• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Cerita Kultivasi

m3tt4

IndoForum Beginner E
No. Urut
103936
Sejak
31 Agt 2010
Pesan
431
Nilai reaksi
10
Poin
18
Mengapa guru anak muda tersebut memintanya untuk menjual bedak perona muka?

Suatu ketika, ada seorang anak muda yang mengalami beberapa kali kegagalan dalam ujian pemerintahan. Dia sangat putus asa dan memutuskan untuk menyerah dalam sekolahnya dan mencari jalan untuk keabadian.

Beberapa orang sangat membantunya dan akhirnya dia tiba di sebuah goa di gunung dan bertemu dengan seorang kultivator tua.

Kultivator tersebut melihat padanya dan sangat senang. Dia bertanya kepadanya, ”Apa yang ingin anda pelajari? Saya memiliki kemampuan hebat yang dapat merubah batu menjadi emas, keahlian untuk terbang di udara, dan juga kemampuan untuk hilang di udara.”

Anak muda tersebut tidak memerlukan waktu yang lama untuk berpikir dan berkata, ”Saya hanya ingin mempelajari Tao.”

Kemudian, kultivator tua tersebut menjelaskan Tao kepadanya setiap hari dan mengajarkannya bagaimana bermeditasi untuk mencapai ketenangan.

Beberapa tahun kemudian kultivator tua tersebut memberitahu kepada anak muda itu bahwa dia ingin membangun sebuah kuil yang megah, tetapi dia tidak memiliki cukup uang. Dia ingin anak muda tersebut pergi ke pasar di kaki gunung untuk menjual bedak perona. Anak muda tersebut tidak begitu menyukai ide tersebut tetapi itu adalah perintah dari gurunya, sehingga dia harus patuh.

Dia kemudian bertanya kepada kultivator tua tersebut, ”Guru saya tidak memiliki uang seperserpun, bagaimana caranya saya dapat mendapatkan bedak perona untuk saya jual?”

Guru kemudian menunjuk pada sebongkah batu. Hanya sekejap mata, batu telah berubah menjadi kotak besar yang berisi bedak perona terbaik di dunia.

Anak muda tersebut tidak dapat mengerti mengapa gurunya yang memiliki kemampuan sedemikian tinggi, tetapi menyuruhnya untuk menjual bedak perona, untuk mendapatkan uang. Dengan mengabaikan segala pertanyaan di dalam benaknya, anak muda tersebut tetap mengerjakan apa yang diminta oleh gurunya.

Anak muda tersebut, dengan setengah hati, membawa bungkusan bedak perona ke kaki gunung setiap hari. Dia adalah seorang yang sangat tertutup, lembut dan juga pemalu. Dia tidak mendapatkan tempat yang strategis di pasar tersebut. Dia memilih sudut yang sepi di pasar yang begitu ramai dan berusaha untuk menjual bedak peronanya dengan suaranya yang kecil, yang sangat susah didengar, kecuali jika seseorang benar benar mendengarkan dengan seksama.

Gurunya berdiri tidak jauh dari tempatnya berjualan dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Seorang kultivator begitu takut di lingkungan pasar duniawi. Kemudian guru tersebut merubah dirinya menjadi seorang tukang daging dengan pisau pemotong yang besar. Dia kemudian berjalan mendekati anak muda tersebut dan ingin mengetahui apa yang dijualnya. Anak muda tersebut kemudian menundukkan kepalanya dan malu.

Dia kemudian berdehem dan menjawab dengan suara yang bergetar,”Menjual bedak perona”. Tukang daging tersebut kemudian berkata,”Jika anda ingin menjual sesuatu, anda harus bersuara yang lantang sehingga orang-orang dapat mendengarkan anda. Dengan suara yang sedemikian kecil, siapa yang dapat mendengarkan anda? Jika anda masih tetap bersuara kecil, saya akan merusak barang dagangan anda.”

Anak muda tersebut tidak dapat mengerti apa yang terjadi. Semenit yang lalu, pasar masih aman tenteram, tetapi kemudian tukang daging ini tiba tiba datang menantangnya.

Baiklah, pikirnya, ”Saya harus menyelesaikan tugas yang diserahkan oleh guru kepada saya.” Dia kemudian mengatasi rasa malunya dan secara perlahan-lahan menjajakan produknya dengan suara yang semakin keras.

Semua jenis keadaan yang mengganggu terjadi di pasar, seperti pertengkaran, perdebatan, anak-anak yang menangis, dan perusuh. Dia tidak dapat tenang setelah kembali ke gunung. Dia sangat canggung untuk bertanya kepada gurunya, tetapi dengan perlahan dia tercerahkan oleh kenyataan bahwa dia adalah seorang kultivator, dan datang untuk Tao, dan bahwa dia memiliki Tao di dalam hatinya, dia akan dapat mengatasi segala sesuatunya.

Sebulan telah berlalu, dan anak muda tersebut tidak dapat menjual satupun barang dagangannya. Dia menyadari bahwa menjual bedak perona lebih sulit daripada berkultivasi. Kemudian dia menyadari bahwa dia harus melakukan apa yang diminta oleh gurunya dan melakukannya dengan hati yang senang.

Tetapi suatu hari dia menyadari bahwa, untuk dapat menjual bedak perona dia harus berbicara dengan wanita. Ini sangatlah sulit, dia bukan hanya harus berbicara dengan wanita, tetapi harus membantu mereka mencoba bedak perona tersebut.

Kemudian secara perlahan, dia tercerahkan pada kenyataan bahwa dia adalah seorang kultivator dan berada di atas manusia biasa. Tidak ada satupun yang dapat menyentuh hatinya.

Seorang Dewi ingin menguji hatinya

Seorang Dewi ingin menguji hatinya

Suatu hari, dewi di kuil tersebut ingin menguji keteguhannya. Dewi tersebut merubah diri menjadi seorang wanita yang cantik yang ingin membeli bedaknya, dengan suaranya yang merdu memuji bedaknya dan menggodanya. Tetapi anak muda tersebut tidak tergerak hatinya.

Keesokan harinya, dewi tersebut merubah diri menjadi seorang wanita paruh baya yang sederhana. Dewi itu membeli bedak perona dan memakainya di wajahnya. Secara tiba-tiba kulit mukanya berubah menjadi lembut halus dan keriputnya memudar. Ia menjadi terlihat muda dan cantik. Ia berteriak gembira.

Banyak orang yang melihatnya dan akhirnya berbondong-bondong membeli bedak perona tersebut. Secara kebetulan, ratu datang ke kuil dekat pasar untuk menyembah Buddha.

Ketika Ratu melihat kerumunan orang, dia menjadi sangat tertarik. Ketika Ratu diberitahu mengenai bedak perona tersebut, dia kemudian membeli semua bedak tersebut dengan ratusan uang emas.

Anak muda itu kemudian melihat ratusan emas tersebut dan berpikir bahwa gurunya akhirnya dapat membangun kuil yang sesuai dengan keinginannya. Anak muda tersebut kemudian kembali ke gunung.

Separuh perjalanannya kembali ke gunung, anak muda tersebut melihat segerombolan prajurit berusaha untuk mengganggu sekelompok anak gadis. Anak muda tersebut kemudian berteriak bahwa dia memiliki uang emas yang banyak dan akan memberikan uang emas tersebut sebagai pengganti anak-anak gadis tersebut. Prajurit tersebut sangat senang menerima uang emas tersebut dan melepaskan anak-anak gadis tersebut.

Setelahnya, anak muda tersebut kemudian berpikir, segala sesuatu sangatlah sulit diprediksi, semenit yang lalu, keinginan gurunya mungkin telah dapat terpenuhi, tetapi sekarang semua uang emasnya telah hilang, dan tidak lagi ada pikiran untuk membangun kuil.

Dia kemudian menceritakan seluruh kejadian tersebut kepada gurunya. Setelah mendengar ceritanya, guru kemudian menunjuk ke langit. Anak muda tersebut melihat kuil yang megah.

Guru berkata: ”Anda telah membantu saya membangun kuil tersebut. Kuil tersebut dapat dibangun ketika anda memiliki ketenangan dan keteguhan di hatimu ketika menjual bedak perona.”
 
Makna dalam juga ya,
padahal keinginan sang guru sudah hampir tercapai tapi
dalam sejenak sirna :(
 
Seorang Anak Mengubah Nasib Sendiri, Bagaimana Dia Berhasil Melakukannya?

Teman Yuan Shang Bao memiliki seorang pembantu laki-laki kecil yang kelihatan manis dan telaten. Ketika Yuan membaca wajahnya, ia berpikir bahwa si bocah pembantu itu nasibnya tidak baik di masa depannya dan akan menyulitkan bagi tuannya untuk mengurusnya.

Ia menasihati temannya untuk melepaskan pelayannya. Temannya benar-benar mengagumi kemampuan Yuan untuk membaca wajah, tapi merasa tidak nyaman melepaskan pelayan kecil. Setelah dia beberapa kali diingatkan oleh Yuan, ia akhirnya memberhentikan pelayan kecil itu.

Setelah dikeluarkan dari rumah, si bocah pembantu mempertahankan hidup dengan bekerja serabutan. Dia menjadi buruh harian dan pekerjaan lainnya.

Suatu hari ia bermalam di sebuah kuil tua yang sudah tidak ditempati orang. Saat ia mencari toilet, ia melihat jubah usang dengan beberapa ratus ons emas dan perak. Pertama dia ingin mengambilnya. Kemudian ia berpikir bahwa ia tidak memiliki nasib yang baik dan itu sebabnya tuannya tidak mau memperkerjakannyaa.

Apabila sekarang ia memiliki hati yang serakah dan mengambil milik orang lain, dewa-dewa di Surga pasti akan menambah karmanya menjadi lebih buruk. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tinggal di kuil, menjaga barang itu dan menunggu pemilik barang datang kembali.

Saat fajar, seorang wanita menangis datang dengan lengan menutupi wajahnya, memandang sekeliling, berjalan mondar-mandir dan tampak bingung. Anak itu bertanya padanya. Wanita itu menjawab:

"Suami saya adalah seorang prajurit. Dia sekarang di penjara dan akan dibunuh oleh musuh. Saya kenal penjaga penjara musuh, ia menginginkan tebusan. Saya menjual semua barang dan mendapatkan emas dan perak, sehingga ia bisa melepaskan suami saya. Kemarin, Saya datang ke sini dan membungkusnya dalam jubah, dan tertinggal di sini. Sekarang, saya tidak bisa menemukannya dan suami saya pasti akan mati!

Si anak bertanya lebih detil tentang potongan emas dan perak. Setelah dia yakin bahwa jubah milik wanita ini, dia mengembalikan jubah padanya. Wanita itu sangat berterima kasih dan ingin memberinya sesuatu sebagai hadiah. Anak itu menolak menerimanya. Wanita itu membawa uang pulang dan kemudian suaminya dibebaskan.

Wanita ini tidak bisa melupakan kebaikan anak itu, kemana-mana ia menceritakan kisahnya. Seorang komandan polisi mendengar ceritanya dan mengirim seseorang untuk mencari anak ini. Karena ia sudah tua dan tidak punya anak, ia menyukai kecerdasan dan kebajikan anak itu sehingga ia mengadopsi sebagai anaknya dan disekolahkan menjadi polisi. Setelah lulus, anak ini berkarir di kepolisian dengan sangat cemerlang.

Beberapa tahun kemudian, komandan pensiun dan anak angkat ini mengambil alih posisinya. Sebelum diangkat menjadi komandan polisi, anak itu ingin pulang dan mengunjungi mantan tuannya. Mantan tuannya mengeluh:

"Keterampilan membaca wajah Yuan sangat buruk"! Jadi, dia meminta anak itu untuk tinggal sampai Yuan datang. Dia bahkan mengatakan kepada anak itu mengenakan pakaian pelayan dan melayani teh ke Yuan. Yuan terkejut melihat anak itu dan berkata:

"Bukankah ia pelayan anda sebelumnya? Dia seharusnya telah meninggalkan rumah Anda. Kenapa dia ada di sini lagi?”

