• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Bukan kristen rutinitas

stanza

IndoForum Beginner E
No. Urut
44969
Sejak
31 Mei 2008
Pesan
441
Nilai reaksi
3
Poin
18
Makna Ibadah


INDONESIA diselubungi oleh banyak warna keagamaan. Sekali pun bukan negara agama, namun warna-warni keagamaan cukup kental dan melekat pada bangsa Indonesia. Agama-agama dunia seperti agama kristen, Hindu, Budha, Islam, dan Kongfucianisme hidup subur di Indonesia. Masing-masing agama itu memiliki ritual ibadahnya sendiri.

Apakah ibadah itu? Ibadah adalah kegiatan manusia menyembah kepada Yang Mahakuasa dengan hati yang tulus bersih dan jujur dengan tujuan untuk menghormati (Mengagungkan) dan menyenagkan Yang Mahakuasa. Untuk orang kristen, Yang MAHAKUASA adalah Tuhan yang dikenal dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Yang Mahakuasa juga dipanggil Bapa. sapaan Bapa menunjukkan kedekatan umat-Nya dengan Tuhan.

Memerhatikan definisi ibadah di atas, tampak dua sisi yang saling terkait: manusia dan Tuhan. hati yang tulus, bersih, dan jujur mendasari dilakukannya ibadah. Jadi, ibadah berhubungan dengan bagian dalam hidup manusia. Bagian dalam inilah yang terpenting.

Meski demikian, pada umumnya pelbagai ragam dalam ritual ibadah ditampakkan lewat ekspresi gerak tubuh bagian luar. Sikap posisi tubuh, gerak tangan, kaki dan kepala, serta mimik wajah merupakan ekspresi ritual. Terkadang masih ditambah lagi dengan sejumlah Sesajen. Demikianlah ritual fisik seringkali lebih mendominasi jalannya suatu ibadah.

Kitab Suci mencatat teguran Tuhan terhadap ritualisasi. Firman Tuhan dalam kitab Amos berkata, "Aku emmbenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Jauhkanlah daripada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau aku dengar" (Am. 5:21, 23) Tampak jelas bahwa ibadah yang hanya berbentuk ritual ditolak oleh Tuhan.

Mengapa bentuk ritual melalui nyanyian, musik dan kurban-kurban (sesajen) yang mereka persembahkan tidak diterima oleh Tuhan? Sebab kehidupan umat Tuhan termasuk juga para pemimpinnya waktu itu masih didisi dengan berbagai perbuatan jahat dan ketidakadilan (Am. 5:14-15). Perbuatan jahat bersumber dari hati manusia. Dari hati timbul "segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu, dan hujat" (Mat. 15:19)

Ibadah yang berisikan berbagai bentuk ritual merupakan hal yang sia-sia apabila tidak disertai oleh hati yang tulus, bersih, dan jujur. Itu sebabnya Nabi Yoel berkata, "Koyaklah hatimu dan jangan pakaianmu" (YL 2:13).
Pakaian menyiratkan bentuk luar sedangkan hati adalah bagian dalam hidup manusia. Berarti, ibadah berkaitan dengan:

  • 1. Introspeksi dan koreksi hati termasukatas pikiran dan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
    2 .Menanggalkan hal-hal yang najis, kotor, jahat, dan perilaku yang tidak baik
    3. Ritual batin dan bukan ritual fisik.
    4. Memuliakan Tuhan bukan dengan bibir (mulut) tapi dengan hati (Mat. 15:8-9).

Dalam Ibadah, manusia mengagungkan dan menyenangkan Tuhan. Bagi orang Kristen, ibadah merupakan masa dimana Tuhan hadir sendiri. Yesus berkata, "Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat. 18:20). Lalu bagaimana dengan ibadah yang dilakukan secara pribadi? Yesus berkata bahwa apabila kita datang secara pribadi kepada Bapa, Ia akan melihat dan membalas ibadah kita(Mat. 6:6).

Dengan menyadari kehadiran Tuhan, sudah seharusnya ibadah kita adalah untuk mengagungkan dan menyenagkan Tuhan. Sekali pun mata kita tidak melihat-Nya. Bagaimana realisasinya?
  • 1. Hindari beribadah dalam kondisi mengantuk Beribadahlah denagn fisik yang segar. fisik yang letih akan mengganggu fokus saat ibadah.
  • 2. Berpakaianlah sopan dan bersepatu. Sekali pun di wilayah Indonesia ada beeberapa komunitas yang tidak biasa memakai sepatu dan berpakaian seperti masyarakat modern pada umumnya. Para pemimpin wajib mengajarkan dan menolong menyediakan sepatu ataupun sandal serta pakaian bagi mereka. Peradaban primitif perlu diperbarui.
  • 3. Ikut menyanyi dengan baik. Para pemimpin pujian dan pemusik merupakan sarana yang membantu umat Tuhan agar dapat memuji Tuhan dengan baik.
  • 4. Doa yang dipanjatkan bukan doa yang panjang dan bertele-tele (Mat. 6:7) selain itu, umat Tuhan wajib berkonsentrasi untuk mendengar doa yang sedang dipanjatkan sekaligus ikut mendukungnya.
  • 5. Mendengarkan khotbah dengan baik. Bagi para pengkhotbah, bahan harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Pengkhotbah hendaknya juga mampu menarik perhatian para pendengar. Di samping itu, pengkhotbah di harapkan mampu memelihara konsentrasi pendengarnya dengan cara menjaga intonasi suara. Bagi umat Tuhna yang mendengar khotbah, konsentrasi perlu di jaga sebaik-baiknya. Hindari kondisi melamun serta gangguan-gangguan lain yang sekiranya dapat menghilangkan konsentrasi.
  • 6. Datang ke ibadah tidak terlambat dan mengikuti jalannya ibadah sampai selesai. Tata laksana ibadah hendaknya diatur dengan sebaik-baiknya agar tidak terkesan bertele-tele dan membosankan. Ibadah sebaiknya juga tidak mengambil waktu terlalu lama sehingga membuat umat Tuhan yang menjalaninya merasa tidak nyaman.
  • 7. Memberikan persembahan rutin, perpuluhan atau persembahan lain dengan hati yang tulus Hindarkanlah sifat kikir. Kitab Suci mengatakan, "Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga" (2. Kor. 9:6).
  • 8. Meninggalkan ruang ibadah untuk pulang ke rumah dengan hati yang penuh damai sejahtera. Caranya dengan mengimani Firman Tuhan yang telah dikhotbahkan.
  • 9. Membuang segala macam akar kepahitan. Agar perhatian dapat tercurah sepenuhnya kepada iabadah, mulai saat datang, pertengahan sampai pulang dari acara ibadah.
  • 10. Mengaktualisasikan ibadah.
 
Ibadah yang Monotheis

ALKITABmengajarkan ibadah yang monotheis. Dalam Alkitab dikatakan "Pada mulanya Allah" (Kej. 1:1). Istilah Allah bersifat Tunggal. Namun Allah Yang Tunggal atau Allah Yang Esa menampakkan Diri dalam Tiga istilah. Istilah pertama adalah (Kej. 1:1); istilah kedua, Roh Allah (Kej 1:2); dan istilah ketiga, Firman Tuhan (Kej. 1:3). Pernyataan Tiga istilah tersebut sama sekali tidak dapat diartikan bahwa terdapat tiga Allah atau Allah yang Polytheis. Allah tetap Esa dan Allah adalah Roh (Yoh. 4:24). Allah yang berkata-kata adalah Allah yang berfirman. Kata-kata atau firman Allah yang kemudian telah menjadi manusia dalam wujud Yesus Kristus (Yoh. 1:14) dan Roh Allah adalah SATU di dalam Allah. Dengan demikian Allah yang dikenal Alkitab ialah Allah Yang Tunggal atau Esa. Pernyataan tiga istilah yang ebrkaitan dengan Allah mewarnai seluruh pernyataan Firman Tuhan dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Ibadah terhadap Allah Yang Esa atau Monotheis sudah dikenal sejak penciptaan manusia. Setelah menciptakan manusia, Allah berfirman kepada manusia, (Kej. 1:28-29). Artinya, tercipta juga persekutuan antara Allah dan manusia. Persekutuan tersebut ditandai kedekatan Allah terhadap manusia, perhatian Allah kepada Manusia, dan komunikasi Allah dengan manusia. Persekutuan itu merupakan ibadah. Sekali pun tidak dinyatakan secara jelas tentang adanya ibadah manusia pertama (Adam dan Hawa) kepada Allah, namun dari persekutuan Allah dengan manusia, ibadah dapat dikatakan terlaksana dengan sempurna.

Ibadah umumnya dipahami sebagai upaya manusia menyembah dan mengagungkan Tuhan. Namun, ayat dalam kitab Kejadian tidak mengindikasikan usaha manusia untuk beribadah kepada tuhan. sebaliknya, justru Allah-lah yang berfirman kepada Manusia. Apakah gambaran itu dapat dimaknai sebagai ibadah? Memang dalam definisi ibadah yang kita pahami, manusia pertama dalam kejadian 1 tidak dapat dinyatakan telah beribadah kepada Tuhan. Manusia hanya sebatas menerima Firman Tuhan. Namun apabila kita merenungkannya dengan seksama, Allah yang berfirman kepada manusia adalah Allah yang bersekutu dengan manusia.

Ini berarti sebelum amnusia datang kepada-Nya, Allah telah terlebih dahulu datang kepada manusia. Allah yang lebih dahulu berkata-kata kepada manusia. Denagn kata lain, sebelum manusia datang untuk beribadah kepada Allah, Ia telah lebih dulu hadir. Demikianlah pula apabila manusia tidak hadir menghadap Allah, maka Allah yang mencari manusia. Ini nampak dari Kejadian 3 dimana Allah menghampiri manusia yang sedang menyembunyikan dirinya (Kej. 3:8-9)

Melalui pemahaman di atas, makna ibadah yang dipahami sebagai upaya manusia untuk menyembah dan mengagungkan Tuhan perlu direnungkan kembali. Ibadah bukanlah upaya manusia melainkan berasal dari inisiatif Tuhan. Ibadah diawali dari kehadiran Tuhan terlebih dulu. Tuhan yang telah hadir adalah Tuhan yang datang kepada manusia, Tuhan mendekatimanusia, dan Tuhan yang berfirman kepada manusia. Apabila kehadiran Tuhan diresponi manusia yang kemudian ditindaklanjuti dengan menyembah, memuji, dan mengangungkan Tuhan, ibadah pun tercipta. Ini berarti ibadah bukanlah ciptaan manusia. Ibadah bukanlah aturan manusia. Ibadah bukanlah sekadar kehadiran manusia . Ibadah bukanlah sekadar pertunjukkan. Ibadah bukanlah sebuah entertainment. Ibadah bukanlah berkumpulnya sejumlah manusia. Namun, ibadah adalah hadirnya manusia dihadapan Tuhan yang digerakkan oleh Tuhan sendiri, sehingga inisiatif untuk bersekutu dengan Tuhan dan mendengarkan Firman-Nya dimulai dari Tuhan sendiri.

Mari menelusuri bebrapa nas Alkitab ini.
  • 1. Kejadian 12:7 menyatakan "Ketika Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman ". Artinya, Tuhan yang datang berfirman". Artinya, Tuhan yang datang kepada Abram. Tuhan yang hadir di hadapan Abram. Tuhan yang lebih dahulu berkata-kata kepada Abram. Tindakan Abram selanjutnya adalah merespons kehadiran Tuhan itu dengan mendirikan mezbah. Abram menyembah dan mengangungkan Tuhan . Ibadah tercipta.
  • 2. Yohanes 6:44- "Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa". Kalau bukan Bapa yang menarik manusia maka tidak ada seorang pun yang datang kepada Yesus. Tuhan yang juga dipanggil Bapa itu menggerakkan seseorang agar datang kepada-Nya. Tanpa inisiatif dari Bapa, Tidak ada orang yang dapat bersekutu dengan Tuhan. Dengan kata lain, ibadah kepada Tuhan tidak akan terjadi apabila Bapa tidak menggerakkannya. Inisiatif dan motivasi manusia untuk bersekutu dengan Tuhan melalui ibadah berasal dari Bapa.
  • 3. Wahyu 3:20 menyatakan, "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetuk, Jika ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia dan ia bersama-sama dengan Aku." Nas ini menyatakan Tuhan berdiri di depan pintu sambil mengetuk. Berarti Tuhan berinisiatif. Tuhan yang bergerak mendekati manusia. Tuhan hadir karena Tuhan rindu bersekutu dengan amnusia. Lalu apa respon manusia? Apabila pintu dibuka oleh manusia, Tuhan masuk dan bersekutu dengan manusia. Karena itu manusia harus menghormati kehadiran Tuhan. Manusia yang membuka pintu hatinya kepada Tuhan adalah manusia yang akan menunjukkan ibadahnya kepada Tuhan. Istilah "makan bersama" mengandung pengertian bahwa manusia adalah pihak yang akan menyediakan dan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan.

  • 4. Wahyu 22:17 berkata, "Roh dan pengantin perempuan itu berkata, 'Marilah.' Dan barang siapa yang emndengarnya hendaklah ia berkata, 'Marilah"'. Istilah "Pengantin perempuan" merepresentasikan gereja atau umat Tuhan. Roh Tuhan dan para umat percaya berkata "Marilah ". Ibadah merupakan persekutuan antara Roh Tuhan dengan roh umat-Nya. Perhatikan susunan kata-kata-Nya berikut: 'Roh dan pengantin Perempuan." Kata "Roh" diletakkan lebih dahulu. Tuhan yang adalah Roh di posisiskan di depan. Berarti Tuhanlah yang berinisiatif untuk berfirman. Tuhanlah yang berinisiatif untuk bersekutu dengan umat-Nya.

Memerhatikan keempat nas di atas, kita dapat menyimpulkan:
1. Ibadah ditujukan kepada Tuhan Yang Esa, yang menyatakan Diri dalam tiga istilah yaitu Allah, Roh Allah, dan firman Allah.
2. Ibadah merupakan persekutuan antara Tuhan dan manusia di mana Tuhan berfirman kepada manusia.
3. Ibadah bersumber dari Tuhan sendiri. Tuhanlah yang hadir lebih dulu. Tuhan yang menggerakkan manusia untuk datang beribadah kepada-Nya. Tuhan yang berinisiatif untuk bersekutu dengan manusia
4. Ibadah merupakan respon manusia atas kehadiran dan gerakan Tuhan yang berinisiatif terhadap manusia.​
 
Ibadah dan Kurban


DALAM Kejadian pasal 4 tertulis mengenai ibadah yang konkret. Yakni ibadah yang disertai persembahan kurban. Kain mempersembahkan hasil tanah. Habel, adiknya, mempersembahkan hasil anak sulung domba termasuk lemaknya. Ternyata Tuhan lebih emnaruh perhatian pada kurban yang dipersembahkan Habel.

Kurban yang dipersembahkan baik oleh Kain maupun Habel merupakan bagian dari ibadah kepada Tuhan. Sangat mungkin Adam dan Hawa mengajarkan kepada mereka mengenai ibadah kepada Tuhan yang disertai kurban. Bukankah Tuhan yang terlebih dulu mengawali ibadah dengan suatu kurban? Saat Tuhan membuat pakaian kulit binatang, saat itu Tuhan mengurbankan binatang. Kemungkinan besar pakaian yang dibuat Tuhan berasal dari kulit domba. Bukankah sampai hari ini kulit domba telah menghasilkan kain wol untuk pakaian manusia? Agaknya sejak Tuhan membuat pakaian dari kulit binatang, kurban hewan pun menjadi perhatian Tuhan. Kurban binatang inilah yang selanjutnya dipergunakan dalam ritual ibadah kepada Tuhan.

Mengapa kurban yang dipersembahkan Habel diterima oleh Tuhan? Apakah Kain keliru mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan? Apakah karena persembahan Kain kepada Tuhan adalah berupa sebagian hasil tanah dan bukan berbentuk binatang? Alkitab memang mengajarkan bahwa kurban binatang seperti domba dan lemaknya adalah kurban yang dikehendaki Tuhan. Dalam kitab Imamat banyak disinggung mengenai kurban persembahan Yang paling penting untuk dimengerti adalah bahwa kurban binatang seperti domba mengeluarkan darah. "Tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan" (LBR 9:22). Habel mempersembahkan kurban yang lebih baik dan benar di hadapan Tuhan (lbr. 11:4).

Namun, yang lebih penting dalam ibadah Kain dan Habel tidak hanya terletak pada kurban yang mereka persembahkan, tapi terlebih pada perbuatan hidup mereka. sekali pun kurban persembahan sudah sesuai dengan peraturan ritual ibadah, jika orang yang memperesembahkan kurban itu perbuatannya jahat, maka Tuhan tidak akan memerhatikan dan menerima kurban persembahan itu. Nabi Amos menyatakan bahwa Tuhan sama sekali tidak berkenan menerima kurban yang disembahkan (Am. 5:12). Jadi permasalahan bukan pada kurban yang dipersembahkan, tapi pada orang yang mempersembahkannya, kehidupan orang yang diisi perbuatan jahat tidak akan berkenan di hati Tuhan.

Penulis surat Yohanes melaporkan bahwa segala perbuatan Kain jahat (1 Yoh. 3:12). Inilah yang menyebabkan Tuhan tidak berkenan atas kurban persembahan Kain. Alkitab tidak menjelaskan mengenai rincian perbuatan jahat Kain selain membunuh Habel. Alkitab hanya menjelaskan "hati Kain panas" dan "tidak berbuat baik" (Kej. 4:6-7). Perbuatan jahat bersumber dari hati. Alkitab berkata, "dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan..." (Mat. 15:19). Karena hati Kain jahat, perbuatan-perbuatannya pun jahat. Akibatnya, Tuhan tidak berkenan atas ibadah Kain.

Dari sini tampak dua sisi penting dalam ibadah. Dis atu sisi, ibadah wajib di sertai dengan perbuatan-perbuatan baik yang lahir dari hati yang baik. Disisi lain ibadah juga disertai dengan kurban persembahan. Kurban umat Tuhan di amsa kini bukan lagi binatang seperti domba. Tetapi berupa mazmur, pengajaran, pernyataan Allah untuk membangun orang lain (1 Kor. 14:26). Selain itu, juga termasuk di dalamnya pemberian materi (2 Kor. 9:6-7) dan yang terutama adalah "mempersembahkan tubuhmu" (Rm. 12:1).

Sesuai dengan penjelasan di atas, berarti ibadah masa kini diisi dengan pujian, persembahan uang, dan pemberitaan Firman Tuhan. Pada umumnya umat Tuhan mempersembahkan waktunya selama 60 menit atau 90 menit atau 120 menit khususnya pada hari minggu untuk beribadah.

Katakanlah waktu yang dipersembahkan kepada Tuhan pada hari minggu adalah sekitar dua jam. Dibandingkan dengan waktu untuk bekerja, makan, membaca surat kabar/majalah, menonton TV, bercengkrama dengan keluarga, bercakap-cakap dengan teman, beristirahat (tidur), dan kepentingan-kepntingan lainnya, maka waktu dua jam tersebut merupakan waktu yang amat kecil. Itu sebabnya waktu dua jam yang dipersemabahkan kepada Tuhan lewat ibadah hari minggu perlu digunakan sebaik-baiknya. Ibadah perlu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Pemimpin ibadah juga perlu mempersiapkan pelaksanaan ibadah sebaik-baiknya. Hati dan pikiran benar-benar dipersiapkan guna memberikan yang terbaik bagi pelayanan ibadah. Setiap warga jemaat juga perlu mempersiapkan diri untuk beribadah dengan sebaik-baiknya sebagai kurban yang dipersembahkan kepada Tuhan.

Mengingat kurban yang berbentuk waktu yang dipersembahkan dalam ibadah hari Minggu amat minim, waktu yang minim tersebut wajib diisi dengan persembahan yang sungguh-sunguh untuk Tuhan. Umat-Nya perlu bersungguh-sungguh dalam memuji Tuhan, dalam mendengarkan serta merenungkan Firman Tuhan, dalam mempersembahkan hartanya, dan perlu bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah. Di sisi lain, perbuatan hidup kita perlu baik dan bersumber dari hati yang baik pula. Perlu dicamkan bahwa jika kurban persemabhan dalam ibadah tidak disertai dengan perbuatan baik dari hati yang baik maka segala bentuk kurban persembahan itu tidak akan berkenan di hadapan Tuhan.

Dalam kitab Perjanjian Lama, ibadah umumnya disertai dengan kurban persembahan hewan dan berbagai persembahan lainnya. Sedangkan dalam kitab Perjanjian Baru, kurban persembahan itu digenapi dalam diri Yesus. Yesus adalah anak domba Paskah (1Kor. 5:7). Apabila Yesus telah mengurbankan diri-Nya bagi kita, sudah selayaknya kita sebagai pengikut Yesus juga mempersembahkan kurban persembahan bagi Tuhan.

Ibadah bukanlah sekadar memenuhi jadwal tugas hari Minggu, juga bukan sekadar suatu kebiasaan menghadiri pertemuan umat-Nya di hari minggu, bukan karena rasa segan terhadap seseorang, bukan pula karena perintah manusia. Namun ibadah adalah mengurbankan tubuh kita secara lengkap sebagai persemabhan "Yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah" (Rm. 12:1). Waktu, tenaga, pikiran, harta, dan seluruh hidup kita perlu dipersembahkan dengan kesungguhan hati kepada Tuhan. Ibadah menuntut pengorbanan. Kurban persembahan tidak untuk mencari pujian dari manusia. Kurban persembahan juga tidak untuk mencari popularitas. Namun, kurban persembahan diberikan hanya untuk Tuhan dengan Tujuan untuk memuliakan serta mengagungkan Tuhan. kurban persembahan dan iabdah seperti itulah yang berkenan bagi Tuhan.​
 
Ibadah dari Mezbah ke Bait Suci


DI TAMAN EDEN, Tuhan berinisiatif dan menggerakkan Adam dan Hawa untuk bersekutu dengan-Nya. Dalam persekutuan tersebut Tuhan berfirman kepada Adam dan Hawa. Kehidupan Adam dan Hawa saat di taman Eden yang sempurna tanpa dosa memungkinkan persekutuan dengan Tuhan dilakukan secara langsung. Istilah "langsung" berarti persekutuan antara Tuhan dan amnusia dilakukan tanpa sarana apa pun seperti mezbah, rumah ibadah, atau tempat khusus untuk beribadah lainnya.

Mezbah sebagai sarana ibadah mulai tampak pada ibadah Kain dan Habel. Kurban yang dipersembahkan diletakkan di atas tumpukan batu dan dibakar. Tumpukan batu tersebut dinamakan mezbah. Pertanyaannya dari mana ide mezbah tersebut berasal? Alkitab tidak menjelaskannya. Menginat jumlah manusia pada masa itu masih sangat terbatas dan belum dijumpai suku-suku bangsa lain di sekitarnya. Diasumsikan ide mezbah Kain dan Habel didapat dari informasi Adam dan Hawa.

Adam dan Hawa tentunya memiliki pertimbangan dan perenungan yang dalam tentang pakaian binatang yang dibuat Tuhan dan dikenakan untuk mereka. Dengan hadirnya pakaian dari binatang, berarti ada binatang yang telah dikurbankan. Ada darah yang mengalir keluar. Inilah kurban pertama bagi Adam dan Hawa, manusia pertama yang telah jatuh ke dalam dosa. Pakaian binatang melambangkan penutup rasa malu Adam dan Hawa yang mengetahui dirinya telanjang akibat dosa. Dengan kata lain, binatang yang kulitnya di jadikan pakaian menjadi kurban untuk menutup dosa.

Alkitab selanjutnya mengajarkan tentang pengampunan dosa yang berakitan dengan darah "Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (lbr 9:22) Perlu diperhatikan di sini bahwa penumpahan darah dilaksanakan oleh Tuhan sendiri. Inisiatif berasal dari Tuhan. Pengampunan dosa bersala dari Tuhan. Usaha Adam dan Hawa untuk menutupi tubuhnya yang telanjang hanya bisa dilakukan dengan memakai daun-daun pohon ara (Kej. 3:7). Pengampunan (Penutupan) dosa bukan hasil usaha manusia. Tak ada manusia yang mampu menutupi dan mengampuni dosa.

Akibat kejatuhan manusia dalam dosa, manusia berpisah dengan Tuhan. Manusia tidak dapat lagi tinggal di taman Eden. Bahkan Tuhan mengusir Adam dan Hawa keluar dari taman Eden (Kej 3:23). Persekutuan antara Tuhan dan manusia terputus. Untuk emngadakan persekutuan kembali, diperlukan pengampunan dosa. Berarti diperlukan kurban persembahan dari hewan.

Usia Adam tertulis mencapai 930 tahun (Kej. 5:5). Dalam usia yang amat panjang tersebut, Alkitab sama sekali diam mengenai apakah Adam membangun mezbah. Namun sekalipun tidak tercatat dalam Alkitab, asumsi kita tentunya Adam membangun mezbah dan mmepersembahkan kurban. Alasannya ialah karena Kain dan Habel, anak-anak pertama yang dilahirkan Adam dan Hawa, memahami tentang tata cara memberikan kurban persembahan kepada Tuhan. Tentunya Kain dan Habel belajar dari Adam. Hanya saja kurban dari Kain dapat dikatakan tidak sesuai dengan contoh kurban yang telah diberikan Tuhan sendiri, yakni dari hewan. Sedangkan Habel tetap memberi persembahan berupa kurban hewan.

Jadi, ide mengenai mezbah berasal dari tata cara memberikan kurban persembahan hewan yang diawali oleh Tuhan sendiri. Mezbah batu yang emnajdi sarana persekutuan dengan Tuhan selanjutnya dipergunakan oleh tokoh-tokoh Alkitab. Nuh mendirikan mezbah (Kej. 8:20). Abram mendirikan mezbah (Kej. 12:7-8; 13:18). Ishak mendirikan mezbah (Kej. 26:25). Yakub mendirikan mezbah (Kej. 35:7). Mezbah sebagai sarana persekutuan dengan Tuhan didirikan dari generasi ke generasi. Elemen utama yang terkandung dalam mezbah terdiri dari kurban persembahan dan penyembahan untuk mengagungkan Tuhan. Dengan kata lain, mezbah merupakan sarana ibadah umat atau hamba-hamba Tuhan kepada Tuhan.

Memasuki Area MUsa, konsep mezbah sebagai sarana ibadah di ubah. Umat Tuhan sudah cukup banyak jumlahnya. Sulit di abyangkan apabila ratusan ribu orang mendirikan mezbahnya masing-masing. Tuhan kemudian memerintahkan Musa mendirikan Kemah Pertemuan yang disebut "Tabernakel". Seluruh umat Israel wajib beribadah dalam Kemah pertemuan tersebut. Kemah Pertemuan terdiri dari tiga bagian uatma:bagian luar disebut "Halaman' yaitu tempat mempersembahkan kurban berupa hewan dan lain-lain, kemudian bagian dalam disebut 'Ruang kudus', dan bagian paling dalam disebut 'Ruang Maha Kudus', tempat Tabut Perjanjian diletakkan.

Pembagian ruangan-ruangan tersebut mengingatkan saat Musa mengamat-amati semak berduri di Gunung Horeb, yang menyala tapi tidak hangus. Musa Mendekat untuk emngetahui lebih jauh. Namun tiba-tiba terdengar suara di tengah semak duri yang terbakar. Suara itu adalah Allah sendiri. Kata-Nya, "Musa, jangan mendekat karena tempat engkau berdiri itu kudus, tanggalkan kasutmu". Berarti tampak adanya tiga bagian utama. pertama, bagian di mana Musa tiba disemak duri atau bagian sebelah luar. kedua, bagian yang dekat semak berduri atau bagian dalam dan disebut bagian kudus.Ketiga, bagian paling dalam atau bagian tempat semak duri terbakar, dimana Allah berada di tengah api yang menyala dan berfirman pada Musa. Bagian-bagian tersebut merupakan skenario Allah untuk umat-Nya bersekutu dengan Dia. Skenario tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk Kemah Pertemuan . Dari Ruang Maha Kudus itulah, Tuhan berfirman.

Kemah Pertemuan merupakan tempat ibadah umat-Nya yang tersentralisir. Semua kegiatan peribadahan dilaksanakan di Kemah pertemuan. Ibadah bersama diselenggarkan di Kemah Pertemuan, sedangkan ibadah masing-masing dilakukan di rumah-rumah. Elemen utama peribadahan di dalam Kemah Pertemuan terdiri dari kurban persembahan, penyembahan untuk mengagungkan Tuhan, dan Tuhan yang berfirman melalui imam besar.

Selama 40 tahun perjalanan umat Israel beribadah dalam Kemah Pertemuan. Perjalanan mereka diatur oleh Tuhan sendiri melalui tiang awan dan tiang api. Kehidupan mereka sehari-hari juga diatur oleh peraturan-peraturan yang diberikan Tuhan melalui Musa. Berarti sistem pemerintahan mereka Adalah Teokrasi. Kemah Pertemuan berpindah-pindah mengikuti perjalanan umat Israel.

Memasuki era kerajaan atau monarki, kemah Pertemuan perlu dimodifikasi. Ketika Daud menjadi Raja, Yerusalem ditaklukkannya. Daud bercita-cita mendirikan Bait Suci di Yerusalem. Pertimabangannya, umat Israel sudah tidak lagi hidup berpindah-pindah di padang gurun. Umat Israel telah menempati tanah Kanaan dan dimilikinya kota Yerusalem, Daud merencanakan pendirian Rumah pertemuan, tempat umat-Nya beribadah, yang permanen. Realisasi pembangunan Rumah Pertemuan tersebut digenapi oleh SAlomo, putra Daud. Salomo membangun Rumah Pertemuan, yaitu Bait Suci di Yerusalem. Bait Suci tetap terdiri dari 3 bagian utama: Halaman, Ruang Kudus, dan Ruang Maha Kudus. struktur bangunan yang sama dengan Kemah Pertemuan Di zaman Musa. Peribadatan umat-Nya dipusatkan di Bait Suci Yersualem. Hanya saja sistem pemerintahan saat itu bukan lagi Teokrasi tapi Monarki.

