Namaste,
Ada yang perlu saya sampaikan dan tekankan.
Pertama, mengenai kurban makhluk hidup. Sang Buddha sangat tidak menyetujui adanya upacara kurban maklhuk hidup. Tidak ada sama sekali dampak spiritual dalam upacara kurban makhluk hidup. Yang ada hanyalah dampak psikologi sementara berupa kepuasan karena telah memenuhi sebuah peraturan tertentu atau suatu bentuk balas budi. Dalam Kutadanta Sutta, Digha Nikaya 5 kita bisa melihat bagaimana Sang Buddha menjelaskan mengenai upacara kurban besar yang sesungguhnya, yaitu dimana tidak ada kurban berupa kehancuran hidup suatu makhluk.
"Brahmana, dalam pelaksanaan upacara tidak ada sapi, kambing, unggas, babi yang dibunuh atau tidak ada makhluk hidup mana pun yang dibunuh. Tidak ada pohon yang ditebang untuk dijadikan tiang, tidak ada rumput 'Dabba' yang disabit dan diletakkan di sekeliling tiang. Para pekerja dan pembantu atau pekerja yang bekerja, tidak ada yang diancam dengan cambuk atau tongkat, sehingga tidak ada tangisan maupun air mata bercucuran di wajah mereka. Siapa yang ingin membantu, ia bekerja; ia yang tidak mau membantu, tidak bekerja. Setiap orang melakukan sesuai apa yang ia inginkan; melakukan atau tidak melakukan. Upacara dilaksanakan dengan hanya menggunakan ghee, minyak, mentega, susu, madu dan gula.”
Kedua, mengenai berpergian ke diskotik. Kita tahu bahwa mayoritas diskotik merupakan tempat hiburan dan dibuka pada malam hari. Dalam Sigalovada Sutta, Digha Nikaya 31. Sang Buddha menasihati dan memberikan penjelasan mengenai dampak-dampak dari kegemaran mengejar tempat-tempat hiburan di malam hari.
"Dan apakah enam saluran yang memboroskan kekayaan itu? O putra kepala keluarga, gemar minum-minuman yang memabukkan, sering berkeliaran di jalan jalan pada saat yang tidak pantas, mengejar tempat-tempat hiburan, gemar berjudi, bergaul dengan teman-teman jahat dan kebiasaan menganggur (malas) adalah enam saluran yang memboroskan kekayaan."
"O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan jalan pada saat yang tidak pantas (vikala visikhacariyanuyoga), yaitu : dirinya sendiri tidak terjaga (agutta) dan tidak terlindung (arakkhita), anak istrinya tidak terjaga dan tidak terlindung, harta kekayaannya tidak terjaga dan terlindung, juga ia dapat dituduh sebagai pelaku kejahatan-kejahatan (yang belum terbukti), menjadi sasaran desas-desus palsu, ia akan menjumpai banyak kesulitan. Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat sering berkeliaran di jalan-jalan pada saat yang tidak pantas."
"O putra kepala keluarga, terdapat enam bahaya akibat mengejar tempat-tempat hiburan (samajjabhicarane) : (Ia selalu berpikir) di manakah ada tari-tarian? Di manakah ada nyanyi-nyanyian? Di manakah ada pertunjukan musik? Di manakah ada pembacaan deklamasi? Di manakah ada permainan tambur? Di manakah ada permainan genderang? Inilah, O putra kepala keluarga, enam bahaya akibat mengejar tempat-tempat hiburan."
Demikian