Tuannya kemudian menjawab:" Dia tidak memiliki tempat untuk pergi dan datang kembali, jadi saya harus memperkerjakannya kembali.”

Yuan berkomentar sambil tertawa: "Jangan menggoda saya, teman! Sekarang, ia tidak dapat menjadi pelayan Anda. Dia memegang posisi militer yang cukup bagus. Wajahnya tampak sangat berbeda dari sebelumnya. Apakah ia melakukan perbuatan baik?"

Anak itu menceritakan seluruh cerita kepada Yuan dan Tuannya yakin bahwa Yuan benar-benar terampil dalam membaca wajah.

Dalam takdirnya, anak itu menjadi pembantu dan tergantung pada orang lain untuk hidup, bahkan didera penyakit sehingga akan merepotkan tuannya untuk menanggung biaya kesehatannya. Tapi ia menjaga pikirannya benar dan melakukan hal yang benar pada saat yang kritis. Jadi, ia tidak hanya mengubah nasibnya sendiri, tetapi juga wanita pemilik jubah dan suaminya.

Sebuah niat yang murni mengubah tiga kehidupan! Ini adalah imbalan dari jalan Surga berikutnya. Siapa bilang bahwa seseorang tidak dapat mengubah nasib sendiri? Jadilah orang baik, melakukan perbuatan baik dan mengumpulkan kebajikan, dan Tuhan akan selalu menjagamu!
 
Legenda Jembatan Delapan Dewa

Cerita ini terjadi di Xiangtan, Provinsi Hunan, China. Xiangtan pada saat itu tidak seramai sekarang. Tempatnya penuh dengan pegunungan, seperti Bukit Fengzhu, dan Danau Bukit yang terletak di pinggir Yuhu.

Bagian barat pinggir Yuhu, terdapat gunung yang dinamakan “Panjang Umur” dan Jembatan "Delapan Dewa" yang dibangun oleh Dewa, dan berikut ini adalah ceritanya.

Seorang tua yang bernama “Zheng” memiliki umur yang panjang. Rambut dan janggutnya telah memutih, akan tetapi dia tetap bugar dan sehat. Dia bahkan dapat bekerja lebih efisien dibandingkan dengan anak anak muda.

Tidak ada seorangpun yang tahu berapa umurnya. Seseorang pernah berkata bahwa umurnya 140 tahun, akan tetapi orang lain berkata bahwa umurnya lebih tua dari itu.

Dia tinggal sendirian di gunung, di sebuah pondok yang terbuat dari jerami. Mata pencariannya adalah dengan memotong kayu, berburu dan berkebun, dan hasil kerjanya sangatlah bagus. Sayuran yang ditanamnya tumbuh dengan bagus dan segar.

Ketika dia berburu, dia tidak pernah kelewatan. Dia berburu hanya untuk kebutuhan sehari harinya saja. Dengan berhemat, dia memberikan juga beberapa bagian untuk orang yang miskin.

Jika ada orang yang datang untuk meminta pertolongannya, tanpa memandang apakah orang tersebut tetangganya atau temannya, atau bahkan orang asing dan pengemis yang tidak dia kenal, dia akan selalu membantu dan melakukan yang terbaik.

Kadang kala, untuk menolong orang lain, dia tidak lagi memiliki makanan tersisa untuknya, sehingga dia memakan sayur-sayuran dan buah-buahan yang dia kumpulkan sebagai makanan.

Delapan Dewa



Suatu malam, ketika sedang menenun sandal jerami dibawah terang bulan, tiba tiba angin bertiup. Kemudian dia melihat delapan orang, satu diantaranya adalah wanita. Dan seorang laki-laki tua memegang seruling, dengan janggut dan rambut memutih, bertanya kepada Zheng: “Kami hanya lewat dan ingin numpang istirahat sebentar. Apakah anda tidak keberatan?”

Zheng menjawab dengan gembira: “Tidak apa-apa, sepanjang anda tidak keberatan pondok saya sangat kecil. Saya takut pondok tersebut terlalu sempit untuk anda sekalian.”

Orang tua tersebut menjawab: “Tidak apa-apa, kami dapat berdesak-desakan.”

Aneh sekali, pondok kecil yang bahkan untuk tiga orang saja terlalu kecil, sekarang memiliki ruang besar yang cukup bagi delapan orang. Zheng sangatlah terkejut. Seorang pria dengan wajah yang bernoda hitam dan berjanggut, memakai pakaian compang camping dan memanggul labu anggur di punggungnya, kemudian bertanya:”Kami sangatlah lapar. Apakah anda memiliki makanan bagi kami?”

Zheng secara cepat menjawab:”Tentu saja. Anda telah menempuh perjalanan jauh dan tentu saja sangat lapar. Untung saja, saya baru saja menangkap kelinci.”

Zheng kemudian menggambil wadah anggur dari sudut ruangan, kemudian semangkuk daging kelinci yang mengepul, dan meletakkannya di atas meja bambu. Salah satu dari delapan orang tersebut, kelihatannya seperti orang yang terpelajar, berkata: “Cahaya bulan sangatlah terang mala mini. Apakah kita harus pindah ke pinggir danau dan menikmati makan malam kami di sana?”

Orang lainnya, dengan jenggot di pipinya, setuju. Yang lainnya berpikir bahwa itu adalah ide yang sangat bagus.

Kemudian mereka pindah ke tepi Yuhu dengan segentong anggur, satu mangkuk dan sebuah meja.

Masing-masing dari mereka mencari batu granit untuk menjadi tempat duduk. Zheng menemani dan menjaga mereka hingga bulan bergerak ke arah barat. Dia memasak air hangat untuk menyeduh teh dan mengumpulkan buah buahan untuk mereka.

Ketika bulan telah tenggelam dan bintang bintang mulai memudar, kedelapan tamu tersebut kelihatan mengantuk. Salah satu diantara mereka berkata:”Tuan, bagaimana kami dapat membayar anda untuk semua yang telah anda lakukan? Beritahukan kepada kami, apa yang anda inginkan, kami akan memenuhi keinginan anda.”

Zheng menggeleng-geleng kepalanya:”Tidak, saya tidak menginginkan apa pun.”

Pria dengan jenggot di pipinya bertanya:”Gubuk anda begitu kecil, apakah anda ingin rumah baru?”



Zheng tersenyum dan menjawab:”Bumi dapat menjadi pondok saya, apalagi saat ini saya telah memiliki sebuah pondok untuk melindungi saya. Itu cukup bagi saya,” kata Zheng.

Seorang Tao dengan alis mata yang panjang dan mata yang panjang, yang memiliki sebilah pedang di belakangnya kemudian berkata: “Tuan, anda dapat membuat pilihan anda sendiri, dari keberuntungan, kekuasaan, umur panjang dan kebahagiaan di dunia manusia,” tanyanya kepada Zheng.

Zheng menjawab: “Keberuntungan, kekuasaan, tanah dan kebahagiaan hanyalah tali yang akan mengikat saya di dunia manusia. Sedangkan, untuk umur panjang- tidak ada seorangpun yang dapat menghindar dari kematian. Dengan demikian, saya memilih untuk membiarkan alam yang mengatur segalanya.”

Mendengar hal tersebut, seorang wanita cantik berkomentar: “Jika anda tidak menginginkan keberuntungan, kekuasaan, umur panjang dan kebahagiaan, anda pasti telah melihat melewati ilusi manusia, dan melihat sesuatu yang luar biasa yang abadi.”

“Ada pepatah yang mengatakan, anda akan menjadi seperti dewa, jika anda dapat hidup tanpa kekhawatiran dan masalah. Saya telah lama tidak memiliki kekhawatiran, jadi saya telah lama telah keluar dari dunia manusia, seperti dewa,” kata Zheng.

Setelah permintaan berulang ulang dari delapan tamu tersebut, Zheng kemudian berpikir dan akhirnya berkata: “Jika anda ingin saya membuat permohonan – Yuhu adalah sebuah danau dengan radius sepuluh mil, diperlukan setengah hari bagi rakyat yang tinggal di sini untuk pergi ke sisi lain dari danau Yuhu. Ini sangatlah tidak nyaman bagi kami. Adalah sangat baik jika anda dapat membantu kami membangun jembatan di sini.”



Pria dengan noda hitam dan janggut di wajahnya menjawab: “Oh, ini sangatlah gampang! Kami berjanji akan melakukan hal ini.”

Kedelapan tamu tersebut kemudian meninggalkan Zheng. Zheng tidak mengikuti mereka karena dia harus pergi ke rumah untuk memasak air untuk menyeduh teh bagi mereka. Ketika teh telah siap disajikan, dan dia siap-siap untuk menyajikan ke tamunya, tiba tiba dia melihat sebuah jembatan besar menggantung di Yuhu. Kedelapan orang tersebut berjalan melewati jembatan tersebut ke Sungai Ting.

Zhang mendekati mereka, tetapi secara tiba-tiba, delapan awan mendekat. Delapan tamu tersebut kemudian melambai pada Zheng, menaiki awan tersebut dan terbang menjauh.

Zheng mendekati jembatan dan melihat dengan seksama. Dia melihat bahwa jembatan tersebut terbuat dari delapan batu granit yang besar, dan dibuat dengan sangat sempurna, halus, luas dan lebar. Zheng sangat gembira, dan berjalan bolak balik di jembatan tersebut hingga senja.

Ketika rakyat yang tinggal dekat daerah tersebut melihat jembatan tersebut, mereka sangat senang. Menurut apa yang diceritakan oleh Zhang, mereka percaya bahwa kedelapan tamu tersebut adalah Delapan Dewa yang berkenala. Sehingga mereka kemudian menamai jembatan tersebut sebagai “Jembatan Delapan Dewa.”

Jalan di samping jembatan dimana Delapan Dewa berjalan kemudian disebut sebagai “Jalan Selatan.” Beberapa tahun kemudian, delapan granit tersebut telah memudar, kemudian jembatan tersebut dipugar dan dibangun kembali dengan delapan granit juga.
 
seperti cerpen apa ya......atao novel kali ya................
 
Keluarga Zhou Meminjam Uang

Keluarga Zhou Mingpeng sangat miskin, tetapi mereka adalah keluarga yang saleh dan baik. Pada suatu malam, suami istri Zhou sedang bekerja di sawah, karena kelelahan mereka berdua tertidur di sawah, dia bermimpi dewa lewat, dewa kasihan kepadanya, lalu memerintahkan seorang dewa yang mengurus urusan harta memberi dia sedikit uang. Dewa uang ini setelah memeriksa catatannya berkata, “Mereka memang ditakdirkan miskin seumur hidupnya. Hanya Zhang yang bisa membuatnya menjadi kaya, memberikan dia uang 100 juta Yuan, tetapi karena Zhang belum lahir, pinjamkan saja uang tersebut kepadanya.”

Setelah subuh dia terbangun, Zhou lalu menceritakan mimpinya kepada istrinya. Suami istri ini tidak mengenal orang yang bermarga Zhang, mereka berdua mengabaikan mimpi itu. Oleh sebab itu, suami istri ini dengan rajin bekerja keras lagi, mereka berdua sangat hemat.

Akhirnya hasil kerja keras mereka mulai menampakkan hasil, perlahan-lahan harta mereka semakin lama semakin banyak dan karena pekerjaan di sawah banyak; maka untuk membantu pekerjaan rumah tangga, sang istri mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga.

Pembantu wanita itu ternyata tengah hamil muda namun ditinggal pergi suaminya. Zhou karena kasihan kepadanya mengizinkan dia tinggal di garasi dan melahirkan anaknya disana. Setelah anaknya lahir, suami istri Zhou sering menjenguk ibu dan anak ini, selalu memperhatikan dan membawa makanan dan pakaian kepada mereka.

Pada suatu hari, suami istri Zhou bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah memberi anakmu nama?” Pembantu menjawab, “Anak ini lahir di garasi mobil, saya bermimpi bertemu dengan dewa dan dewa memanggilnya Zhang Zhechi.” Mendengar nama "Zhang", Suami istri Zhou tersadar, dan berkata, “Dahulu saya bermimpi dewa meminjam uangnya kepada saya, dan dewa uang berkata, “Ambil uang Zhang Zhechi pinjamkan kepadanya. Sekarang saya mengerti, semua harta saya ini sebenarnya milik anakmu, saya harus mengembalikannya kepada anakmu.”