Motivasi pendirian Bait Suci adalah untuk bersekutu dengan Tuhan, mendengar Firman Tuhan dan menaati serta melakukan hukum-hukum Tuhan dengan sebaik-baiknya. Ternyata motivasi tersebut kemudian berubah. Paling tidak dalam perjalanan kehidupan peribadahan Bait Suci, terjadi pergeseran dalam tiga hal penting.

1. Bait Suci menjadi tempat yang disakralkan Bangunan Bait Suci menjadi temapt ibadah kebanggaan para pemimpin umat Israel san umat Iraels endiri. Peribadahan hanya sebatas keberadaan fisik. Artinya, meski ritual secara rutin dilaksanakan, ibadah umat dan para pemimpin hanya sebatas kehadiran fisik. Sakralisasi terhadap Bait Suci Yerusalem melebihi sakralisasi terhadap Tuhan sendiri. Yesus pernah menegur cara beribadah yang demikian- diaktakan-Nya, "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya padahal hatinya jauh daripada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia" (Mat. 15:8-9). Peribadahan dilaksanakan hanya di fokuskan pada bangunan Bait Suci. Rasa nayman, mapan, dan bangga atas bangunan fisik Bait Suci telah menjauhkan persekutuan yang benar antara umat Tuhan termasuk para pemimpinnya dengan Tuhan. Secara fisik mereka nampak beribadah. Namun di mata Tuhan peribadahan mereka percuma.

2. Hierarki kepemimpinan cukup kuat Para imam memiliki otoritas tertinggi. Fungsi imam semeestinya adalah menjembatani kebutuhan umat untuk dipertemukan dengan Tuhan. Fungsi imam semestinya juga untuk menyalurkan suara Tuhan atau firman Tuhan kepada umat. Namun, para imam telah menempatkan dirinya sedemikian rupa, sehingga kekuasaan untuk mengatur kehidupan komunitas juga berada di tangan mereka. Hierarki para imam bukan digunakan untuk mengatur agar kehidupan komunitas lebih baik dan kesejahteraan umat meningkat, namun sebaliknya sistem hierarki mereka justru membuat umat lebih sengsara. Yesus dengan tegas menyatkan bahwa mereka itu adalah orang-orang yang munafik. Peribadahan yang seharusnya berfungsi mempersekutukan umat dengan Tuhan ternyata dipakai untuk membuatagar otoritas para imam harus ditaati umat. Pertanyaannya, apakah umat harus lebih taat kepada Tuhan atau kepada para imam? Kondisi demikian pernah dialami oleh Petrus dan Yohanes (Kis. 4:19).

3. Bait Suci berubah Menjadi pusat ibadah. Artinya bukan Tuhan yang menjadi pusat ibadah. Memang Bait suci dibuat untuk menjadi sentra temapt peribadahan umat Tuhan agar masing-masing individu tidak lagi mendirikan mezbah batu. Sejak era Musa, tempat peribadahan telah diatur agar bersifat sentral (lih kemah pertemuan). Sentralisasi kepada Tuhan yang menjadi fokus utama penyembahan umat merupakan peribadahan yang benar. Namun manakala fokus peribadahan bukan lagi kepada Tuhan tapi kepada bangunan Bait Suci, peribadahan yang demikian tidak berkenan di hati Tuhan. Sekali pun Bait Suci tidak sampai disembah oleh Umat Israel dan para pemimpinnya, tapi rasa bangga yang berlebihan dan sakralisasi BAIT SUCI telah secara tidak langsung menggeser posisi Tuhan dari tempat yang paling utama.​

Berkaitan dengan Bait Suci sebagai pusat peribadahan umat israel, Yesus membuat pernyataan sebagai berikut:
  • 1."Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yoh. 2:19). Pernyataan Yesus ini mengandung pengertian Bait Allah tidak lagi sakral dan bukan sebagai pusat peribadahan kepada Tuhan. Bait Allah hanya menjadi kekuasaan para pemimpin Yahudi saja. Bait Allah tidak lagi memiliki arti penting di hadapan Yesus. Dibongkar pun tidak masalah. Bait Allah bukan lagi emjadi temapt kediaman Allah sehingga tidak lagi disebut sebagai Rumah Allah. Sekali pun Yesus dalam keyahudiannya masih menghadiri upacara-upacara dan perayaan hari-hari raya di Bait Allah tapi Bait Allah bukan lagi emnjadi tempat dimana Allah bertahta dan berfirman.
  • 2. Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung in dan bukan juga di Yerusalem"(Yoh. 4:21). Pada suatu saat, umat yang percaya kepada Yesus tidak lagi menyembah Tuhan di kota Yerusalem (bait Allah) atau di Samaria (Bukit Penyembahan). Umat-Nya tidak perlu datang beribadah ke Bait Allah. Sebaliknya, umat-Nya wajib menyembah Tuhan di dalam roh artinya bukan lagi secara "fisik" tapi di dalam persekutuan antara roh manusia dan Roh Allah. Selanjutnya Yesus berkata, "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran" (Yoh. 4:24). Pernyataan-pernyataan Yesus mengingatkan pada persekutuan manusia pertama, Adam dan Hawa, dengan Allah. Sebagaimana tertulis dalam Alkitab, persekutuan Adam dan Hawa dengan Tuhan di taman Eden dilaksanakan tanpa sarana atau objek ibadah. Dengan demikian, Yesus mengembalikan peribadahan ke dalam persekutuan di dalam roh dan kebenaran-Nya, seperti yang berlaku dalam persekutuan manusia dengan Allah di taman Eden.
  • 3. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satupun disini akan dibiarkan terletak diatas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan"(Mat. 24:2). Pernyataan Yesus ini berkaitqan dengan Bait Allah di Yerusalem yang akan mengalami suatu kehancuran total. Bait Allah dihancurkan oleh pasukan Romawi di bawah panglima Titus pada tahun A.D 70 sampai hari ini Bait Allah di Yerusalem belum dapat didirikan kembali. Kehancuran Bait Allah di Yerusaalem menyebabkan hancurnya pusat peribadahan orang Yahudi dan kebanggaan mereka. Kata-kata Yesus benar ketika berbicara kepada wanita Samaria bahwa saatnya akan tiba orang tidak lagi beribadah di Yerusalem . Bagi orang Kristen, ibadah kita tidak mengarah ke Yerusalem dan juga bukan di Yerusalem. Ibadah orang-orang percaya kini adalah pada Tuhan Yesus Kristus. Lalu, apakah pengganti Bait Allah? Rasul Paulus menyatakan dengan tegas "Kamu adalah Bait Allah dan Roh Allah diam di dalam kamu" (1 Kor . 3:16)
 
Ibadah dari Bait Suci ke Pribadi

SEBAGAIMANA telah diuraikan di depan, Bait Suci di Yeusalem telah hancur. Sampai hari ini Bait Suci belum dapat dibangun kembali. orang-orang Yahudi tidak memiliki tempat beribadah di Yerusalem. Mereka hanya berdoa di depan tembok luar sebelah barat Yerusalem. tembok tersebut dikenal sebagai "Tembok Ratapan".

Pada mulanya selain di rumah-rumah, para orang Kristen juga beribadah di Yesrusalem. Misalnya Petrus dan Yohanes bersembahyang di Bait Allah (Kis. 3:1). Orang-orang percaya yang baru dibaptis juga berhimpun setiap hari di Bait Allah (Kis. 2:46). Namun setelah bait Allah di Yerusalem hancur, mereka tidak lagi berkumpul di Bait Allah. Mereka lebih banyak menggunakan rumah-rumah sebagai temapt ibadah. Pada saat timbul penganiyaan terhadap jemaat Kristen di rumah-rumah, khususnya yang dipimpin oleh Saulus (Kis. 8:3), mereka tersebar ke sejumlah wilayah sambil mmeberitakan Injil.

Ketika ibadah di Bait Allah di Yerusalem sudah tidak dapat dilakukan, sementara mereka yang beribadah di rumah-rumah dianiya, lalu dimanakah mereka harus beribadah? Rasul Paulus menjawab, "Kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu" (1Kor. 3:16). Berarti Bait Allah bukan gedung. Bait Allah juga bukan pusat peribadahan. Yerusalem juga bukan tempat sakral peribadahan. Tepats ekali yang diucapkan Yesus kepada wanita Samaria, "Saatnya akan tiba bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem" (Yoh. 4:21).

Lalu di manakah letak Bait Allah? Berdasarkan pernyataan Rasul Paulus, Bait Allah terletak pada setiap pribadi orang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Roh Tuhan tinggal di dalam orang tersebut. "Roh Tuhan bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah" Demikian pernyataan dalam surat Roma (Rm. 8:16). Artinya, Roh Tuhan bersekutu dengan roh kita. Persekutuan Roh Tuhan dan Roh kita adalah peribadahan kita kepada Tuhan. Bukankah beribadah adalah bersekutu dengan Tuhan?

Dengan demikian, Bait Allah yang adalah pribadi kita berada di segala tempat. Tidak dibatasi oleh letak geografis. Dimana pun individu Kristen berada, disitu Bait Allah hadir. Tidak ada kiblat atau arah ibadah. Jika sebelumnya Kiblat ke arah Yerusalem (Dan. 6:11), kini fokus ibadah bukan lagi pada gedung atau tempat-tempat yang disakralkan melainkan kepada pribadi orang Kristen yang bersekutu dengan Tuhan. Setiap diri pribadi Kristen membawa Bait Allah kemana pun dia pergi. Jadi peribadahan tanpa gedung dan tanpa batas-batas geografis yang diawali di taman Eden (Taman eden cukup luas) muncul kembali dalam peribadahan orang Kristen masa kini. Ini karena di dalam Kristus, gambar Allah yang semula menjadi gambaran manusia tercipta kembali dalam kehidupan manusia. Barangsiapa yang percaya kepada Kristus, dia adalah manusia yang baru. Yang lama sudah ditinggalkan dan yang abru telah terbit.

Peribadahan cara lama yang menggunakan mezbah batu telah ditinggalkan. Peribadahan yang menggunakan kemah pertemuan telah ditanggalkan. Peribadahan yang memakai Bait Allah di Yerusalem ditanggalkan. Kini bagi mereka yang percaya pada Kristus, peribadahan berlangsung dalam pribadinya sendiri. Setiap saat peribadahan terjadi dalam diri orang Kristen. Marilah memahami hal ini lebih jauh.
1. Dalam Kitab Perjanjian Lama sering dinyatakan bahwa Tuhan berdiam di Bait-Nya. Tuhan bertahta di Ruang Maha Kudus di Bait-Nya. Shekinah glorimemancar dari Tabut perjanjian yang terletak di Ruang Maha Kudus. Namun sejak Yesus hadir di tengah Manusia, Yesuslah yang menjadi terang dunia. Shekinah Glori memancar sari dalam diri Yesus. Ini terbukti saat Yesus dimuliakan di atas gunung (Mat. 17:1-8). Melalui Yesus, setiap orang percaya dapat langsung menghadap Allah (lbr 10:19-22). Terjadi persekutuan antara individu percaya dengan Allah sendiri. Rumah Allah tercipta dalam diri pribadi orang percaya.
2. Yesus berkata, "Aku akan minta kepada Bapa dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya" (Yoh. 14:16). Yesus juga menyatkan kepada murid-muridNya, "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:20) Di satu sisi Yesus memang terangkat kembali ke surga (Kis. 1:9), namun di sisi lain Yesus juga berserta kita yang berada di bumi. Roh Kudus yang dicurahkan Yesus kepada para murid-muridNya adalah Roh yang menyertai kita. Penyertaan Roh-Nya membawa kita untuk bersekutu dengan Tuhan. Melalui persekutuan di dalam rohNya, kita beribadah kepada Tuhan. Itu sebabnya Alkitab menyatakan "Janganlah kamu mendukakan Roh Kudus" (Ef. 4:30). Alkitab juga menulis, "Hendaklah kamu penuh dengan Roh. hiduplah oleh Roh" (Ef. 5:18; Gal 5:16). Firman Tuhan juga mmeperingatkan agar kita tidak "Berbalik lagi kepada Roh-roh dunia(Gal. 4:9). Diri kita yang adalah Bait Allah di mana Roh Allah diam wajib menjauhkan diri dari segala jenis dosa dan kenajisan.
3. Yehezkiel melihat air mengalir keluar dari Bait suci (Yehezkiel 47:1) . Zakharia melihat bahwa air kehidupan mengalir keluar dari Yerusalem (Zakharia 14:8). Yohanes dalam pembuangan di pulau Patmos melihat air kehidupan mengalir keluar takhta Allah dan Anak Domba (the throne of God and of the Lamb)- (Why. 22:1). Kitab Suci menjelaskan bahwa Bait Suci adalah diri Yesus sendiri (Yoh. 2:21). Itu sebabnya di pulau Patmos, Yohanes melihat air kehidupan tidak mengalir di Bait Suci Yerusalem tapi dalam diri Yesus sendiri. Apa yang dilihat Yohanes tepat seperti yang diucapkan Yesus sendiri.

Yesus berkata, "Barangsiapa haus baiklah ia datang kepada-Ku dan minum" (Yoh. 7:37). Yesuslah sumber air hidup. Selanjutnya Yesus juga mengatakan, "Barangsiapa percaya kepada-Ku seperti yang dikatakan oleh Alkitab, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup" (Yoh. 7:38). Yang dimaksud Yesus adalah Roh yang akan diterima oleh setiap orang percaya Berarti setiap individu Kristen yang adalah Bait Allah akan mengalirkan aliran-aliran air hidup yang adalah Roh-Nya. Dari dalam diri pribadi orang Kristen akan mengalir bukan aliran air kotor dan najis tapi aliran air bersih dan hidup. Yang mengalir keluar adalah Roh Tuhan bukan Roh manusia. Bukan roh pemarah, roh kebencian, roh dendam, roh permusuhan, roh kesombongan, roh pemecah belah, roh zinah, dan roh-roh najis lainnya. Segala macam bentuk roh-roh manusia sudah dipakukan di atas kayu salib Kristus. Dengan demikian dari dalam diri pribadi orang Kristen yang juga merupakan Bait Allah tempat Roh Allah berdiam, sudah selayaknya mengalir keluar aliran-aliran air hidup yaitu Roh-Nya.

4. Ruang Maha Kudus apda bait Allah dimana terdapat tabut perjanjian yang berisi loh batu Torat, manna, dan tongkat Harun merupakan tempat dimana Tuhan berfirman dan bertahta (Kel. 25:21-22). Di Ruang Maha Kudus inilah cahaya kemuliaan Allah memancar. Dimana Tuhan berdiam, disitu kemuliyaan-Nya memancar. Alkitab menyatakan Tuhan adalah terang (1Yoh. 1:15). Yesus sendiri berkata "Akulah terang dunia" (Yoh. 8:12). Sebagaimana telah kita pahami, Bait Allah adalah Pribadi orang Kristen. Jika dari dalam Bait Allah terang kemuliyaan Tuhan terpancar, demikian pula kita yang adalah Bait-Nya hendaknya juga memancarkan terang Tuhan. Itu sebabnya Yesus berkata, "Kamu adalah terang Dunia" (Mat. 5:14)

Selanjutnya, dalam Alkitab juga tertulis "Hendaklah terangmu bercahaya di depan orang" (Mat. 5:16). Terang yang dimaksud adalah perbuatan baik yang dihasilkan dalam diri pribadi orang Kristen. Jadi ibadah berkaitan erat dengan perbuatan baik. Dengan kata lain, ibadah berkaitan erat dengan aktualisasi ibadah.​
 
Ibadah Berkaitan dengan Aktualisasi Ibadah

IBADAH sering dipahami sebagai kegiatan peribadahan di gereja pada hari minggu atau bisa juga pada pertengahan minggu seperti hari rabu, Kamis atau Jumat. Tidak ada yang salah dengan kegiatan-kegiatan ibadah tersebut. Namun apabila pengertian kita hanya terbatas pada ibadah hari minggu saja, artinya kita belum memahami makna dan aktualisasi ibadah.

Alkitab memang menjelaskan mengenai ibadah umat Tuhan di Bait Suci di Yerusalem khususnya pada hari Sabat. Umat Tuhan juga tercatat beriabdah pada hari-hari raya tertentu seperti Paskah, hari pentakosta, hari Pondol Daun, dan hari-hari raya lainnya. Namun, lama kelamaan ibadah umat-Nya hanya bersifat rutinitas tanpa adanya aktualisasi ibadah. Yesus menegur keras ibadah tanpa aktualisasi ini.​

* Yesus menegur orang-orang Farisi dan Ahli Taurat. Ibadah mereka hanya sebatas di bibir dan mengikuti perintah manusia. Hati mereka jauh dari Tuhan. Ibadah mereka sia-sia (Mat. 15:8-9). Ibadah yang hanya bersifat rutinitas adalah iabadah tanpa kesungguhan hati. Ibadah seperti itu tidak berguna karena tidak ada aktualisasi ibadah.

* Yesus mengancam orang-orang Farisi dan Ahli Taurat sebab Ibadah mereka tidak di sertai aplikasi yang benar. Yesus menyebut mereka munafik (Mat. 23:1-29). Aplikasi atau aktualisai ibadah seperti keadilan, belas kasihan kesetiaan tidak dilaksanakan. Mereka disamakan dengan "Kuburan yang dilabur putih yang sebelah luarnya memang tampak bersih tetapi di sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran" (Mat. 23:27). Banyak uamt Tuhan yang beribadah hanya sekadar memnuhi kegiatan ritinitas dan ( Show of permormance").

Ibdah pada hari Minggu atau pada tengah Minggu hanyalah merupakan bagian kecil dari suatu peribadatan. Bagian terbesar terletak pada hidup seharihari. Ibadah pada hakikatnya bukanlah sekadar "nyanyi-nyanyi, mendenagr Khotbah, memberi kolekte atau persembahan, doa penutup". Sekali pun tidak keliru, tapi ibadah seperti itu hanya merupakan bagian uatama dan yang terbesar dalam hidup. Banyak orang keliru mengangap Ibadah hari Minggu adalah segala-galanya. Mengapa keliru? Karena bagian terbesar ibadah terletak pada aktualisai ibadah. Sekali pun orangs etia beribadah setiap hari minggu di gereja tapi tanpa aktualisasi ibadah, ibadahnya itu hanyalah bersifat rutinitas tanpa manfaat apa-apa dan tak bernilai sama sekali di hadapan Tuhan.
Lalu, apa arti aktualisasi ibadah itu? Untuk memahaminya, mari kita menelussuri kembali Kitab kejadian pasal 1 dan 2. Dalam kedua pasal tersebut, dikisahkan tentang penciptaan manusia pertama dan peribadahan manusai pertama. Di taman Eden itu pula, manusia pertama bersekutu atau beribadah dengan Tuhan Sang pencipta. Beberapa contoh aktualisai ibadah bisa ditemukan dalam persekutuan mansuia pertama dengan Tuhan di taman Eden. Aktualisasi ibadah tersebut Adalah:

1. Ketika Tuhan menciptakan manusia sebagai ciptaan yang terakhir, hasil ciptaan-Nya merupakan sungguh amat baik (Kej. 1:31). Ibadah berkaitan dengan hasil yang "sungguh amat baik". Mengapa disebut ibadah? Karena Tuhan berfirman kepada manusia (Kej. 1:28-29). Ketika Tuhan berfirman berarti Tuhan bersekutu dengan manusia. Persekutuan manusia dengan Tuhan adalah ibadah. Karenanya ibadah terkait erat dengan hasil yang sungguh amat baik. Apa pun yang kita hasilkan dalam kehidupan keseharian yang dapat dikategorikan sebagai ibadah, pasti sungguh amat baik. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan aktualisasi ibadah adalah ketika kegiatan yang kita lakukan sehari-hari menghasilkan sesuatu yang amat baik.

Kita tidak boleh puas atas hasil yang biasa-biasa saja. Apabila kegiatan kita merupakan bagian dari ibadah, maka hasil yang dicapai adalah hasil yang amat baik. Misalnya, ujian sekolah yang kita anggap sebagai ibadah, hasil ujian wajib amat baik. Jika memainkan alat musik kita anggap sebagai ibadah, hasil permainan musik kita tentunya amat baik. Demikian pula saat segala bentuk kegiatan kita yang lain kita kategorikan sebagai ibadah, hasil kegiatan tersebut seyogyanya membawa hasil yang amat baik dalam kehidupan kita merupakan aktualisasi ibadah kita.

2. Selama enam hari Tuhan bekerja menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Tuhan tidak hanya bekerja sebatas masa penciptaan saja, tapi Tuhan bekerja sampai hari ini. Yesus berkata, "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yoh. 5:17). Allah bekerja, Yesus juga bekerja. Itu sebabnya Allah memrintahkan manusia pertama Adam dan Hawa agar "Mengusahakan dan memelihara taman itu" (Kej. 2:15). Manusia yang diciptakan Tuhan perlu bekerja. Manusia tidak boleh bermalas-malasan dan menganggur di taman Eden. Persekutuan manusia dengan Tuhan tidak boleh menghasilkan kemalasan.

Persekutuan manusia dengan Tuhan atau peribadahan manusia kepada Tuhan perlu disertai dengan kerja keras. Ibadah berkaitan dengan kerja keras. Seseorang yang percaya pada Tuhan dan beribadah pada-Nya wajib bekerja keras. Giat bekerja adalah bagian dari ibadah. Umat-Nya yang bekerja dengan giat adalah Umat-Nya yang beribadah. Beribadah kepada Tuhan berarti mau bekerja dengan giat. Ibadah yang benar menghapuskan kemalasan. Orang kristen yang beribadah dengan sungguh-sungguh akan memiliki semangat untuk bekerja keras. Semakin manusia giat beribadah, ia akan semakin giat bekerja. Entah bekerja pabrik, kantor, rumah tangga, ladang pertanian, perkebunan atau peternakan, orang Kristen perlu bekrja keras dan rajin.
Dengan memiliki sikap rajin dan suka bekerja keras, orang Kristen telah mengaktualisasikan ibadahnya. Rasul Paulus pernah menegor orang-orang Kristen di Tesalonika yang tidak mau bekerja. Mereka rajin beribadah bahkan menanti kedatangan Yesus yang kedua kali. Namun karena kerajinan ibadah mereka tidak diikuti dengan kerajinan dalam bekerja, hidup menjadi tidak benar. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata, "Jika seorang tidak mau bekerja janganlah ia makan " (2 Tes. 3:10).

3. Tuhan berfirman kepada Adam dan Hawa agar mereka tidak memakan buah pengetahuan baik dan jahat (Kej. 2:16-17). Semua pohon berbuah dapat dimakan kecuali pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Sekalipun manusia di Taman Eden diberkati berlimpah, manusia tetap tidak bebas makan segala-galanya. Umat Israel juga diperintahkan Tuhan untuk memilah-milah antara makanan yang halal dan haram (Im. 11:1-47). Membatasi diri dalam hal amkan merupakan aktualisasi ibadah. Apabila kita tahu ada jenis-jenis makanan yang dapat menggangu kesehatan kita, maka kita harus memutuskan secara tegas untuk tidak memakannya. Berani memutuskan untuk tidak memakan makanan yang dapat menimbulkan penyakit merupakan meruapkan bentuk aktualisasi ibadah. Untuk orang Kristen , hidup bukan untuk makan, tapi amkan untuk hidup. Karena itu, kita wajib menghindari makanan yang dapat mengganggu kehidupan kita.

Demikian juga makan secara berlebihan wajib dihindari. Seperti yang Yesus ajarkan dalam doa, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya ' (Mat. 6:11). Makanan yang diminta tidaklah berlebihan namun secukupnya saja. Berapa banyak orang yang beribadah dengan rajin di gereja setiap hari Minggu, namun seusai ibadah mereka pergi ke rumah makan dan makan sebanyak-banyaknya. Badan semakin bertambah gemuk. Komposisi kimiawi dalam darah semakin meningkat. Prosentase kadar kolesterol, macam-macam lipid dan gula menjadi tinggi bahkan melebihi ambang batas normal. Kondisi demikian bukan meruapkan perwujudan ibadah yang benar. tidak ada aktualisasi ibadah sama sekali. Bagi yang mau ibadahnya dilakukan secara benar dan mengaktualisasikannya, makanan yang masuk ke tubuh perlu diperhatikan sebaik-baiknya. Mampu memilih antara makann yang halal dan haram meruapkan aktualisasi ibadah. Demikian pula, sekalipun makanan yang tersedia terasa lezat dan nikmat, kita harus mampu menahan diri dengan cara makan secukupnya dan tidak perlu berlebihan . Kemampuan tersebut merupakan wujud aktualisasi ibadah.

4. Pasangan suami istri yangd iciptakan Tuhan di taman Eden bersifat monogami. Tidak ada satu istri dua suami atau satu suami dua istri. Tuhan menciptakan satu adam dan satu Hawa. Alkitab jelas menyatakan, "Sebab itus eorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging" (Kej. 2:24). Perhatikan istilah-istilah tersebut makin menguatkan pemahaman bahwa pernikahan yang Tuhan ciptakan bersifat monogami. Selanjutnya Tuhan bersekutu dengan pasangan monogami Adam dan Hawa di taman Eden. Ibadah antara Tuhan dan keluarga yang pertama tercipta.

Namun, setelah manusia jatuh kedalam dosa, manusia melanggar prinsip monogami. Alkitab mencatat "Lamekh mengambil istri dua orang " (Kej. 4:19), Poligami tercipta. selanjutnya, dalam perkembangan kebudayaan manusia di wilayah Timur Tengah, poligami kemudian menjadi semacam adat istiadat. Tujuannya utama adalah untuk melipatgandakan keturunan agar keluarga tetap ammpu menguasai lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan. Seluruh usaha Argo harsu dikuasai oleh keluarga. Poligami yang telah menjadi kebiasaan dan kebudayaan ikut memengaruhi kehidupan nenek moyang bangsa Yahudi. Alkitab juga mencatat sejumlah tokoh Alkitab berpoligami. Apakah Tuhan berkenan atau menyetujui poligami tersebut? Yesus menjawab bahwa pada awalnya pasangan suami istri bersifat monogami (Mat. 19:5-6).

pasangan suami istri di taman Eden meruapkan pasangan yang ebrsekutu dengan Tuhan. Mereka adalah pasangan yang ebribadah. Oleh sebab itu, suami yang tetap mengasihi istrinya adalah suami yang mengaktualisasikan ibadahnya. Demikian pula sebaliknya dengan pihak istri. Suami yang menolak dan menghindarkan diri dari perselingkuhan adalah suami mengaktualisasikan ibadahnya. Demikian pula sebaliknya dengan Istrinya. Suami istri yang menolak dan menghapuskan percabulan (Termasuk juga pornografi dan pornoaksi) dalam keluarga adalah suami istri yang mengaktualisasikan ibadah mereka.

Saling tolong menolong antara suami istri juga meruapakan aktualisasi ibadah. Tuhan berfirman, "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong abginya yang sepadan dengan dia" (Kej. 2:18). Tuhan menciptakan seorang perempuan yang kemudian menjadi seorang istri sebagai penolong bagi suaminya. Istilah "Penolong" bukan berarti perempuan/istri tersebut menjadi hamba atau individu yang posisinya lebih rendah dari suami. Istri tidak diciptakan menjadi pelayan terhadap suami. Perempuan/istri yang diciptakan Tuhan disebut "sepadan" terhadaps uami. Artinya duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Hak dan kewajiban suami dan istri adalah sama ataus epadan. Saling menghargai, menghormati, dan mengasihi antar suami istri merupakan bentuk aktualisasi ibadah.

Suami istri yang menjadi orangtua bagi anak-anaknya juga perlu menghargai dan mengasihi anak-anak mereka. Tuhan berfirman kepada Adam dan Hawa untuk "Beranak cucu dan bertambah abnyak" (Kej 1:28). Orang tua memiliki kawajiban untuk membimbing anak-anak kepada ajaran Tuhan (Ulangan 6:6-9; EF 6:4). Orang tua yang beriman namun acuh terhadap anak-anaknya adalah orang tua yang tidak mengaplikasikan ibadah dalam rumah tangganya. Sebaliknya orang tua yang selalu memerhatikan jalan hidup anak-anaknya serta mendidik mereka dalam ajaran dan nasehat Tuhan adalah orang tua yang mengaktualisasikan ibadah.

Demikian pula dengan anak-anak. Anak-anak wajib taat dan menghormati orangtua . Anak-anak yang mampu taat, menghormati, dan menghargai bimbingan orang tua adalah anak-anak yang mengaktualisasikan ibadah mereka. Acapkali dijumpai anak-anak yang dimasa mudanya cukup aktif dalam gereja Tuhan . Tugas-tugas di gereja dilaksanakan dengan baik. Tiada waktu tanpa melibatkan diri dalam kegiatan gereja Tuhan. Namun, saat berada di rumah dan ditengah keluarga, mereka lalai dalam mengerjakan tugas-tugas rumah bahkan tugas-tugas sekolahnya. Mereka tidak memliki semangat menunaikan tugas-tugas tersebut sebagaimana mereka menyelesaikan tugas-tugas digereja. Sebaliknya, apabila dirumah mereka malas, keras kepala, dan tidak taat kepada orang tua. Anak-anak dengan kondisi yang demikian ini tidak memiliki pemahaman akan ibadah sama sekali. Aktivitas ibadah mereka di gereja tidak diaktualisasikan dalam hidup sehari-hari. Tanpa aktualisasi ibadah, semua aktivitas ibadah digereja hanya akan berakhir sia-sia. Bagia nak-anak, remaja, dan pemuda, mengaktualisasikan ibadah adalah melaksanakan dan menyelesaikan tugas dan kewajiban hidup sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi, sekolah, pekerjaan maupun kehidupan keluarga atau dirumah.

