roughtorer
IndoForum Senior A
- No. Urut
- 44416
- Sejak
- 24 Mei 2008
- Pesan
- 6.755
- Nilai reaksi
- 174
- Poin
- 63
Perilaku orangtua yang "mabuk" belanja, menurut Yati Lubis, staf pengajar di Fakultas Psikologi UI, dapat menjadi kebiasaan yang ditangkap anak-anak bahwa membeli sesuatu itu ternyata gampang sekali. "Mereka juga belajar bahwa membelanjakan uang itu ternyata mudah," ujar Yati.
Bila si ibu atau ayah tanpa perhitungan juga banyak berbelanja untuk kebutuhan anak, bahkan barang yang sebenarnya tak dibutuhkan ada di depan mata, si kecil akan belajar untuk tak menunda keinginannya, dia belajar untuk memperoleh apa pun dengan cara gampang. "Padahal, untuk mendapatkan sesuatu, anak perlu diajarkan juga dengan apa yang disebut usaha."
Akibat yang lebih serius, ujar Yati, bila anak terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi kemudian tiba-tiba kondisi orangtuanya menurun sehingga semua kemudahan itu hilang secara cepat, anak mudah rewel dan mengamuk. Apalagi, kalau anak belum bisa diajak ngomong soal kondisi orangtua.
Belum lagi kalau anak merasa terganggu dengan pertengkaran orangtuanya soal ayah atau ibunya yang "mabuk" belanja. "Dia akan tumbuh dalam suasana yang diliputi oleh perselisihan. Ini tentu tak baik untuk perkembangan jiwa anak," tutur Yati.
Sebaliknya, bila sejak kecil anak sudah melihat bagaimana bapak-ibunya bisa mengelola uang, berbelanja dengan smart, tak mudah baginya kelak untuk tergiur membeli barang-barang yang tak perlu. "Kalau ayah-ibu tahu cara berbelanja yang benar, mereka tak akan memberi kesempatan pada anaknya kelak menjadi anak pemboros dan shopaholic." Si kecil juga tak akan ikut-ikutan, misalnya, minta dibelikan sepatu baru gara-gara melihat temannya pakai sepatu baru. Kecuali bila sepatu lamanya memang sudah tak layak pakai.