Dengan uang tersebut, ibu Zhang Zhechi dapat menyekolahkan anaknya sehingga ketika besar mendapatkan sukses yang besar sebagai pengusaha, dan ketika ia besar, membalas budi kepada keluarga Zhou.
 
Bagaimana Dosa Diakibatkan hanya dengan Satu Pemikiran Penuh Nafsu

Selama pemerintahan Kaisar Zhengde (1505 - 1521 AD) dari Dinasti Ming, ada seorang pria bernama Zhao Yongzhen. Ketika ia masih muda, ia bertemu seorang peramal yang mengatakan kepadanya: "Anda pasti akan memenangkan tempat pertama dalam ujian dinas provinsi sipil dan mendapatkan ketenaran dan keberuntungan ketika Anda berumur dua puluh tiga tahun"

Ketika Zhao muda mengambil ujian dinas sipil provinsi, ia menulis sebuah artikel yang sangat baik. Pemeriksa memutuskan untuk memilih artikelnya. Tapi, berkebalikan dengan semua harapannya, ia gagal dalam semua ujian sehingga ia tidak lulus ujian dinas sipil provinsi. Dia sangat marah dan dalam mimpi, dia bertanya pada Dewa Wenchang mengapa dia gagal ujian. Dewa Wenchang menjawab:. "Kau seharusnya memenangkan tempat pertama dalam ujian dinas sipil provinsi, tetapi baru saja Anda melirik pembantu Anda dengan tatapan penuh nafsu dan main mata dengan gadis tetangga. Meskipun Anda tidak benar-benar menyentuh wanita-wanita ini, Anda penuh nafsu di pikiran. ini adalah alasan mengapa Anda telah kehilangan kehormatan!”

Setelah mendengar apa kata Dewa, Yongzhen menangis. Dia berjanji untuk memperbaiki kesalahan dan melakukan banyak perbuatan baik. Dia menulis sebuah buku untuk mendorong orang untuk menjaga kesucian mereka dan untuk menahan diri dari pikiran dan perilaku penuh nafsu. Sebagai hasilnya, ia memenangkan tempat pertama dalam ujian pegawai kekaisaran selanjutnya. Kemudian dalam karirnya, Zhao Yongzhen menjadi seorang bangsawan yang bertanggung jawab untuk menjaga suatu wilayah.


II.

Ada seorang biarawan bernama Xingyun. Suatu hari ia melihat waria cantik dan tiba-tiba punya pikiran yang penuh nafsu. Malam itu, seorang wanita datang mengetuk pintu. Xingyun membuka pintu dan melihat wanita berdiri di luar pintu. Xingyun sangat senang melihatnya dan mulai berbicara dengan penuh hasrat. Setelah beberapa saat lilin padam. Pelayan di balik pintu mendengar suara Xingyun menjerit ketakutan dan suara kasar membentaknya: "Mengapa Anda memiliki pemikiran penuh nafsu? Bahkan jika saya benar-benar seorang wanita, saya tidak akan setuju untuk berhubungan dengan Anda!” Pelayan segera berlari untuk memanggil biarawan lain untuk datang. Mereka masuk ke ruangan dan hanya melihat Xingyun telah dipenggal. ("Tailing Guangji" Volume Tiga Ratus Lima Puluh Tujuh)

III.

Selama tahun-tahun terakhir Dinasti Qing, seorang pemuda terpelajar akan ke Beijing untuk ujian dinas sipil provinsi. Pemilik hotel tempat ia menginap adalah seorang wanita yang baru saja menjanda. Karena salju memblokir jalan, ia terpaksa tinggal di hotel untuk beberapa hari lagi. Setelah beberapa hari menatap satu sama lain, mereka jatuh cinta dan mulai memiliki pikiran yang tidak-tidak. Pemuda ini pergi ke kamar janda muda dan hendak mengetuk pintu ketika ia tiba-tiba berpikir: "Tidak, saya tidak bisa melakukan ini. Aku akan mengambil ujian dinas sipil provinsi. Jika saya melangkah masuk dan punya affair dengan dia, saya akan kehilangan tempat pertama dalam ujian karena dosa ini. Aku harus kembali "Sementara ia kembali ke kamarnya, janda mulai berpikir tentang dia. Dia keluar pintu dan berpikir: "Tidak! Saya seorang janda dan harus terus menjaga kesucian untuk suami saya. Bagaimana aku bisa lupa tentang hal ini setelah melihat seorang pria muda? Tidak, aku harus kembali "(Hal ini ada dalam mitologi Tiongkok yang kalau janda memegang kesucian untuk suaminya dan tetap bersih, dia akan masuk surga setelah kematian, tetapi jika seorang janda yang berzinah, dosa itu sudah cukup untuk membuat dia pergi ke neraka.) Akhirnya , janda itu kembali ke kamarnya

Setelah pemuda itu kembali ke kamarnya, dia tidak bisa menahan hasrat yang membara, sehingga ia kembali ke pintu dan mengetuk pintu sang janda. Sebelum janda membuka pintu, ia segera berlari menjauh, menyadari bahwa dia seharusnya tidak ada di situ. Dia takut kehilangan masa depannya karena dosa perzinahan. Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan bahwa, “bahkan jika Anda memiliki pengetahuan yang sangat baik dan ditakdirkan untuk menang tempat pertama pada pemeriksaan sipil provinsi, jika Anda berzinah atau telah melakukan perbuatan jahat, status tempat pertama Anda akan dihapus oleh surga”. Jadi dia kembali ke kamarnya sebelum janda membuka pintu. Namun, janda sudah tahu dia ada di sana, jadi ia pergi mengetuk pintu kamar tempat si pemuda menginap. Dia juga berjuang, mengatakan dirinya sendiri bahwa dia tidak harus setia. Jadi dia kembali. Mereka bolak-balik seperti ini dua atau tiga kali. Terakhir kali, pria itu membuka pintu, tetapi mereka berdiri di sana ragu-ragu, ingin melakukannya, tapi juga merasa takut.

Pada saat itu mereka mendengar sebuah suara di udara: "Hei! Kalian berdua ingin melakukannya, dan kemudian takut untuk melakukannya, berulang kali demikan. Catatan saya semua jadi penuh corat-coret!” Lihat ini!” Kemudian mereka mendengar sesuatu terjatuh ke bawah dekat kaki mereka. Kedua orang ini gemetar dan melihat sebuah buku catatan berjudul “Catatan Dosa dan Pahala”, kedua nama mereka tertulis disana. Pemenang tempat pertama yang lolos dalam ujian dinas provinsi sipil, namanya dicoret silang setelah berzinah; seorang janda yang seharusnya lolos pergi ke surga, namanya dicoret silang setelah berzinah. Kemudian dibawah catatan itu ada tulisan lagi “Mereka tidak melakukan.”, kedua nama diberi tanda check lolos. Kemudian dibawahnya, ada tulisan lagi “Mereka Melakukan”, dan kedua nama mereka dicoret silang. Dibawahnya lagi, “Mereka tidak melakukan”, kedua nama itu diberi lagi tanda check lolos, kemudian dibawahnya lagi sudah akan tertera tanda coret silang, pokoknya semua catatan itu penuh tanda silang dan tanda check.

Setelah melihat catatan ini, mereka jadi tahu bahwa semua niat pikiran dan perbuatan setiap manusia, dicatat oleh malaikat, dan kini mereka tidak berani memiliki pikiran penuh nafsu lagi.

Setiap pikiran yang timbul dalam hati seseorang diketahui setiap inchinya oleh langit dan bumi. Saya awalnya keliru berpikir bahwa tak masalah memiliki pikiran penuh nafsu asalkan tidak melakukan perbuatan. Tanpa perbuatan yang sebenarnya tidak akan dosa, atau dosa ringan. Tampaknya itu salah.

Ketika Lu Qing dari Dinasti Ming kembali dari kematian, ia mendengar seorang pejabat di neraka mengatakan kepadanya bahwa itu adalah dosa yang serius memiliki pikiran penuh nafsu.

Oleh karena itu, jika seseorang ingin nasib baik, salah satu kebutuhannya adalah untuk menyingkirkan pikiran jahat dan penuh nafsu segera. Karena sekali pikiran jenis itu muncul, adalah dosa besar, apalagi bila diikuti perbuatan tercela. Hidup seseorang berubah selamanya dan satu akan kehilangan keberuntungan, atau kehidupan seseorang bahkan mungkin dipersingkat. Nasib buruk akan datang, dan dapat dikatakan kesalahan sendiri.
 
Seandainya Saya adalah Kamu

Didalam jiwa dan hati manusia terdapat seorang dewa pelindung, dewa pelindung ini tersembunyi dan tidak terlihat. Hati manusia selalu berubah, dewa pelindung ini akan mengikuti perubahan dari hati manusia itu sendiri, pekerjaan dewa pelindung ini adalah menjaga perubahan dari hati manusia supaya bisa selamat menjalani hidup ini. Karena dewa pelindung ini tugasnya sangat rentan terhadap kecemasan oleh sebab itu Dewa Langit mengutus “pemimpin dewa pelindung” untuk menenangkan para dewa pelindung ini.

Pada suatu hari, ada seorang yang wajahnya murung, di hatinya penuh dengan kecemasan sambil menghela nafas berulang kali sedang berjalan di jalan ramai ditengah kota.

Kebetulan seorang dewa pelindung melihat kejadian tersebut, lalu terbang memasuki hatinya melihat, rupanya didalam hatinya ada seorang dewa pelindung sedang menghela nafas dan berkeluh kesah.

“Mengapa engkau berdesah sendirian disini?”

Dewa pelindung ini menjawab, “Engkau tidak tahu, betapa beratnya tekanan pekerjaan saya, orang yang saya lindungi adalah seorang pecandu narkoba, perjalanan hidupnya jika tidak dikejar oleh para gangster, pasti dikejar oleh polisi, membuat saya selalu cemas dan tidak dapat beristirahat, sekarang dia sedang beristirahat, maka saya bisa santai sedikit, tetapi setelah dipikir-pikir saya menjadi makin cemas oleh sebab itu tanpa sadar menarik nafas dan berkeluh kesah.”

Dewa pelindung yang terbang masuk berkata lagi, “Wooii kedengarannya pekerjaanmu menarik juga, kelihatannya sangat vitalitas, orang yang saya lindungi lebih sulit daripadamu, dia adalah seorang pegawai kantor, di dalam pekerjaannya ini tidak ada kehidupan pribadi, setiap hari sibuk terus seperti sebuah supermarket yang sepanjang tahun tidak pernah tutup, saya sudah akan tumbang karena kecapekan, sekarang dia sedang tidur, maka saya dapat keluar sebentar mencari udara segar, mendengar engkau berkeluh kesah saya terbang kesini, tidak disangka bertemu denganmu.”

Kedua dewa pelindung ini saling mengeluhkan pekerjaan mereka masing-masing, keluhan mereka kebetulan didengar oleh pemimpin dewa pelindung.

Pemimpin dewa pelindung ini muncul di depan kedua dewa pelindung ini berkata kepada mereka, “Jika kalian berdua keberatan atas pekerjaan kalian masing-masing, kalian dapat saling bertukar posisi, dewa pelindung yang melindungi pencandu narkoba diganti oleh dewa pelindung pegawai kantor .”

Kedua dewa pelindung ini sangat gembira saling menukar pekerjaan. Sebulan kemudian mereka berdua bertemu lagi.

“Eh,.. bukankah kamu pelindung pegawai kantor itu? Kenapa berkeluh kesah lagi?”

“Aduh! Menjadi dewa pelindung pegawai kantor sungguh capek, sama sekali tidak ada waktu beristirahat, lebih enak menjadi dewa pelindung pecandu narkoba, ehh.. bukankah engkau yang menjadi pelindung pecandu narkoba itu?”