5. Mengaktualisasikan ibadah berkaitan juga dengan menaati perintah-perintah-Nya Tuhan berfirman kepada manusia di taman Eden agar tidak makan buah dari pohon pengertahuan baik dan jahat. Diamna saja mereka berada di taman Eden, Adam dan Hawa wajib menaati perinath Tuhan. Jika mereka melanggar ibadah kepada Tuhan. Akibat dari hal ini adalah dosa dan maut. Taman Eden berganti menjadi semak duri Berkat berubah emnajdi kutuk.

Adam dan Hawa diciptakan untuk tidak menghamba kepada dunia, kepada taman Eden atau kepada materi. Sebaliknya Tuhan berfirman, "Penuhilah bumi dan taklukan" (Kej. 1:28). Manusia diperintahkan Tuhan untuk menaklukan bumi, menaklukan dunia, dan menaklukan materi. Manusia diciptakan bukan untuk menghamba kepada materi. Yesus berkata, "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada MAMON (Mat. 6:24). Selanjutnya, dalam Alkitab tertulis, "Janganlah kamu megasihi dunia dan apa yang ada di dalam-Nya. Jika orang mengasihi dunia maka kasih akan Bapa tidak ada dalam orang itu" (1Yoh. 2:15). Pernyataan-pernyatan tersebut menjelaskan kepada umat Tuhan agar mereka tidak menghamba kepada Mamon atau materi dalam dunia ini. Ini bukan berarti kita tidak diperbolehkan untuk menggunakan dan memilikinya, tapi kita tidak boleh menjadi hamba atau budak materi. Tetap taat pada perintah Tuhan dan mampu menguasai serta menaklukan materi duniawi meruapkan bagian dari aktualisasi ibadah. Apabila ibadah dilakukan hanya semata-mata untuk memperoleh materi yang lebih abnyak, iabdah tersebut bukanlah ibadah sejati. Apabila ibadah hanya diisi dengan pengharapan atas berkat-berkat materi, ibadah sedemikian bukanlah ibadah yang berkenan di hadapan Tuhan. Ibadah yang fokusnya hanya pada materi adalah ibadah yang menghamba pada Mamon atau pada materi dunia. Ibadah yang hanya sebatas pada pemuasan keinginan fisik bukanlah ibadah yang berasal dari kerinduan hati yang suci untuk menaati perintah Tuhan. Ibadah seperti itu hanya menaati perintah dan pengajaran manusia.

Memang patut diakui bahwa tidak ada seorangpun yang tidak membutuhkan materi. Tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat kediaman, transportasi,d an kebutuhan-kebutuhan lainnya. Semua orang ingin kebutuhan hidupnya sehari-hari tercukupi. Namun manusia tidak boleh ditaklukan oleh kebutuhans ehari-hari itu. Manusia yang hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari adalah manusia yang lebih taat pada materi daripada taat pada Tuhan. Yesus menyebut manusia seperti itu sebagai "orang kaya yang bodoh" (Luk. 12:16-21). Seseorang dapat mengumpulkan banyak harta di dunia tapi miskin di hadapan Allah. Mengaktualisasikan ibadah berati mmeperkaya harta rohani, menaati perintah Allah, dan mampu menaklukkan serta menguasai materi dunia. Seseorang yang mengaktualisasikan ibadahnya adalah orang yang dikuasai oleh Tuhan dan firmanNya dan bukan dikuasai oleh dunia dan materi dunia. Rasul Paulus adalah contoh orang yang tidak diperhamba oleh makanan dan pakaian (1Timoutisua 6:8). Ia juga tidak diperhamba oleh emas dan perak (Kis. 20:33)

6. Aktualisasi ibadah berkaitan dengan daya kreativitas. Di taman Eden, Adam dan hawa beruapya memberi nama binatang-binatang yang diciptakan Tuhan (Kej. 2:19). Tugas ini membutuhkan kecerdasan dan kreativitas. Memberi nama binatang-binatang adalah tugas baru yang tidak mudah. Hal-hal baru tercipta melalui kecerdasan dan kreativitas. Tanpa kecerdasan dan kreativitas tidak ada hal-hal baru tercipta.

Sebagai orang beriman, kita perlu menagasah kecerdasan kita. Di samping itu kita perlu kratif. Mengasah kecerdasan dan daya kreatif meruapkan bagian dari iabdah. Kebodohan dan pikiran yang sia-sia harus ditanggalkan (Ef. 4:17-18 dan 22). SEbaliknya, pikiran kita harus dibaharui (EF. 4:23) Pikiran yang terus menerus diperbaharui akan mencerdasakan kita. Pikiran yang diperbaharui juga akan menghasilkan pikiran yang kreatif.

Dalam mengeluti pekerjaan sehari-hari kita perlu mengasah kecerdasan dan kreativitas agar pekerjaan kita berkembang keberhasilan umumnya didasarkan pada kecerdasan dan kreatifitas. Pelayanan kita dalam wadah kristiani juga harus dikembangkan dengan kecerdasan dan kretifitas. Stagnasi dalam pelayanan wajib dihindarkan. Pelayanan yangs ehari-hari hanya bergulir dalam rutinitas dan biasa-biasa saja juga harus ditanggalkan. Berhenti berusaha karena sudah puas dengan hasil-hasil yang telah dicapai juga harus ditolak. Pemikiran baru secara kreatif wajib diciptakan terus menerus.

Pengembanagn termasuk pembaruan dalam pekerjaan dan pelayanan secara cerdas dan kreatif merupakan aktualisasi ibadah kita. Cerdas dan kreatif dalam hidup sehari-hari merupakan bagian dari ibadah kita. Seperti halnya rahmat Tuhan selalu baru setiap pagi. Saat kita mengibadahkan diri kepada Tuhan setiap pagi, kecerdasan dan kratifitas kita juga perlu diperbaharui berdasarkan rahmat yang dilimpahkan -Nya pada kita.

Mencermati enam butir pemikiran tersebut diatas, dapat dilihat bahwa aktualisasi ibadah memiliki peran penting dalam kehidupan keseharian kita. Setiap hari, kita membawa bait Allah dalam diri kita. Berarti setiap hari, kita mengibadahkan diri tersebut, kita wajib mengaktualisasikan iabdah kita. Denagn aktualisasi ibadah dalam kehidupan sehari-hari kita mengerti bahwa bagian terbesar dalam ibadah kita pada Tuhan adalah pengaktualisasikan ibadah. Persepsi ibadah yang hanya sebatas datang beribadah ke gereja pada hari Minggu tak berarti apa-apa tanpa adanya pola aktualisasi ibadah. Denagn kata lain jadikanlah semua bentuk kegiatan dalam hidup sehari-hari sebagai ibadah kepada Tuhan. Niscaya kehidupan akan semakin bermakna karena kita memperoleh nilai-nilai hidup yang agung dan mulia. Semua nilai hidup tersebut dipersembahkan kembali untuk kemuliaan nama Tuhan . Aktualisasikan ibadah Saudara dalam kehidupan sehari-hari!​
 
Ibadah dan Kegiatan Sosial


SERING dilupakan bahwa ibadah berkaitan erat dengan kegiatan sosial. Umumnya ibadah dimengerti sebatas ibadah kepada Tuhan. Entah di Gereja, di rumah, di kantor atau di hotel/rumah makan ibadah dianggaps ebatas menyanyi dan mendengarkan Khotbah. Dua bagian itu kemudian menjadi inti utama ibadah. Seusai ibadah,s emua orang pulang ke rumah masing-masing. Mungkin juga disertai refreshment yaitu makan snack Dan minuman dengan Tujuan untuk fellowship

Apabila kita mencermati Alkitab, kita mendapatkan makna ibadah yang berkaitan dengan kegiatan sosial. Marilah kita baca, "Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh Dunia" (Yak 1:27). Alkitab jelas menyatakan bahwa ibadah adalah memberi perhatian atau care terhadap anak yatim piatu dan para janda yang dalam kesusahan. Apabila kita sudah beribadah di gereja setiap hari minggu selama 10-15 Tahun, tetapi kita belum pernah sekalipun carebahkan mengunjungi para yatim piatu dan ajnda-janda miskin, kita keliru dalam ibadah kita. Ibadah kita menjadi tidak murni dan cacat. Bayangkan apabila ternyata selama kurun waktu 10-15 tahun, ternyata kita hanya menjalankan ibadah yang tidak murni dan cacat. Mengapa ini bisa terjadi? Karena kita tidak memenuhi perintah Firman Tuhan. Alkitab telah menjelaskan bagaimana ibadah harsu dilaksanakan dengan murni.

Ikut mengambil bagian dalam menolong kesusahan anak-anak yatim piatu dan para janda meruapkan bagian dari ibadah. Melakukan kunjunagn dan memberikan bantuan sosial, namun itu adalah ibadah. Tidak jarang bantuan-bantuan tersebut dianggap sebagai kegiatan diakonia sehingga merupakan bagian dari pelayanan gerejani. Namun sebenarnya kegiatan diakonia wajib dilaksanakan sebagai bagian ibadah jemaat.

Selanjutnya Yesus mengemukakan kisah seorang samaria yang murah hati. Dikisahkan seseorang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Di tengah jalan ia dirampok. Hartanya diambil dan dirinya dianiaya. Saat ia tergeletak lemah, lewatlah seorang imam yang hanya menengok sejenak tanpa memberi pertolongan apa-apa. Selanjutnya lewat pula seorang Lewi. Namun ia juga berlalu tanpa memberi pertolongan. Akhirnya datanglah seorang Samaria yangs egera turun dari keledainya. Orang yang malang tersebut ditolongnya. Yesus lebih menghargai perbuatan sosial orang Samaria.

Kisah Yesus tersebut mencerminkan imam dan orang Lewi yang hanya setia dalam menunaikan tata-cara ibadah. Tidak ada yang keliru dengan ketatnya peribadahan mereka. Hanya saja ibadah mereka tidak murni. Jika ibadah mereka murni, semestinya mereka menolong orang yang malang tersebut. Memberi bantuan pertolongan merupakan bagian ibadah. Sayang mereka tidak melaksanakan karena orang yang dirampok tersebut dalam kondisi "Setengah mati" (Luk. 10:30). kondisi setengah mati dianggap mati. Bagi mereka, kondisi semacam itu dikategorikan najis (Im. 22:4-6). Imam dan orang Lewi yang lewat tidak memberikan pertolongan karena mereka takut terkena kenajisan orang yang setengah mati tersebut. Peraturan ibadah untuk para imam dan orang Lewi yang sesuai dengan Kitab Imamat memang ketat. Imam dan orang Lewi tersebut tidak mau melanggar aturan ibadah yang telah ditetapkan.

Yesus menyayangkan imam dan orang Lewi yang tidak memberikan pertolongan tersebut. Menolong sesama manusia merupakan prioritas yang utama. Apabila ibadah dan peraturannya mengabaikan kemanusiaan, ibadah tersebut menjadi tak berguna. Ibadah kepada Tuhan memang sepatutnya dilaksanakan dengan baik, namun menolong manusia yang membutuhkan pertolongan juga merupakan ibadah. Dengan mengabaikan salah satunya, ibadah kita akan menjadi tidak murni lagi.

Orang Samaria lebih mmeprioritaskan menolong sesama manusia. Padahal jelas orang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho itu adalah orang Yahudi. Mengapa? Karena di Yerusalem terdapat Bait Suci. Tentunya orang Yahudi tersebut beribadah di Bait Suci Yerusalem. Tak mungkin ia orang Samaria karena orang Samaria memiliki tempat ibadah sendiri di Samaria. Artinya, apabila orang Samaria lebih mementingkan peraturan ibadahnya, tentu ia tidak akan menolong orang Yahudi. Sesuai dengan peraturan, orang Samaria tidak bergaul dengan orang Yahudi (Yoh. 4:9). Namun orang Samaria lebih memprioritaskan sesama manusia yang membutuhkan pertolongan daripada mengikuti aturan tata cara ibadah. Bagi orang Samaria itu, menolong sesama adalah bagian dari ibadah. Disini letak perbedaan antara orang yang melaksanakan ibadah sekaligus menolong sesamanya.

Betapa seringnya kita jumpai umat Tuhan yangs etia melaksanakan ibadah dengan segala bentuk aturannya. Namun saat harus menolong sesamanya, umat Tuhan lepas tangan. Umat Tuhan menolak untuk mengulurkan tangan. "Biarlah orang lain saja yang melakukannya. Aku.....lewat saja" Sekali pun ibadah memiliki peraturan-peraturan yang ketat, namun mankala harus menolong sesama yang membutuhkan, kita wajib menolongnya. Menolong sesama merupakan bagian internal suatu ibadah.

Dalam matius 25:31-46, Yesus menjelaskan mengenai posissi "Kambing" dan "Domba". Yesus berkata, ada orang-orang yang menolong Dia di saat Dia lapar, telanjang, sakit, dan di dalam penjara. Orang-orang tersebut menolong Dia dengan memberi-Nya makan, pakaian, melawat saat sakit, emngunjungi saat di penjara serta memberi akomodasi. Mereka ini dikelompokkan sebagai domba. Sedangkan mereka yang sama sekali tidak peduli dan tidak mau memberikan pertolongan pada-Nya akan dikategorikan sebagai kambing. Pertanyaannya, benarkah Yesus butuh makanan, pakaian, akomodasi? Benarkah Yesus sakit atau dipenjara? Yesus menjawab bahwa bukan Ia yang membutuhkan, tetapi umat-Nya yang kecil dan hina.

Uraian Yesus tersebut mencerminkan kepedulian dan care terhadap mereka yang amat membutuhkan pertolongan. Ibadah rutin tanpa care pada mereka yang membutuhkan menjadi benar-benar tidak berarti. Bahkan, mereka dikelompokkan pada golongan kambing yang akhirnya "masuk ke tempat siksaan yang kekal" (Mat. 25:46). Ibadah seperti itu, meski rutin dilakukan sekian tahun akan menjadi percuma saja. Sekali pun ibadah dan segala peraturannya itu dilakukan dengan ceria, meriah,d an penuh semangat tanpa care terhadap sesama yang membutuhkan, mereka tidak akan mewarisi apa-apa atau tidak menerima pahala apa-apa dari Tuhan. Malah sebaliknya mereka akan masuk ke tempat siksaan yang kekal. Betapa menyedihkan dan mengerikan. Ibadah yang dianggap benar ternayta tidak benar di hadapan Tuhan. Alangkah malangnya umat Tuhan yang beribadah bertahun-tahun di gereja tapi akhirnya tidak memperoleh hidup yang kekal karena masuk dalam kelompok kambing.

Satu lagi pernyataan Yesus adalah tentang Zakheus (Luk. 19:1-10). Perjumpaan Zakheus dengan Yesus menghasilkan satu perubahan besar. Bagi Zakheus, beriman kepada Yesus tidak sebatas iman dalam hati. Zakheus mengaplikasikan imannya. Bukankah iman tanpa perbuatan adalah amti (Yak 2:17). Beriman kepada Yesus berati beribadah kepada Yesus Zakheus memahami bahwa ibadah meliputi perbuatan sosial. Alkitab menulis bagaimana Zakheus mengorbankan separuh hartanya untuk dibagikan kepada orang miskin. Zakheus beribadah melalui perbuatan sosialnya. Zakheus tidak hanay puas saat percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat. Ia tahu bahwa iman harus disertai realisai peduli (care) terhadap fakir miskin. Setelah itu, barulah kemudian Yesus menyatakan secara tegas, "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini karena orang ini pun anak Abraham" ( Luk. 19:9). Istilah "rumah" mengandung arti "Seluruh isi keluarga '. Keselamatan diterima dan dialami seluruh keluarga Zakheus melalui ibadah disertai perbuatan sosial.

Penelusuran perikop-perikop Kitab suci tersebut di atas menjelaskan kaitan yang amat erat antara ibadah dan kegiatan sosial. Mungkin gereja telah memiliki bagian diakonia. Mungkin wadah Kristen memiliki bagian diakonia. Mungkin kita telah melaksanakan kegiatan diakonia. Namun pertanyaannya, sadarkah kita bahwa aktivitas diakonia tersebut merupakan bagian dari ibadah? Sadarkah kita bahwa ibadah di gereja wajib disertai dengan perbuatan sosial? Pahamkah kita bahwa perbuatan sosial yang disertai kepedulian dan care terhadap mereka yang amat membutuhkan pertolongan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ibadah? Apabila selama ini kita sudah tekun dan setia beribadah di gereja, khususnya pada hari minggu, tapi belum pernah menolong para yatim piatu, para janda, dan mereka-mereka yang miskin serta membutuhkan pertolongan. Jangan menunda-nunda sesuatu yang baik guna menolong mereka yang membutuhkan.​
 
Ibadah di Tengah Sesama Manusia


IBADAHdapat berubah menjadi kegiatan yang eksklusif. Faktanya banyak ibadah di gereja atau ibadah umat Tuhan lainnya yang mengarah kepada Ekslusiveme. Ibadah tertentu diklaim sebagai ibadah yang hidup sedangkan ibadah gereja lain dinyatakan sebagai iabdah yang mati. Promosi melalui berbagai publikasi mengenai klaim ibadah yang hidup diupayakan untuk menarik umat Tuhan dari berbagai gereja lain. Inilah bentuk eksklusiveme ibadah yang egois. Klaim yang lain berkaitan dengan masalah doktrin. Doktrin bahwa satu gereja dianggap paling benar secara tak sadar sudah mengiring kepada bentuk eksklusiveme. Karena hanya doktrinnya yang benar, berarti doktrin yang lain keliru. Eksklusiveme juga dapat tercipta dalam bentuk pengelompokkan. Ibadah hanya terbuka pada kelompok tertentu dengan latar belakang suku/etnis dan bahasa sama serta kebudayaan yang sama (Homogen). Individu-Individu yang heterogen terpinggirkan.

Kekeristenan diawali oleh orang-orang Yahudi, termasuk Yesus sendiri adalah orang Yahudi. Kelompok Kristen pada mulanya memang hanya terdiri dari orang-orang Yahudi karen ajaran kekristenan juga berasal dari tradisi bangsa Yahudi. Sebagai manusia, Yesus termasuk orang Yahudi sehingga lingkup pelayanan Yesus kebanyakan juga terbatas pada bangsa Yahudi. Namun, setelah Yesus naik ke Surga dan Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-4), Kekristenan tidak hanya terbatas pada orang-orang Yahudi saja. Mengapa? Karena Roh Kudus bekerja melewati batas kesukuan, batas bahasa, batas wilayah, dan batas latar belakang lainnya. Itu sebabnya setelah Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta, Injil dapat menjangkau Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Kreta, dan Arab (Kis. 2:9-11). Kekristenan tidak lagi merupakan wadah yang eksklusif. orang Kristen bukan hanya terdiri dari orang-orang Yahudi saja melainkan mencakup berbagai ragam suku bangsa dan bahasa.

Roh Kudus yang tidak terbatas telah menciptakan perhimpunan yang non eksklusif dan heterogen. Perhimpunan yang inklusif yang tidak lagi membedakan warna kulit dan bahasa. Ibadah yang dilaksanakan juga bukanlah ibadah yang eksklusif. Namun ibadah tersebut menghargai sesama mansuia apa pun latar belakangnya. Hanya yang perlu diperhatikan adalah bahwa Yesus tetaplah Tuhan dan Juruselamat. Yesus adalah jalan, Kebenaran, dan hidup. Kekristenan meyakini bahwa wahyu Allah degenapi dalam diri Yesus. Jadi jika wahyu Allah pada zaman terdahulu dinyatakan lewat Firman yang disabdakan para nabi Tuhan, pada akhir zaman wahyu Allah tersebut dinyatakan di dalam dan melalui Yesus (lbr 1:1-4). Fokus kepada Yesus dalam beribadah masih tetap. Finalisasi keselamtan di dalam Yesus juga tetap. Namun umat Tuhan oleh Roh Kudus diajarkan untuk menghormati dan menghargai sesama manusia.

Ibadah di tengah sesama dipraktikkan oleh Yesus, Paulus, dan jemaat di Antiokhia. Sebagai contoh perhatikan saat Yesus berada di kota Sikhar yang masuk wilayah Samaria. Di Sikhar terhadap sumur Yakub. Secara manusiawi, Yesus letih dan haus karena saat itu pukul 12 tengah hari. Tiba-tiba muncullah seorang perempuan Samaria yang berjalan ke sumur Yakub untuk menimba air. Perjumpaan antara Yesus dengan Perempuan Samaria itu menciptakan percakapan. sekali pun orang Yahudi dan orang Samaria bermusuhan, namun Yesus membuka percakapan dan berusaha menjalin hubungan. Yesus bahkan juga meminta minum kepda perempuan Samaria itu. Jelas perempuan Samaria tersebut terkejut dan berkata pada Yesus "Masakan engkau orang Yahudi minta minum kepadaku seorang Samaria?" (Yoh. 4:9). Kontak Yesus dengan perempuan Samaria menyiratkan bahwa Yesus ingin menghilangkan sikap eksklusiveme. Sebaliknya Yesus bertindak inklusif.

Awal percakapan yang diciptakan disertai permohonan air minum ternayta membuat perempuan Samaria percaya dan menerima Yesus sebagai Mesias. Bahkan dia mendorong warga Samaria lainnya untuk datang kepada Yesus. Inklusiveme tercipta namun posisi Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat yaitu Mesias tetap Eksklusive. Artinya, Yesus tetaplah satu-satunya Mesias, tidak ada yang lain.

Pelayanan Yesus dapat dikatakan sebagai pelayanan yang inklusif pluralis. Inklusif karena YEsus sama sekali tidak mempertahankan keyahudiannya. Seandainya Yesus tetap merasa eksklusif dengan keyahudiannya, Yesus pasti akan menghindar saat perempuan Samaria tersebut datang ke sumur di mana Yesus duduk. Pluralis berarti Yesus menerima perempuan Samaria apa adanya. Ia menerimanya meskipun pertama, dia warga Samaria yang bermusuhan dengan Warga Yahudi. Dan kedua, perempuan Samaria itu bukanlah wanita baik-baik karena mengambil air pada dilakukan pada pukul 12 siang hari. Menurut adat, wanita baik-baik mengambil air pada pagi hari atau sore hari. Jadi Yesus menerima kehadiran perempuan Samaria sebagaimana adanya. Menerima, menghormati, dan menghargai seseorang dengan apa adanya adalah Pluralis.

Dalam percakapan antara Yesus dengan perempuan Samaria tersebut, Yesus menjelaskan bahwa saatnya akan tiba di mana orang akan mneyembah Bapa bukan di Samaria dan bukan di Yerusalem (Yoh. 4:21). Artinya, ibadah tidak akan lagi dibatasi oleh etnis, adat, dan keyakinan atau doktrin tertentu yang dieksklusifkan. Melainkan orang yang hendak menyembah atau beribadah kepada Allah akan menyembah atau beribadah di dalam Roh dan kebenaran (Yoh. 4:24). Ini karena Allah adalah Roh yang tak terbatas. Roh Tuhan melampaui suku/etnis, bahasa, budaya maupun kebiasaan-kebiasaan serta tradisi-tradisi tertentu. Roh Tuhan bersifat Inklusif pluralis namun membimbing manusia kepada Bapa melalui satu-satunya Juruselamat yaitu Yesus.

Misi Yesus yang bersifat Inklusif pluralis juga dapat dibaca pada kata-kata yang tercantum pada Salib Yesus. Kata-kata tersebut ditulis dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani (Yoh. 19:20). Pada zaman Yesus, tiga bahasa itulah yang lazim dipergunakan. Dengan demikian, hal itu mencerminkan suatu komunitas yang pluralis. Orang-orang berbahasa Ibrani dapat menerima mereka yang berbahasa Latin. Sebaliknya orang-orang yang berbahasa Yunani. Komunitas yang pluralis adalah komunitas yang dapat menerima kehadiran dan keberadaan komunitas lain yang berbeda etnis dan bahasa. Ibadah Kristen terfokus pada Salib Kristus. Artinya, ibadah Kristen perlu bersifat pluralis. Ibadah itu harus menerima adanya perbedaan etnis, bahasa maupun latar belakang lainnya. Ibadah itu juga menghargai dan menghormati ibadah orang lain. Marilah kita menengok sejenak bagaimana Rasul Paulus memperlihatkan sikap Pluralisnya.

Rasul Paulus suatu saat tiba di Atena. Di kota Atena ini Paulus melihat berbagai patung. Memang orang-orang Atena yang adalah orang-orang Yunani memiliki keyakinan yang polytheis. Secara iman dan dalam hati nurani Paulus, dia sedih melihat kota Atena dipenuhi patung-patung. Paulus sempat melakukan kontak dengan ahli-ahli pikir Yunani. Mereka berasal dari kelompok Epikuros dan Stoa. Kontak dengan ahli-ahli pikir tersebut menimbulkan dialog. Mereka memohon agar Paulus menjelaskan tentang "agamanya" yang kedengaran "aneh" di telinga mereka. Saat Rasul Paulus memulai penjelasannya, Rasul Paulus sama sekali tidak mengkritik patung-patung mereka. Rasul Paulus juga tidak menghakimi berhala-berhala yang mengisi kota Atena. Sebaliknya Paulus menghormati dan Menghargai keyakinan mereka. Rasul Paulus berkata, "Hai orang-orang Atena, aku lihat bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa" (KIS. 17:22). tampak jelas Paulus menghormati dan menghargai ibadah orang-orang lain.

Sikap menghormati dan menghargai ibadah orang lain sekalipun ibadah tersebut merupakan penyembahan kepada patung-patung/ berhala-berhala adalah ekspresi ibadah orang Kristen di tengah sesama. Di lingkup sesama, barangkali kita menjumpai orang-orang non kristen. Namun keberadaan mereka tidak boleh dihakimi, dicerca atau dipojokkan. Tidak sepatutnya kita mengata-ngatai mereka. Iman kita kepada Yesus yang bersifat eksklusif tidak boleh mencenderai perasaan mereka yang non kristen. Kita perlu tetap menghormati dan menghargai mereka. Sikap sedemikian merupakan bagian dari ibadah kita.

Lalu, bagaimana kaitan pendekatan Paulus yang Inklusif pluralis dengan pemberitaan Injil yang eksklusif? Rasul Paulus memulainya dengan mengutip suatu tulisan yang terukir di mezbah ibadah orang-orang Atena. Tulisan tersebut berbunyi, "Kepada Allah yang tidak dikenal" (Kis. 17:23). Dari Tulisan inilah Paulus berargumen mengenai Allah yang dia yakini yaitu Allah yang dikenal. Uraian selanjutnya difokuskan pada Yesus yang bangkit dari kematian. Jadi sikap Paulus yang Inklusif Pluralis tidak mengurangi bobot misis pemberitaan Injil. Ibadah kita yang menghormati dan menghargai keyakinan orang lain tetap wajib terfokus pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Memasuki era globalisasi, kitasadar bahwa kita tidak hidup sendiri. Gereja atau umat Kristen bukan komunitas yang hidup terisolasi. Mau tak mau, suka tak suka, kita bersinggungan dengan individu-individu lain yang ebrbeda kulit, bahasa, budaya, agama, dan latar belakang kehidupan lainnya. Beragamnya komunitas menimbulkan atmosfer yang Pluralis. sebagai umat Kristen, kita harus berinteraksi dengan individu-individu lain. Diluar keyakinan Kekristenan, kita menjumpai keyakinan atau agama-agama lain.

Apabila ibadah kita dilaksanakan secara eksklusif tanpa menghormati dan menghargai agama-agama atau ibadah keyakinan orang lain, kekristenan kita tidak ada artinya. mengapa? Karena Kekristenan kita tidak dapat menjadi garam. Kekristenan kita tidak mampu larut dalam dalam kehidupan amnsuia. Kekristenan seperti itu juga dapat meninarkan terang kristianinya. Karena umat Kristen hidup bersama semua lapisan elemen masyarakat, maka kekristenan yang menghormati agama lain merupakan bagian ibadah di tengah sesama.

Meski demikian, ibadah Kristiani yang diaplikasikan di tengah sesama memang perlu mmerehatikan paling tidak tiga rambu-rambu penting.

1. Perlu dihindarkan sinkretisme. Artinya, pilar-pilar keyakinan agama lain tidak boleh dimasukkan atau dicampurkan ke landasan keyakinan kristiani. Pencampuran keyakinan lain ke dalam kekristenan menimbulkan sinkretisme. Dalam sepuluh hukum Tuhan, Hukum pertama berbunyi, "Jangan ada padamu ilah lain di hadapanKu" (Kel. 20:3). Ini berarti Allah atau Yahweh yang kitas embah dalam ibadah ialah Allah atau Yahweh yang tidak dapat dicampur adukkan dengan Ilah-ilah lain. Allah atau Yahweh yang kita sembah dan kepada-Nya kita beribadah tetap hanya Allah yang kita kenal dalam nama Tuhan Yesus Kristus, dimana kita juga menyapa-Nya sebagai Bapa. Diluar Tuhan Yesus Kristus dan Bapa tidak ada Tuhan. Menghindari sinkretisme juga berati orang kristen tidak diperbolehkan ikut-ikutan menyembah patung-patung, ilah-ilah, dan dewa-dewa dari agam lain. Kita menghormati dan menghargai orang-orang yang meyakini dan percaya pada patung-patung, ilah-ilah, dan dewa-dewa. Tetapi kita sebagai orang Kristen tidak boleh ikut menyembah dan beribadah seperti mereka. Demikian juga kita tidak perlu untuk ikut menyantap segala jenis makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala atau dewa-dewa mereka.

