saat cuma mengakses media online saja. Hal ini dapat saja malah menciptakan kita jadi paranoid & stress, lalu bertanya-tanya dalam hati Kalo gua kena gimana? kapan ini semua harus berakhir?
Apalagi kalo secara ekonomi kondisi kayak gini berpengaruh langsung ke pendapatan ekonomi kita. Kondisi yg awalnya cuma berdampak secara psikologis, stress & cemas, malah dapat berimbas ke kondisi kesehatan fisik kita. Akhirnya jadi sakit beneran.
Solusi TS:Buat yg lebih banyak idle di rumah, dapat mulai aktifitas-aktifitas baru yg tidak menjenuhkan seperti : Memasak, Melukis. Jadi klo bengong bukan main hape & berselancar di Social media atau baca berita-berita COVID-19 yg menakutkan, tetapi kegiatan kita dapat diisi dengan hal yg bermanfaat
Quote:
4. Kasus KDRT yg meningkat
Masih menyambung yg nomor 3, kebijakan pembatasan sosial (social distancing) di berbagai belahan dunia memaksa banyak orang untuk bekerja dari rumah atau bahkan kehilangan pekerjaannya. Hal tersebut memungkinkan terjadi tindak kekerasan lantaran tekanan atas kebutuhan ekonomi disatukan dengan tingkat stres tinggi karena terjebak di rumah. Dalam kondisi ini, perempuan & anak yg biasanya jadi korban atas pelampiasan rasa frustasi & stress yg dialami kepala rumah tangga.
Dikutip dari Kompas(dot)com bahwa di Australia pencarian online tentang layanan atau bantuan tentang KDRT meningkat 75% selama Pandemi. Di Turki, selama periode pembatasan social pembunuhan kepada perempuan meningkat. Di Perancis, kasus KDRT meningkat hingga sepertiga dalam satu minggu. Di Afrika selatan setidaknya otoritas setempat menerima pengaduan 90,000 KDRT pada perempuan pada pekan perdana penerapan pembatasan wilayah
Solusi TS: ini sebenernya nyambung sm yg nomer 3. Inti nya kt harus punya kegiatan supaya tidak mudah stress & cemas. Sebagai tambahan, penting juga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, seraya berdoa semoga badai Corona ini cepat berlalu & kita senantiasa diberikan ketenangan hati serta kemantapan iman.
Quote:
Penutup
TS berdoa semoga kita semua diberikan kesehatan & kelapangan hati dalam menghadapi ujian ini.
Sekian Terima kasih
Spoiler for Sumur:
Opini TS
SUMUR1
SUMUR2
Hari ini 15:58
Kebijakan ini diterapkan hampir di seluruh provinsi di Indonesia dengan mengampanyekan kepada masyarakat untuk sementara waktu supaya beraktivitas di rumah. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah & beribadah di rumah. Di DKI kampanye ini sudah mulai terlihat dari Pusat perbelanjaan, tempat hiburan & rekreasi yg ditutup sementara waktu. Peraturan yg mengharuskan tiap-tiap perkantoran untuk bekerja dari rumah, menciptakan beberapa akbar perusahaan meminta karyawannya untuk #Stayathome
Tetap di Rumah memang terbukti & sudah jadi salah satu cara yg dapat menahan laju pertumbuhan COVID-19. Hal sederhana yg dapat jadi argumen adalah, dengan tetap di rumah, & membatasi aktifitas di luar rumah, tiap-tiap orang memiliki peluang yg kecil untuk dapat menulari atau tertular COVID-19. Namun demikian, tetap di rumah bagi beberapa orang juga dapat berdampak Negatif.
Berikut coba TS rangkum akibat yg mungkin dapat muncul saat kita #StayAtHome
Quote:
1. Pengeluaran Bertambah
Dengan aktivitas yg dikukan di rumah. Otomatis semua nya dilakukan secara online. Mulai dari belajar, bekerja & beribadah. Hal ini secara gak langsung akan menambah pengeluaran khususnya bagi mereka yg tidak memiliki akses internet regular di rumahnya. Mau tidak mau, harus menambah kuota di Hape bray. Belum lagi klo si anak tidak punya device yg mendukung untuk belajar dari rumah (laptop/PC).