“Waduh ceritanya panjang, kemarin pecandu narkoba terluka, sebenarnya sudah tengah malam saya merasa sudah aman, sebenarnya sudah waktunya tidur tetapi tidak disangka dia mencari masalah, lebih bagus menjaga pegawai kantor, paling sedikit tengah malam dia tidak akan menimbulkan masalah!”

Demikianlah cerita tentang pertukaran dewa pelindung.

Ketika sedang mengobrol dengan teman sekantor dia menceritakan kepada saya, ketika dia berumur 38 tahun, timbul suatu masalah membuat perubahan dalam hidupnya. “Dahulu saya seorang yang emosional, gara-gara masalah sepele selalu bertengkar dengan orang lain, pada suatu hari ketika saya bertengkar dengan istri, tiba-tiba ada seberkas cahaya yang membuat saya bertukar posisi dengannya, ketika dia sedang marah, saya hanya dengan lembut dan tersenyum kepadanya mendengar keluh kesahnya, saya sama sekali dapat memahami kesulitannya seperti saya adalah dirinya dapat memahami perasaannya, saya sama sekali tidak merasa marah atau tidak ada perasaan tidak menyenangkan, mulai saat itu sifat saya berubah dan istri saya sangat terkejut mulai saat itu ia juga lebih memahami saya lagi.”

“Saya sendiri juga sangat terkejut!, rupanya perubahan posisi dapat menimbulkan efek yang demikian besar, sebenarnya semua penyebab konflik adalah karena masing-masing tidak mencoba memahami pihak lain, cobalah berdiri di posisi pihak lain melihat masalah maka konflik akan berkurang setengah, coba leburkan diri sebagai dirinya, maka sama sekali tidak akan terjadi konflik. Diatas panggung theater, setiap orang memakai kostum masing-masing, jika engkau menjadi seorang aktor dan harus memakai kostum yang harus disesuaikan dengan peran anda diatas panggung, tetapi bukan karena engkau memakai kostum yang sesuai dengan peran yang engkau lakoni maka engkau akan kehilangan kepribadian anda sendiri.”

Setelah mengalami pertukaran posisi itu, teman sekantor saya sekarang berubah menjadi orang yang penyabar selalu memikirkan orang lain sehingga dia disukai semua orang, dan kehidupannya berjalan lancar. Benar saja pertukaran posisi itu bagaikan obat mujarab untuk menghilangkan rasa emosional. Didalam kehidupan ini tidak harus hanya memilih menjadi seorang lelaki, jadi wanita juga tidak jelek, tidak menjadi orang kaya, menjadi pegawai kantor juga baik, tidak harus menjadi presiden menjadi rakyat jelata juga tidak masalah, tidak harus memilih menjadi seorang dewasa, terkadang menjadi anak kecil lebih bahagia.
 
Terhindar dari Bahaya Karena Baik Hati

Pada zaman dinasti Ming, ada seorang saudagar yang berasal dari Anhui bernama Wang Shan dia telah berumur empat puluh tahun lebih belum mempunyai keturunan. Pada suatu hari ketika pergi ke kota lain berdagang dia mendengar dikota tersebut ada seorang peramal nasib yang sangat pintar, lalu dia pergi pencari peramal nasib ini.

Peramal nasib ini setelah melihat wajah Wang Shan dengan wajah sedih berkata, “Benarkah engkau sampai hari ini tidak mempunyai anak?” Wang Shan menjawab, “Benar.” Peramal melanjutkan “Engkau tidak saja tidak akan mempunyai anak, bahkan bulan oktober yang akan datang engkau akan ditimpa bencana besar.”

Wang Shan sangat percaya kepada peramal nasib ini, dia lalu pergi ke Fengzhou, menutup semua usahanya membawa pulang semua hartanya bermaksud pulang ke kampung halamannya.

Pada saat itu bulan oktober musim hujan, air sungai meluap, perahu tidak dapat berlayar, oleh sebab itu sementara dia hanya bisa menginap disebuah hotel. Setelah senja cuaca mulai cerah kembali, untuk menghilangkan rasa bosan dia pergi jalan-jalan ke tepi sungai, dia melihat ada seorang perempuan terjun melompat ke sungai bunuh diri.

Dia langsung berteriak kepada tukang perahu yang ada disana meminta tolong sambil berkata, “Siapa yang dapat menyelamatkan perempuan itu saya akan menghadiahkannya 20 Yuan.” Tukang perahu setelah mendengar perkataannya bergegas menyelam akhirnya perempuan tersebut dapat diselamatkan, dia memberikan 20 Yuan kepada tukang perahu.

Wang Shan bertanya kepada perempuan itu kenapa membunuh diri, “Ketika suamiku pergi bekerja, di rumah saya ada seekor babi peliharaan kami, babi itu akan kami jual untuk membayar sewa sawah. Kemarin saya telah menjual babi saya, tetapi uang yang saya terima adalah uang palsu, karena takut dimarahi oleh suamiku dan keadaan perekonomian kami sangat susah, oleh sebab itu saya putus asa dan melompat kedalam sungai. “ Wang Shan setelah mendengar ceritanya sangat prihatin terhadapnya, lalu bertanya berapa harga babi yang telah dijualnya, dan dia lalu memberi kepadanya uang 2 kali lipat harga babi itu tersebut.

Ketika perempuan ini hendak pulang ke rumahnya ditengah jalan dia bertemu dengan suaminya, sambil menangis dia menceritakan kejadian ini kepada suaminya. Tetapi suaminya sangat curiga, pada malam hari, suami istri ini datang ketempat penginapan Wang Shan untuk bertemu dengannya, ketika sampai di penginapan, Wang Shan sedang berada dikamarnya, suami perempuan ini menyuruh istrinya mengetuk pintu kamar Wang Shan. Wang Shan bertanya siapa yang mengetuk pintu?, wanita ini menjawab ,”Saya adalah wanita yang tadi sore engkau selamatkan, saya datang khusus mengucapkan terima kasih.” Wang Shan dengan suara serius berkata, “Engkau adalah seorang wanita, saya adalah seorang lelaki, hari sudah malam tidak pantas bertemu, segera kembali ke rumahmu, jika ingin mengucapkan terima kasih, besok pagi engkau bersama suamimu dapat kembali.”

Pada saat ini kecurigaan suami wanita ini langsung sirna, dengan tulus berkata, “Kami suami istri sekarang berada disini.” Wang Shan berjalan keluar dari kamarnya, pada saat itu dia mendengar sebuah suara keras seperti sesuatu yang ambruk, karena terkejut mereka lalu masuk kembali ke kamarnya melihat, rupanya dinding bagian belakang dari kamarnya telah ambruk karena longsor yang disebabkan hujan terus menerus, dinding tersebut menimpatempat tidurnya sampai hancur. Jika dia pada saat ini tidak keluar dari kamarnya pasti ia akan tertimpa longsoran. Pasangan suami istri ini setelah mengucapkan terima kasih, pergi meninggalkan tempat itu.

Keesokan harinya dalam perjalanan pulang ke kampungnya Wang Shan bertemu dengan peramal nasib itu. Setelah bertemu dengan Wang Shan dengan terkejut dia berkata kepada Wang Shan, “Wajahmu sangat cerah, engkau tentu telah melakukan sebuah kebaikan besar. Hal tersebut tidak saja membuat engkau terhindar dari malapetaka, dilain hari engkau akan mendapatkan balasan besar yang tidak terduga.”

Akhirnya benar saja, Wang Shan berturut-turut mendapatkan sebelas anak, diantaranya 2 orang anaknya menjadi pejabat besar. Sedangkan Wang Shan sendiri berumur panjang sampai 98 tahun baru meninggal dunia.
 
Baik Hati Bagaikan Sebuah Cahaya

Di dalam kehidupan ini segala bentuk benda yang berwujud walaupun dapat memuaskan kebutuhan jasmani manusia, tetapi tidak dapat abadi memuaskan kebutuhan rohani manusia. Sebuah hati yang tidak ada kebaikan, walaupun menggunakan segara akal licik memperoleh segala harta, emas dan berlian serta segala benda berwujud yang berharga lainnya, tidak dapat mengisi kekosongan didalam hati nurani manusia. Ketulusan hati bagaikan emas, kebaikkan bagaikan sebuah cahaya, hanya memiliki ketulusan dan kebaikkan hati yang dapat menyinari jiwa dan kehidupan disekeliling kita.

Ada seorang ayah, ingin menguji kepintaran dan kebijaksanaan dari ke-3 anaknya, dengan susah payah mencari sebuah cara, memberikan kepada ke-3 anaknya masing-masing 100 dollar, dia menginginkan anaknya dengan uang 100 dollar ini membeli barang yang terpikir oleh mereka masing-masing, dia menginginkan mereka dengan barang yang dibeli itu dapat mengisi penuh sebuah gudang yang luasnya 100 meter persegi.

Anak sulungnya setelah berpikir lama, pergi membeli jerami yang dianggapnya paling murah, dengan uang 100 dollar ini dia membeli jerami, tetapi gudang ini tidak penuh, hanya terisi kurang dari setengah gudang.

Anaknya yang kedua agak sedikit pintar, dengan uangnya yang 100 dollar seluruhnya dibeli dengan tissue toilet yang murah, setelah itu dia membuka bungkusan tissue dan mengoyak-koyak tissue tersebut menjadi cabikan kecil, dia berharap dapat memenuhi seluruh isi gudang tersebut. Tetapi walaupun dia berusaha semaksimal mungkin mengoyak-koyak tissue tersebut akhirnya yang terisi hanya ¾ dari gudang tersebut.

Anak bungsunya setelah melihat kegagalan kedua abangnya, dia mengajak ayahnya memasuki gudang tersebut lalu menutup seluruh jendela dan pintu seluruh gudang itu, keadaan di dalam gudang menjadi gelap gulita. Pada saat ini si bungsu dari kantong bajunya mengeluarkan sekotak korek api dan lilin-lilin yang juga seharga 100 dollar, gudang yang gelap segera diterangi oleh cahaya lilin, walaupun tidak seberapa terang, tetapi keadaan segera berubah keadaan gudang sekarang berada dalam keadaan hangat dan nyaman.

Sebenarnya, kewelasasihan Tuhan dan kebaikan hati manusia seperti cahaya lilin yang memancar di gudang yang gelap tersebut, walaupun dia tidak berwujud tetapi dapat menyinari seluruh ruangan.

Kasat mata manusia tidak dapat melihat dunia lain yang tidak terwujud, hanya berdasarkan hati sejati dan tulus yang dapat merasakannya. Jika didalam hati tidak ada kebaikan, bagaikan berjalan di malam yang gelap gulita, walaupun menggunakan harta berharga yang seberapa besarpun, hanya dapat berjalan di kegelapan, tidak dapat menyaksikan pancaran terang sejati dari kehidupan ini.
 
3 Panduan 5 Kebajikan untuk Menjamin Keharmonisan Suami Istri

Menurut Konfusianisme, untuk menjaga ketertiban sosial, Tiga Panduan Utama (penguasa mengayomi rakyat, ayah membimbing anak, dan suami memandu istri) dan Lima Kebajikan Tetap (belas kasih, kebenaran, kesopanan, pengetahuan, dan ketulusan) haruslah ditaati. Lebih khusus lagi, keluarga adalah pilar masyarakat manapun. Dengan demikian, keharmonisan antara suami dan istri sangatlah penting untuk mencapai stabilitas sosial.

Rumah yang Nyaman

Seperti kata pepatah, "Sebuah yin sendirian tidak bisa tumbuh, dan yang tunggal tidak akan sejahtera." Dengan kata lain, yin dan yang saling bergantung dan keduanya bagian dari sistem dinamis. Pernikahan antara seorang wanita dan seorang pria menandakan kesucian hubungan antara dua hal berlawanan yang saling melengkapi, yaitu untuk menciptakan generasi baru yang memungkinkan umat manusia untuk bertahan hidup dan berkembang.

Menurut prinsip-prinsip moral tradisional, perkawinan yang sah memerlukan pengaturan dari pencari pasangan, persetujuan orang tua, dan mengikat janji sehidup-semati dihadapan Tuhan.