2. Perlu Dihindarkan transfer of the spirit Pemindahan roh misalnya dari roh berhala masuk ke dalam roh kita. Caranya kita ikut berada ditengah ritual sakral yang sedang dilaksanakan. Kita dapat menontonnya tapi kita tidak boleh ikut didalamnya. Istilah "Menonton" berkaitan dengan melihat ritual itu sebagai budaya setempat yang sedang dipertunjukkan. Memang ada ritual budaya yang ebrcampur dengan agama atau keyakinan yang dipeluk komunitas setempat. Berhubung kita hadir dalam undangan tersebut, mau tak mau kita ikut menonton pertunjukkannya. Dalam kondisi demikian, kita wajib memohon pada Tuhan kita Yesus Kristus agar melindungi atau membentengi kita dari segala bentuk pemindahan roh atau transfer of the spirit. Kita sebaiknya juga tidak perlu menonton pertunjukkan itu sampai selesai. Sebagai orang Kristen, kita wajib tetap waspada dengan bentuk pertunjukkan budaya yang dilapisi keyakinan tertentu. Artinya kita tidak perlu menonton apabila terdapat roh-roh atau arwah-arwah yang dilibatkan dalam pertunjukkan tersebut. Tentunya pertunjukkan keseian dari budaya tertentu memang murni kesenian tidak ada kaitan dengan transfer of the spirit itu. Kita tidak boleh mengkalim semua jenis kesenian sebagai pertunjukkan dari Roh-roh atau arwah-arwah.

3. Fokus pada membangun manusia dalam kemanusiannya Ibadah Kristen sudah selayaknya menghormati dan menghargai ibadah lain. dengan sikap ibadah yang demikian, selanjutnya kita perlu menemukan hal-hal baik untuk membangun manusai dalam kemanusiaannya. Bersama dengan agama-agama dan keyakinan lain, kita wajib mengupayakan kerjasama untuk menolong agar manusia menemukan kemanusiaannya. Namun, kita tidak perlu mencampuri ajaran-ajaran agama atau keyakinan mereka yang lain itu. Kita pun tidak perlu membanding-bandingkan, walau umat Kristen barangkali merasa bahwa agamanya adalah yang paling benar. Perbandingan agama dapat dilaksanakan jika untuk pengembangan pengetahuan agama. Apabila perbandingan agama dipergunakan untuk mengagamakan pihak lain, maka kekristenan kehilangan hakikatnya yang hakiki yaitu membangun manusia dalam kemanusiaannya

Tujuan Ibadah kita adalah membangun manusia. Secara internal, lewat ibadah umat Kristen dibangun mental, perilaku, moral, dan sosialnya. Secara eksternal, manusia lain dibangun mental, perilaku, moral dan sosialnya. Secara rohani kita memiliki ajaran-ajaran yang eksklusif. Berarti secara vertikal ibadah kita eksklusif tapi secara horisontal ibadah kita inklusif pluralis humanis.​
 
Ibadah Bersama

UMUMNYA, ibadah bersama umat Kristen dilaksanakan pada hari Minggu. Umat-Nya memnuhi gedung gereja pada hari Minggu. Ibadah bersama perlu dilaksanakan secara tertib karena " Allah tidak menghendaki kekacauan" (1 Kor. 14:33). Karena Allah adalah Allah yang tertib, ketertiban,d an tata laksana ibadah wajib diatur sebaik-baiknya.

Tata laksana ibadah dikenal dengan istilah liturgi. Gereja wajib memiliki liturgi yang baik. Dimasa kini, tampak dua macam tata laksana ibadah yaitu:

1. Gereja yang memiliki liturgi yang komprenhensif. Disini liturgi dilaksanakan secara ketat. Dari Awal sampai akhir ibadah, jemaat mengikuti liturgi yang telah diatur. Peraturan liturgi telah dicatat dalam lembaran acara ibadah. Umat dimohon mengikuti liturgi sebaik-baiknya.

2. Gereja yang mengatur ibadahnya secara bebas Tidak ada liturgi yang tercetak di lembaran acara ibadah. Tata laksana ibadah dilakukan secara spontan dan bebas. Umat tidak didikte dengan butir-butir acara yang tercantum dalam lembar acara ibadah.

Terdapat kelebihan dan kekurangan atas dua macam tata laksana ibadah tersebut. Kelebihan dan kekurangan gereja yang emngunakan liturgi komprenhensif adalah sebagai berikut.

KELEBIHAN

1. Ibadah dilaksanakan dengan tertib dan teratur.
2. Umat mudah mengikuti dan paham urut-urutan dalam ibadah.
3. Pemimpin ibadah tidak akan mengada-ada atau menciptakan butir acara ibadah menurut seleranya sendiri.
4. Waktu ibadah terukur dan tepat.
5. Seluruh butir-butir acara ibadah terlaksana dengan seimbang atau propporsional.

KEKURANGAN

1. Rutinitas yang tercipta menghasilkan suasana monoton karena warna ibadah selalu sama setiap waktu.
2. Suasana Monoton menimbulkan kejenuhan jemaat. Akibatnya, gairah jemaat dalam beribadah merosot. Jemaat menjadi tidak energik dan dinamis.
3. Ibadah berubah menjadi ritual yang didominasi oleh roh manusia (Khususnya roh para pemimpin ibadah). Dominasi roh manusia ini dapat "Memadamkan" Roh Kudus.
4. Ibadah menghasilkan umat yang hatinya "beku dan kaku". Ditandai dengan sikap anti -perubahan atau anti- Pembaharuan.

Sementara itu, bagi Gereja yang mengatur ibadahnya dengan bebas, kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai berikut.

KELEBIHAN

1. Ibadah tidak terasa monoton.
2. Umat bebas mengekspresikan ibadah secara responsif. Tidak terbelenggu oleh kekakauan dan kebekuan ritual yang "dibuat" manusia.
3. Beban pergumulan hidup yang menekan roh manusia terlepas. Mental dikuatkan sehingga lebih memiliki kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup.
4. Jamahan Tuhan terasa nyata.
5. Pembaharuan dan perubahan hidup dialami secara nyata.

KEKURANGAN

1. Ibadah dilaksankan secara emosional bahkan terkadang irasional.
2. Ledakan psikis tidak terkendali. Teriakan, gemetar, menangis dan seterusnya.
3. Ibadah tidak teratur rapi bahkan memberi kesan kacau.
4. Waktu ibadah tidak terkendali dengan baik.
5. Self-display Para pemimpin ibadah demi menarik perhatian pendengar.
6. Ajaran Firman Tuhan minim. Pemberitaan Firman Tuhan cenderung didominasi oleh kesaksian.

Dengan memerhatikan kelebihan dan kekurangan dua macam tata laksana ibadah itu, kita perlu mengatur ibadah kita sebaik-baiknya. Artinya, ibadah yang ideal adalah yang idatur oleh tata laksana ibadah yang baik namun juga mengizinkan Roh Kudus bekerja leluasa.

Tata Laksana ibadah perlu disertai kebebasan umat untuk berekspresi secara responsif. Tata laksana ibadah di satu sisi diatur dan disusun manusia namun disisi lain pemimpin ibadah dan umat yang beribadah wajib membebaskan segala bentuk ikatan kekakuan atau kebekuan yang dapat memadamkan Roh

Hal utama yang perlu disadari adalah bahwa ibadah merupakan persekutuan anatara manusia dengan Tuhan di aman hadirat Tuhan turut hadir. Fokus ibadah adalah kepada Tuhan dan harus menyenagkan hati Tuhan di mana pun hadirat-Nya hadir.

Dengan demikian, sekali pun ibadah dilaksanakan dengans uatu tata laksana atau aturan ibadah, pemimpin ibadah beserta umat yang beribadah perlu menyadari bahwa Tuhanlah yang menggerakkan ibadah, dan bahwa Tuhanlah yang telah hadir lebih dahulu sebelum umat-Nya hadir.​
 
DOA
BUKAN SEKADAR RUTINITAS


Teladan Rasul Paulus Dalam Doa


1. Rasul Paulus adalah seorang Pendoa

RASUL Paulus selalu menyelipkan kata doa dalam surat-suratnya. Kata doa terdapat dalam surat Roma, Korintus, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika, Timoutius, Filemon. Doa merupakan bagian hidup Rasul Paulus. Rasul Paulsu adalah orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, doa harus dipanjatkan setiap hari. Dalam Alkitab, tercatat bahwa orang Yahudi melakukan doa sebanyak lima kali dalam sehari
  1. . 1 Subuh. Doa dilaksanakan pagi ahri sebelum matahari terbit. Pemazmur mengatakan "Pada waktu pagi doaku datang ke hadapanMu" (Mzm, 88:14). Daud, datang kepada Tuhan untuk bersyukur, memuji Tuhan, dan berdoa pada waktu sebelum fajar. Alkitab menyatakan Daud "Membangunkan fajar" (Mzm. 108:3). Yesus juga berdoa pada waktu subuh. Injil MArkus menyatakan, "Pagi-pagi benar waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa disana" (Mrk. 1:35).
.

  1. . 2.Pagi Pukul 09.00 Tercatat 120 murid berhimpun di satu ruangan sebuah rumah di Yerusalem. Tujuan mereka adalaah untuk berdoa (Kis 1:14-15). Tepat pada hari Pentakosta, sekitar pukul 09.00 Roh Kudus dicurahkan (Kis. 2:13). Namun Petrus segera menjawab bahwa waktu itu "baru pukul sembilan pagi" (Kis 2:15).

  1. . 3 Siang hari pukul 12.00.Sebagai orang Yahudi, Petrus mempuyai kebiasaan berdoa. Salah satu jam doa orang Yahudi adalah pukul 12.00 siang. Alkitab menyatakan "Kira-kira pukul dua belas tengah hari naiklah Petrus keatas rumah untuk berdoa" (Kis. 10:9). Yesus juga menggunakan waktu siang hari untuk berdoa (Luk. 4:42). Yesus memilih tempat yang sunyi untuk berdoa. Umumnya pada pukul 12.00 siang hari, udara cukup panas. Saat tersebut dipergunakan untuk istirahat sejenak (Yoh. 4:6). Waktu istirahat tersebut juga dipakai untuk ebrdoa. Daud menuliskan dalam mazmurnya, "Di waktu petang, dan tengah hari aku cemas dan menangis, dan Ia mendengar suaraku" (Mzm. 55:18). Ini menunjukkan Daud juga berdoa pada tengah hari (Pukul 12.00)

  1. . 4 Sore hari pukul 15.00 Kornelius, seorang yangs aleh dan takut pada Allah berdoa pada pukul tiga petang/sore (Kis. 10:3). Dalam bahasa Inggris, pukul tiga di terjemahkan, "at three in the afternoon
    " Kornelius adalah seorang seorang perwira Romawi, namun mengikuti dan menaati hukum-hukum agama Yahudi. Jam-jam doa orang Yahudi ia ikuti. Orang seperti Kornelius ini disebut "God-fearing man". Penulis Kisah Para Rasul mencatat pukul tiga petang sebagai jam sembhayang orang Yahudi. Dikatakan, "Pada suatu hari menjelang waktu sembhayang yaitu pukul tiga petang naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah" (Kis. 3:1).

  1. .5. Petang hari menjelang matahari terbenam. Istilah menjelang matahari terbenam disebut juga waktu senja. Pada waktu senja, mezbah ukupan atau mezbah dupa harus dibakar. Mezbah ukupan dibakar pada waktu pagi dan pada waktu senja (Kel. 30:7-8). Mezbah itu berisi wangi-wangian yang dikenal sebagai kemenyan melambangkan Dalam Kitab Wahyu, kemenyan melambangkan doa orang-orang Kudus (Why. 5:8). Mezbah ukupan merupakan doa umat-Nya. Berarti doa dipanjatkan pada pagi hari dan senja. Pemazmur menulis, "Diwaktu petang, pagi, dan tengah hari aku cemas dan menangis"- Atau dalam bahasa Inggris, "Evening and Morning and at Noon will I pray (Mzm. 55:17). Berarti Daud berdoa pada senja atau petang hari. Daniel juga berdoa tiga kali sehari (Dan. 6:11). Daniel berdoa pada pagi hari, tengah hari (siang), dan senja (Petang hari ). Dalam Kitab Maleakhi dikatakan, "Sebab dari terbitnya matahari sampai pada terbenamnya matahari, namaKu besar diantara bangsa-bangsa dan di setiap temapt dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, Firman Tuhan semesta alam " (Maleakhi 1:11). Doa dipanjatkan sebagai kurban yang dipersembahkan kepada Tuhan, dari terbit sampai terbenamnya matahari.

Demikianlah kebiasaan berdoa orang Yahudi. Paling tidak mereka berdoa lima kali sehari atau tiga kali sehari ( Seperti Daniel dan Daud). Mungkin, orang semacam Kornelius yang dikenal sebagai orang saleh dan takut pada Tuhan ("God-fearing man") juga mengambil waktu doa sebanyak lima kali sehari. Sementara orang-orang Yahudi seperti kaum Farisi kemungkinan juga menerapkan lima waktu berdoa. Yesus sendiri dalam catatan Injil mengambil tiga kali waktu doa: "pagi-pagi benar waktu hari masih gelap" (Mrk. 1:35), Siang hari (Luk. 4:42), dan malam hari bahkan semalam-malaman (Luk. 6:12). Rasul Paulus pun berdoa pada tengah malam (Kis. 16:25)

Berdasarkan penelusuran waktu-waktu doa tersebut, bagaimanakah sikap kita sebagai orang-orang percaya? Apakah kita wajib berdoa lima waktu atau tiga waktu atau bahkan semalam-malaman? Ternyata Rasul Paulus menegaskan bahwa maslahnya bukan pada lima atau tiga waktu, yang lebih utama adalah doa harus dilakukan setiap hari. Rasul Paulus berkata, "Tetaplah berdoa" (1 Tes 5:17). Dengan kata lain, doa perlu dipanjatkan terus menerus/tiada henti (Kol. 1:9). Begitu juga kita sebagai orang-orang percaya wajib senantiasa berdoa (2 Tes. 1:11). "berdoa setiap waktu di dalam Roh" atau berdoa dengan permohonan yang tak putus-putusnya " ( Ef. 6:18 ). Sebagaimana kita bernafas tanpa putus dan tanpa henti, demikianlah doa kita wajib dilaksanakan tanpa henti. Ini berarti doa dapat dilakukan setiap saat, dirumah, dipekerjaan, di mobil, di sepeeda motor, dikereta api, di stasiun, di bandara, di toko, saat sedang berjalan,d an setiap saat dimana saja kita berada. Doa kini tidak lagi dibatasi oleh waktu-waktu doa. Sebagaimana Roh tidak dibatasi oleh apa pun baik ruang maupun waktu. Doa menjadi napas rohani/napas iman setiap orang Kristen. Itus ebabnya Rasul Paulus menyelipkan kata doa dalam hampir semua surat-suratnya. Bagi Paulus, doa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya sehari-hari.

Tentunya sikap doa bukan berarti duduk, memejamkan mata, lalu berdoa dengan suara keras. Berdoa dapat dilaksanakan setiap waktu di dalam hati dan dalam konsentrasi pikiran. Doa melalui hati nurani dapat dilakukan setiap saat. Sikap " senantiasa berdoa melalui hati nurani" dapat juga dikategorikan sebagai "berjaga-jaga" seperti yang tertulis dalam Efesus 6:18, "Berjaga-jagalah di dalam doamu". Umat Kristen perlu melatih diri untuk berdoa melalui hati nurani. Tidak bersuara, tidak berkata-kata namun hati nuraninya yang berdoa. Dengan berdoa melalui hati nurani, roh kita juga berdoa. Saat kita berdoa, kita ebrsekutu dengan Tuhan. Saat bersekutu dengan Tuhan berarti Roh kita bersekutu dengan Roh Tuhan. Persekutuan roh kita dengan Roh Tuhan dalam doa disebut berdoa di dalam Roh, sama seperti yang diperintahkan Rasul Paulus, " Berdoalah setiap waktu di dalam Roh " (Ef. 6:18)

2. Berdoa di tengah Kesibukan

Rasul Paulus adalah orang yang selalu mengisis waktunya dengan keisa-siaan. Waktu yang ada tidak diisi dengan santai atau pun tanpa berkarya apa-apa melainkan diisi dengan kesibukkan Prinsip Rasul Paulus yang berkaitan dengan waktu adalah "Pergunakanlah waktu yang ada" atau "to redeem the time " (Ef. 5:16). Mengapa? Karena "hari-hari ini adalah jahat". Hal-hal yang jahat menguasai hari dan waktu. Apabila waktu tidak kita isis dengan hal-hal yang jahat. Itu sebabnya Rasul Paulus berusaha keras untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya.

Istilah "to redeem the time" juga berarti "to rescue the loss" atau " menyelamatkan yang terbuang". Waktu yang terhilang wajib di selamatkan. Artinya jangan ada waktu yang tebuang. Waktu yang diberikan harus didisi dengan hal-hal berguna. Khususnya diisi dengan pelayanan untuk menyelaatkan jiwa-jiwa yang terhilang. Rasul Paulus merasa celaka apabila "tidak memberitakan injil" (Kor. 9:16). Setiap kesempatan yang ada dipergunakan Rasul Paulus dengan sebaik-baiknya. Tidak ada kesempatan yang tidak ia pakai tanpa ebrbuat sesuatu. Misalnya saat ia melakukan perjalanan mengarungi lautan dengan kapal yangs inggah dis ejumlah pulau atau kota. Rasul paulus selalu menggunakan kesempatan itu untuk mengunjungi saudara-saudara seiman atau persekutuan orang Kristen ditempat-tempat di mana kapal itu singgah. Tujuannya ialah untuk membina hubungan yang baik dan membangun iman umat Tuhan dan hamba-hamba-Nya.

Waktu selama diperjalanan juga dipergunakan Rasul Paulus untuk berdoa. Bahkan mungkin untuk menulis surat atau risalah-risalah ajarannya. Selain itu juga untuk ikut memikirkan perjalanan yang sedang ia tempuh serta memberikan masukan pada kapten kapal tentang hal-hal yang barangkali dapat membahayakan perjalanan. Pendek kata, bagi Rasul Paulus tidak ada istilah "menganggur" atau "santai". Seperti terlihat dalam versi terjemahan Alkitab New International Versioan, kata-kata "to redeem the time" Diterjemahkan "Making the most of every oppurtunity" Atau kesempatan yang ada dipergunakan sebaik-baiknya". Kesempatan dipergunakan untuk diisi dengan hal-hal yang abik dan hal-hal yang dikehendaki serta berkenan di hadapan Tuhan.

Ketika mencermati kesibukan Rasul Paulus, tidak ada satu pun waktunya yang terbuang sia-sia. Mari kita perhatikan kesibukan Rasul Paulus sebagaimana dapat diikuti dari catatan-catatan dalam kisahnya Para Rasul sampai surat-suratnya yang lain.

Kesibukan-kesibukan yang dilakukan Rasul Paulus meliputi:

a. Memberitakan Injil

b. Mengajar

c. Memberikan Konseling

d. Membaca dan menulis susart-surat.

e. Mengunjungi jemaat-jemaat dan teman-teman sepelayanan

f. Membuka atau merintis berdirinya jemaat-jemaat yang baru ditempat-tempat dimana pemberitaan Injil belum pernah didengar

g. Merekrut dan melatih/membina kader-kader pemimpin

h. Membina tim pekabaran Injil

i. Bekerja membuat atau menjual tenda untuk menopang biaya hidupnya sehari-hari serta biaya-biaya perjalanan dalam mengabarkan Injil

j. Melayani dan menyampaikan Firman Tuhan di banyak Kota/ wilayah

Tentunya daftar kesibukan-kesibukan diatas masih dapat ditambah. Rasul Paulus memang beanr-benar sibuk. Waktu yang tersedia benar-benar dipakai untuk mengahsilkan karya besar bagi kemuliaan Tuhan. Kesibukannya tidaks ekadar untuk "mengisi waktu luang" atau dalam istilah bahasa Inggris "Just killing the time" ( Sekadar membunuh waktu). Artinya waktu-waktu yang tersedia bukan tidak diisi dengan macam-macam kesibukan yang tanpa target atau goal serta hasil-hasil besar yang dapat dicapai. Mengisi waktu denagn " just killing the time" adalah sama dengan pernyataan Rasul Paulus yakni " sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna" ( 2. Tes. 3:11). Dengan kata lain, seseorang mungkin tampak sibuk mengisi waktu dan kesempatan yang ada, tapi kesibukkannya hanya untuk hal-hal yang tidak ada gunanya sama sekali. Kesibukannya hanya untuk hal-hal yang sama sekali tidak memberikan hasil-hasil yang berarti atau yang tidak memiliki pengaruh luas untuk melakukan hal-hal yang baik dan berguna bagi perkembangan suatu proyek pekerjaan .

Di tengah kesibukan yang menuntut banyak tenaga dan pikiran, Rasul Paulus tetap berdoa setiap hari. Baginya, doa merupakan bagian yang menyatu dengan kehidupannya sehari-hari dan sudah menajdi "way of life" dari Rasul Paulus. "True prayer is a way of life, not just a case of emergency" atau " doa yang benar merupakan satu pola hidup bukan sekadar tindakan darurat". Semua doa yang terdapat dalam surat-surat Rasul Paulus menunjukkan bahwa ia adalah seorang pendoa yang konsisten.

Di masa kini, banyak orang Kristen termasuk hamba-hamba-Nya (yang disebut Pendeta/ Gembala, Penginjil, Pengajar, Penatua, Diaken) yang meminimalisir doa. Artinya, waktu untuk berdoa menajdi minim karena berbagai kesibukan menyita waktu. Waktu untuk bersaat teduh dan berdoa setiap hari sudah tidak lagi dimiliki. Hidup sehari-hari hanya diisi berbagai ragam jadwal kegiatan. Ditambah lagi waktu-waktu yang terbuang untuk perjalanan. Waktu yang seharusnya dipersembahkan untuk bersungguh-sungguh dalam doa pun ebrlalu ditealn kesibukan. Kita perlu mengerti bahwa tanpa doa kuasa Tuhan tidak akan kita alami. Kata-kata bijak bahasa Inggris menyatakan "Prayerless brings powerless"atau tanpa doa tak ada kuasa".

Banyak juga doa yang hanya menjadi bagian suatu liturgi atau tata lasana ibadah. Doa yang dipanjatkan dalams uatu liturgi memang sunguh indah. Namun dengan demikian, doa pun tidak menjadi bagian yang integral dalam kehidupan sehari-hari. Doa tidak menjadi pola hidup atau "way of life". Kadang ada doa yang diucapkan panjang lebar dalam suatu liturgi ibadah minggu. Doa pun menjadi menjemukan. Ada juga orang yang sering memanjatkan doa yang panjang dalam ibadah minggu, namun ternyata orang tersebut amat miskin dalam doa pribadi sehari-hari. Artinya meski nampak fasih berdoa namun orang tersebut hanya mengisi kehidupannya sehari-hari dengan doa yang amat minim. Dengan kata lain, doa yang dinaikkan di ibadah jemaat hari minggu tidak sebanding dengan doa yang dipanjatkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Doa berkaitan dengan vision of mission

Setelah Rasul Paulus dan team segera melintasi daerah-daerah Frigia, Galatia,d an Misia, tibalah mereka di Troas. Kemungkinan mereka tiba di Troas sudah agak petang hari. Malamnya Paulus berdoa. Agaknya sudah menjadi kebiasaan Paulus untuk berdoa pada malam hari. Malam itu Paulus menerima penglihatan. Tampak jelas seorang Makedonia berkata, "Menyebranglah kemari dan tolonglah kami" (Kis. 16:9)

Paulus dan team segera mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia. Kata-kata " to redeem the time " atau "making the most of every opportunity" diaplikasikan oleh Paulus dengan sungguh-sungguh. Penglihatan tersebut tidak didiskusikan atau diargumenkan oleh Paulus. Kata-kata bijak menyatakan " arguments never settle things but Prayer changes things" atau " Perdebatan tidak pernah menyelesaikan masalah tapi doa mengubah banyak perkara". Doa Paulus berkaitan erat dengan visi yang ebrhubungan dengan misis Tuhan. Misi ke Makedonia adalah satu panggilan Tuhan untuk memberitakan Injil kepada Orang-orang di Makedonia. Melalui doa penglihatan serta visi untuk misi yang ditindak lanjuti, Makedonia diubah. Dari wilayah yang tidak mengenal Tuhan berubah menajdi wilayah yang bagaikan tanah subur siap ditaburi benih hidup yaitu Injil Kristus.

Doa yang berkaitan dengan visi bagi pekerjaan misi menghasilkan perubahan. Sekitar tahun tujuh puluhan banyak misionaris di "dunia ketiga" termasuk di indonesia yang diusir oleh pemerintah setempat. Mereka tidak diijinkan tinggal- tidak diberikan perpanjangan visa. Banyak diantara mereka yang pulang kembali ke negara asala mereka. timbul kekosongan pelayan-pelayan Tuhan. Dissi lain, ladang menguning telah siap dituai. Apa yang harus diperbuat? Doa mulai dipanjatkan. sebagaimana Yesus bersabda, "Tuaian memang abnyak tetapi pekrja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian supaya Ia mengirim pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (Mat. 9:37-38). Tuan yang memiliki tuaian adalah Tuhan sendiri. Memintalah kepada Tuan pemilik tuaian berarti kita wajib memohon kepada Tuhan atau kita wajib berdoa memohon dikirimkan pekerja-pekerja untuk menuai panen-Nya.

Itu sebabnya sekitar tahun tujuh puluhan tampak adanya peningkatan doa. Banyak umat Tuhan yang ebrdoa untuk pekabaran Injil dan tersedianya para utusan Injil. Melalui doa-doa yangd ipanjatkan itu, pkerja "Indigeous" atau pekerja-pekerja "Pribumi" atau " dari dalam negeri sendiri" dihasilkan. Tuhan yang memilki tuaian mengerakkan dan mengutus pkerja-pekerja dari dalam negeri sendiri" dihasilkan. Tuhan yang memiliki tuaian menggerakkan dan mengutus pekerja-pekerja dari dalam negeri. Ladang menguning di dalam negeri itu dilayani oleh pekrja-pekrja dari dalam negeri sendiri. tenaga hamba Tuhan yang dihasilkan melalui pendidikan teologi, pusat-pusat pelatihan, dan pusat-pusat pengkaderan meningkat. Paradigma pelayanan missi berubah. Ladang misi tidak lagi dilayani oleh para misionaris asing tapi oleh para hamba Tuhan lokal. Para Misionaris asing datang hanya dalam batas waktu tertentu dengan tujuan melatih di pusat-pusat pelatihan. Melalui permohonan doa dari indigenous, Tuhan juga menyediakan sumber dana lokal yang melayani wilayah-wilayah dalam negeri berasal dari dana gereja lokal atau wadah-wadah Kristen dalam negeri. Tuhan yang memilki tuaian lah yang akan melengkapi semua kebutuhan hamba-hamba-Nya.

Di era globalisasi saat ini, doa yang berkaitan dengan visi untuk pekerjaan misi perlu ditingkatkan. Masih banyak wilayah-wilayah terabaikan yang belum dijangkau oleh Injil. Masih banyak jiwa yang membutuhkan Injil. Demikianlah pula dibutuhkan banyak pekerja serta dana yang tidak sedikit. Itu sebabnya doa yang memiliki visis pelayanan misi perlu ditingkatkan, dikembangkan, dan digiatkan.

4. Doa berkaitan dengan pekerjaan iman

Rasul Paulus selalu meyebut warga jemaat Tesalonika di dalam doa (1Tes. 1:2). Salahs atu kebiasaan Paulus dalam doa adalah mendoakan warga jemaat. Nama-nama warga jemaat didoakannya. hal ini tentunya mebutuhkan waktu yang tidak sebentar. Saat berdoa bagi warga jemaat Tesalonika, Paulus mengingat pekrjaan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan mereka. Artinya, doa Paulus berkaitan dengan pekerjaan iman.

Istilah "pekerjaan iman" menunjukkan bahwa iman perlu disertai dengan bekerja. Memang seseorang perlu beriman kepada Tuhan. Doa pun dipanjatkan atas dasar iman. Namun iman dan doa wajib direlisasikan dengan bekerja. Kata-kata bijak dalam bahasa Inggris berbunyi sebagai berikut,"Prayer with out work is beggary; work without prayer is slavery" Atau "berdoa tanpa bekerja adalah mengemis, sedangkan bekerja tanpa berdoa adalah perbudakan ". Doa perlu disertai dengan bekerja.

Sebagian warga jemaat Tesalonika salah dalam menafsirkan kedatangan Yesus yang kedua kali. Mereka berfikir kedatangan Yesus sudah sangat dekat sehingga mereka merasa tidak perlu lagi bekrja. Sebab itu Rasul Paulus perlu mengkoreksi penafsiran mereka. Rasul Paulus berkata, " Tentang kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus dan terhimpunnya kita dengan Dia, kami minta kepadamu saudara-saudara supaya kamu jangan lekas binggung dan gelisah baik oleh ilham roh maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami seolah-olah hari Tuhan telah tiba (2 Tes. 2:1-2). Melalui koreksi Paulus, diharapkan warga jemaat Tesalonika tidak keliru menafsirkan kedatangan Yesus kembali.

