byakuya
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 46894
- Sejak
- 25 Jun 2008
- Pesan
- 14.460
- Nilai reaksi
- 288
- Poin
- 83
Perceraian dan status janda memberikan dampak negatif kehidupan kesehatan seseorang. Mereka yang mengalami perceraian lebih berisiko menderita penyakit kronis seperti jantung dan kanker.
Meskipun ada anggapan bahwa perceraian merupakan jalan terbaik jika sudah tidak ada kecocokan lagi, namun pergulatan proses perceraian yang mempengaruhi emosi dapat membahayakan kesehatan. Mereka yang mengalami perceraian lebih berisiko menderita penyakit kronis seperti jantung dan kanker.
Ini dibuktikan berdasarkan satu penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Opini Nasional di Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Perceraian dan status janda memberikan dampak negatif dalam kehidupan jangka panjang seseorang yang mempengaruhi kesehatan fisik. Stres yang dialami dan kondisi keuangan yang tidak stabil memicu masalah psikis yang berimbas ke fisik.
Meskipun kondisi ini bisa diatasi jika seseorang tersebut menemukan pasangan baru, namun cukup sulit untuk bisa mengembalikannya pada kondisi semula.
Penelitian membuktikan sekitar 20 persen pasangan bercerai menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung, kencing manis atau kanker dibandingkan mereka yang berkeluarga.
"Duapuluh tiga persen dari mereka bermasalah dengan aktivitas fisik, meliputi kesulitan berjalan jauh dan menaiki tangga. Mereka yang telah bercerai dan menikah lagi juga tidak luput dari risiko ini. Kemungkinan mereka menderita penyakit kronis mencapai 12 persen," ungkap Linda Waite dari University of Chicago.
Linda Waite melakukan riset yang melibatkan sekitar 8,652 responden berusia 51 dan 61. Penemuan ini juga dipertegas oleh Mary Elizabeth Hughes dari Johns Hopkins University di Baltimore.
"Tidak hanya perceraian, mereka yang belum menikah di usia setengah baya berisiko terserang ganguan penyakit kronis," papar Mary.
Hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam Journal of Health and Social Behavior, menyebutkan mereka yang belum menikah, cenderung mengalami keterbatasan aktivitas fisik hingga 12 persen dan berisiko menderita gejala depresi hingga 13 persen dibandingkan pasangan yang menikah.
Menurut Mary, pernikahan mampu memperbaiki kualitas hidup seseorang dengan berbagai cara. Sementara mereka yang hidup melajang biasanya memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti suka mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, sering lembur dalam pekerjaan sehingga lupa makan.
Kondisi ini terjadi karena mereka tidak memiliki pasangan hidup yang bisa diajak menghabiskan waktu bersama.
sumber:myspace.com
Meskipun ada anggapan bahwa perceraian merupakan jalan terbaik jika sudah tidak ada kecocokan lagi, namun pergulatan proses perceraian yang mempengaruhi emosi dapat membahayakan kesehatan. Mereka yang mengalami perceraian lebih berisiko menderita penyakit kronis seperti jantung dan kanker.
Ini dibuktikan berdasarkan satu penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Opini Nasional di Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Perceraian dan status janda memberikan dampak negatif dalam kehidupan jangka panjang seseorang yang mempengaruhi kesehatan fisik. Stres yang dialami dan kondisi keuangan yang tidak stabil memicu masalah psikis yang berimbas ke fisik.
Meskipun kondisi ini bisa diatasi jika seseorang tersebut menemukan pasangan baru, namun cukup sulit untuk bisa mengembalikannya pada kondisi semula.
Penelitian membuktikan sekitar 20 persen pasangan bercerai menderita penyakit kronis seperti penyakit jantung, kencing manis atau kanker dibandingkan mereka yang berkeluarga.
"Duapuluh tiga persen dari mereka bermasalah dengan aktivitas fisik, meliputi kesulitan berjalan jauh dan menaiki tangga. Mereka yang telah bercerai dan menikah lagi juga tidak luput dari risiko ini. Kemungkinan mereka menderita penyakit kronis mencapai 12 persen," ungkap Linda Waite dari University of Chicago.
Linda Waite melakukan riset yang melibatkan sekitar 8,652 responden berusia 51 dan 61. Penemuan ini juga dipertegas oleh Mary Elizabeth Hughes dari Johns Hopkins University di Baltimore.
"Tidak hanya perceraian, mereka yang belum menikah di usia setengah baya berisiko terserang ganguan penyakit kronis," papar Mary.
Hasil penelitian yang telah dipublikasikan dalam Journal of Health and Social Behavior, menyebutkan mereka yang belum menikah, cenderung mengalami keterbatasan aktivitas fisik hingga 12 persen dan berisiko menderita gejala depresi hingga 13 persen dibandingkan pasangan yang menikah.
Menurut Mary, pernikahan mampu memperbaiki kualitas hidup seseorang dengan berbagai cara. Sementara mereka yang hidup melajang biasanya memiliki gaya hidup tidak sehat, seperti suka mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, sering lembur dalam pekerjaan sehingga lupa makan.
Kondisi ini terjadi karena mereka tidak memiliki pasangan hidup yang bisa diajak menghabiskan waktu bersama.
sumber:myspace.com