Prinsip kesatuan antara langit dan manusia dari aliran Tao menunjukkan bahwa suami dalam sebuah keluarga adalah yang dan istri adalah yin. Pria harus bekerja dan bertanggung jawab atas urusan eksternal rumah tangga, sedangkan wanita harus mampu mengurusi bagian internal. Pria bekerja keras untuk menghidupi keluarganya, dan wanita berusaha untuk menjadi istri yang pengertian dan ibu yang penuh kasih. Seorang istri harus menciptakan sebuah tempat berlindung sedemikian rupa sehingga, terlepas apakah sang suami berada jauh atau dekat, dia akan selalu rindu untuk pulang kembali. Mereka berdua paham bahwa adalah takdir pertemuan yang menyatukan mereka bersama, sehingga mereka memiliki apresiasi yang mendalam satu sama lain. Pihak pria maskulin, aktif, dan dominan, sedangkan pihak wanita feminin, lembut, dan patuh. Meskipun berbeda, mereka tahu bagaimana untuk bersikap toleran dan perhatian satu sama lain. Dibangun berdasarkan sikap saling menghormati, pernikahan mereka tak terhancurkan, rumah mereka hangat dan ramah, dan kehidupan mereka penuh warna dan harmonis.

Tiga Panduan Utama dan Lima Kebajikan Tetap adalah standar moral yang diturunkan nenek moyang kita kepada kita untuk membantu menjaga ketertiban sosial dan kekeluargaan. Standar-standar ini sesuai dengan prinsip-prinsip alam semesta dan diberkati oleh Dewa-Dewa dan Buddha. Selama 5.000 tahun sejarah Tionghoa, mereka yang telah mengikuti standar-standar ini telah mampu membangun keluarga yang makmur, kaya, dan berbudi luhur. Mereka yang melanggar standar ini akan melihat kekayaan mereka berkurang dan keluarga mereka menyusut. Bagaimanapun juga, Tao dan iblis hidup berdampingan di dunia manusia, kebaikan dan kejahatan berjalan beriringan. Seperti kata pepatah, keluarga yang mempraktikkan kebajikan memiliki banyak keberuntungan untuk diwariskan kepada generasi mendatang, sedangkan mereka yang berbuat jahat meninggalkan balasan tak berhingga yang akan dihadapi oleh anak-anak mereka.

Standar moral, merupakan bagian penting dari budaya tradisional yang diwariskan oleh Langit, merupakan dasar dari peradaban manusia. Dengan demikian, manusia harus mematuhi pengaturan alam dan berperilaku sesuai dengannya. Sebagai jangkar masyarakat, setiap keluarga harus memastikan pertumbuhan yang sehat dan mempertahankan eksistensi yang berkelanjutan. Dengan memperhatikan standar moral akan memungkinkan baik suami maupun istri untuk tetap tenang di tengah-tengah dunia sekuler yang kacau, bahagia satu sama lain, dan menikmati umur panjang.

Perubahan Nilai dan Standar Moral

Sejak berkuasa lebih dari 60 tahun yang lalu, Partai Komunitas China (PKC) telah menyembah momok komunis dan mempromosikan ilmu pengetahuan modern import dari dunia Barat. Untuk memperkuat kontrol, PKC sepenuhnya meninggalkan standar etika tradisional dan prinsip kesatuan antara langit dan manusia (yang merupakan dasar dari ilmu pengetahuan kuno yang maju), dan pada saat yang sama mencuci otak orang-orang Tionghoa dengan atheisme. Hilangnya kepercayaan lurus terhadap Tuhan akhirnya menyebabkan kehancuran dasar moral, di mana keluarga dan masyarakat yang normal tumbuh dan berkembang.

Revolusi Kebudayaan yang berlangsung dari tahun 1966 sampai tahun 1976 mendorong perempuan ke dalam masyarakat dan mendorong mereka ke panggung politik. Perempuan yang "terbebaskan" ini diberitahu bahwa mereka setara dengan laki-laki dan didorong untuk berperang bersama rekan-rekan politik pria mereka. Seiring waktu berlalu, baik pria maupun wanita tanpa disadari menjadi ternetralkan. Pria menjadi kurang maskulin dan perempuan kurang feminin. Wanita, khususnya, berakhir pada situasi memikul beban yang lebih banyak. Mereka pergi ke luar untuk bekerja, namun mereka juga masih memegang tanggung jawab utama untuk mengurus pekerjaan rumah tangga, membesarkan anak, dan merawat orang tua. Sebagai akibat dari ketidakseimbangan, banyak keluarga mengalami konflik dan menjadi tidak stabil. Sesuatu yang disebut "reformasi ekonomi" yang dimulai pada akhir 70-an, mengekspos orang-orang China pada faktor eksternal dan mengakibatkan mereka melakukan pengejaran kebebasan seksual yang membabi buta. Banyak keluarga ini kemudian mengalami bahaya disintegrasi, dan fondasi masyarakat terguncang. Satu demi satu, bencana menghantam tanah China sebagai hasilnya.

Seperti kata pepatah, orang yang tidak bisa membedakan yang benar dan yang salah akan mengundang setan. Saat ini di China, banyak orang tidak percaya bahwa kebaikan dan kejahatan akan menerima balasan karena mereka menjadi korban momok komunis. Landasan moral mereka telah hancur. Para pria dan wanita yang secara sukarela menyerahkan diri sejati dan jiwa mereka tidak ada bedanya dengan mayat berjalan atau binatang tanpa belas kasih. Mereka menurunkan kewaspadaan mereka dan tidak melakukan pembatasan pada perilaku asusila mereka. Dalam mengejar kebebasan seksual, mereka melakukan persetubuhan tanpa aturan dan tiada henti mencari dan memuaskan rasa lapar tak berbatas mereka akan kepentingan-kepentingan material. Mereka sedang menuju ke arah kerusakan dari segi norma kepatutan.

Pada sekarang ini di China, seseorang tidak bisa lagi menemukan jejak kebudayaan tradisional China maupun kemurnian yang berasal dari itu. Runtuhnya moralitas dan pengejaran kebebasan seksual dan kepentingan pribadi adalah alasan mendasar yang menyebabkan periode akhir Dharma. Sementara itu, ilmu pengetahuan modern telah memberikan semua kenyamanan bagi orang untuk mengejar hedonisme. Banyak orang tidak keberatan menggunakan segala cara yang tersedia untuk memaksimalkan kepentingan materi dan kenikmatan hedonistik mereka. Pada akhirnya, ilmu pengetahuan menjadi katalis yang mendorong manusia ke arah kerusakan moral dan sejarah menuju kehancuran.

Dalam hal mencari pasangan, ada fenomena yang disebut "punya dua dan tidak punya dua" yang populer di kalangan anak muda di China pada masa kini. Perkataan ini berarti mereka ingin pasangan mereka memiliki rumah dan mobil, namun tanpa ibu dan ayah yang perlu dikhawatirkan. Standar tersebut berlawanan sepenuhnya terhadap tujuan pernikahan, yaitu, untuk menghasilkan keturunan. Banyak pria dan wanita hidup bersama terlebih dahulu tanpa menikah. Prostitusi telah menjadi karir yang terbuka, profesional, dan dapat dipasarkan. Perselingkuhan merajalela, dengan banyak suami memiliki satu, dua, atau bahkan lebih dari dua wanita simpanan. Perceraian tampak seperti mode, dan tak seorangpun berpikir bahwa homoseksualitas adalah sesuatu yang salah.

Kurangnya keyakinan yang lurus telah menyebabkan rusaknya masyarakat dan keluarga. Rata-rata lebih dari 2.000 perceraian terjadi di China setiap hari. Pengejaran akan kebebasan seks telah menelan korban pada pelakunya. Penyakit menular seksual menyebar dengan cepat di berbagai daerah. Banyak orang telah kehilangan harapan dan semangat. Mereka menjadi tertekan dan menderita karena kesehatan yang melemah. Beberapa bahkan mati muda atau mengalami kesulitan hamil untuk melahirkan generasi berikutnya. Bahkan bagi mereka yang mampu menghasilkan generasi penerus, anak-anak mereka sering kali lahir dengan segala macam masalah kesehatan. Ini adalah fenomena mengkhawatirkan yang membahayakan masa depan bangsa China.

Sejarah telah membuktikan bahwa mengabaikan prinsip-prinsip moral akan mengarah pada kehancuran keluarga, pilar pembangun yang menjadi tumpuan seluruh masyarakat. Orang-orang yang terjebak dalam keadaan membingungkan ini tidak tahu bahwa ini adalah momok komunis yang sedang mencoba untuk menyapu manusia dari landasan masyarakat.

Pembebasan sifat alami keiblisan masyarakat berefek pada kemerosotan, menyebabkan keluarga dan kemudian seluruh masyarakat hancur. Banyak keluarga hanya menjadi formalitas tanpa pernikahan sesungguhnya antara suami dan istri. Rumah yang sebelumnya adalah tempat bernaung yang nyaman sebaliknya telah menjadi makam ketidakbahagiaan tempat mengubur pikiran dan jiwa mereka.

Keluarga adalah pilar dari masyarakat. Jika tidak ada pilar, apakah ada harapan bagi struktur masyarakat yang tersisa? Jika semua negara di dunia ini jadi begini, bumi ini akan berubah buruk seperti apel busuk. Di mana jalan keluar bagi umat manusia? Apakah ada harapan?

Tekankan Tiga Panduan Utama dan Lima Kebajikan Tetap

Keberadaan dan kemajuan umat manusia ditentukan oleh hukum-hukum alam dan segala sesuatu telah diatur secara dini oleh Langit. Seorang pria dan seorang wanita tidak akan pernah menikah jika mereka tidak ditakdirkan untuk menjadi suami dan istri. Tidak peduli bagaimana orang menemukan pasangannya, baik melalui usaha mereka sendiri, dikenalkan oleh orang lain, atau diatur oleh orang tua, ia pasti akan berakhir hidup dengan orang yang sama jika mereka ditakdirkan untuk menjadi suami-istri. Bagaimana jadinya pernikahan semua tergantung pada takdir pertemuan antara suami dan istri. Baik itu keberhasilan atau kegagalan, itu adalah kebajikan pasangan dan karma yang terakumulasi dalam kehidupan mereka sebelumnya yang berperan.

Selain kasih sayang, ada juga rasa utang-piutang yang dimiliki satu sama lain oleh suami dan istri dari kehidupan yang lampau. Pria harus bertanggung jawab untuk wanita, yang mempercayakan seluruh hidupnya kepadanya. Wanita, di sisi lain, harus peduli terhadap suami. Dalam reinkarnasi yang tak berujung, tidak ada yang dapat membawa ketenaran dan kepentingan materi ke liang kubur, tetapi kebajikan dan karma akan selalu terbawa. Yang paling buruk adalah persetubuhan tanpa aturan, yang akan menghasilkan karma yang sangat besar. Begitu seseorang melakukan persetubuhan yang terlarang, baik itu seks sebelum menikah atau dengan selingkuhannya, keberuntungannya akan berkurang, dan ia mungkin hanya akan mewariskan karma kepada keturunannya. Namun, pikiran seseorang menentukan perilakunya. Akan sangat tak ternilai berharganya jika seseorang bisa menahan pikiran jahat dan berhenti melakukan hal-hal buruk.
 
RAHASIA KEHIDUPAN
tumb.jpg

Mata manusia memiliki kemampuan untuk mengamati berbagai macam hal, tetapi selalu terlihat dari arah luar. Tidak mungkin bagi mereka untuk melihat wujud suatu obyek serta kehidupannya secara benar. Sebagai contoh, bila anda ingin memperhatikan diri sendiri, anda harus menggunakan cermin. Jika anda tidak mempunyai cermin, anda hanya dapat melihat penampilan-penampilan orang lain. Dengan demikian bagaimana caranya kita melihat secara benar penampilan kita sendiri dan keadaan negara kita (Negeri Tiongkok)? Untuk melakukan hal itu, kita dapat meminjam kebijaksanaan dari orang-orang China pada masa lampau.