Selanjutnya Rasul Paulus memohon agar setiap warga jemaat bekerja sebaik-baiknya Rasul paulus sendiri juga bekerja keras untuk menopang kebutuhan hidupnya (2. Tes. 3:6-9). Bahkan Paulus memberi peringatan keras yakni "Jika seseorang tidak mau bekerja janganlah ia makan" (2. Tes. 3:10). Di satu sisi warga jemaat Tesalonika beriman pada Tuhan Yesus Kristus termasuk kedatangan-Nya yang kedua kali. Namun, di sisi lain warga jemaat Tesalonika tetap wajib bekerja untuk Men-support kebutuhan hidup mereka.

Doa yang berdasarkan iman tidak boleh membuat orang Kristen menjadi malas. Sebaliknya dengan berdoa, pekrjaan sehari-hari akan semakin ditingkatkan. doa tidak membuat umat-Nya cukup berpangku tangan dan semua berkat otomati datang sendiri. Umat-Nya tidak sekadar berharap dalam doa saja tanpa bekerja. Memang doa menimbulkan harapan tapi bekerja mmeberi hasil yang nyata. esensi dari doa Paulus adalah menyebut nama-nama warga jemaat dan mengingat pekerjaan mereka. Denagn mnegingat pekerjaan waega jemaat Tesalonika dalam doanya, Rasul Paulus tentu memohon kepada Tuhan agar warga jemaat Tesalonika semakin giat bekerja keras.

Jika dibandingkan dengan orang KRISTEN masa kini, banyak diantara mereka yang masih keliru menafsirkan doa. Banyak orang Kristen memiliki persepsi bahwa dengan berdoa, Tuhan yang akan bekerja untuknya sehingga semua tugas akan menjadi beres. Memang betul Tuhan turut bekerja bekerja dalam hidup orang Kristen untuk mendatangkan kebaikan. Namun tidak betul jika orang Kristen hanya berpeluk tangan dan mempersilahkan Tuhan yang bekerja. Makna doa bukanlah untuk menyuruh/memrintahkan Tuhan agar bekerja bagi kita. Memang doa memohonkan pertolongan dan penyertaan Tuhan namun orang Kristen sendiri tetap harus bekerja keras. Melalui kerja keras, Tuhan akan membuka jalan. Dengan bekerja keras Tuhan yang akan melimpahkan berkat. Sebaliknya sekalipun doa dilakukan berjam-jam, namun tanpa kerja keras, makanan tetap tidak akan tersedia. Sebagaimana Alkitab berkata "Kalau tidak bekerja janganlah makan".

Semakin giat kita berdoa semakin giat pula kita bekerja. Melalui doa pelayanan semakin ditingkatkan. Melalui doa, pekerjaan dapat diseleaikans ebaik-baiknya. Melalui doa pendidikan semakin ditingkatkan hasilnya. Melalui doa, hubungan keluarga semakin harmonis. Melalui doa, hidup semakin rajin. Denagn kata lain, orang berdoa bukan karena ia malas. Orang berdoa bukan karena ia orang yang santai. Orang yang berdoa bukanlah orang yang "mediocre, yaitu orang yang biasa-biasa saja, atau orang yang tidak mau maju dan ber-kembang. Orang yang berdoa bukan orang yang pasif dan pesimis. Namun orang yang berdoa adalah orang yang mau dan rela bekerja keras, orang yangs elalu meningkatkan diri untuk mencapai yang terbaik, orang yang aktif dan optimis, dan memiliki kekuatan serta kemampuan untuk meraih perkara-perkara yang besar. Orang yang ebrdoa adalah orang yang memiliki kesempatan untuk hari ini yang lebih baik dari ahri kmaren dan atas hari depan yang akan jauh lebih baik daripada hari ini.

Teladan kehidupan doa Rasul Paulus yang telah diuraikan perlu diaplikasikan dalam ekhidupan orang Kristen setiap hari. Teladan tersebut akan mendorong bahkan memotivasi kita untuk:

a. Menjadi Pendoa. Artinya setiap hari kita berdoa dengan Tekun.

b. Tetap berdoa di tengah kesibukan apapun. Kita wajib memiliki jam doa atau waktu tertentu untuk berdoa setiap harinya. Kesibukan sehari-hari tidak boleh meminimalkan waktu doa kita. segala bentuk kesibukan sehari-hari tidak boleh menghapus kegiatan doa.

c. Mempertajam visi untuk misi kita. Kita perlu melaksanakan visi untuk misi yang diberikan Tuhan kepada Kita denagn sebaik-baiknya.

d. Semakin meningkatkan kerja keras kita Segala macam bentuk kemalasan harus kita tinggalkan. Setiap hari wajib diisi denagn kerja keras untuk menghasilkan karya besar yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya.​
 
Doa Membawa Kemenangan


DOA Mempersekutukan kita dengan Tuhan. Tuhan hadir di tengah doa pribadi maupun doa bersama (Mat. 6:6; 18:19-20). Kehadiran Tuhan juga berarti kehadiran kuasa-Nya karena "Kepada Yesus telah diberikan segala kuasa di Sorga dan di bumi" (Mat. 28:18). Bersama Tuhan kita mengalami kuasa-Nya. Di dalam Kuasa-Nya pula kita akan mengalami kemenangan.

Orang-orang di bawah ini mengalami kemenangan dari Tuhan melalui doa mereka.

1. Musa. Ketika Musa berdoa diatas bukit dengan mengangkat tangannya, Yoshua yang berperang terhadap orang Amalek mengalami kemenagan besar (Kel. 17:8-16).

2. Hana. Ketika Hana yang mandul berdoa denagns ungguh-sungguh, Tuhan membuka rahimnya sehingga Samuel lahir. Hana mengalami kemenagan atas pergumulanNya (1 Sam. 1:12, 19-20).

3. Yosafat. Setelah Yosafat bersama seluruh umat Yehuda berdoa, Tuhan kemudian menganugerahkan pada mereka kemenagan besar melawan bani Moab, bani Amon, dan pasukan Meunim. Bahkan sekali pun Yosafat dikepung oleh laskar musuh yang besar jumlahnya, saat bersama dengan Tuhan, Yosafat mengalami kemenangan yang dahsyat (2 Taw. 20:1-26).

4. Daniel. Daniel berdoa tiga kali sehari. Ketika dimasukkan ke gua singa, ternyata Daniel tidak diterkam sama sekali. Daniel telah mnegalami kemenagan (Dan. 6)

5. Elia. Elia berdoa dengan sungguh-sungguh yang membuat hujan tidak turun ke bumi selama 3,5 tahun (Yak 5:17).

6. Paulus dan Silas Saat Pulus dan Silas berdoa, maka terjadilah gempa bumi yang hebat yang mengakibatkan pintu-pintu penjara terbuka dan belenggu-belenggu mereka terlepas (Kisah 16:25-26)

7. Saat orang-orang Kristen bersatu hati berdoa, Roh Kudus memnuhi mereka dan mereka semakin berani memberitakan Firman Allah (Kis. 4:31).

Masih banyak contoh doa yang membawa kemenangan berkat kuasa Tuhan. Firman Tuhan menyatakan, "Doa orang yang benar bila dengan yakin kuasanya" (Yak 5:16). Kuasa Tuhan yang dinyatakan melalui doa sanggup mengubah segala-galanya atau Prayer changes things". Doa memang nampak sederhana namun dibalik doa terdapat kuasa Tuhan yang dahsyat. Doa diucapkan oleh kata-kata manusia namun, Tuhan yang mendengar akan bekerja dengan kuasa-Nya. Siapa pun dapat dan boleh berdoa namun, yang terpenting adalah kuasa Tuhan yang dinyatakan.

Agar doa membawa kemenangan, kita perlu memrhatikan faktor-faktor penting sebagai berikut.

1. Berdoa dengan sungguh-sungguh

Artinya doa disampaikan dengan segenap hati. Alkitab menyatakan bahwa Hana mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan (1 Sam. 1:12-13), Demikian pula Elia berdoa dengan sungguh-sungguh (Yak 5:17). Berdoa dengan sungguh-sunnguh berarti berdoa dengan penuh keyakinan. Apabila doa disertai kata-kata maka doa yangs ungguh-sungguh adalah doa di mana pikiran, hati dan kata-kata menjadi satu. Kata-kata doa bukanlah sekadar bunga kata atau sekadar bacaan liturgi. Namun, kata-kata akan menghasilkan doa yangs ungguh-sungguh.

2. Berdoa dengan tidak bimbang.

Permohonan doa wajib didasarkan pada iman. Tidak boleh ada kebimbangan sama sekali. kebimbangan harus dipatahkan karena kebimbangan tidaka kan menghasilkan jawaban apa-apa dari Tuhan (Yak 1:6-7). Doa tanpa kebimbangan adalah doa yang menerima jawaban langsung dari Tuhan. Doa yang tanpa kebimbangan adalah doa yang "Percaya bahwa kamu telah menerimanya maka hal itu akan diberikan kepadamu" (Mrk. 11:24). Jadi, sekali pun kita belum menerima jawaban doa, kita harus percaya bahwa kita telah menerimanya. Acap kali seorang bimbang apakah doanya akan dijawab. Kebimbangan tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebaliknya, jika setiap orang percaya mengimani bahwa apa yang ia doakan telah diterima, dia pasti akan benar-benar menerimanya.

3. Berdoa denagn Tekun.

Alkitab mmerintahkan setiap orang percaya agar "Bertekumlah dalam doa" (Rm. 12:12; Kol 4:2). Berdoa dengan tekun adalah doa yangd ipanjatkan dengan tak jemu-jemu. Yesus menegaskan mengenai doa pada para pendengarnya, bahwa "mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu" (Luk. 18:1). Selanjutnya, Yesus menguraikan suatu kisah menarik. Di suatu kota hiduplah seorang hakim yang tidak takut akan Alalh dans eorang janda. untuk mengurusi perkaranya, janda tersebut harus berkali-kali mendatangi seorang hakim. Karena hakim tersebut memiliki sifat yang tidak menghormatis iapa pun, Janda tersebut jelas sama sekali tidak didindahkannya. Ia selalu menolak untuk bertemu dengan janda tersebut. Namun janda tersebut tetap datang kepada sang hakim Entah sudah berapa kali. Akhirnya janda tersebut diterima oleh hakim itu dan perkaranya dibereskan. Yesus mengakhiri kisahnya dengan berkata, "Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya (Luk. 18:7). Sesuai dengan ajaran Yesus tersebut, doa perlu dipanjatkan dengan tekun. Artinya, siang malam kita berseru kepada-Nya atas permohonan doa yang tetap sama. sebagaimana janda itu terus menerus dataang dan mengemukakan perkara yang sama agar dapat ditolong dan dibereskan oleh hakim. Demikian juga dengan doa. Kita wajib untuk terus menerus datang kepada-Nya . Itu sebabnya Rasul Paulus berkata, "Tetaplah berdoa" (1Tes. 5:17). Rasul Paulus sendiri memberi teladan atas ketekunan doa dengan menyatakan "Kami tiada berhenti-henti berdoa, ia selalu "berdoa dengans ukacita" (Flp. 1:4). Berdoa dengan tekun adalah berdoa dengan tidak jemu-jemu namun disertai dengans ukacita. Berdoalah dengan tekun dan penuh suka cita . Jangan merasa susah. Bersuka citalah sekalipun tantangan dan kesulitan yang dihadapi cukup berat. Datanglah kepada Tuhan dengan senyum dan sukacita!

4. Doa dalam kesatuan.

Menggumuli sesuatu dengan doa terkadang tidak dapat dialkukans eorang diri. Dibutuhkan seorang teman. Dalam hal ini, perlu dipilih teman yang iamnnya telah bertumbuh dewasa. Teman tersebut hendaknya memiliki hidup yang dipenuhi Roh Tuhan. Ia juga harus mmapu menyimpan rahasia, serta rela untuk mendukung dalam doa dan sukacita. Bersama teman tersebut, kita bersatu dalam doa. Yesus pernah bersabda, "Jika dua orang daripadamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di Sorga " (Mat. 18:19) .Kata kunci dalam sabda Yesus tersebut adalah kata "sepakat". Kata "Sepakat" Dalam bahasa Inggris "Agree berarti "setuju". dengan kata lain, jika ada orang-orang yang ebrdoa dengan kesatuan hati dan pikiran, doa mereka akan dikabulkan Tuhan. Paulus dan Silas berdoa serta memuji Tuhan dalam kesatuan hati dan pikiran. Tuhan pun menjawab secara ajaib. Pintu penjara terbuka dan semua belenggu terlepas, Paulus dan Silas bebas dari hukuman penjara (Kis. 16:25-26, 33-40). Doa dalam kesatuan hati dan pikirans angat penting. Karena, dimana dua atau tiga orang berdoa dalam kesatuan, Tuhan akan hadir (Mat. 18:20). Kehadiran Tuhan meruapkan kehadiran kuasa-Nya untuk menjawab permohonan doa anak-anak-Nya.

5. Doa dan Pujian.

Pada umumnya doa disampaikan dengan kata-kata. acap kali doa juga berisi permohonan-permohonan. Meski demikian, Alkitab mengajarkan bentuk doa yang disertai pujian. contoh yang jelas tampak pada doa Paulsu dan Silas. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang Hukuman lain mendengarkan mereka" (Kis. 16:25). Paulus dan Silas melakukan doa dan pujian dengans uara cukup keras sehingga dapat didengar orang lain. Doa dan pujian kita juga perlu dilakukan dengan bersuara. Tentunya doa dan pujian tersebut tidak berisis penyembahan yang mengangungkan dan memuliakan Tuhan. Pujian pengangungan kepada Tuhan inilah yang disampaikan dalam bentuk doa.

Bentuk doa dan pujian seprti ini sering dilakukan oleh Daud melalui mazmur-mazmurnya. Denagn memainkan alat musik semacam harpa dan disertai dengan melantunkan pujian dan penyemabhan, Daud mengagungkan dan memuliakan Tuhan. Berbagai macam doa disampaikan oleh Daud dalam bentukpuji-pujian atau mazmur. Tuhan sangat meyukai penyembahan yang dilakukan umat-Nya kepada-Nya. Hal tersebut bagaikan suatu mezbah ukupan wajib kita bakar secara terus menerus. Dengan pemahaman inilah, Rasul Paulus berkata, "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh " (Ef. 6:18).

6. Berdoa di dalam Roh.

Sejak kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan jurus elamat, sejak itulah roh kita dihidupkan kembali oleh Roh-Nya (Ef. 2:1-5). Istilah "dihidupkan" berati roh kita pernah "mati" oleh dosa yaitu plenggaran kita terhadap hukum Tuhan. Denagn roh kita yang dihidupkan oleh Roh-Nya, roh kita itu bersekutu dengan Roh-Nya yang ak menyatakan kita sebagai anak-anak Allah, kita dapat mendatangi Allah dengan leluasa. Seperti dinyatakan dalam Alkitab, Allah adalah Roh (Yoh. 4:24). Orang yang menyembah Dia wajib menyembah dalam Roh dan kebenaran. Denag berdoa berati kita datang kepada Allah dan bersekutu dengan-Nya. Berati doa kita hendaknya bukan hanya terdiri dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang kita ucapkan kepada Tuhan saja. Namun doa kita hendaknya merupakan ungkapan roh kita kepada Roh Tuhan. Alkitab menyatakan "Apa yang ada di dalam diri manusia " Dikenali/diketahui oleh roh manusia yang tinggal di dalam diri manusia itu sendiri (1. Kor. 2:11)

Saat kita berdoa, Roh Tuhan yang ebrsekutu dengan roh manusia menyelidiki apa yang ada di dalam diri manusia. Selanjutnya Roh Tuhanlah yang "Berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tdiak terucapkan" (Rm. 8:26). Jadi saat kita berdoa, sebenarnya Roh Tuhanlah yang berdoa untuk kita. Ungkapan kata-kata dan kalimat indah yang disusun rapi serta enak didengar telinga sama sekali tidak ada artinya apabila hal itu tidak sekehendak Roh Tuhan. Doa itu hanya menjadi untaian kata-kata/ kalimat-kalimat yang indah tapi kosong di hadapan Allah. Dihadapan manusia doa itu dikagumi, tapi di hadapan Allah kosong dan tak berarti sama sekali. Itus ebabnya Rasul Paulus memohon kepada jemaat Efessus dan kepada semua umat percaya agar mereka berdoa didalam Roh setiap waktu. Dengan berdoa di dalam Roh, kita mengerti bahwa bukan kata/kata kalimat-kalimat di dalam doa kita yang menggerakkan hati Tuhan tapi Roh Tuhan sendiri yang berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan kita pun tahu apabila Roh Tuhan yang bekerja, Kuasa-Nya bekrja.

7. Doa didalam Nama Yesus.

Kita telah paham bahwa umumnya doa-doa kita ditutup dengan kata-kata "dalam Nama Yesus. Memang doa-doa kita harus memakai nama Yesus. Firman Tuhan menyatakan, "Apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya" (Yoh. 14:13). Namun, mengapa doa kita harus emmakai nama Yesus?.

a. Kita berdoa dengan nama YesusKarena nama Yesus mengandung kuasa.. Kepada Yesus telah diberikan segala kuasa baik di Sorga maupun di Bumi (Mat. 28:18). Di dalam doa, kita membutuhkan kuasa Tuhan bekerja. Kuasa Tuhan itu yang akan melepaskan kita dari ikatan, seperti ikatan dosa, ikatan Iblis, ikatan penyakit, ikatan masalah,d an ikatan-ikatan lainnya. apabila kita terlibat dalam peperangan rohani, kita benar-benar membutuhkan Kuasa Tuhan. Saat seseorang melayani di suatu wilayah pedalaman dan harus menghadapi kuasa-kuasa kegelapan yang berasal dari kuasa dukun-dukun, ia membutuhkan Kuasa Tuhan. Pelayanan di Wilayah-wilayah yang komunitasnya masih meyembah roh-roh dan arwah-arwah membutuhkan kuasa Tuhan.

b. Kita berdoa dengan anma Yesus karena "Dibawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kis. 4:12). Sebagaimana dinyatakan dalam Nas diatas, keselamatan secara eksklusif hanya dapat diperoleh melalui nama Yesus. Untuk mendoakan jiwa-jiwa yang perlu diselamatkan dari hukuman kekal api neraka, doa kita perlu menggunakan nama Yesus. Bagi jiwa-jiwa yang telah datang kepada Tuhan untuk bertobat, doa pertobatan mereka perlu memakai anma Yesus. Ketika seorang berdosa yang semula tidak mengenal Yesus namun kemudian mau percaya serta menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, berati keselamatan jiwa-jiwa tersebut perlu selalu dinaikkan di dalam Nama Yesus.

c. Kita berdoa dengan nama Yesus karena apa yang kita minta dalam nama Yesus, kita akan menerimanya (Yoh. 16:24). Nas tersebut selanjutnya berkata apabila kita menerima jawaban Tuhan, kita akan bersukacita. Tentu saja, siapa yang tidak bersuka cita apabila permohonannya diterima dan dikabulkan? Dengan nama Yesus, Permohonan kita akan dikabulkan. Pertanyaannya apakah berarti semua permohonan yang kita naikkan pasti dikabulkan? Jawabannya kembali terletak kepada nama Yesus. Apa artinya? Mari kita lanjutkan pada butir berikutnya.

d. Berdoa dengan nama Yesus berarti hanya kehendak Bapa yang jadi. Ini ditunjukkan oleh akta-kata permohonan doa Yesus di taman Getsemani, "Ya BApa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendakMulah yang terjadi" (Luk. 22:42). Doa Yesus menyatkan dengan jelas agar kehendak Bapa saja yang terjadi. Apabila mengikuti kehendak Yesus, cawan Kepahitan adalah Salib. Kalau Bapa mau, biarlah salib yanga kan dihadapi Yesus diambil. Namun Yesus tidak mengikuti kemauan-Nya sendiri. Bukan keinginan -Nya yang harsu terjadi tapi keinginan Bapa. Dengan demikian, berdoa denagn nama Yesus berarti berdoa atas kehendak Bapa. segala keinginan diri sendiri dalam permohonan doa wajib dihapuskan di dalam anma Yesus. Permohonan yang berdasarkan kerinduan hati kita sendiri memang dapat dikemukakan kepada Tuhan. Namun, saat doa kita ditutup dalam nama Yesus, berarti kita menyerahkan permohonan kita hnaya kepada kehendak Bapa. Biarlah kehendak Bapa saja yang terjadi dan bukan kehendak Kita. Kehendak Bapa adalah kehendak yang terbaik buat kita.

e. Berdoa dengan nama Yesus berati nama Yesus saja yang dimuliakan. Segaala permintaan yang disertai dengan nama Yesus akan dilaksanakan oleh Yesus jika hal itu membuat "Bapa dipermuliakan di dalam Anak" (Yoh. 14:13) Denagn kata lain, doa dengan nama Yesus harus bertujuan untuk memuliakan nama Yesus. Umat-Nya dan hamba-hamba-Nya tidak boleh merampas kemuliaaan nama pribadi manusia. Segala keberhasilan yang dicapai melalui jawaban doa yang spektakular, ajaib dan penuh mukjizat tidak boleh dipergunakan untuk kemuliaan diri pRibadi manusia. Acap kali permohonan doa kita memakai nama Yesus, kemuliaan-Nya saja yang wajib diagungkan. Segala kebanggaan dan kemegahan kita harus dimatikan . Kebanggaan dan kemegahan hanyalah dipersembahkan kepada Yesus saja. Berdoa dengan nama Yesus haruslah menyadarkan kita bahwa kita bukanlah apa-apa. Denagn penuh kerendahan hati kitata berkata bahwa segala jawaban doa , segala hasil yangs pektakuler dan Mukjizat yang dialami adalah semata-mata nama Tuhan Yesus. Segala puji, hormat,d an kemuliaan hanyalah bagi Yesus untuk selama-lamanya.​
 
Doa Bersama dan Doa Pribadi


BERKAITAN dengan pelaksanaan doa, kita mengenal adanya doa bersama dan doa pribadi. Doa bersama merupakan persekutuan doa yang dilakukan bebrapa orang. Doa pribadi dilakukan oleh satu orang.

Doa bersama

Doa bersama terbagi dalam dua jenis yaitu kelompok doa yangd ihindari banyak orang dan kelompok doa yang terdiri dari sedikit orang

Berikut adalah contoh dalam Alkitab mengenai kelompok doa yang dihadiri oleh banyak orang.

1.Menjelang hari Pentakosta, murid-murid Yesus berkumpul di satu ruangan di Yerusalem. Jumlah mereka 120 orang (Kis. 1:15). Tujuan perhimpunan mereka adalah untuk berdoa bersama (Kis. 1:14). Persekutuan doa tersebut dilakukan untuk mengikuti perintah Yesus yang melarang mereka meninggalkan Yerusalem. ini kerena janji Bapa berkaitan dengan baptis-baptisan Roh Kudus akan digenapi (Kis. 1:4-5). Selama 10 hari mereka bersekutu dalam doa di Yerusalem. Tepat pada hari Pentakosta, Roh Kudus memenuhi mereka.

2. Jemaat yang sudah bertumbuh menjadi ribuan orang berdiam bersama-sama. Ribuan suara memuji Tuhan. Ribuan suara berdoa. Saat mereka berdoa bersama-sama, tempat dimana mereka berkumpul bergoyang (Kis. 4:31). Istilah "Goyang" dapat diartikan "bergetar". Tempat itu bergoyang bukan disebabkan karena gempa bumi melainkan oleh ribuan suara yangs erentak berseru dalam kesatuan doa bersama. Kita mengetahui bahwa jumlah perhimpunan doa ini terdiri dari ribuan orang berdasar laporan yang etrcatat di Kisah Para Rasul 2:41- Jumlah orang-orang percaya bertambah kira-kira 3000 jiwa- dan mereka selalu berkumpul untuk berdoa (Kis. 2:42). Persekutuan doa itu dihadiri oleh jumlah pendoa yang sangat besar

3. Di rumah Maria, ibu Markus diadakan sebuah persekutuan doa. Jumlah orang-orang yang berdoa dilaporkan cukup banyak (Kis. 12:12). Mereka bersekutu sama-sama untuk mendoakan Petrus yangd ipenjara. Mukjizat terjadi. Malaikat Tuhan membebaskan Petrus dari Penjara. Umat Tuhan yang berdoa tersebut kemudian bersukacita menyambut kehadiran Petrus di tengah mereka.

4. Persekutuan doa bersama di Antiokhia (Kis. 13:1-3). Agaknya persekutuan doa mereka bertujuan agar pelayanan missi dapat dikembangkan di tempat-tempat lain yang perlu dijangkau dengan Injil Kristus. Saat mereka sedang berhimpun bersama doa, Roh Kudus berbicara kepada mereka. Barnabas dan Saulus, hamba-hamba-Nya yang saat itu melayani di jemaat Anthiokhia perlu diutus sebagai Missionary. Mereka menaatis uara Roh Kudus. Barnabas dan Saulus dilantik dan diutus menjadi utusan Injil untuk menjangkau tempat-tempat lain di luar Anthiokhia.

Sementara berikut ini contoh mengenai kelompok doa yang terdiri daris edikit orang.

1. Kelompok doa yang terdiri dua orang (Mat. 18:19). Jika ada dua orang yang bersepakat atau satu hati untuk memohon sesuatu kepada Tuhan maka permohonan mereka akan dikabulkan. Kelompok yang kecil ini kemudian dapat berkembang menjadi tiga atau empat sampai lima orang. Yang jelas orang yang hadir untuk berdoa bersama sedikit jumlahnya.

2. Saat di penjara di Filipi, Paulus dan Silas berdoa pada tengah malam (Kis. 16:25). Hanya dua orang saja yang berdoa. Namun sebagaimanaa janji Yesus bahwa sekalipun hanya berdua, tapi karena mereka sehati, doa mereka menghasilkan mukjizat luar biasa. Pintu-pintu penjara terbuka dan belenggu terlepas. Paulus dan Silas bebas dari Penjara. kuasa Tuhan yang bekerja melalui doa dua orang Tersebut sangat spekatkuler.

3. Rasul Paulus meyatakan, "Karena itu kami senantiasa berdoa juga untuk kamu " (2 Tes. 1:11). Rasul Paulus tidak memakai kata "Aku" tapi "Kami" disisni menunjuk pada Rasul Paulus dan teamnya. Team dan kelompok doa Rasul Paulus terdiri dari tiga orang yaitu Rasul Paulus sendiri, Silvanus,d an Timoutius (2 Tes. 1:1 ). Rasul Paulus mmebiasakan berdoa bersama teamnya . Tujuannya untuk mendoakan jemaat-jemaat yang baru mereka rintis, juga mendoakan para pemimpin jemaat dan perkembangannya

4. Kelompok doa yang kecil jumlahnya termasuk doa dari pasangan suami istri. Alkitab menasihatkan agar pasangan suami istri berdoa bersama (1 Kor. 7:5). Nsehat Rasul Paulus ini menginagtkan sabda Yesus, "dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada ditengah- tengah mereka"(Mat. 18:20). Angka dua dapat dikaitkan dengan pasangan suami istri. Kesatuan hati suami Istri yang berdoa kepada Tuhan membawa kehadiran Tuhan. Suami Istri yang bersatu hati ebrdoa disebut juga mezbah keluarga atau Family altar(lihMezbah keluarga, Pdt. Dr. Indrawan Eleeas).

5. Kelompok berikutnya disebut kelompok doa keluarga. Artinya kelompok doa yang terdiri dari seisi keluarga. Semua anggota keluarga ikut berdoa. Kelompok doa yang terdiri seisi keluarga ini dalam istilah bahasa inggris disebut sebagai "Extended Family Altar".. Contoh dalam Alkitab tampak pada keluarga Kornelius. Kornelius bersama seluruh isi keluarganya berdoa (Kis. 10:2) Persekutuan doa yang dilakukan seisi kelarga penting untuk dilaksanakan. Dalam praktiknya, persekutuan tersebut misalnya dapat dilaksanakan ketika di meja makan. Nas Kitab Suci dibaca, pujian dipersembahkan, dan doa dipanjatkan bersama. Dimasa kini, seringkali persekutuan keluarga tidak mudah dilakukan karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Namun saat ada kesempatan berkumpul bersama,s ecara Insidentil peersekutuan tersebut dapat diselenggarkan. Tujuannya untuk lebih mempererat ikatan tali keluarga dan menyegarkan iman kepada Tuhan.

Yang perlu diperhatikan dalam doa bersama

Selanjutnya kita perlu memerhatikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan kelompok doa bersama.

1. Sehati(Kis. 1:14)

Orang-orang yang datang dalam kelompok doa bersama memiliki latar belakang yang berbeda. Keinginan dalam hatinya berbeda. Perasaan dan pikirannya juga berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut wajib disatukan dalam kesatuan hati. Masing-masing individu yang tergabung dalm kelompok doa bersama wajib menyadari bahwa keinginan pribadi, perasaan dan pikiran pribadi harus ditanggalkan. Perasaan dan pikiran harus difokuskan pada satu sasaran. Satu sasaran itulah yang menjadikan satu kesatuan doa. Pemimpin doa perlu menyatukan seluruh individu yang berdoa agar memiliki satu sasaran di dalam doanya. Jika seluruh individu mendukungnya, doa akan sehati.

