Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 41.713
- Nilai reaksi
- 23
- Poin
- 0
Irma Grese, Monster Jelita Penjaga Kamp Konsentrasi Nazi Jerman
Seperti dijelaskan Felicia Morris dalam Beatiful Monsters (2011) Grese mungkin belajar banyak tentang Nazi melalui ayahnya yg merupakan seorang anggota Partai Nazi pada 1937, tetapi dia bukan seorang fanatik. Tindakan ibunya, Berta, yg kemungkinan akbar menciptakan Grese menyeburkan dirinya dalam program Pemuda Hitler. Berta terbebani oleh masalah kehidupannya termasuk perselingkuhan suaminya, sehingga ia bunuh diri dengan meminum sebotol asal klorida.
Grese & ayahnya menyaksikan tragedi tersebut. Saat itu, Grese baru berusia dua belas tahun. Masalah traumatik itulah yg kemungkinan akbar membentuk dirinya jadi pribadi yg sadis kelak.
Irma punya kedudukan lebih di mata Nazi. Pasalnya ia berasal dari keluarga peternak. Rezim Nazi menjunjung tinggi semua pemuda terlebih yg berasal dari pedesaan karena hubungan mereka dengan tanah, yg dipandang Nazi sebagai entitas suci.
Pada usia empat belas tahun, Irma meninggalkan sekolah dasar untuk alasan yg tak jelas. Entah bagaimana, pada 1939, ia kemudian jadi seorang asisten perawat di bawah Konsultan Senior Panti Jompo & Rumah Sakit SS, Profesor Karl Gebhardt di Hohenclychen.
Namun Grese tampaknya tidak terlalu pandai merawat pasien. Sehingga setelah dua tahun bekerja sebagai asisten perawat, ia dirujuk ke Ravensbruck, sebuah kamp konsentrasi yg terletak di Jerman Utara, di mana ia akhirnya menemukan jati dirinya sebagai SS-Aufseherin atau pengawas kamp.
Grese jadi penjaga wanita paling kejam yg kerap mengerjakan tindakan tak manusiawi. Kejahatan Grese bermula dengan pelatihan berlebihan atau pemukulan kepada narapidana.
Pada Maret 1943, ia dipindahkan ke kamp konsentrasi terkenal Auschwitz. Mulanya ia bekerja sebagai operator telepon, tak lama kemudian ia dipromosikan sebagai penjaga kamp yg jabatannya lebih tinggi.
Melalui pekerjaan ini dia mendapatkan reputasinya yg terkenal, jadi orang yg ditakuti sekaligus dibenci di dalam kamp Nazi. Olga Lengyel, seorang tahanan Hongaria di Auschwitz-Birkenaui menyebutnya sebagai wanita bercambuk.
"Ketia dia berjalan melewati kamp dengan cambuk di tangannya, tercium bau parfum murahan. Cambuk plastik jadi ciri khasnya, khususnya bagi para narapidana yg menyaksikan (atau korban) cambukan yg menyengat. Penjaga kamp akan memukuli & menyiksa para narapidana yg sudah lemah," mengatakan Lengyel seperti ditulis Daniel Brown dalam The Beautiful Beast (2004).
Kemarin 21:01