Dewasa ini ketika aku membuka buku Shi Ji (Catatan-catatan Grand Historian, yang ditulis tahun 109-91BC), dari Yi Benji (Biographies Imperial) - Bagian Ketiga, aku melihat suatu dialog yang luar biasa antara Kaisar Chen Tang dari Dinasti Shang dan Chen Yi Yi. Chen Tang adalah kaisar yang pertama dari Dinasti Shang (1600 BC-1046 BC). Ia terkenal akan integritas moralnya. Ia menjelaskan sebuah prinsip yang sangat sederhana: Seorang manusia dapat mengamati penampilannya dengan menyaksikan air. Demikian juga, seorang manusia dapat menilai suatu negeri dengan memperhatikan orang-orangnya. Berdasarkan pada penderitaan orang-orang dan rasa cinta atau kebencian rakyat terhadap pemerintah, anda dapat menilai kesejahteraan sebuah masyarakat seperti halnya kejayaan atau kejatuhan dari suatu dinasti.

Seperti yang sedang dibicarakan, Yi Yi berkata, "Ketika memerintah suatu negeri, anda perlu memilih pejabat dengan standar moral yang tinggi yang anda ketahui akan melakukan hal yang terbaik demi rakyat."

Di dalam Yi Jing (I Ching, "Book of Changes"), disebutkan, "Surga menghasilkan satu, satu menghasilkan air, dan air menghasilkan sepuluh ribu materi. Pada "Bab Delapan" dari Dao De Jing (Tao Te Ching), Lao Zi (Lao Tzu) berkata, "Manusia yang paling ramah seperti air -- mereka dapat berguna bagi segala sesuatu dan tidak pernah berjuang dengan yang lain. Air ditempatkan pada tempat yang paling kotor. Dengan demikian menjadikannya dekat dengan Dao." Anda dapat menemukan air pada tempatnya dimana tidak seorang pun ingin berada di dalamnya. Oleh karena itu, adalah dekat dengan Dao. Di antara ribuan hal yang ada dalam dunia ini, Lao Zi memberikan banyak pujian kepada air. Ia berpikir bahwa kebajikan dari air adalah karena dekatnya dengan Dao (Tao). Di dalam dunia nyata, jika anda sering mengamati air, anda akan melihat bayanganmu sendiri. Anda akan tegas terhadap diri anda dan penampilan dalam batin ketika anda mematahkan permasalahan. Ini adalah kualitas dari seseorang yang tak egois.

Kaisar Tang dari Dinasti Shang dikenal karena mempunyai karakter yang tak egois. Menurut legenda, segera setelah Dinasti Shang berdiri, tidak ada hujan dan negeri dilanda musim kering beberapa tahun. Orang-orang berdoa bagi hujan, tetapi doa-doa mereka tidak terkabul. Seorang ahli sihir lalu mengusulkan bahwa mereka harus mengorbankan seorang manusia untuk membawa hujan kembali ke daerah. Kaisar Tang berkata, "Berdoa bagi air adalah bermanfaat bagi rakyat. Bagaimana bisa kita mengorbankan seorang manusia?" Sesaat kemudian, ia berkata dengan tegas, "Jika ini adalah satu-satunya cara, izinkanlah saya yang menjadi korbannya." Ia kemudian memilih satu hari baik. Pada hari itu, ia membersihkan diri, rambut dan kukunya dipotong, dan memakai kain kapas yang putih. Ia berlutut di depan altar pengorbanan di hutan dan berdoa, "Tuhan, jika aku yang berdosa, tolong jangan diberi hukuman rakyatku. Tolong letakkan dosa mereka padaku. Tolong hukum aku sebagai penanggung jawab atas kejahatan-kejahatan mereka." Kemudian terjadilah guntur yang berkilat, dan hujan deras turun dari langit. Orang-orang bersorak sorai dan Kaisar Tang dibawa kembali ke istananya dari hutan.

Sejak zaman lampau, kaisar-kaisar yang bijaksana sudah menghormati Tuhan. Mereka mengkultivsi diri mereka dan memerintah negeri dengan kebajikan. Mereka mencoba untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya. Kaisar-kaisar brutal yang keras kepala telah melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Mereka menolak untuk menerima nasihat yang baik dan mencoba untuk bersembunyi atas kekeliruan-kekeliruan mereka. Mereka menganiaya pejabat-pejabat setia dan membunuh orang-orang yang baik hati. Hanya orang-orang dengan kebaikan dapat dengan sukses memerintah suatu negeri. Ketika seorang penguasa yang brutal dikutuk oleh rakyatnya, akhir hayatnya telah mendekat.
 
Guan Ning mengabaikan Segumpal Emas yang Ia Temukan di Ladang Padi

Guan Ning dan Hua Xin adalah teman sekelas selama masa Tiga Kerajaan (220-280 sesudah Masehi). Mereka belajar dan bertani bersama. Suatu hari ketika Guan Ning sedang mencangkul di ladang, cangkulnya memukul sebuah batu yang akhirnya diketahui sebongkah emas. Ia melempar emas tersebut dan melanjutkan mencangkul. Hua Xin melihat Guan Ning melempar emas dan mengambilnya. Ia meletakkan emas tersebut di tangan dan memeriksa setiap sudut dan kemudian melihat kearah temannya beberapa saat sebelum akhirnya ia melempar kembali emas tersebut.

Apa perbedaan antara Guan Ning dan Hua Xin? Guan Ning sungguh-sunguh memperlakukan dririnya sebagai orang Xiulian. Ia menghidupi dirinya sendiri dengan bertani. Ia juga sangat menghargai hidup sebagai seorang petani. Pada saat yang sama, ia juga memperlakukan pekerjaan petani sebagai bagian di dalam kultivasinya dan menganggap kesukaran menjadi petani sebagai kesenangan. Ia memiliki cara hidup seperti yang pernah digambarkan oleh sastrawan Tiongkok terkenal yang juga seorang pendeta, Tao Yuanming: ambillah bunga serunai di kaki pagar bagian timur, yang akan membawa pada pemandangan indah Pegunungan Zhongnan. Jika seandainya adalah seorang manusia biasa yang menemukan sebongkah emas selagi mencangkul, kemungkinan ia akan berpikir, wah, bagusnya. Selamat tinggal pekerjaan. Hidup nyaman, datanglah. Bagaimanapun seseorang harus menukarkan kebijakan (de) dengan sebongkah emas yang didapatkan cuma-cuma.

Selain itu, hidup nyaman akan membawa seseorang pada keterikatan akan kenyamanan, yang seharusnya tidak dimiliki seorang kultivator. Hua Xin, di sisi lain, langsung mengambil bongkahan emas tersebut ketika ia melihatnya. Namun tiba-tiba ia berpikir, mengapa Guan Ning melempar emas tersebut? Jelas-jelas siapa saja akan melihat itu adalah emas.? Kemudian ia menyadari bahwa Guan Ning tidak memiliki keterikatan akan kekayaan dan terlihat perbedaan besar diantara keduanya. Ia merasa malu pada dirinya dan akhirnya memutuskan membuangnya di depan Guan Ning. Banyak masyarakat Tionghoa tidak mempercayai praktisi Falun Gong karena praktisi Falun Gong sangat peduli dengan apa yang mereka miliki dan tidak menghabiskan banyak waktu mengejar kekayaan. Mereka umumnya akan berkata kepada praktisi Falun Gong, berhentilah mengerjakan hal yang sia-sia untuk menolong praktisi Falun Gong di Tiongkok. Carilah uang sebanyak mungkin selagi kamu dapat! Melihat pada orang-orang demikian, seolah-olah praktisi Falun Gong akan kelaparan jika ia tidak gila kerja. Kenyataannya tidak setiap praktisi Falun Gong memiliki kesulitan ekonomi. Sebaliknya, para praktisi Falun Gong di luar Tiongkok setidaknya termasuk golongan ekonomi menengah.

Banyak para praktisi Falun Gong yang memiliki karir yang mantap dan gaji besar. Praktisi Falun Gong di Amerika Utara kebanyakan para pekerja professional dan memiliki jabatan tinggi. Banyak orang, khususnya rakyat Eropa, seseorang yang berambisi besar mengumpulkan uang sebanyak mungkin selagi mampu tidak lebih dari seseorang yang tidak memiliki hidup dan menggunakan pekerjaan sebagai alasan tidak mampu mengatasi hidupnya diluar pekerjaan. Setiap saat saya mendengar perkataan itu, saya menjawab, apakah Anda sungguh berpikir bahwa menghasilkan adalah arti sesungguhnya hidup itu? Guru berkata, seseorang harus kembali ke jati diri, ini adalah tujuan sebenarnya menjadi manusia.( "Benar-benar Membimbing Orang Ke Tingkat Tinggi" dalam Zhuan Falun Ceramah I buku utama Zhuan Falun)

Tao Yuanming menulis dalam puisinya, guruku mengajarkan aku, saya seharusnya lebih mengkhawatirkan apakah saya telah memperoleh Tao daripada khawatir apakah saya memiliki cukup harta. Guru berkata, kami katakan apabila kalian selalu melihat ke belakang setiap konflik mencuat, kalian akan menemukan bahwa laut dan langit adalah tanpa batas, dan situasi akan benar-benar berbeda.(Dari kesadaran di Ceramah 9 Zhuan Falun). Sekarang masyarakat benar-benar telah kehilangan akal rasio. Apabila mereka bersedia menengok ke belakang dan bercermin pada cara hidupnya, mungkin mereka akan menemukan cara hidup lain di mana lautan dan langit tanpa batas melebihi pengejaran akan kekayaan yang tak pernah berakhir.
 
Buku Tagihan Hutang Para Dewa

Pada dinasti Qing di kota Ming Xian ada seorang pejabat bermarga Wang, selalu memakai penanya menjatuhkan hukuman orang, orangnya picik dan serakah. Tetapi setiap dia melakukan korupsi, maka suatu hal aneh akan terjadi menghabiskan uang yang dikorupsinya.

Pada suatu hari dikuil Ming Xian ada seorang murid pendeta Tao, pada malam hari sedang tertidur di koridor di kuil. Tiba-tiba dia mendengar percakapan antara 2 orang dewa, seperti membahas sebuah masalah, membuka buku tagihan hutang mereka sambil berkata, “Pada tahun ini orang ini terlalu banyak korupsi dan serakah pada harta, dengan cara apakah supaya dia kehilangan harta tersebut?” Dewa yang satu lagi menjawab, “Dengan Cuiyun sudah cukup!, tidak usah memikirkan cara yang lain lagi.”

Pendeta Tao kecil ini sudah mengetahui di kuil ini sering terjadi hal-hal yang supranatural, dia sudah tidak heran lagi, tetapi dia tidak tahu dewa menginginkan pejabat Wang kehilangan hartanya dan siapakah Cuiyun itu?”

Tidak lama kemudian dia mendengar desas-desus, “Pejabat Wang mencintai seorang pelacur bernama Cuiyun, menghabiskan banyak hartanya, sekarang sudah hampir bangkrut.” Pendeta Tao cilik dengan menjerit “Wah” sekarang semuanya menjadi jelas “Rupanya demikian!”.

Tidak berapa lama kemudian dia mendengar lagi, “Pejabat Wang menderita penyakit ganas, tidak ada uang untuk biaya pengobatan, kehidupannya sangat susah, dia sudah dipecat dari jabatannya.” Dia menjadi bahan desas-desus di masyarakat seperti, “Dia telah mencelakai terlalu banyak orang, telah mengkorupsi puluhan ribu emas dan lain sebagainya.”

Yang terakhir terdengar bahwa pejabat Wang telah menjadi gila dan mati di jalanan. Tidak ada yang menguburkannya.
 
Utamakan Etika, Tanpa Tersisa Dendam

Tabib terkenal dari Dinasti Ming, Wan Quan menunjukkan profesionalisme, akhlak yang mulia, dan menjunjung tinggi kode etik dikisahkan dalam sebuah cerita yang sejak lama telah diturunkan secara turun temurun.

Wan Quan adalah seorang tabib yang disegani pada Dinasti Ming. Ia dilahirkan pada Tahun ke-11 Hongzhi (1498 M) di daerah yang saat ini adalah Luotian di Propinsi Hubei.