2. Turut berdoa dengan bersuara

Umumnya saat seorang memimpin doa, semua individu yang berkumpul dalam kelompok doa diam. Diamnya individu-individu dalam hatinya mereka sedang mendukung doa yang dipanjatkan pemimpin. Karena dilakukan di dalam hati, dukungan doa itu tidak bersuara. Masalahnya apabila pikiran tidak berkonsentrasi pada doa yang sedang dipanjatkan, maka individu-individu yang ikut dalam kelompok doa itu mungkin akan melamun, mengantuk atau merasa letih dan tertidur. Guna mengatasi kelmahan-kelemahan tersebut diatas, pemimpin perlu mengajak semua individu yang ikut dalam kelompok doa untuk :

- Ramai-ramai mmebuka suaranya untuk turut berdoa

- Mendengarkan baik-baik pokok doa yang sedang dipanjatkan

- Turut berdoa dengans uara seprti mengucapkan amin, haleluya, puji Tuhan, terimakasih, glory, dan seterusnya.

Prinsipnya, setiap individu mendengarkan pokok-pokok doa yangd ipanjatkan sebaik-baiknya dan turut mendukung doa dengan mengeluarkan suara. Yang jelas, jangan diam.

3. Memiliki pokok-pokok doa yang terarah.

Kelompok doa bersama wajib dipimpin dengan pokok-pokok doa tertentu. Pemimpin hendaknya sudah membuat daftar poko-pokok doa yang akan dipanjatkan. Individu yang ikut dalam kelompok doa juga dapat menambahkan daftar pokok doa yang ada denagn pokok-pokok kebutuhan lainnya. Pemimpin kemudian mmebagi pokok-pokok doa itu kedalam bebrapa bagian. Selanjutnya, pemimpin memohon bebrapa orang untuk menyampaikan pokok-pokok doa tersebut dalam doa merka. Agar semua individu ikut berperan dalamd oa pemimpin dapat:

(1) Membagi kelompok yang ada kedalam kelompok-kelompok yang jumlahnya lebih kecil dan masing-masing kelompok diberikan daftar pokok-pokok doa.

(2) Pemimpin mengajak semua individu untuk bersuara mendukung pokok-pokok doa tersebut.

4. Memerhatikan waktu doa.

Doa yang berlarut-larut mengurangi efektivitas doa. Perlu dicamkan bahwa kleompok doa bersama terdiri dari sejumlah individu yang memiliki waktu ekstra/ waktu luang yang berbeda-beda. Kelompok doa bersama tidak sama dengand oa pribadi. Dalam doa pribadi, waktu yang dipergunakan dapat berjam-jam. Dalam kelompok doa bersama, waktu doa wajib ditegakkan. Waktu yang digunakan secara tepat akan efektif.

5. Pemimpin doa perlu memahami atmosfer psiksi dan spiritual kelompok doa
Pemimpin doa juga perlu mengatur pemuji (Singer) dan pemusik sebaik-baiknya. Atmosfer doa perlu diciptakan supaya terasa Fresh dan hadirat Tuhan dapat dirasakan. Dengan demikian, kelompok doa meyakini bahwa Tuhan hadir dan Kuasa-Nya dimanefestasikan.

Doa Pribadi

Setelah melihat contoh-contoh kelompok doa bersama baik yang terdiri dari banyak atau sedikit orang, kita tiba pada doa pribadi. Doa pribadi dilakukan satu orang saja. Alkitab memuat contoh-contoh doa pribadi. Kita akan menyimaknya.

1. Daud sering berdoa secara pribadi. Daud berdoa pada pagi hari, siang hari,d an petang hari (Mzm. 55:18). Bahkan pada waktu subuh sebelum fajar merekah Daud berdoa memuji Tuhan (Mzm. 108:1-3). Daud berdoa secara pribadi setiap hari.

2. Yeremia berdoa dengan berlinang air mata. Hatinya hancur menyaksikan umat-Nya berdosa pada Tuhan. Alkitab mencatat, "Aku menangis, mataku mencucurkan air... ya Tuhan betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku" (Rat. 1:16,20). Yeremia sering menyendiri untuk berdoa menagisi umat Tuhan dan Yerusalem. Yeremia seorang nabi Tuhan yang sering menangis dalam doa pribadinya.

3. Daniel, seorang hamba Tuhan yang berdoa tiga kalis ehari (Dan. 6:11). Berdoa tiga kali sehari merupakan kebaisaan Daniel sehari-hari. Daniel berdoa bukan hanya saat menghadapi masalah atau kesulitan. Namun Daniel membiasakan diri berdoa secara Pribadi. Bagi Daniel, doa merupakan napas rohaninya.

4. Yesus semasa tinggal dibumi berdoa secara pribadi setiap hari. Alkitab mencatat, Yesus berdoa pada pagi hari sebelum matahari terbit (Mrk. 1:35). Yesus berdoa padas iang hari (Luk. 4:42). Yesus berdoa pada malam hari (Luk. 6:12). Yesus juga biasa berdoa di taman Getsemani. Yudas Iskariot paham akan kebiasaan Yesus berdoa di taman Getsemani. Saat Yesus ditangkap di taman Getsemani, tak lain karena YUdas Iskariotlah yang memberitahukannya. Di satu sisi, Yesus berdoa secara pribadi untuk memlihara hubungan dan persekutuan-Nya dengan Bapa. Namun disisi lain, hal itu dilakukan untuk memberi contoh secara kemanusiaan kepada para pengikut-Nya, agar mereka juga melaksanakan doa secara pribadi.

5. Rasul Paulus secara pribadi berdoas etiap hari. Alkitab menyatkan, "Aku sellau mengingat kamu dalam doaku" (Ef. 1:16). Dalams uratnya kepada jemaat Filipi, Rasul Paulus menulis, " Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita" (Flp. 1:4). Dalam surat-suratnya, jelas tampak bahwa Rasul Paulus tekun berdoa secara Pribadi. Tiada hari bagi Paulus tanpa berdoa. Dimana saja-bahkan saat terombang-ambing di kapal yang dihantam badai dan ombak- Paulus berdoa. Berdoa secara pribadi sudah merupakan way of life dari Rasul Paulus.

Yang perlu diperhatikan dalam doa pribadi

Bagi Doa pribadi, hal-hal dibawah ini perlu untuk diperhatikan.

1. Doa pribadi membutuhkan privacy dan ketenagan/ tidak terganggu. Yesus mengajarkan apabila kita akan berdoa secara Pribadi, kita perlu masuk ke dalam suatu ruangan/kamar, mengunci pintu dan berdoa kepada BApa (Mat. 6:6). Berdoa di ruangan/kamar tertutup bertujuan agar doa tidak terganggu/terinterupsi. Hal itu juga supaya semua ungkapan pribadi dari hati kita dapat disampaikan kepada Tuhan. Yesus sendiri menggunakan tempat yang sunyi untuk berdoa. Yesus tidak ingin doanya terganggu. Doa Pribadi membutuhkan ruangan/kamar tersendiri atau tempat yang sama sekali tidak terganggu. Dalam doa pribadi, prioritas utama kita adalah menjalin hubungan dengan Tuhan. Kehadiran Tuhan wajib dihormati dan dihargai. Segala bentuk kebisingan dan Interupsi wajib dihindari.

2. Menjauhkan diri dari self-display (Penonjolan diri sendiri). Orang Farisi senang jika mereka dilihat orang saat berdoa (Mat. 6:5). Mereka bukan saja berdoa di rumah-rumah ibadah tapi juga di tinkungan-tikungan jalan raya. Tujuan mereka agar saat berdoa mereka dilihat orang. Mereka benar-benar senang menonjolkan diri mereka (self display). Yesus menasihatkan kepada orang-orang percaya/murid-murid-Nya agar tidak mencontoh self display mereka. Yesus meminta murid-murid-Nya agar doa pribadi mereka dialkukan di ruang/kamar tertutup. Bapa yang tidak kelihatanlah yang akan melihat dan membalas doa pribadi mereka dengan berkat-berkat-Nya. Mereka yang jarang berdoa pribadi di kamar tertutup biasanya akan kelihatan menonjolkan diri saat berdoa di tempat umum. Misalnya saat berdoa di depan orang banyak, doa yangd iucapkannya akan mengandung kalimat-kalimat yang hanya bertujuan menarik perhatian orang. Namun bagi orang-orang yang telah dewasa secara rohani, mereka akan dapat merasakan penonjolan diri (self display) Tersebut. Sedangkan bagi mereka yangs ering melakukan doa pribadi di ruangan/kamar tertutup, doa mereka saat di tempat umum sama sekali tidak akan bernada self display. Tidak akan dijumpai kalimat-kalimat yang hanya sekadar menarik perhatian umum. Sebaliknya, kalimat-kalimat doanya diucapkan dengan segala kerendah hatian dan hanya ditujukan kepada Bapa yanga kan membalas doa yang dipanjatkannya itu.

3. Doa Pribadi perlu dilakukan secara konsisten. Daniel berdoa tiga kali sehari. Daud berdoa tiga kali sehari. Yesus berdoa tiga kali sehari. Sementara bagi Rasul Paulus, yang utama memang bukanlah berapa kalis ehari berdoa namun "Tetap berdoa" (1. Tes. 5:17) atau "tiada berhenti-henti berdoa" (Kol. 1:9). Artinya di satu sisi setiap hari kita menetapkan waktu tertentu untuk berdoa dan disisi lain kita wajib "tetap berdoa". Misalnya waktu yang ditetapkan adalah pagi hari. Kita harus menggunakan waktu di pagi hari itus ecara konsisten untuk berdoa. demikian pula apabila waktu yang kita tentukan adalah malam hari, kita harus menggunakan malam hari untuk berdoa. Yang terpenting adalah kita perlu konsisten denagn waktu yang ada untuk berdoa.

4. Doa pribadi perlu dilakukan dengan tiada jemu. Yesus mengajarkan agar kita berdoa denagn tidak jemu-jemu (Luk. 18:1). Doa secara pribadi tidak boleh dilakukan atas selera kita. Artinya, apabila kita sedang senang berdoa kita ,Melaksanakan doa. Namun apabila kita segan atau malas berdoa kita tidak berdoa. Jadi waktu doa kita hanya bergantung pada selera kita. Apalagi, manusia umumnya adalah pembosan. Kebosanan, kejenuhan,d an rasa jemu yang menggerogoti diri kita wajib ditaklukan. Kita perlu untuk selalu memotivasi diri kita agar rajin berdoa.

5. Doa pribadi perlu disertai rasa sukacita RasuL Paulus menulis "Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, akus elalu berdoa dengan sukacita" (Flp. 1:4). Artinya, berdoa bagi Paulus bukanlah merupakan pekerjaan yang berat dan membebani. Sebaliknya, hati Paulus penuh sukacita saat ia berdoa untuk jemaat di Filipi. Berdoa dengan sukacita melnyapkan sikap suka complain kepada Tuhan. Doa yang disertai dengan sikap bersungut-sungut harus dihindarkan. Berdoa denagn sukacita akan menyegarkan dan menghidupkan doa itu sendiri. Gairah dan semangat doa akan semakin meningkat, rasa kesedihan pun ditanggalkan. Apabila kita cermati surat Filipi, kita mengerti bahwa Rasul Paulus saat itu sedang berda di dalam penjara (flp. 1:13). Umumnya kondisi di penjara tidak menyenagkan dan membuat tertekan. Sewajarnya Rasul Paulus berdoa dengan hati yang sedih sebagaimana parasaan orang-orang yangd ipenjara. Apalagi kondisi manusiawi, tentu orang-orang tersebut tidak mengalami sukacita samasekali. Tapi Rasul Paulus berbeda. Ia bukannya sedih dan tertekan namun Paulus justru berdoa dengans ukacita. Itu sebabnya, apapun kondisi yang kita hadapi dalam hidup sehari-hari, kita juga wajib berdoa dengan sukacita seperti Paulus. Kesedihan dan tekanan hidup tidak boleh mmebuat doa kita larut dalamnya. Kita harus tetap berdoa dalam sukacita.

6. Doa pribadi dapat dilaksanakan dan disertai puasa
Dalam 2 Samuel 12:16 tertulis mengenai doa yang disertai puasa. Daud memohon atau berdoa kepada Tuhan untuk anaknya yangs akit. Selain berdoa, Daud juga berpuasa. Doa dan puasa dilaksanakan Daud dengan tujuan agar Tuhan menyembuhkan anaknya. Doa pribadi kita juga dapat disertai dengan puasa. Saat menghadapi kebutuhan tertentu yang tidak mungkin dipecahkan oleh akal budi manusia. Saat itulah doa dan puasa perlu dilakukan. Melalui doa puasa, kita mengharapkan Tuhan bertindak, supaya Tuhan membuka jalan dan supaya Tuhan menyatakan kuasa-Nya.

7. Doa pribadi dapat dilaksanakan dengan akal budi dan Roh (1 Kor. 14:15). Doa pribadi yang disertai dengan akal budi adalah doa yang dapat ditangkap dan dimengerti oleh akal budi. Misalnya doa pribadi yang diungkapkan dalam bahasa yang kita kenal. Doa pribadi tersebut dapat dimengerti dengan akal budi kita. Sedangkan doa dengan roh adalah doa dengan kata-kata yang bukan berasal dari akal budi, bukan dengan bahasa yang dimengerti manusia. Namun, doa dalam bahasa roh merupakan doa yang sama sekali tidak dapat dimengerti oleh akal budi manusia (1 Kor. 14:2). Doa dengan kata-kata dalam bahasa Roh berasal dari Tuhan sendiri. Rasul Paulus mengatakan, "Oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia" (1 Kor. 14:2).

Dengan demikian berdoa dengan roh adalah berdoa dalam bahasaroh. Bahasa roh bukan direkayasa oleh akal budi kita namun bahasa roh berasal dari Tuhan sendiri. Karena itud ibutuhkan karunia untuk menafsirkannya (1 Kor. 14:13-14). Apabila tidak ada yang menafsirkan, orang yang ebrdoa dengan roh diminta untuk berdiam diri. Dia hanya boleh "berkata-kata kepadadirinya sendiri dan kepada Allah" (1Kor. 14:28). Karena itu berdoa dalam doa pribadi Apabila dilaksanakan di tengah jemaat pasti tidak akan dimengerti oleh jemaat. Hasilnya jemaat tidak akan dibangun oleh kata-kata dalam roh (1 Kor. 14:16-17). Jemaat tidak akan merasakan manfaatnya. Sebaliknya individu-individu tertentu yang tidak paham apa-apa akan mengatakan bahwa "Jemaat gila" (1 Kor. 14:23). Kata-kata dalam roh itu pun hanya menghasilkan kesia-sian belaka (2. Kor. 14:9).

Apabila dilaksanakan dengansungguh-sungguh, doa dengan roh akan memberi manfaat yakni membangun dirinya sendiri (1 Kor. 14:4). Berdoa dengan roh dalam pribadi berarti ebrkat-kata kepada Allah artinya menjalin hubungan denagn Roh Allah karena Allah sendiri adalah Roh. Roh Tuhan yang akan membantu "Kita dalam kelemahan kita sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya berdoa (Rm. 8:26). Di hadapan Tuhan, sebenarnya kita adalah mansuia yang lemah. Kita juga tidak tahu apa yang harus kita ucapakan dalam doa kepada Allah. Dalam kondisi seperti inilah kita membutuhkan pertolongan Roh Tuhan. Kita perlu berdoa denagn bahasa Roh. Saat berkat-kata dengan bahasa roh, Roh Tuhan mengucapkan hal-hal yang rahasia. Hal-hal rahasia apa? Rasul Paulus menjelaskan bahwa hal rahasia tersebut emrupakan "keluhan-keluhan yang tidak terucapkan" (Rm. 8:26). Bukan keluhan-keluhan yang berasal dari manusia. Namun keluhan-keluhan yang berasal dari Roh Tuhan. Kita tidak mengetahui keluhan-keluhan tersebut. Itu adalah sesuatu yang rahasia, hanya Allah saja yang mengetahui keluhan-keluha tersebut (Rm. 8:27). Selanjutnya, Allah akan turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28).

Berdoa denagn roh akan mengugah hati Allah sendiri. Dengan melakukannya, Allah yang akan turut bekrja di dalam Roh-Nya akan menganugerahkan:
1. Kebangunan dalam rohani kita.

2. Kebaikan dalam hidup kita.

3. Kekuatan dalam kelemahan kita.​
 
Halangan Doa


DOA Merupakan kegiatan sedrhana dan juga tidak membutuhkan biaya. Orang dapat berdoa dimana saja dan kapan saja. Berdoa tidak membutuhkan sekolah secara khusus selama bertahun-tahun. Namun acap kali doa tetap menghadapi banyak kendala. Guna mengatasi kendala tersebut, kita perlu memahami tentang halangan dalam berdoa. Berikut adalah sejumlah halangan doa yang dapat kita pelajari.

1. Bimbang

Bimbang adalah saat hati dan pikiran kita bertanya-tanya apakah doa kita terjawab. Kita menjadi ragu apakah Tuhan mendengar doa kita. Permohonan doa telah dipanjatkan tapi kita tidak yakin apakah doa tersebut akan mendapat jawaban. Kita bertanya mungkinkah doa kita hanya sekadar impian. Rasa bimbang sering mengisi kalbu kita. Namun, Alkitab menyatakan bahwa orang yang bimbang tidak akan menerima apa-apa dari Tuhan (Yak 1:7).

Kebimbangan juga menghasilkan pelanggaran terhadap firman Tuhan. Saat menengok sejenak kehidupan manusia pertama, kita melihat bahwa mereka juga mengalami kebimbangan. Firman Tuhan telah memerintahkan mereka agar jangan memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Kalau mereka memakannya mereka pasti mati. Sebaliknya, ular berkata kepada m,ereka jika buah pengetahuan baik dan jahat dpat dimakan dan mereka tidak akan mati. Justru apabila buah tersebut mereka makan, mereka akan menjadi seperti Allah (Kej. 3:1-5). Disaat yang kristis tersebut manusia menajdi ragu. Keraguan manusia akhirnya mendorong mereka untuk mengambil dan memakan buah terlarang. Mereka melanggar perintah Allah sehingga mereka menjadi berdosa. Akibatnya mereka harus meninggalkan taman Eden. Mereka benar-benar mengalami kematian.

Doa dengan hati dan pikiran yang bimbang bukan saja tidak akan menerima jawaban apa-apa dari Tuhan namun hal itu juga melanggar Firman Tuhan dan berakibat maut. Maut dapat diartikan kematian atas segala-galanya. mungkin itu kematian usaha kita, kematian harta benda kita yang artinya harta benda jadi habis, kematian kesehatan kita yang ebrarti penyakit menyerang kita, dan bentuk-bentuk kematian lainnya.

2. Kesombongan dan mengangap diri benar

Yesus pernah memberikan perumpamaan tentang orang Farisis dan pemungut cukai yang datang ke bait Allah. Dikisahkan orang Farisi itu berdoa, namun isi doanya adalah penonjolan dirinya sendiri. Doanya bahkan menyudutkan pemungut cukai. Sebaliknya, pemungut cukai hanya menepuk diri sendiri dan memohon belas kasihan Tuhan karena menyadari dirinya adalah seorang berdosa. Ternyata Tuhan justru menerima doa pemungut cukai dan membenarkannya (Luk. 18:9-14).

Jika kita mmerhatikan perumpamaan Yesus tersebut, doa yang penuh kesombongan dan menganggap diri benar tidak akan dibenarkan Tuhan dan tidak akan menerima jawaban apa-apa dari Tuhan. Apabila doa yang diucapkan di depan umum atau dalam sebuah ibadah mengandung adanya unsur kesombongan, maka doa itu tidak akan samapi ke hadirat Tuhan.

Sebagaiman Raja Saul yang tidak mau merendahkan diri dan menyesali dosa-dosannya. Namun, ia justru memilih untuk mencari jawaban dari kuasa di luar Tuhan. Kesombongan dan menganggap diri benar akan menghasilkan tindakan yang menyimpang dari kebenaran Tuhan. Penyimpangan tersebut akan mengakibatkan maut. Doa yang berisi susbstansi kesombongan hanya menghasilkan dosa. Perhatikan huruf "s" pada kata "DOSA" . Huruf tersebut antara lain merepresentasikan kata "sombong". Sombong berasal daris etan. Huruf "s" itu merupakan penghalang besar dalam doa.

3. Keletihan fisik

Keletihan mengurangi efektivitas doa. Rasa letih juga menyebabkan seseorang mudah mengantuk. Murid-murid Yesus pernah mengalaminya. Ketika itu Yesus membawa tiga murid-Nya, Petrus, Yakobus, dan Yohanes untuk berdoa di taman Getsemani. Karena ketiganya merasa letih dan mengantuk, ketiganya pun tertidur (Mrk 14:40). Rasa letih karena kesibukan sepanjang hari atau perjalanan seharian akan menghalangi doa. Fisisk menolak doa sehingga mata tersa berat, konsentrasi lemah, dan tidak ada gairah untuk berdoa. Dalam kondisi semacam ini, doa tidak akan dapat dilaksanakan. Yang diinginkan oleh fisisk hanyalah tidur.

Kondisi fisik yang letih dan perlu istirahat memang harus dimaklumi. Yesus juga memahami kondisi murid-murid-Nya saat di taman Getsemani tersebut. Namun Yesus juga memperingatkan agar mrid-murid-Nya tidak ahnya tidur. Mereka harus selalau berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam percobaan. Tidur karena fisik yang letih adalah sah-sah saja. Namun apabila hidup kita sehari-hari hanya diisi oleh kesibukan dan perjalanan yang mnyebabkan fisik letih sehingga tidak ada lagi waktu doa, kondisi ini berbahaya. Kita akan mudah jatuh ke dalam percobaan. Jika kita hanya sesekali tidak dapat berdoa karena merasa letih dan tertidur, itu wajar-wajar saja. Setelah kita berisitirahat dan tubuh segar kembali, doa dapat dilaksanakan. Namun yang tidak benar adalah apabila kehidupan kita hanya diisi kesibukan-kesibukan yang meletihkan badan. Jadi, kesibukan itu mengakibatkan kita tidak memiliki waktu doa sama sekali, bahkan sekali pun kita telah beristirahat bebrapa saat lamanya. Sabda Yesus perlu diingat, yakni "berjaga-jagalah dan berdoalah agar kamu jangan jatuh ke dalam percobaan."

4. Doa yang panjang dan diulang-ulang

Istilah yang diapkai dalam Alkitab untuk hal ini adalah "bertele-tele (Mat. 6:7). Doa dinyatakan dengan cukup panjang dan diulang-ulang. Mereka merasa bahwa dengan panjangnya doa, Tuhan akan mengabulkan atau mendengar doa itu. Sesungguhnya doa yang panjang hanya memnatkan telinga yang mendengar. Doa itu tidak efektif sama sekali. Doa yang panjang juga dapat mengganggu konsentrasi pendengar sehingga terciptalah lamunan

Doa yang panjang banyak dijumpai pada orang-orang yang tidak mengenal Allah. Mereka yang diluar Kristus umumnya melaksanakan doa disertai dengan pelbagai ritual. Yesus berkata secara tegas, ritual doa sedemikian tidak bermanfaat. Tuhan pun tidak akan mendengar apalagi mengabulkannya. Ritual memanjatkan doa yang panjang hanyalah sebatas ekspresi dan manefestasi manusia belaka. Doa seperti itu juga hanya sebatas menjadi tontonan manusia.

Menyimak ajaran doa Yesus berjudul Doa Bapa kami, kita mendapati doa tersebut cukup pendek. Didalamnya hanya terkandung dua prinsip utama.Pertama, mengagungkan dan memuliakan nama Tuhan serta mengakui kekudusan Tuhan.kedua, memohon kecukupan atas kebutuhan hidup sehari-hari, memohon pengampunan, suapaya tidak terperangkap dalam percobaan dari kejahatan. Dua prinsip utama tersebut dapat diringkas menjadi dua kalimat yaitu:
a. Pengagungan nama Tuhan

b. Pembentukan kehidupan dengan karakter yang baik.

DEngan kata lain, intinya adalah Tuhan dan aktualisasi rohani. Inilah esensi substansi doa. Makin panjang sebuah doa akan semakin kehilangan esensinya.

Perlu juga disimak bahwa umumnya seorang yang suka memanjatkan doa yang panjang di hadapan umum (Dalam ibadah umum hari minggu atau kesempatan lain), Maka orang tersebut biasanya memiliki waktu doa yang minim dalam hidupnya sehari-hari. Denagn kata lain, banyak orang Kristen yang dalam kehidupannya tidak sungguh-sungguh melakukan doa pribadi di kamarnya. Namun apabila ia dimohon untuk berdoa dalam ibadah gereja,d oa diucapkan dengan cukup panjang dengan berbagai macam bunga kata. Sebaliknya semakin abnyak seseotrang berdoa secara pribadi, doa didepan umum akan ia sampaikan dengan pendek dan tanpa banyak bunga kata. Ini ebrarti doa pribadi boleh panjang namun doa didepan umum harus singkat

5. Memuaskan keinginan Sendiri

Doa acap kali berisi permohonan. Sebuah doa permohonan. Sebuah doa permohonan tentu mengharapkan jawaban Tuhan. Namun
adakalanya Tuhan dipaksa untuk memberi apa yang diminta. Permohonan seperti itu tentu sangat keliru. Alkitab jelas-jelas menulis "Kamu berdoa tapi kamu tidak menerima apa-apa kerena kamu salah berdoa sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu" (Yak 4:3). Manakala permohonan doa hanya untuk memuaskan keinginan sendiri, doa sedemikian tidak akan mendapatkan jawaban Tuhan. Pemuasan keinginan diri sendiri sering menjadi penghalang dalam doa.

Kita tentu memiliki berbagai keinginan sehingga kita pun ebrdoa menyerahkan segala keinginan tersebut. Tidak ada salahnya menyerahkan keinginan kita kepada Tuhan. Akan tetapi, kita keliru apabila dalam menyerahkan keinginan-keinginan tersebut kepada Tuhan, kita meminta agar Tuhan segera menjawab sehingga kita dapat merasa puas. Pemuasan keinginan seperti inilah yang keliru.

Keinginan-keinginan yang kita sampaikan melalui doa harus bebas dari motivasi pemuasan diri sendiri. Doa kita harus kita serahkan seutuhnya pada kehendak-Nya. Bukan kehendak kita yang jadi melainkan kehendak Bapa Surgawi saja yang jadi. Dengan demikian segala keinginan kita tidak lagi untuk memuaskan diri sendiri.

6. Doa tidak disertai nama Yesus

Yesus mengajar kita untuk memohon dalam doa. Doa permohonan kita juga perlu disertai dengan ungkapan kata-kata "dalam nama Yesus."

Yesus bersabda, "Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima supaya penuhlah sukacitamu" (Yoh. 16:24). Barangkali umat-Nya waktu itu sudah berdoa mengajukan permohonan mereka kepada Tuhan, akan tetapi doanya tidak ditutup delam nama Yesus. Artinya, ketika ia mengakiri doa yang berisi permohonan-permohonan, kata terakhir hanya menggunakan "terima kasih, Amin" atau doanya langsung ditutup dengan akta Amin tanpa mengucapkan nama Yesus.

Lalu mengapa Doa Bapa Kami yang tercantum dalam Matius 6:9-13, tidak menggunakan nama Yesus? Untuk itu, kita perlu memerhatikan bahwa ajaran doa yang disampaikan mengandung:

a. Fokus kepada Bapa. Doa perlu ditujukan kepada Bapa. Karena Yesus sendiri yang mengajarkan kepada murid-murid-Nya agar memanggil-Nya Bapa. Kita sebagai umat percaya juga harus memanggil Tuhan kita dengan sapaan Bapa. Sapaan Bapa ini dipergunakan dalam kitab perjanjian Baru.

b. Fokus pada kemuliaan Bapa sendiri- karena Bapa yang memiliki kemuliaan sampai selama-lamanya (Mat. 6:13). Doa Bapa kami diawali di dalam nama Bapa dan diakhiri dalam nama Bapa juga. Mengapa? Karena Yesus sendiri yang mengucapkannya. Dalam keberadaan-Nya sebagai seorang manusia, Yesus mengajarkan kepada kita agar menghormati Bapa. Yesus mengerahkan segala sesuatu kepada Bapa, bukan pada dirinya sendiri. Karena Yesus menyadari dirinya sebagai manusai, Yesus tidak mau menyetarakan diri-Nya sama dengan Allah sekalipun Yesus sebenarnya Allah sendiri (Flp. 2:5-6). Dengan demikian Yesus memfokuskan ajaran doanya pada Bapa.

c. Yesus sendiri adalah Bapa. Yesus pernah berkata "Aku dan Bapa adalah satu " (Yoh. 10:30). Yesus tidak mengajarkan Doa Bapa Kami ditutup atau diakhiri dengan kata-kata "dalam nama Yesus" Karena Yesus yang adalah Bapa cukup mengakhiri dengan nama Bapa. Apabila menggunakan nama Yesus, akan timbul persepsi adanya dua Tuhan-Tuhan yang disapa dengan istilah Bapa dan Tuhan berikutnya yang disapa dengan nama Yesus. Karena itu, Doa Bapa kami cukup menggunakan satu istilah saja yakni BBapa mengingat Yesus dan Bapa sendiri adalah Satu.

Selanjutnya, doa Bapa Kami tidak ditutup dalam nama Yesus karena Yesus yang mengajarkan dan mengucapkannya tidak akan menutup doa tersebut atas nama-Nya sendiri. Dalam seluruh kitab Injil, Yesus sellau menjelaskan posisis-Nya. Yesus menaati Bapa. Apa yang diperbuat-Nya mnegikuti perinyah Bapa. Yesus tidak pernah melakukan sesuatu yang berasal dari kehendakNya sendiri. Itu sebabnya dalam ajaran Doa Bapa kami fokusnya adalah Bapa. Maka, doa diakhiri dalam nama Bapa Juga.

Bagi murid-murid-Nya yang mengajukan permohonan kepada Bapa melalui dao, mereka wajib menggunakan nama Yesus sebagaimana yang diajarkan Yesus. Hal ini karena Yesus adalah perantara Bapa (Tuhan Allah) dengan amnusai. Jadi, manusia yang berdoa kepada Bapa wajib melalui nama Yesus. Doa akan terhalang apabila kita mengabaikan nama Yesus.