Solusi TS:Satu-satu nya cara memang minta WiFi tetangga. Asal jangan disalahpakai aja yaa..
Quote:
2. Pekerjaan menumpuk & terbengkalai
Memang saat ini banyak perusahaan yg sudah menyediakan beberapa fasilitas supaya karyawannya dapat bekerja dari rumah. Mulai dari device (Laptop) hingga koneksi internet yg juga difasilitasi. Permasalahannya adalah tidak semua tipe pekerjaan yg kita lakukan itu dapat dikerjakan dari rumah. Pengalaman TS sendiri bahwa bekerja dari rumah terkadang penuh dengan keterbatasan. Karena banyak aplikasi atau data (utamanya paper) yg tidak dapat dikerjakan dari rumah. Sehingga menciptakan pekerjaan kita kian menumpuk & mungkin terbengkalai.
Solusi TS: sebelum WFH , coba siapkan dahulu file-file atau dokumen yg bs dibawa ke rumah, supaya pekerjaan kita dapat dilakukan meski dari rumah. Atau minta perusahan untuk siapin infrasturktur biar 100% semua sistem bs diakses dari rumah.
Quote:
3. Diam di rumah = Psikosomatis
Banyak dari agan mungkin yg belum pernah denger ya?
Psikosomatis gampangnya adalah penyakit fisik yg disebabkan oleh kecemasan & stress yg berlebih.
Kondisi kayak sekarang tidak menutup kemungkinan untuk kita jadi sangat tidak produktif. Setiap saat cuma mengakses media online saja. Hal ini dapat saja malah menciptakan kita jadi paranoid & stress, lalu bertanya-tanya dalam hati Kalo gua kena gimana? kapan ini semua harus berakhir?
Apalagi kalo secara ekonomi kondisi kayak gini berpengaruh langsung ke pendapatan ekonomi kita. Kondisi yg awalnya cuma berdampak secara psikologis, stress & cemas, malah dapat berimbas ke kondisi kesehatan fisik kita. Akhirnya jadi sakit beneran.
Solusi TS:Buat yg lebih banyak idle di rumah, dapat mulai aktifitas-aktifitas baru yg tidak menjenuhkan seperti : Memasak, Melukis. Jadi klo bengong bukan main hape & berselancar di Social media atau baca berita-berita COVID-19 yg menakutkan, tetapi kegiatan kita dapat diisi dengan hal yg bermanfaat
Quote:
4. Kasus KDRT yg meningkat
Masih menyambung yg nomor 3, kebijakan pembatasan sosial (social distancing) di berbagai belahan dunia memaksa banyak orang untuk bekerja dari rumah atau bahkan kehilangan pekerjaannya. Hal tersebut memungkinkan terjadi tindak kekerasan lantaran tekanan atas kebutuhan ekonomi disatukan dengan tingkat stres tinggi karena terjebak di rumah. Dalam kondisi ini, perempuan & anak yg biasanya jadi korban atas pelampiasan rasa frustasi & stress yg dialami kepala rumah tangga.
Dikutip dari Kompas(dot)com bahwa di Australia pencarian online tentang layanan atau bantuan tentang KDRT meningkat 75% selama Pandemi. Di Turki, selama periode pembatasan social pembunuhan kepada perempuan meningkat. Di Perancis, kasus KDRT meningkat hingga sepertiga dalam satu minggu. Di Afrika selatan setidaknya otoritas setempat menerima pengaduan 90,000 KDRT pada perempuan pada pekan perdana penerapan pembatasan wilayah
Solusi TS: ini sebenernya nyambung sm yg nomer 3. Inti nya kt harus punya kegiatan supaya tidak mudah stress & cemas. Sebagai tambahan, penting juga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, seraya berdoa semoga badai Corona ini cepat berlalu & kita senantiasa diberikan ketenangan hati serta kemantapan iman.
Quote:
Penutup
TS berdoa semoga kita semua diberikan kesehatan & kelapangan hati dalam menghadapi ujian ini.
Sekian Terima kasih
Spoiler for Sumur:
Opini TS
SUMUR1
SUMUR2
Hari ini 15:58