Bukan saja karena ia sangat terampil dalam seni meramu obat, ia bahkan lebih dikagumi karena tingkah lakunya yang luhur. Dia dikenal dengan sifat yang sangat peduli dan pemaaf, dan memperlakukan sama terhadap semua pasien, tidak menaruh dendam atas percekcokan masa lalu.

Wan pernah mempunyai perselisihan dengan seorang yang sekampung dengannya bernama Hu Yuanxi. Kemudian, anak Hu yang berumur empat tahun menderita penyakit yang aneh, termasuk batuk dan muntah darah. Selama delapan bulan Hu mencari pengobatan dari berbagai tabib terkenal, namun tanpa hasil. Akhirnya, ketika tidak ada pilihan lagi, Hu dengan enggan meminta bantuan Wan.

Hidup dengan prinsip "menyelamatkan kehidupan merupakan hal utama," Wan langsung pergi tanpa berpikir dua kali untuk melihat kondisi anak Hu. Setelah melakukan diagnosis, Wan mengatakan kepada Hu bahwa ia dapat mengobati penyakit putranya, tetapi akan memakan waktu sekitar satu bulan. Setelah minum lima dosis obat yang diberikan Wan, terasa kondisi anak itu membaik.

Namun karena perselisihan masa lalu, Hu bersikap waspada terhadap Wan. Hu menduga bahwa Wan mungkin tidak sepenuh hati memberikan perawatan yang diperlukan, sehingga Hu beralih ke tabib lain bernama Wan Shao.

Orang-orang menyarankan Wan Quan, "Karena Hu tidak suka pada anda, mengapa anda tidak pergi meningalkannya." Wan Quan menjawab, "Hu hanya memiliki satu putra ini. Tidak ada orang lain yang dapat mengobati penyakitnya. Jika saya pergi, Hu tidak akan datang kepada saya untuk meminta bantuan lagi. Hal ini akan menunda pengobatan anaknya. Jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada anak ini, saya akan tetap merasa bertanggung jawab."

Wan berkata, "Saya harus tinggal di sini untuk melihat bagaimana tabib lain merawatnya. Jika tabib lain merawatnya dengan benar, saya akan pergi, tetapi jika tidak atau tidak tepat, saya akan mencoba cara yang terbaik untuk menghentikannya. Jika saya tidak bisa menghentikannya, masih belum terlambat bagi saya untuk meningalkannya."

Ketika Wan Quan melihat resep Wan Shao, Ia tahu resep itu tidak cocok untuk anak itu, yang hidupnya bisa beresiko jika ia meminum obat seperti yang diresepkan Wan Shao, sehingga Wan Quan menunjukkan hal ini dengan sungguh-sungguh kepada Wan Shao. Namun, Wan Shao menolak untuk mendengarkan dan dengan keras kepala ia bersikeras menggunakan caranya. Hu, yang ada di sana mendengarkan percakapan tersebut, juga tidak bisa menerimanya dan berpihak pada Wan Shao. Wan Quan mengatakan kepada Wan Shao dengan sangat serius, "Saya tidak iri pada anda. Saya hanya prihatin terhadap anak itu."

Melihat situasi bahwa tidak ada yang menuruti nasihatnya, Wan Quan memutuskan untuk pergi. Tapi dia masih sangat prihatin terhadap kondisi anak itu. Sebelum berangkat, ia menyentuh kepala anak itu dengan lembut dan berkata kepada ayahnya, "Saya tidak akan memberi obat baru ini dengan dosis penuh. Saya akan mulai dari dosis yang rendah. Akan sayang jika kondisinya harus kembali menurun. Jika hal itu terjadi, apa yang akan anda lakukan? "

Setelah meminum secangkir kecil obat baru tersebut, kondisi kesehatan anak itu kembali menurun, persis seperti yang telah diprediksi Wan Quan. Anak itu menangis, "Saya lebih suka minum obat Wan Quan. tabib baru ini mencoba meracuni saya."

Hu Yuanxi sangat menyesal dan dengan gelisah pergi meminta bantuan Wan Quan lagi. Wan Quan tidak membiarkan apa yang telah terjadi sebelumnya mengganggunya. Dia mengatakan kepada Hu, "Jika anda mendengarkan saya sebelumnya, ini tidak akan terjadi. Sekarang jika anda benar-benar ingin saya untuk mengobati anak anda, anda harus percaya pada saya sepenuhnya. Tolong beri saya waktu sebulan dan saya akan merawatnya. "

Hu menyerahkan anaknya untuk dirawat Wan Quan. Perawatannya hanya membutuhkan waktu 17 hari bagi anak itu untuk pulih sepenuhnya. Keluarga Hu sangat berterima kasih kepada Wan Quan.
 
Legenda Ban Pin Shan

Bila Anda naik kereta api, ketika memasuki kota Kaohsiung di selatan Taiwan, Anda akan melihat gunung yang bernama "Ban Pin Shan." Gunung ini tampak persis seperti namanya, yaitu tersisa setengah.

Bentuknya seperti gunung biasa, tetapi dengan sisi yang hilang sebagian, seakan-akan setengah dari bukit tersebut telah dipotong dengan sebilah pedang. Anda mungkin penasaran dengan bagian yang hilang, tapi jangan khawatir, ada sebuah legenda yang menjelaskan asal-usulnya.

Konon dahulu kala, ketika Ban Pin Shan masih utuh, ada sebuah desa kecil di kaki gunung. Suatu hari, seorang kakek tua penjual kue datang ke desa itu. Rambut dan janggutnya berwarna putih, pakaian yang dikenakannnya sangat tua dan usang. Tangan kakek tua menggenggam sebuah wadah besar, penuh dengan bakpau hangat yang berbau nikmat. Bakpau-bakpau ini terlihat sangat lezat untuk disantap.

Namun, semua orang desa berpikir orang tua ini sangatlah bodoh. Kakek tua menjajakan dagangannya, sambil berkata, " Bakpau hangat dan lezat! Satu seharga Rp.5.000, Dua Seharga Rp. 10.000, dan gratis jika mengambil tiga!"

"Ada apa, ada apa?" Penduduk desa bertanya-tanya dengan keheranan.

"Bakpau hangat dan lezat! Kacang merah dan wijen ! Satu harganya Rp.5.000, Dua harganya Rp. 10.000, dan gratis jika mengambil tiga!" , Kakek tua gila berteriak lagi.

Penduduk desa yang datang semakin banyak. Mereka berbisik-bisik dengan suara rendah, "Apakah ini sungguhan? Tak perlu membayar jika mengambil tiga bakpau? Jangan-jangan ini tipuan"

"Siapa yang peduli. Akan aku makan tiga bakpau pertama, kita lihat apakah itu gratis atau tidak?" Wang Si Kepala Besar mencoba.

"Mmmm, bakpau ini sangat enak!" Kata Wang Si Kepala Besar sambil mengunyah. Ketika Wang selesai makan bakpau kedua, dia begitu kenyang, hingga tidak bisa menelan yang berikutnya.

Namun, ia bertanya pada kakek tua, "Jika makan tiga, saya tidak perlu membayar khan?"

"Aku tidak pernah berbohong. Sudah aku katakan, tiga bakpau, gratis," kakek tua menjawab.

Dengan terburu-buru, Wang Si Kepala Besar memasukkan bakpau ketiga ke dalam mulut, hanya untuk satu tujuan, agar memperoleh bakpau gratis. Kakek tua menepati janjinya dan tidak meminta Wang untuk membayar.

Penduduk desa yang lain mulai mengambil bakpau dagangan si Kakek. Setiap orang memakan tiga bakpau agar gratis. Tidak ada yang makan satu atau dua bakpau. Setelah beberapa saat, bakpau sebanyak satu wadah penuh telah dihabiskan oleh penduduk desa.

"Kalian semua memang memiliki nafsu makan yang baik," kata kakek tua sambil tersenyum.

Penduduk yang tidak mendapat kue hanya bisa kecewa, menyaksikan kakek tua pergi dari desa. Seorang warga yang makan tiga bakpau tiba-tiba berteriak, "Lihat! Bagaimana mungkin gunung di belakang desa bisa hilang sebagian?!"

"Omong kosong! Saya rasa kamu makan terlalu banyak kue, sampai-sampai pikiran jadi linglung," jawab seseorang.

Penduduk desa kemudian kembali membicarakan kakek tua. "Ha! saya tidak percaya ini. Ada orang sebegitu bodoh yang menjual tiga bakpau dengan gratis."

"Bakpaunya sangat lezat. Aku penasaran apa bahannya. Aku juga penasaran dari mana kakek tua ini berasal. Aku harap dia datang setiap hari."

Pada hari kedua, kakek tua gila datang ke desa lagi. Dia berteriak, "Bakpau hangat dan lezat! Kacang merah dan wijen ! Satu harganya Rp.5.000, Dua harganya Rp. 10.000, dan gratis jika mengambil tiga!"

Kakek tua gila berteriak lagi. Semua orang kembali berkumpul. Mereka makan begitu cepat, sampai-sampai bakpaunya tidak terkunyah. Setelah beberapa saat, semua bakpau telah habis lagi.

Pada hari ketiga, hal yang sama terjadi. Penduduk desa berusaha makan bakpau sebanyak tiga buah. Tiba-tiba, terdengar suara, "Kakek, bisa tolong beri aku satu bakpau?"

Semua orang terkejut. Mereka berbalik dan menatap pria muda yang ingin membeli hanya satu bakpau saja.

"Anak muda, apakah kamu mendengar dengan jelas? "Satu harganya Rp. 5.000, Dua harganya Rp. 10.000, dan gratis jika mengambil tiga. Mengapa kamu hanya ingin satu bakpau bila kamu bisa mendapat tiga dengan gratis?"

"Saya tahu," anak muda menjawab, "Saya melihat Anda datang setiap hari. Anda membawa wadah yang berat ke sini dan pasti telah berjalan cukup jauh, namun tidak menghasilkan uang sepeserpun. Saya merasa kasihan. Saya benar-benar ingin membantu. Tapi uang saya hanya cukup untuk membayar satu bakpau. "

Ketika mendengar kata-kata itu, kerumunan penduduk desa yang serakah itu merasa sangat malu.

"Ha, Ha! Akhirnya aku menemukanmu. Kamu adalah orang yang cocok menjadi muridku. Saya adalah dewa dari gunung di belakang desa."

Semua orang sekarang menyadari bahwa orang tua itu sebenarnya adalah dewa gunung. Untuk mencari seorang murid yang dapat dipercaya serta baik hati, dewa gunung menyamar sebagai orang tua bodoh untuk menguji hati penduduk desa. Yang dijualnya bukanlah benar-benar bakpau. Bakpau yang dibawanya terbuat dari lumpur yang digali dari gunung.

Setelah mendengar penjelasan dewa gunung, penduduk desa berlari untuk melihat kue yang tersisa. Namun, yang mereka lihat hanyalah sebuah wadah besar berisikan lumpur. Ketika mereka berbalik dan melihat gunung, penduduk desa melihat bahwa benar, setengah bagian gunung itu telah lenyap.

Kemudian, dewa gunung membawa pemuda baik hati ini ke tempatnya dan siap menurunkan semua ilmu yang dimilikinya. Adapun penduduk desa, mereka merasa benar-benar jijik setelah makan semua lumpur itu. Mereka berharap bisa memuntahkan semua lumpur yang telah mereka makan. Mereka menyesali tindakan mereka, menyalahkan diri sendiri karena terlalu serakah. Setelah kejadian ini, penduduk desa menamai gunung tersebut Ban Pin Shan.
 
Bunga yang Tumbuh di Guci Abu Jenasah

"Toleran terhadap orang lain adalah hal yang paling mulia, karena ada dia, maka manusia bisa menikmati kehidupan ini tanpa berkonflik dengan orang lain."

Ada seorang perempuan desa, ketika pada hari raya pertama membuka pintu rumahnya, dia melihat di pintu rumahnya ada orang yang sengaja meletakkan sebuah guci yang berisi abu jenasah. Hal yang demikian sial terjadi pada hari pertama hari raya, pasti ini adalah perbuatan tetangganya yang bermusuhan dengannya karena dendam kepadanya sengaja melakukan hal itu.