7. Penonjolan diri sendiri

Untuk menekuni agamnya, orang Yahudi memiliki kebiasaan berdoa. Setiap hari mereka berdoa. Kaum Farisi yang merupakan satu bagian dari komunitas orang Yahudi pada masa Yesus meruapakan kelompok yang gemar berdoa Mereka bukan saja berdoa di Bait Allah tapi juga di tikungan-tikungan jalan raya.

Dihadapan Yesus, doa orang Farisi tidak berarti apa-apa. Secara tegas Yesus emyatakan orang Farisi adalah munafik. Mereka berdoa agar dilihat masyarakat. Cara mereka yang memperlihatkan doa ditikungan-tikungan jalan dikritik Yesus (Mat. 6:5). Yesus juga mengkritik mereka melalui perumpamaan dua orang yang pergi ke bait Allah untuk berdoa. Yang seorang adalah orang Farisi sedangkan yang lainnya adalah pemungut cukai. Ternayta orang Farisi dalam doanya menonjolkan dirinya. Orang Farisi mengucapkan "Aku bukanlah perampok, aku bukan orang lalim, bukan pezinah, bukan juga seprti pemungut cukai ini, aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh daris egala penghasilanku" (Luk. 18:11-12). Yesus melihat penonjolan diri dalam doa orang Farisi. Orang Farisi merasa dirinya jauh lebih abik daripada orang lain apalagi dibandingkan dengan pemungut cukai. Doa orang FArisi yang tampaknya indah dan mengundang decak kagum ternyata sama sekali tidak di benarkan Tuhan. Sedangkan pemungut cukai yang berlumuran dengan dosa, doanya dibenarkan Tuhan.

Doa yang disertai penonjolan diri tidak akan diterima oleh Tuhan. Doa yang memuat penonjolan diri artinya saat doa disampaikan mungkin ada ungkapan-ungkapan yang mengandung penonjolan diri. Terkadang ungkapan-ungkapan penonjolan diri tersebut terekspresi tanpa disadari oleh penyampai doa namun, apabila kita tekun dan konsisten melakukan doa pribadi setiap hari, niscaya penonjolan diri dalam doa tidak akan dijumpai. Dalam doa pribadi, Roh Tuhan melatih kita berdoa. Hal-hal berupa penonjolan diri akan dikoreksi oleh Roh Tuhan. Mental dan spiritual kita dalam doa benar-benar terlatih. Saat berdoa di depan umum dalam ibadah bersama, doa yang disampaikan tidak akan disertai penonjolan diri.

8. Sering terganggu

Gangguan doa dapat berupa dering telepon, anak menangis, pembantu mengetuk-ngetuk pintu karena ada tamu, suara musik yang keras, dan gangguan-gangguan lainnya. Gangguan itu membuat doa menjadi batal atau paling tidak menjadi tidak fokus. Hati dapat berubah menjadi kesal. Apabila hati dan pikiran tidak tenang, doa pun akan terhenti.

Yesus bersabda, "Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada ditempat tersembunyi maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (Mat. 6:6). Sabda Yesus tersebut sebenarnya berkaitan dengan kebiasaan doa para orang Farisi yang dipanjatkan di Bait Allah dan tikungan-tikungan jalan agar dilihat orang. Para pengikut Yesus diminta jangan berdoa seperti cara orang Farisi tersebut. Lebih baik bagi mereka untuk amsuk kekamar dan berdoa.

Dengan berdoa di kamar tertutup:

a. Motivasi doa tidak terganggu. Jika tampil di hadapan banyak orang, Motivasi dapat terangsang ke arah penonjolan diri (self display)

b. Fokus doa tidak terganggu. Gangguan-gangguan doa seperti teriakan anak kecil, bunyi kursi, bunyi Sound sistem Yang tiba-tiba terganggu dan gangguan-gangguan lainnya dapat tereliminir.

Sebab itu waktu dan tempat untuk berdoa sehari-hari perlu dipertimbangakan sebaik-baiknya. Apabila pagi hari merupakan waktu terbaik tanpa gangguan, doa hendaknya dilaksankan pada pagi hari. Demikian pula jika waktu terbaik adalah sore hari atau malam hari. Kita sendiri dapat mempertimbangkan dan menetapkannya.

9. Tidak mau mengampuni

Ganjalan hati terhadap seseorang yang belum dituntaskan dapat menghalangi doa. Ganjalan hati tersebut berupa belum ada pengampunan. Kesalahan orang lain masih belum kita ampuni. Sikap orang lain yang menyakitkan hati masih kita pendam dalam-dalam. Tidak akan ada kata maaf dan tidak ada pengampunan kita berikan.

Tanpa pengampunan, doa menjadi terhalang. Mengapa? Karena Tuhan juga tidak akan mengampuni dosa kita. firman Tuhan berkata, "Jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu" (Mat. 6:15). Kalau BAPA tidak mengampuni kita berarti kita masih menyimpan kesalahan orang lain. Doa kita pasti terhalang Kita tidak akan menerima jawaban apa-apa dari Tuhan.

Itu sebabnya sebelum kita datang ke hadapan Tuhan dalam doa, kita wajib memriksa diri kita lebih dahulu. Apakah kita masih menyimpan kesalahan orang lain? Apakah kita masih belum ammpu mengampuni orang lain? Ataukah sebaliknya kita yang bersalah dan belum mmeinta maaf ? Permohonan maaf kita dan juga pengampunan terhadap orang lain perlu dituntaskan dan dibereskan lebih dahulu sebelum berdoa. (Bandingkan denagn Matius 5:23-24).

10. Tangan penuh Darah

Doa terhalang kerena tangan kita penuh darah. Apa maksudnya? Mari kita baca dulu nas berikut, "Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa Aku tidak akan mendengarkannya sebab tanganmu penuh darah" (Yes 1:15). Yang dimaksud dengan "Tangan penuh darah" bukan karena kita pernah membunuh dan juga bukan karena terlibat dalam peperangan. Namun tangan penuh darah berrati perbuatan-perbuatan jahat (Yes 1:16).

Perbuatan-perbuatan jahat menjadi penghalang dalam doa. Segala macam perbuatan jahat bersumber dari hati dan pikiran. Yesus bersabda, "Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, pencabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat" (Mat. 15:19). Hati dan pikirann perlu dibersihkan dan dikudusakn oleh Firman Tuhan. Tanpa kebersihan dan kekudusan hati dan pikiran, doa yang dipanjatkan tidak akan diperhatikan Tuhan.

Alkitab mencatat sebuah kisah tragis dalam hidup Raja Saul. Saat dikepung tentara Filistin, Saul ketakutan. Selanjutnya Saul datang kepada Tuhan untuk memohon petunjuk Tuhan. Namun doa Saul tidak dijawab oleh Tuhan (1. Sam. 28:5). Hal ini akrena perbuatan jahat. Saul berkali-kali berusaha membunuh Daud. Di samping itu Saul juga melakukan bebrapa kesalahan di hadapan Tuhan (1 Sam. 28:18). Akhirnya Saul bertanya ke seorang petenung di Endor. Petenung itu menjawab bahwa Saul dan umat Israel akan dibinasakan oleh Tentara Filistin. Akhir hidup Saul dikisahkan mati bunuh diri dan kepalannya dipancung. Suatu akhir kehidupan yang tragis.

Perbuatan jahat sekecil apa pun akan menjauhkan kita denagn Tuhan. Apabila doa tidak dijawab karena Tuhan melihat hla-hal jahat dalam hidup kita, kita perlu bertobat. Kita wajib mohon ampunan dan pemberishan dari Tuhan. Jangan kita mngeraskan hati dan beralih ke petenung atau peramal tidak akan memperbaiki kehidupan kita. Sebaliknya, kehidupan kita justru akan mengalami hal-hal yang tragis. Hal terpenting yang harus kita lakukan apabila terdapat hal-hal yang jahat dalam kehidupan kita adalah segera datang kepada Tuhan yang setia dan adil pasti akan mengampuni kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1 Yoh. 1:9)​
 
Pendoa Syafaat/Intercessor


KATASyafaat dalam bahsa Inggris berarti "Intercessor" kata Intercessor berasal dari kata "Intercede" Artinya "mengetengahi atas nama seseorang " (John M. Echols dan Hasan Shadily, kamus Inggris Indonesia, hal 327). Sementara dalam bahasa Inggris "act as an Intermediary (Between two people, groups, countries that cannot agree) (Oxford Advanced Learner's Dictionary, Hal. 633)


Dalam surat Ibrani 7:25, Istilah syafaat diterjemahkan sebagai "perantara". Sebutan "Intercessor" sering juga diartikan "Juru syafaat" Karena itu, pengertian kata Intercessor Sebenarnya juga mengandung arti seseorang yang bertindak sebagai penegah/pengantara antara dua Individu, kelompok, kubu, atau negara yang saling bermusuhan.

Kita juga dapat mencermati makna dari pendoa syafaat (intercessory prayer) ini melalui kisah dalam kitab Yehkiezel 22:30. Di perikop tersebut, dikatakan bahwa Allah berkata "Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu dihadapan-Ku,supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya"(dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah "stand in the gap before me")

Ketika kita memerhatikan konteks dalam seluruh pasal 22 tersebut, tampak jelas bahwa pada waktu itu Allah sedang menyatakan murka-Nya terhadap umat Israel. Allah menjadi sangat murka karena kondisi umat Israel, mulai dari golongan rakyat kecil sampai dengan para pemuka agamanya sangat berdosa di hadapan Allah. Namun di balik murka Allah yang akan dinyatakan. Allah tetap mengasihi umat-Nya Allah ingin menyelamtakan umat-Nya. Allah mencari seseorang yang dapat menjadi penengah/pengantara/ intercessor[ yang mampu berdiri tegak di tengah "gap"/ "jurang pemisah" anatara Allah dan umat-Nya. Hal ini dimaksudkan agar umat-nya dapat diselamatkan di balik murka Allah. Tapi ternyata tak dijumpai seorang pun! Akibatnya umat Israel hancur lebur, tercerai berai, tertawan, dan terjajah. Kita sebagai pengikut-Nya/hamba-hamba-Nya merupakan orang-orang yang harus mampu "stand in the gap" dan menjadi interseccor. Jangan sampai di anatara kita yang menjadi hamba-hamba-Nya ternyata Allah tidak menjumpais eorang pun yang mau menjadi interseccor sebagaimana berita yang disampaikan Nabi Yehezkiel.

Hal ini berarti bahwa pendoa Syafaat/ Interseccor berdiri sebagai pendoa di antara Tuhan dan sesuatu yang sedang digumuli itu bukanlah kebutuhan-kebutuhan pribadi pendoa namun kebutuhan pihak lain. Ini yang membedakan Interseccor dengan pendoa atau orang Kristen yang berdoa sebagaimana biasa.

Orang yang melakukan doa baik bersama maupun secara pribadi lazimnya lebih banyak mengajukan permohonan-permohonan yang berissi bermacam-macam kebutuhan. Umumnya kebutuhan-kebutuhan seperti kesembuhan, kelancaran pekerjaan, keberhasilan pendidikan, jalan keluar atas kesulitan kehidupan/pekerjaan lulus ujian, dan termasuk permohonan rutin untuk kelancaran ibadah tersebut akan menjadi pokok-pokok doa. Permohonan atas berbagai kebutuhan tersebut dapat dipanjatkan secara umum atau pribadi.

Intercessor memiliki pemahaman yang agak berbeda dengan doa diatas. Doa Intercessor mengandung dua elemen penting dalam satu goal/ sasaran, yakni memohon campur tangan Allah/Gods intervention dan menghancurkan pekerjaan setan/to destroy demonic forces. Goal atau sasarannya adalah jiwa-jiwa yang dimenagkan bagi Tuhan atau keselamatan bagi jiwa-jiwa yang terhilang, tersesat, jatuh ke dalam dosa, hidup dalam kuasa kegelapan, atau undur dari Tuhan. Dalam keluaran 17:8-13, Musa pernah bertindak sebagai Intercessor dibantu Harun dan Hur. Posisi Musa berada di antara Allah dan Amalek. Musa tidak memohon kesehatan, kesejahteraan keluarganya, berkat jasmani atas umat Israel yang ia gembalakan, tapi Musa yang dibantu oleh Harun dan Hur bergumul keras memasuki peprangan rohani. Musa tidak berperang secara fisik dengan orang Amalek sebagaimana dilakukan Yoshua dan panglima-panglima Israel. Musa hanya mneengadahkan kedua tangannya ke atas, Musa bersekutu dengan Yahweh. Hasilnya menakjubkan, Tuhan memberikan umat-Nya kemenangan atas orang Amalek.

Barangkali kita bertanya, siapa yang dapat menjadi Intercessor? Jawabannya jelas, yaitu setiap orang yang percaya kepada Yesus dan yang nyata pertumbuhan rohaninya serta terbeban untuk keselamatan jiwa-jiwa. Dalam kitab Perjanjian Baru kita melihat bahwa Yesus adalah Intercessor (lbr 7:24). Ia juga mengajak murid-murid-Nya untuk masuk dalam peperangan rohani di taman Getsemani (Mrk. 14:33). Contoh pendoa Syafaat yang lain adalah Epras yang ikut melayani bersama Rasul Paulus (Kol. 4:12). Ada pula para umat percaya yang berkumpul di rumah Maria, ibu Markus. Di sana, mereka bergumul untuk situasi penganiyaan yang mulai timbul dan untuk Rasul Petrus maupun murid-murid Yesus dan orang percaya lain diberikan kekuatan untuk memberitakan Injil demi keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang (Kis. 12:12). Jadi yang disebut rohaniawan, penatua, diaken, amjelis, pengerja, pengurus-tapis etiap orang percaya kepada Yesus!

Selanjutnya, kita akan melihat contoh seorang Intercessor lainnya. William Carey adalah tokoh yang cukup dikenal sebagai Bapa misi. Ketika itu, perintisan Misi ke India mengalami Pergumulan yang diluar akal manusia. tidak ada gereja di Inggris yang bersedia mendukung pelayanan misi William Carey. Sebaliknya, mereka sangat menentang beban hatinya itu dengans ikap sangat sisnis serta sangat menyakitkan hati. Teman-teman seiman bahkan yang sebangku gereja juga bersikap sinis serta antipati dengan usahanya. Namun, dunia gereja akhirnya tahu dan mengakui keberhasilan misis William Carey. Melalui kegigihan pelayanan serta teladan positif Konstruktif dalam kehidupannya sehari-hari. William Carey juga memberikan teladan kasih dan sikap rendah hati terhadap gereja dan teman-teman Kristennya. Mereka yang semula bersikap sinis bahkan memusuhinya ternyata kemudian berbalik memuji keberhasilannya William Carey.

Keberhasilan William Carey bukanlah semata-mata dihasilkan oleh kepribadiannya sebagai insan Kristen yang dinyatakan secara positif dan kostruktif, tapi karena adanya seseorang yang sering dilupakan oleh penulis sejarah gereja dan misis. Orang itu adalah seorang Intercessor yang juga adik perempuan William Carey yang lahir lumpuh/cacat sejak lahir. Adik perempuan yang lumpuh ini sangat dekat dengan William Carey. Saat William Carey berada di India, satu-satunya orang/teman Akrab di amna William Carey sering menuliskan pergumulan pelayanannya di India adalah Adik perempuannya yang cacat ini.

Apa yang dilakukan Adik perempuan dari William carey ini? Dia memang memiliki fisik lumpuh cacat dan tidak dapat berbuat apa-apa Namun Rohani dan imannya tidak cacat. Bahkan sebaliknya rohani dan imannya bersinar-sinar penuh pengharapan dan kuasa Kristus. Kasihnya terhadap jiwa-jiwa terhilang sellau membara saat menerima surat dari William Carey. Satu-satunya bantuan/dukungan untuk pelayanan William Carey, sang kakak yang amat dicintai dan disayangi itu adalah melalui doa. Doanya itu bukan doa biasa, tapi dia stand in the gap- dia menjadi interseccor buat William. Dikisahkan, adik perempuan William melakukan Intercessory prayer (Doa syafaat) tidak jarang hinggga mengambil waktu sampai berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Melalui seorang Intercessor yang cacat fisik inilah William Carey mampu melaksanakan pelayanan misi di India dan mampu mencelikkan mata gereja dan pemimpin-pemimpin gereja di Inggris akan betapa pentingnya misi mencapai jiwa-jiwa yang terhilang. Cindi Jacobs, salahs eorang Interseccor Di Amerika Serikat dalam bukunya berjudul Possessing the gate of the enemy memberi komentar atas adik perempuan William Carey yang menjadi Intercessor tersebut, " It makes me wonder who was really responsible for the succes of William Carey's Ministry"(Membuat aku bertanya-tanya siapa sebenarnya yang ikut bertanggung jawab atas keberhasilan pelayanan William Carey).​
 
PUASA :
Bukan sekadar Rutunitas



Puasa


BAGI orang Kristen, puasa sudah tidak asing lagi. Banyak orang Kristen melakukannya, berpuasa tetap relevan sampai kini. Namun, apakah kita mengerti untuk apa sebenarnya kita berpuasa? Apakah sekadar memnuhi jadwal rutin doa puasa yang diselenggarakan oleh gereja? Apakah sekadar untuk menemukan jawaban atas pergumulan hidup? Atau kita berpuasa karena ingin melihat orang lain disembuhkan dari penderitaan dan penyakit? Atau mungkin ada alasan-alasan lainnya?

Kita perlu memahami tentang puasa. Tanpa pemahaman yang benar, puasa menajdi sia-sia. Penelusuran mengenai hal puasa ini perlu didasarkan pada penjelasan Alkitab. Yang pertama, Puasa memiliki dua tujuan yaitu:

1. Tujuan internal dan

2. Tujuan eksternal

 
Puasa Dengan Tujuan Internal


MARI kita membaca Matius 9:14-15. Bacaan ini menguaraikan pertanyaan murid-murid Yohanes kepada Yesus tentang Puasa. Saat itu, mereka melihat bahwa murid-murid Yesus tidak berpuasa padahal orang Farisi dan murid-murid Yohanes melakukannya.

Namun, jawaban yang diberikan Yesus mengejutkan. Yesus berkata, "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berduka cita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa" (Mat. 9:15). Jawaban Yesus ini mengandung dua bagian utama. Pertama, selama mempelai laki-laki hadir di tengah murid-murid, mereka tidak perlu puasa.kedua, saat mempelai laki-laki sudah tidak lagi bersama mereka, barulah mereka berpuasa.

Istilah sahabat-sahabat dapat dibandingkan denagn ucapan Yesus, "Kamu adalah sahabat-Ku (Yoh. 15:14). Yang disebut murid-murid Yesus disini adalah termasuk orang-orang percaya yang mengikut Yesus. Mereka juga disebut sebagai sahabat. Jadi "sahabat-sahabat" adalah semua umat Tuhan yang percaya dan mengikut Yesus. Sebutan lain untuk umat Tuhan menurut Alkitab adalah "anak-anak Allah" (Yoh. 1:12; Rom 8:16)

Itu sebabnya dua istilah tersebut, "sahabat" dan "anak-anak" dipergunakan dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris. Dalam Alkitab versi terjemahan New International Version, digunakan kata "guest"atau "tamu" yang ditujukan kepada "sahabat". Meskipun dalam versi terjemahan King james Version, digunakan kata "Children" atau "anak-anak". Pada dasarnya kedua kata terjemahan tersebut mengandung arti yang sama yaitu menunjuk kepada umat Tuhan ataupun orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

Istilah "mempelai laki-laki adalah merepresentasikan Yesus sendiri. Perjanjian Lama menggunakan Istilah tersebut untuk menunjuk kepada Tuhan (Yes 62:5). Jadi, umat Yehuda disebut "istri" sedangkan Tuhan umat Yehuda atau Yahwe disebut sebagai "suami" (Yes 54:5, bdk. Hosea 2:19)

Dalam perjanjian Baru, umat Tuhan juga disebut sebagai 'Mempelai Perempuan" atau "perawan Suci" Sedangkan Kristus adalah "Mempelai laki-laki" (2 Kor. 11:2). Rasul Paulus menganalogikan hubungan antara suami dan istri ini sama dengan hubungan Kristus dan Jemaat (ef. 5:32). Dengan demikian istilah "sahabat-sahabat mempelai laki-laki" Seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 9:15 menunjuk pada orang-orang percaya/umat Tuhan, sedangkan mempelai laki-lakinya adalah Yesus sendiri.

Sebelum menyimak istilah "berduka cita", kita perlu menengok sejenak kaitannya dengan kebiasaan puasa yang dilakukan oleh orang Yahudi. Puasa orang-orang Yahudi dilakukan seperti orang yang berkabung. Hal ini tampak pada dua contoh berikut. Pertama, ketika Nehemia sedih. Nehemia kemudian menangis dan melakukan perkabungan selama beberapa hari disertai dengan doa puasa (Neh. 1:4). Nehemia melaksanakan puasanya dengan cara berkabung atau berduka cita. Contoh berikutnya adalah Daniel. Ketika Daniel mempelajari Firman Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Yeremia mengenai nubuat Tujuh puluh tahun keberadaan Yerusalem, Daniel. Ketika Daniel berpuasa. Daniel berpuasa dengan cara mengenakkan kain kabung (Dan. 9:3). Jadi puasa dilakukan dengan perasaan dukacita yang mendalam. Perasaan dukacita ini berkaitan dengan kehancuran hati. Hasilnya adalah suatu perasaan haru yang amat dalam.

Sabda Yesus "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita" Mengandung arti" Perlukah umat Tuhan berpuasa". Yesus ingin mengatakan bahwa selama Yesus hadir bersama para murid, mereka tidak perlu berpuasa. Selama mempelai laki-laki bersama umat Tuhan yang adalah mempelai perempuan, puasa tidak perlu dilaksanakan. Ungkapan Yesus menarik untuk disimak. Sebagaimana kebiasaan di kalangan umat Yahudi, pernikahan dilaksanakan dengan sukacita. Namun, setelah pelaksanaan upacara pernikahan, mempelai tidak langsung berbulan madu di suatu tempat. Sebaliknya, mempelai tetap berada di rumah selama kurang lebih satu minggu lamanya. Selama waktu tersebut, mempelai mengundang para sahabat datang ke rumahnya untuk bersukacita bersama mempelai. Makanan dan Minuman disediakan berlimpah oleh mempelai. Tidak ada ritual keagamaan. Semuanya bebas makan , minum, dan merayakan pernikahan mempelai dengan sukacita. Jadi, selama Yesus hadir sebagai mempelai laki-laki, pesta sukacita dilaksanakan. Puasa tidak perlu dilakukan.

Ketika mempelai diambil barulah mereka berpuasa. Kapan Sang Mempelai atau Yesus, diambil? Tak lain adalah saat Yesus diangkat ke Surga (Kis. 1:11). Setelah masa itu, barulah kemudian umat Tuhan berpuasa (Kis. 13:2-3). Para Rasul yang dalam hal ini Paulus dan Barnabas juga berpuasa (Kis. 14:23). Di kemudian hari apaabila Yesus atau Sang Mempelai laki-laki hadir kembali, puasa tidak lagi dilakukan. Artinya, Umat Tuhan melaksanakan puasa mulai saat Yesus naik ke Surga sampai Yesus datang untuk kedua kalinya. Pada masa kini sementara umat Tuhan menanti kedatangan Yesus yang kedua kalinya Puasa perlu dilakukan. Puasa tetap relevan.

Selama menunggu kedatangan Yesus yang kedua kali, puasa dilakukan dengan tujuan agar hidup umat-Nay benar dan kudus di hadapan Allah. Pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya nanti, akan diadakan Perjamuan Pernikahan Anak Domba (Why. 19:6-9). Dalam perjamuan tersebut, pakaian mempelai perempuan yaitu umat-Nay haruslah putih bersih berupa pakaian lenan halus yang berkilau-kilauan. Lenan halus ini melambangkan perbuatan yang benar dan kudus (Why 19:6-9). Pakaian lenan halus meruapkan pakaian pesta pada perjamuan Pernikahan. Jika ada orang yang tidak memakai pakaian pesta tersebut, Tuhan akan menolak dan melemparkannya ke dalam kegelapan yang paling gelap dimana terdapat ratap dna kertak gigi (Mat. 22:13).

Karena itu, puasa bukan sekadar tidak makan dan minum tapi juga berarti menjauhkan diri dari dosa. Kata-kata bijak dalam bahasa Inggris berkata, "The honor of fasting consists not in abstinence from food, but withdrawing from sinful practices" (Abba John). Artinya, "Puasa yang terhormat bukanlah menolak makan tapi menaggalkan praktik-praktik dosa". Kita sadar bahwa praktik-praktik dosa timbul dari manusia lama atau manusia alamiah (natural man) Melalui puasa, kita melatih diri kita (Manusia lama kita) agar tidak melakukan praktik dosa lagi. Dengan berpuasa, kita dimampukan untuk menguasai manusia lama kita. Rasul Paulus berkata, "Tetapi aku mealtih tubuhku dan menguasai seluruhnya" (1Kor. 9:27).

Melalui puasa, kita sebagai umat Tuhan/jemaat-Nya dapat berdiri di hadapan-Nya "Dengan cemerlang tanpa cacat atau tanpa kerut... supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef. 5:27). Hidup kita sebagai umat-Nya merupakan hidup yang "Tiada beraib dan tiada bernoda senbagai anak-anak Allah yang tidak tercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia(Flp. 2:15)

Dengan demikian puasa juga akan membersihkan bagian terdalam kehidupan umat-Nya yaitu hati dan pikiran mereka. Dari hati terpancar kehidupan (Ams. 4:23). Namun sebenarnya dari dalam hati bisa terpancar dua macam aliran. Disatu sisi dari hati akan mengalir aliran-aliran air hidup (Yoh. 47:38). Air itu yang akan menyegarkan dan menghidupkan diri sendiri serta orang lain. Di sisi lain, dari, dari dalam hati juga bisa timbul perbuatan-perbuatan jahat dan najis (Mat. 15:19). Perbuatan jahat itu merupakan aliran-aliran air yang kotor dan mematikan. Air itu yang akan emmbuat kehidupan manusia menajdi jahat, najis, dan sama sekali tidak berkenan di hadapan Tuhan. Dua amcam aliran itu terpancar dari dalam hati manusia, mana yang harus dipilih?

Yang jelas, puasa yang dilakukan sungguh-sungguh akan membuat hati menajdi bersih. Melalui puasa, hidup amnusia yang paling dalam atau the most inward man dibersihkan dan dikuduskan. Dengan pauasa "substansi beracun" di dalam tubuh kita dilenyapkan. Kita andaikan "substansi beracun" adalah "musuh". Pada zaman dulu, untuk mengalahkan mussuh kita tinggal melakukan pengepungan atas tempat tinggal mereka selama berhari-hari supaya mereka tidak dapat keluar. Dengan demikian, lama kelamaan persediaan makanan mereka kan habis, mereka dapat diserbu dan dilkalahkandengan mudah . Demikian juga dengan puasa. Mellaui puasa, musuh nafsu dikepung sehingga tidak memperoleh makanan dan menjadi lemah. Saat musuh nafsu lemah, iman dengan mudah mengalahkannya. Jadi dengan berpuasa, kita mengalahkan "substansi musush yang beracun" yang dapat merusak tubuh dan rohani kita. Racun tersebut dikalahkan dan dilenyapkan. Tubuh dan rohani menjadi bersih dan kudus.

Yang jelas, melalui puasa salah satu nafsu dalam tubuh kita yaitu nafsu makanan dikalahkan. Seseorang berkata, " It's impossible to engage in spritual conflict unless the appetite for food has first been subdued" (Gregory the Great). Artinya, "Mustahil terlibat dalam konflik rohani kecuali keinginan/nafsu makan ditaklukan lebih dahulu". Konflik rohani adalah peperangan rohani agar rohani kita menjadi tak bercacat, tak bernoda, an berkenan di hadapan Tuhan. Nafsu-nafsu manusia sering menodai kehidupan rohani. Untuk menaklukan nafsu-nafsu tersebut, puasa perlu dilaksanakan. Dengan puasa, salah satu nafsu berhasil ditaklukan. Saat satu nafsu berhasil ditaklukan, nafsu-nafsu lain juga akan dapat dikalahkan. melalui puasa, kita menjadi terlatih untuk mengalahkan nafsu-nafsu manusia lama kita.

Itu sebabnya Yesus mengkritik cara puasa orang-orang Farisi. Mereka berpuasa dengan cara "Self display" atau "penonjolan diri sendiri". Orang-orang Farisi berpuasa pada hari Senin dan kamis. Mereka berpuasa dua kali seminggu. Mereka meyakini bahwa nabi Musa naik ke gunung Sinai pada hari Kamis dan turun pada hari Senin. Disamping itu hari senin dan kamis juga merupakan hari pasar. Banyak orang berkumpul pada hari-hari tersebut. Orang Farisi memnafaatkan momen tersebut untuk menunjukkan bahwa merka sedang berpuasa. Mereka mengubah wajah mereka supaya orang melihat puasa mreka (Mat. 6:16). Dikemudian hari, orang-orang Kristen mengubah hari-hari puasa merka menjadi Rabu dan Jumat (Didache 8:1) agar tidak mengikuti hari-hari puasa orang-orang munafik itu.

"Self display" juga tampak pada doa orang Farisi di Bait Allah. Orang Farisi berkata, "Aku berpuasa dua kali seminggu" (Luk 18:12). Bagi orang Farisi, puasa merupakan penonjolan diri. Penonjolan diri itu berbentuk outward-apperance atau apa yang tampak di sebelah dalam. Membersihkan Inward-appearance harus ditanggalkan.

Dengan demikian puasa berlkaitan dengan tujuan Internal. Tujuan itu meliputi hati dan pikiran yangd ikuduskan, kehidupan yang berkenan, tak bercacat dan beraib, serta menjadi mempelai permpuan yang tak bernoda untuk berjumpa dengan mempelai pria yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sebab itu, Istilah berpuasa saat mempelai laki-laki diambil" Mengandung arti:

1. Puasa bukan sekadar menolak makan dan minum. Namun Puasa berkaitan erat dengan hal-hal rohani. Fokus puasa adalah kearah Yesus. Sasaran Puasa, hidup di dalam keakuan diubah mejadi hidup di dalam Kristus. Rasul Paulus berkata, "Aku hidup tetapi aku bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam Aku" ( Gal. 2:20)

2. Mempelai memang telah diambil, namun dengan Puasa berarti hidup ini semakin dipenuhi kerinduan untuk berjumpa Sang Mempelai. Mempelai laki-laki yang secara fisik tidak ada (Untuks emntara waktu) bukannya semakin emadamkan kasih. Sebaliknya melalui puasa, kerinduan untuk berjumpa dengan-Nya kembali akan semakin meningkat ini ditandai oleh semakin bergairahnya keterlibatan dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Artinya, kita akan semakin rajin melayani dalam pelayanan gerejawi.

3. Mempelai diambil bukan berati mempelai menjadi lenyap. Sesuai dengan janji Yesus, " Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman " (Mat. 28:20), Yesus tetap hadir, hidup dan beserta dengan umat-Nya. Penyertaan Yesus tidak lagi secara fisik seperti saat bersama-sama para murid-Nya. Namun Penyertaan-Nay adalah di dalam Roh. Jadi berpuasa adalah bersekutu di dalam Roh-Nya. Apa artinya?

a. Bersekutu di dalam Roh-Nya berati Roh-Nya yang menguasai roh Kita. Roh-nya lebih besar dari semua roh yang ada di dalam dunia yang barangkali sudah memngaruhi dan menguasai hidup kita (1 Yoh. 4:4). Melalui puasa, roh kita belajar takluk pada Roh Tuhan. Hidup kita bukan dikuasai oleh roh diri sendiri tapi oleh Roh Tuhan. Roh Tuhan yang bertakhta di dalam hidup kita.

b. Bersekutu di dalam Roh-Nya berati Roh-Nya memenuhi kita. Roh-Nya akan memenuhi intelektualitas kita, perasaan kita dan tingkah laku kita. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata, "Hendaklah kamu penuh dengan Roh" (Ef. 5:18). Roh-Nya yang memenuhi kita membuat kita menjadi manusia baru. Manusia yang lama di tanggalkan. Di dalam manusia yang baru, roh dan pikiran kita dibarui secara terus menerus (Ef. 4:23; Kol 3:10). Puasa menghasilkan manusia baru di dalam Roh-Nya.

4. Puasa memberi dorongan untuk memberitakan tentang Kristus, Tentang mempelai yang diambil namun akan datang kembali. Janji kedatangan-nya yang kedua kali (Kis. 1:11) tentu akan memberi dorongan kuat bagi kita untuk mem-beritakan Injil-Nya. Berpuasa mebuat kita semakin meningkatkan iman kita untuk memberitakan kedatangan-Nya yg kedua kali. Umat manusia perlu diberitahu bahwa Yesus akan datang kembali. Manusia akans egera berjumpa dengan mempelai pria yaitu Yesus. Bahwa akan diselanggarakanPernikahan Anak Domba, yaitu pernikahan antara mempelai pria yakni Yesus dan mempelai perempuan Yaitu jemaat Tuhan atau umat yang percaya.​
 
Puasa dengan Tujuan Eksternal


KINI, mari kita mempelajari tujuan puasa yang berhubunagn dengan tujuan eksternal. Tujuan eksternal adalah kebutuhan-kebutuhan yang menyangkut kebutuhan sosial.

Berikut ini adalah contoh-contoh puasa yang dilakukan karena berkaitan dengan kebutuhan tertentu.​

1. Kebutuhan National Emergencyatau keadaan darurat nasional
  1. .1 Hal ini dilakukan oleh Raja Yosafat. Ketika itu, raja Yosafaat dan umat Yehuda diserbu oleh bani Moab beserta bani Amon dan pasukan orang Meunim. Serbuan dari gabungan musuh-musuh yang jauh lebih kuat dari umat Yehuda menggetarkan Yosafaat. Bangsa Yehuda terancam. Yosafat tidak memiliki cara atau strategi untuk membendung atau mengalahkan serbuan tersebut.

    Saat upaya manusia menghadapi jalan buntu, saat itulah hati dan pikiran harus diarahkan kepada Tuhan . Raja Yosafaat memutuskan untuk melaksanakan puasa. seluruh umat Yehuda juga diminta untuk berpuasa (2 Taw.20:1-3). Melalui puasa yangs ungguh-sungguh, Tuhan bertindak. hasilnya yosafat dan umat Yehuda mengalami kemenangan. Disini kita melihat bahwa ibadah Puasa diselenggarkan dan diikuti oleh seluruh umat termasuk para pemimpin karena saat itu sedang terjadi keadaan darurat nasional.

  1. . 2. Easter juga memutuskan berpuasa. orang-orang Yahudi termasuk Ester diancam akan dipunahkan . Hal ini menimbulkan keadaan darurat secara nasional. Ester memerintahkan agar semua orang Yahudi berpuasa selama tiga hari. Puasa tersebut membuat orang-orang Yahudi berubah emnjadi sukacita kemenangan yang memenuhi setiap hati mereka.

2. Pemulihan Kesejahteraan Rakyat.

Kondisi umat Tuhan yang dilihat oleh Nabi Yoel amat memprihatinkan. Musuh sudah menghancurkan umat Tuhan. Sumber daya alam juga rusak. Bencana demi bencana menimpa umat Tuhan. Untuk menolong dan memulihkan kesejahteraan Rakyat yang telah porak poranda itu, Yoel dipakai Tuhan untuk berseru pada Umat Tuhan agar berpuasa. Alkitab mengatakan, "Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang Kudus" (Yl 2:15). Yoel memerintahkan umat-Nya untuk berpuasa dengan sungguh-sungguh. Bukan sekadar melaksanakan ritual puasa. Bukan sekadar ikut-ikutan berpuasa. Yoel berkata, "Koyakanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan" (Yl 2:13). Puasa yang dianjurkan Yoel adalah puasa pertobatan. Puasa yang berkaitan dengan pembersihan kehidupan sebelah dalam (the Inward life). Hasilnya luar biasa. Tuhan memulihkan kondisi umat Tuhan yang hancur. (Yl 2:25). Tuhan juga memnuhi dan mencukupi kebutuhan akan kesejahteraan rakyat. Tuhan melimpahkan berkat gandum, anggur, dan minyak (Yl 2:19). Melalui puasa pertobatan, kesejahteraan rakyat dipulihkan.

3. Pembangunan rumah Tuhan.

Ketika Nehemia mendengar tembok-tembok Yerusalem dihancurkan, Nehemia sedih dan berpuasa. melalui puasa, Nehemia memperoleh dorongan kuat untuk membangun kembali tembok Yerusalem. Bersama sejumlah orang, Nehemia kemudian berangkat ke Yerusalem. Tembok Yerusalem pun mulai dibangun kembali. Pembangunan rumah Tuhan itu tidaklah mudah untuk dikerjakan. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pembangunan itu juga menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Nehemia sebagai pemimpin yang mengkoordinir pembangunan rumah Tuhan melandaskan kerinduan hatinya melalui puasa.

meski Nehemia harus menghadapi tantangan yang tidak ringan, namun Tuhan berada di pihak Nehemia. Semua bentuk tantangan tersebut akhirnya dapat teratasi oleh pertolongan Tuhan. Hasilnya, tembok Yerusalem itu berhasil dibangun kembali. Sukacita memnuhi hati umat Tuhan. Melalui doa puasa pembangunan rumah Tuhan berhasil di selesaikan.

4. Memahami nubuat Firman Tuhan

Daniel berusaha memahami nubuat Yeremia mengenai Yerusalem. Apakah sudah waktunya Yerusalem dibangun kembali? Guna memahami nubuat tersebut, Daniel berpuasa. Daniel memohon kepada Tuhan untuk menyingkapkan rahasia nubuat tersebut. Tuhan mengabulkan permohonan DANIEL (Dan 9:1-3). Daniel memperoleh rahasia tentang masa akhir zaman. Daniel memperoleh kejelasan suatu rentang waktu dari saat pemulihan Yerusalem sampai tiba waktunya akhir zaman. Melalui puasa, Tuhan menyingkapkan rahasia nubuat firman-Nya.

5. Pengutusan para utusan Injil/missionary.

Menjelang naik ke Surga, Yesus memberi amanat kepada murid-murid-Nya agar merka menjadi saksi yang dimulai dari Yersualem ke Yudea dan Samaria sampai ke ujung bumi. Akan tetapi umat Krsiten di Yersualem sudah merasa puas dengan pertumbuhan jumlah orang-orang Kristen yang mencapai ribuan orang. Padahal semestinya jemaat di Yerusalem sudah dapat mulai mengutsu para Missionary. Diantara para pemimpinnya terdapat Barnabas dan Saulus. Melalui puasa yang dilakukan jemaat, Roh Kudus kemudian berbicara kepada mereka, "Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi Mreka" (Kis. 13:2). Barnabas dan Saulus pun diutus sebagai utusan Injil.

Mellaui puasa, Roh Kudus dapat memakai sebuah jemaat menjadi jemaat yang mengutus utusan Injil, dengan demikian, kegiatan pengutusan Misisionary tidak algi tergantung pada jemaat yang memmiliki banyak anggota. Pengutusan utusan Injil tergantung dari kehendak Tuhan sendiri dan kesiapan jemaat untuk terlibat dalam misi. Disampin itu jemaat juga memmiliki hamba-hamba Tuhan (Sumber daya manusia rohani) yang dapat dipakai Tuhan untuk menjadi Missionary

6. Penetapan para penatua

Untuk menetapkan para pemimpin jemaat yang terdiri dari para penatua, dibutuhkan doa dan puasa. Rasul Paulus dan Barnabas berpuasa memohon bimbingan Tuhan untuk mengangkat, dan melantik para penatua (Kis 14:23). Apabila kita memerhatikan langkah Yesus dalam kaitannya penetapan para murid, Yesus juga berpuasa terlebih dahulu. Yesus berpuasa selama empat puluh hari (Mat. 4:2). setelah selesai berpuasa, Yesus menetapkan para murid-Nya (Mat. 4:18-22). Puasa dilakukan sebelum penetapan para pemimpin.

Kita perlu mengikuti apa yang diajrkan Firman Tuhan. Sebelum para pemimpin gereja ditetapkan, Puasa perlu dilaksanakan. Para pemimpin/pengurus gereja mengemban tugas yang tidak ringan. Melalui puasa, kita sungguh-sungguh memohon bimbingan Tuhan untuk memilih dan menetapkan para pemimpin/pengurus gereja. Melalui puasa, kita memohon campur tangan Tuhan.

7. Berkaitan dengan integritas pelayan Tuhan dan pemberitaan Injil.

Seorang pelayan Tuhan, apakah dia seorang gembala jemaat, penginjil, atau pengajar (Guru), perlu memliki integritas. Pada saat menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Daftar kesulitan yang dihadapinya antara lain: Penderitaan, kesesakan, kesukaran, menanggung dera, dipenjara, kerusuhan, da seterusnya (2 Kor. 6:4-5).Namun di tengahtantangan dan kesulitan itu, Rasul Paulus selalu berpuasa. Tak jarang tantangan dan kesulitan dapat melemahkan iman seseorang. Bahkan, kasih kepada Tuhan dapat menajdi tawar olehnya. Namun melalui puasa, Rasul Paulus dapat mempertahankan integeritasnya sebagaai pelayan Tuhan.

Puasa bukan saja dapat mempertahankan integeritas hamba-Nya, tapi juga untuk tetap melanjutkan pemberitaan kebenaran Firman Tuhan (2. Kor. 6:7). Pemberitaan Firman/Injil-Nya perlu kita dukung melalui puasa agar dapat membawa jiwa-jiwa ke hadapan Tuhan sebagai manusia baru di dalam Kristus.

8. Untuk kesembuhan atas sakit penyakit

Ketika Daud mengetahui anak yang baru dilahirkan oleh batsyeba istrinya menderita sakit, Daud berpuasa (2. Sam. 12:15-16). Dengan berpuasa, Daud sungguh-sungguh memohon kepada Tuhan agar anaknya disembuhkan. Daud berpuasa kurang lebih selama tujuh hari lamanya. Ternyata Tuhan tidak mengabulkan permohonan Daud. Anak tersebut meninggal. Daud pun berhenti berpuasa. Daud tidak bersungut-sungut kepada Tuhan. Daud tetap sujud menyembah Tuhan. Daud tetap memuliakan Tuhan. Selanjutnya Batsyeba hamil kembali dan melahirkan Salomo. Daud sangat mengasihi Salomo.

Saat kita menghadapi penyakit yang musatahil disembuhkan melalui pengobatan medis, puasa dapat dilakukan. Dengan berpuasa, kita sungguh-sungguh memohon belas kasihan kepada Tuhan yang mampu menyembuhkan . Dengan berpuasa, kita tidak hanya mengharapkan mukjizat kesembuhan dari-Nya. Namun dengan berpuasa, iman kita juga didewasakan. Apabila Tuhan tidak mnyembuhkan, Kita akan tetap memuliakan Tuhan. Sekali pun akhirnya orang orang yang kita doakan meninggal dunia, kita akan tetap mnyembah dan mengagungkan Tuhan yang memiliki kehidupan. Kita tetap percaya bahwa rencana Tuhan pasti indah. Sebagaimana Daud yang dianugerahi anak bernama Salomo yang Kelak menjadi Raja yang sangat terkenal, demikian juga berkat dan anugerah Tuhan akan dilimpahkan sebagai pengganti kepahitan yang kita alami. Puasa mengubah kepahitan hidup menjadi berkat anugerah Tuhan.

Sebagaimana telah diuraikan di atas, tujuan eksternal puasa salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Tujuan eksternal berikutnya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan sosial. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan sosial?

Firman Tuhan melalui Nabi Yesaya mengatakan, "Berpuasa yang Kukehendaki ialah supaya Engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk supaya engkau memrdekakan orang yang teraniyaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah dan apabila engkau melihat orang telanjang supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan dri terhadap saudara sendiri" (Yes 58:6-7). Sabda Tuhan melalui nabi Yesaya tersbeut merupakan bentuk puasa yang Tuhan kehendaki.

Berpijak pada pernyataan Nabi Yesaya, kita memperoleh penjelasan bahwa puasa bukan hanya untuk mmepersiapkan diri agar tidak bercacat dan bernoda saat berjumpa Mempelai Yaitu Tuhan. Puasa bukan hanya untuk membersihkan bagian hdiup sebelah dalam/ Inwarda life. Puasa bukan hanya sekadar untuk memohon kebutuhan-kebutuhan tertentu kepada Tuhan. Namun puasa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sosial, artinya:

1. Memmbebaskan mereka yang menjadi korban ketidakadilan.

2. Melepaskan mereka yang teraniaya.

3. Memerdekakan mereka yang terikat dan menangung beban berat.

4. Memberi makanan bagi yang lapar

5. Memerhatikan dan menolong mereka yang miskin.

Puasa berkaitan dengan kebutuhan sosial atau berhubungan dengan solidaritas kita. Dengan berpuasa, kita ikut mengambil bagian untuk membantu mengentaskan kebutuhan sosial tersebut secara keselurahan. Tapi kita percaya bahwa Tuhan mampu. Dengan melakukan puasa yang terfokus atas kebutuhan sosisal tersebut, kita memohon Tuhan untuk menolong memberikan solusi terbaik.

Sebagai contoh, sejumlah orang-orang Kristen di Afrika Selatan dan Luar Afrika Selatan berdoa dan puasa agar rakyat kulit hitam yang tertindas oleh sistem apartheid dapat dibebaskan . Para pendoa dari berbagai wadah Kristen dan denomasi gereja itu bersatu untuk berdoa dan berpuasa. Mereka memohon kepada Tuhan agar membebaskan rakyat kulit Hitam di Afrika Selatan dari sistem Apartheid dihapus. Ketimpanagn sosial yang bersumber dari diskriminasi rasial ditiadakan.

Tak hanya itu, selanjutnya Nelson Mandela yang sebelumnya dipenjara selama 27 tahun oleh rezim apartheidjuga ikut dibebaskan. Demokrasi Afrika Selatan. Lewat kepemimpinan-Nya, terjadi rekonsiliasi anatar semua elemen masyarakat.

Melalui doa puasa, komunitas kulit hitam di Afrika Selatan yang tertindas dan terbelenggu oleh ketidakadilan sistem Apartheid dan kemiskinan dapat menggalami pembebasan. Kebutuhan sosial sebagaimana tertulis dalam Yesaya 58:6-7 terpenuhi. Rakyat Afrika Selatan hidup dengan damai. Diskriminasi ras ditiadakan. Kemiskinan dupayakan untuk diatasi. Doa puasa telah menghasilkan perubahan dan pembaharuan yang cukup berarti di Afrika Selatan.

 
Hal-Hal Penting yang Perlu Diperhatikan dalam Puasa


BERPUASA Sudah tidak asing algi bagi umat Tuhan. Banyak gereja-gereja atau wadah-wadah umat Kristen yang melaksanakan puasa. Bahkan ada yang berpausa rutin dua kali seminggu seperti layaknya yangd ilakukan oleh orang Farisi. Sekali pun puasa sudah dikenal secara umum, bebrapa hal ini penting untuk diketahui dan diperhatikan umat Kristen.

1. Puasa merupakan kegiatan dimana kita menghindari makan dan minum.
Ada juga orang yang berpuasa yang dengan tidak makan, masih tetap minum entah air putih atau juice buah. Namun jika kita mmerhatikan kebiasaan puasa Alkitab, puasa umumnya dilakukan tanpa makan dan minum sama sekali(Est 4:16).

Jadi, dengan berpijak pada ajaran Kitab suci tersebut, kita perlu melaksanakan puasa tanpa makan dan minum sama sekali. Dengan tidak makan dan minum, artinya kita sedang belajar menaklukan nafsu makan. Jika satu nafsu mmapu ditaklukan maka nafsu-nafsu yang lain pun akan dapat ditaklukan juga.

Meski demikian, kita tetap wajib menyadari sejauh mana kapasitas tubuh kita dalam berpuasa. Apabila kita memang hanya mampu berpuasa selama setengah hari, puasa kita hendaknya cukup dilakukan setengah hari saja. Puasa bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan kerena adanya paksaan. Puasa hendaknya dilakukan dengan kerelaan dan kesadaran.

2. Menghindari penonjolan diri (self display. Yesus mengajarkan apabila kita berpuasa, puasa kita jangan dilihat atau diketahui oleh orang lain (Mat 6:17-18). Puasa hendaknya dilakukan secara dima-diam. Bapa Surgawilah yang melihat dan mengetahui puasa kita. Sebagaimana diuraikan di depan, puasa berkaitan dengan Inward appearance. Puasa berkaitan dengan hati dan pikiran kita.

3. Menghidarkan kesibukan

Kegiatan puasa acap kali disertai berbagai macam kesibukan. Dengan terlibat dalam kesibukan, waktu puasa menjadi tidak tersa. Puasa setengah hari misalnya akan cepat berakhir

Harus diakui bhawa berpuasa bukan berarti tidak dapat melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan keperluan kita. Sah-sah saja jika saat berpuasa kita juga masih melakukan bebrapa kesibukan. Namun kita perlu kembali bercermin pada Alkitab. Nabi Yesaya mengatakan, "Sesungguhnya pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu" (Yes 58:3). Tuhan tidak menghendaki kita melakukan puasa sambil tetap sibuk dengan urusan kita sehari-hari.

Sebaliknya saat berpuasa kita hendaknya memberikan waktu kita untuk berdoa, membaca Firman-Nya dan mengagungkan-Nya. Sekalipun kita masih diizinkan mengurus bebrapa kepentingan pekerjaan kita tapi prioritas utama harus kita fokuskan kepada Tuhan. Doa, firman dan pujian penyembahan wajib menjadi prioritas puasa kita. Sebab itu apabila kita mengambil waktu berpuasa carilah waktu yang tepat tanpa terlibat dalam kesibukan atau interupsi.

4. Membaca Firman Tuhan, pengakuan dosa dan penyembahan. Jika memrhatikan puasa yang dilakukan Nehemia, kita mendapati bahwa Nehemia dan umat Tuhan melaksanakan puasa dengan cara:
Seperempat hari membaca Kitab Suci, dan seperempat hari untuk melakukan pengakuan dosa penyembahan (Neh. 9:1-3). Saat berpuasa, mereka tidak sibuk mengurus proyek pembangunan tembok Yerusalem. Mereka benar-benar memakai satu hari tersebut untuk berpuasa.

Teladan Nehemia patut dicontoh. Kita melaksanakan puasa perlu mempersembahkan waktu kita untuk membaca Firman-Nya, mengaku kesalahan dan dosa-dosa kita serta menyembah Tuhan. Betapa indahnya puasa yang disertai dengan penyembahan.

5. Perbuatan tak berkenan harus dibereskan.
Tuhan bersabda melalui nabi Amos bahwa semua perayaan dan ibadah umat-Nya ditolak oleh Tuhan. Dalam hal ini tentunya termasuk ibadah puasa (Am. 5:21-23). Mengapa? Sebab perbuatan umat-Nya jahat dan banyak dosa menyebabkan puasa kita ditolak oleh Tuhan. Memohon ampun dan bertobat merupakan syarat utama untuk berpuasa. Segala yang tidak berkenan di hadapan Tuhan wajib dibebaskan.

6. Menghidari kesombongan serta kemunafikan. Perumpamaan Yesus mengenai orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah menyatakan mengenai kesombongan dan kerendahan hati (Luk. 18:9-14). Sekalipun orang Farisi berpuasa dua kali seminggu, Tuhan tidak menerima puasanya. Puasa orang Farisi tidak menghasilkan apa-apa. Mereka berpuasa semata-mata hanya untuk kebanggan dirinya saja.

Kita harus menghindari kesombongan atau rasa bangga saat berpuasa. Sebaliknya puasa hendaknya melatih kita untuk merendahkan diri dan menyangkali diri kita. Puasa membuat kita bukan apa-apa Hanya Tuhan yang kita agungkan dan muliakan. Puasa menempatkan Tuhan di pusat hidup kita. Tuhan yang menguasai kita bukan ego kita. Segala bentuk kemunafikan juga patut dihindarkan (Mat. 6:16). Kemunafikan adalah ketidaksesuaian anatara outward apperance dan inward apperance. Artinya, apa yang ada di luar hidup kita tidak sama dengan apa yang ada dalam hidup kita. Terdapat perbedaan antara ucapan dan perbuatan kita. Kemunafikan juga sama dengan kepura-puraan. Yesus menegur keras orang Farisi karena kemunafikan mereka. Kemunafikan menyebabkan puasa yang mereka lakukan sia-sia. Puasa wajib melenyapkan perilaku kemubafikan.

7. Menghadapi cobaan Iblis Saat berpuasa, kita akan emnghadapi godaan iblis. Yesus juga menghadapi cobaan Iblis saat berpuasa empat pulu hari (Mat. 4:1-2). Namun puasa Yesus tidak batal, bahkan Iblis dikalahkan. Apabila Yesus saja digoda Iblis saat berpuasa, tentunya kita pun akan menghadapinya. Kita tidak boleh takut, undur, dan membatalkan puasa. Kita harus percaya bahwa cobaan Iblis tidak akan menghancurkan kita. Sebaliknya, Iblis akan dikalahkan dalam puasa kita. Dengan melatih diri berpuasa, kita tidak akan mengalami kesulitan dalam mengalahkan godaan Iblis.

8 Lama berpuasa Berapa lama kita berpuasa? Alkitab sendiri tidak mutlak menetapkan Waktu atau berapa jam lamanya kita harus berpuasa. Alkitab justru menyampaikan berbagai ragam lamanya berpuasa.

Nehemia dan umat Tuhan berpuasa mungkin selama satu hari. Seperempat hari dipergunakan untuk membaca Kitab Suci. Sepermpat hari berikutnya dipakai untuk pengakuan dosa dan penyembahan. Sisa hari ebrikutnya dipergunakan untuk menyampaikan pesan Firman Tuhan (Neh. 9:1-4).

b. DAUD berpuasa selama satu hari.Dari matahari terbit sampai terbenam (2 Sam. 3:35)

c. Ester dan umat Yahudi berpuasa selama tiga hari-tidak makan dan tidak minum (Est. 4:15-17). Ester dan Umat Yahudi menghadapi ancaman pemusnahan yang sangat mengerikan. Lewat Puasa, Ester dapat menjawab tantangan itu. Saat menghadap Raja, Ester dapat diterima raja dan memperoleh belas kasihannya. Hasilnya raja membela Ester dan umat Yahudi

d. Penduduk yabesh-Gilead berpuasa selama tujuh hari.Mereka berpuasa atas kematian raja Saul (1. Sam. 31:13).

e. Elia berjalan ke Horeb selama empat puluh hari tanpa amkan (Puasa).ia hanya makan roti dan minum air yang diberikan malaikat saat Elia berbaring di bawah pohon arar (1. Raja 19:5-7). Yesus juga berpuasa selama empat puluh hari (Mat. 4:2).

Alkitab menunjukkan bahwa ada berbagai macam lamanya waktu berpuasa. Ada yang dilakukan satu hari, tiga hari, tujuh hari, dan empat puluh hari. Dalam berpuasa, yang utama bukan lamanya, tapi hati dan pikiran yang sungguh-sungguh dipersembahkan kepada Tuhan. Kini, kita dapat berpuasa selama setengah hari, dan setersunya. Lama kita berpuasa tergantung dari beban hati kita untuk melakukannya. tergantung dari kerinduan kita dan juga tergantung dari kemmapuan fisik kita untuk berpuasa karena terpaksa. Jangan pula berpuasa karena diperintah seseorang atau berpuasa hanya ikut-ikutan orang lain yang juga berpuasa. Waktu puasa atau lamanya puasa tergantung dari keputusan dari keputusan diri kita sendiri.

9. Peserta Puasa

Siapa yang dapat berpuasa? Apakah anak-anak boleh berpuasa?ataukah orang Dewasa saja? Untuk menjawab hal ini, kita perlu menengok sejenak di kitab Yoel, kita mendapat penjelasan mengenai para peserta yang ikut berpuasa. Kitab Yoel menyatakan bhwa mereka yang ikut puasa adalah "orang tua, anak-anak yang menyusu, pengantin, imam-imam dan pelayan-pelayan Tuhan" (Yl 2:16-17). Artinya, semua lapisan masyarakat boleh ikut melaksanakan puasa. Barangkali di zaman sekarang, kita tidak pernah mendengar bayi-bayi yang masih menyusu ikut berpuasa. Hal itu memnag terdengar cukup ekstrem. Namun apa yang diperintahkan oleh sabda Tuhan harus dilaksanakan.

Demikian pula dalam kisah penghukuman Tuhan atas Niniwe. Raja memerintahkan semua rakyatnya berpuasa. Mereka yang ikut berpuasa di kota Niniwe meliputi manusia , ternak lembu, sapi, kambing, domba" (Yun 3:7). Bahkan semua jenis ternak ikut berpuasa, artinya ternak-ternak tersebut tidak diberi makan atau minum. Puasa yang dilaksanakan di kota Niniwe kedengarannya juga ekstrem karena meliputi hewan-hewan.

Dengan memrhatikan peserta puasa sebagaimana yang dikemukakan Alkitab, peserta puasa bisa meliputi siapa saja. Semua orang yang memahami arti puasa dapat emngikutinya. Hanya saja, mungkin cara melakukan puasa itu tetap harus diperhatikan. Misalnya, ada anak-anak kecil yang ikut puasa, anak-anak tersebut perlu terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai arti puasa dan cara berpuasa. Perlu diperhatikan pula kondisi fisik anak-anak kecil tersebut.

Sebuah jemaat yang menetapkan satu kegiatan puasa dapat mengikutsertakan semua lapisan anggotanya mulai dari yang lanjut usia sampai anak-anak kecil. Tentu hal ini juga tergantungt dari kebijaksanaan pemimpin setempat. apabila dipertimbangkan puasa cukup berlaku bagi orang dewasa saja, puasa dapat diberlakukan hanya kepada orang Dewasa

Demikian hal-hal penting yang perlu diperhatikan bagi mereka yang mau berpuasa. Melalui pemahaman puasa sebagaimana yang telah diuraikan, diharapkan kita dapat melaksanakan puasa sebaik-baiknya. Ingatlah kata-kata Tuhan Yesus Kristus, "Apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktunya itulah mereka akan berpuasa" (Mat. 9:15). Kini mepelai pria yaitu Tuhan Yesus Kristus sudah kembali ke Surga. Sesuai janji-Nya, Yesus akan datang kembali ke dunia. Pada masa antara kembali ke Surga dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya, Yesus memerinyahkan kepada semua orang-orang percaya untuk berpuasa. Berarti berpuasa adalah menaati perintah Tuhan. Kita wajib menaati kehendak-Nya. Tetapkanlah waktu tertentu dalam hidup Anda untuk berpuasa. Berpuasalah secara rutin dan konsisiten. Anda pasti akan mengalami kuasa Tuhan dalam hidup Anda sehari-hari.

******​
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.