Menurut tradisi di pedesaan, hal ini adalah hal yang sangat sial, karena hari ini adalah hari raya yang membuat setiap orang bergembira mengapa bisa melakukan hal yang tidak menggembirakan?

Jika perbuatan ini menimpa orang terpelajar dia hanya akan berkata, “Apakah perlu bersabar lagi?, dan jika kejadian ini terjadi pada orang yang kasar, maka dia akan memaki, bahkan akan memukul orang, atau memakai guci ini memukul kekepala orang yang melakukan hal ini, maka guci tersebut akan benar-benar menjadi tempat abu jenasah.

Kejadian tragis ini tentu akan membuat orang menangis, maka pada saat ini toleran terhadap orang lain memegang peranan yang sangat penting. Yang akan mencairkan rasa dendam menjadi persahabatan, membuat yang kalah menjadi pemenang.

Saya akan menceritakan kepada anda sekalian akhir dari cerita ini.

Orang desa ini membawa guci tersebut ke sawahnya, mengambil tanah dan diisi ke dalam guci, kemudian dia mengambil sebatang pohon bunga sakura menanamkan batang tersebut di guci ini.

Pada hari raya berikutnya, bunga di dalam guci ini bermekaran, dengan diam-diam dia meletakkan guci yang berbunga ini di pintu rumah tetangga musuhnya ini. Pada hari itu juga, tetangga musuhnya dengan perasaan malu datang kerumahnya meminta maaf dan berkata, “Sobatku, saya telah kalah.”

Saya sungguh menyukai akhir cerita ini, saya sangat salut kepada orang desa ini dengan bijaksana dia dapat menyelesaikan masalah, dia tahu bagaimana sifat sabar yang bijak. Walaupun hanya orang desa tetapi perbuatannya lebih mulia dari orang yang terkadang mengganggap dirinya terpelajar, tetapi ketika menghadapi masalah tidak teringat kepada etika lagi.

Oleh sebab itu toleran terhadap orang lain, juga merupakan perbuatan baik terhadap diri sendiri.
 
Mengembalikan Emas Mendapat Emas

Di Shantung adalah seorang pedagang kaya bernama Chang Lauhan, dahulu dia adalah seorang petani yang sangat miskin, tetapi orangnya sangat jujur dan baik.

Pada suatu hari ketika Chang Lauhan sedang berjalan dipasar, dia melihat ada sebuah tas kulit tergeletak di jalan, ketika dia membuka tas tersebut didalam tas seluruhnya berisi emas, lalu dia berpikir orang yang kehilangan tas yang demikian berharga ini pasti sangat panik, oleh sebab itu dia duduk dipinggir jalan menunggu pemilik tas ini, setelah menunggu beberapa lama, ia melihat seorang wanita yang sedang menangis dengan sedih berjalan ke arahnya, setelah bertanya dan memastikan tas berisi emas ini milik wanita ini, Chang Lauhan mengembalikannya kepadanya.

Pemilik emas ini setelah mendapatkan kembali tasnya merasa sangat gembira, dia lalu memberikan uang kepada Chang Lauhan sebagai imbalan, tetapi Chang Lauhan bersikeras tidak menerima pemberian.

Pada saat ini istri Chang Lauhan yang mengantar nasi kepada Chang tiba ditempat ini, mendengar pembicaraannya dengan pemilik tas tersebut, dengan lugu dia berkata kepada pemilik tas ini,” Saya sering mendengar orang mengatakan emas, tetapi bagaimana bentuk emas tersebut saya sama sekali tidak pernah melihatnya, dapatkah engkau memperlihatkan kepada saya bagaimana bentuk emas itu?” Pemilik tas itu segera membuka tasnya menunjukkan emas itu kepada istri Chang.

Setelah pemilik emas itu berlalu dari tempat itu, istri Chang membalikkan badannya berkata kepada suaminya, “Ketika saya sedang mencari kayu bakar di hutan, waktu itu hampir sampai di tepi jurang, saya pernah lihat di sebuah gua terpencil, didalamnya banyak sekali emas yang seperti tadi dibawa ibu tersebut. Namun saya tidak tahu bahwa itu adalah emas dan berharga, jadi saya biarkan saja."

Setelah mendengar perkataan istrinya, Chang lalu mengajak istrinya ke tempat dia menemukan emas tersebut, benar saja ketika mereka sampai disana ternyata gua terpencil itu adalah tempat harta karun emas, akhirnya mereka berdua memasukkan emas-emas tersebut kedalam goni membawanya pulang ke rumah mereka, mulai saat itu mereka menjadi orang kaya.

Emas tersebut yang berada dalam gua memang dikaruniakan Tuhan untuk mereka berdua, hanya Tuhan mencoba menguji mereka, sehingga Chang mendapatkan emas, untuk melihat kedua suami istri ini apakah mereka memang orang yang jujur? Mereka berdua melewati ujian tersebut, dengan jujur mengembalikan emas tersebut kepada pemiliknya. Akhirnya Tuhan menyerahkan semua emas yang didalam gua itu ke tangan mereka. Semua itu bukanlah kebetulan mereka temukan, coba bayangkan gua yang penuh emas itu sudah demikian lama berada disana tidak ada yang bisa menemukannya. Bukankah itu hal yang aneh?
 
Tidak Akan Hilang Jika Memang Milikmu

Tidak akan hilang jika memang milikmu, tetapi jika memang bukan milikmu bagaimanapun anda menginginkannya tetap tidak akan diperoleh. Ini adalah prinsip alam semesta, tetapi ada berapa orang yang benar-benar percaya kepada prinsip ini? Manusia hidup didunia ini seumur hidup bertarung untuk mendapatkan apa yang diinginkan, menghalalkan segala cara sehingga menimbun banyak dosa dan karma.

Ini adalah sebuah cerita dimasa kecil saya yang sering diceritakan oleh orang-orang tua yang bijaksana.

Di China bagian selatan ada sebuah desa, didesa ini ada seorang kaya, orang kaya ini ada seorang pembantu lelaki, ayah pembantu ini semasa hidupnya juga bekerja untuk orang kaya ini, seumur hidup bekerja dengan rajin, sehingga mengumpulkan banyak pahala baik untuk keturunannya.

Pada suatu malam, dewa langit yang bertugas mengumpulkan harta menitipkan sebuah mimpi untuk pembantu lelaki ini, didalam mimpi ayahnya yang sudah meninggal berpesan kepadanya, besok sore menyuruhnya datang ke kandang kuda membersihkan kotoran kuda. Di bawah tumpukan kotoran kuda ada sebuah kantong biru, didalamnya berisi 10 batang emas, ayahnya berulang kali berpesan kepadanya, diantara 10 batang emas ini hanya 1 batang milikmu, yang 9 batang lagi adalah milik majikannya, ayahnya menyuruhnya harus mengembalikannya kepada majikannya jangan dijadikan milik sendiri, karena itu memang bukan milikmu.

Sesuai dengan pesan dimimpinya, pembantu lelaki ini pergi ke kandang kuda membersihkan kotoran kuda, benar saja dibawah kotoran kuda dia menjumpai sebuah kantong biru didalamnya berisi 10 batang emas, seumur hidupnya dia belum pernah melihat begitu banyak emas, hatinya mulai goyah, timbul niat jahatnya, dia berpikir emas ini bisa membuat dia kaya raya seumur hidupnya, sehingga tidak perlu lagi bekerja, selanjutnya dia bisa menikmati hidup enak. Pembantu lelaki ini berpikir emas ini dia yang menemukan, tidak ada sedikit hubungan dengan majikannya, dia bermaksud mengambil semua emas ini menjadi milik dirinya sendiri.

Setelah makan malam, pembantu lelaki ini bermaksud membawa pulang 10 batang emas ini. Dia lalu pergi menemui majikannya dan berkata, “Sudah dekat tahun baru, sebenarnya saya masih mau bekerja beberapa hari lagi, tetapi istri saya sudah mau melahirkan, saya bermaksud pulang lebih cepat membantunya.” Majikannya sangat perhatian dengan gembira menyetujuinya.

Rumah pembantu lelaki ini tidak jauh, hanya ½ jam bisa sampai. Akhirnya pembantu lelaki ini membawa 10 batang emas tersebut berjalan pulang kerumahnya.

Diantara 10 batang emas ini, hanya 1 batang yang karena ayahnya berbuat amal sehingga menjadi milik pembantu lelaki ini, sedangkan yang 9 batang adalah karena orang tua majikan kaya ini berbuat amal meninggalkannya untuk majikan kaya ini. Pembantu lelaki ini membawa pulang 10 batang emas ini, membuat dewa langit menjadi marah. Dewa langit berubah menjadi perampok, menunggu dijalan yang akan dilewati pembantu ini, ingin memberi pelajaran kepada pembantu lelaki ini.

Pembantu lelaki ini sambil mengantungi 10 batang emas dengan gembira berjalan pulang kerumahnya, di jalan dia bertemu dengan seorang yang tinggi besar dengan wajah bengis.

Lelaki tinggi besar ini mendekatinya, setelah berada didepannya meninju wajahnya. Dengan pisau ditangan lelaki bengis ini berkata, “Cepat serahkan semua emas yang engkau bawa, jika tidak saya tidak akan membiarkanmu hidup!” Pembantu lelaki ini ketakutan dari kantongnya dia mengeluarkan 9 batang emas sambil berkata, “hanya ini, semuanya sudah saya keluarkan.” “Bohong, cepat keluarkan semuanya!” Pemuda ini demi menyelamatkan nyawanya mengeluarkan seluruh emasnya dan menyerahkannya kepada lelaki bengis ini, Lelaki bengis ini menyepak pembantu ini jatuh ketanah lalu pergi meninggalkannya.

Pembantu ini setelah melihat lelaki bengis ini sudah pergi menjauh, lalu perlahan dia bangkit seperti mimpi, dengan linglung dia kembali kerumahnya. Setelah sampai dirumahnya dia hanya bilang kepada istrinya bahwa dia sudah sangat lelah, tidak berkata apa-apa lagi. Istrinya melihat keadaannya suaminya berpikir sudah seharusnya lelah sudah bekerja seharian, lalu dia meladeni suaminya untuk dapat istirahat secepatnya.

Dewa langit untuk menyelesaikan tugasnya, lalu dia berubah menjadi seorang tua berkunjung ke rumah majikan kaya ini, dan berkata, “Saya tahu, ayahmu sudah meninggal, semasa hidupnya ayahmu adalah partner bisnis saya. Ayahmu menitipkan 10 batang emas, yang sembilan batang adalah milik kamu, dan yang satu batang adalah milik pembantu lelakimu, engkau harus menyerahkan kepadanya, tidak boleh menjadi milikmu.” Setelah berkata demikian orang tua ini dari kantongnya mengeluarkan 10 batang emas menaruhnya diatas meja, lalu menghilang dari tempat itu.

Setelah orang tua ini menghilang, majikan kaya ini tahu hari ini dia sudah bertemu dengan dewa, apa yang dipesan dewa harus dipatuhi dia tidak berani membantah, dia bermaksud bergegas pergi kerumah pembantunya.

Setelah ½ jam majikannya sampai dirumah pembantunya, berkata kepada pembantunya, “Engkau sudah sepanjang tahun bekerja dirumah saya, sudah sangat capek, istrimu sudah akan melahirkan, saya tahu engkau tentu perlu uang, saya hadiahkan sebatang emas ini kepadamu semoga istrimu dapat melahirkan dengan selamat, semoga keluargamu dapat berbahagia di tahun baru ini.” Setelah berkata demikian majikannya menaruh sebatang emas diatas meja, pembantu lelaki ini juga menjadi bengong, apapun tidak bisa diucapkannya, didalam hatinya terngiang pepatah, “Tidak akan hilang jika memang sudah menjadi milikmu, tetapi jika bukan menjadi milikmu, bagaimanapun engkau tidak akan mendapatnya.”
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.