6. "Apakah berhentinya nafsu itu nibbana?"
"Ya, O Baginda. Semua makhluk yang tolol memanjakan diri dalam
kenikmatan
indera dan obyeknya; mereka menemukan kesenangan di dalamnya
dan melekat
padanya. Oleh karena itu mereka terhanyut oleh arus nafsu dan
tidak terbebas
dari kelahiran dan kematian. Siswa yang bijaksana tidak
menyenangi
kenikmatan indera dan obyeknya. Dan di dalam dirinya
nafsu keinginan berhenti, kemelekatan berhenti, dumadi
berhenti, kelahiran
berhenti, usia tua, kematian, kesengsaraan, ratapan,
penderitaan dan
keputusasaan berhenti dan tidak ada lagi hal itu. Dengan begitu
berhentinya
nafsu adalah nibbana."
7. "Apakah semua orang mencapai nibbana?"
"Tidak semuanya, O Baginda; tetapi siapapun yang bertingkah
laku dengan
benar, mengetahui apa yang seharusnya diketahui, mencerap apa
yang
seharusnya dicerap, meninggalkan apa yang seharusnya
ditinggalkan,
mengembangkan apa yang seharusnya dikembangkan dan menyadari
apa yang
seharusnya disadari; ia mencapai nibbana."
8. "Dapatkah orang yang belum mencapai nibbana mengetahui bahwa
nibbana
benar-benar membahagiakan?"
"Ya tentu saja, O Baginda. Seperti halnya orang yang belum
pernah merasakan
tangan dan kakinya putus dipotong dapat mengetahui betapa
sakitnya kondisi
itu karena mendengar jeritan kesakitan orang yang kehilangan
anggota
badannya; demikian .juga orang yang belum pernah mencapai
nibbana mengetahui
betapa membahagiakannya kondisi itu karena
mendengar kata-kata yang penuh sukacita dari mereka yang telah
mencapainya."
65. Yang Tanpa Sebab
"Bhante Nagasena, terdapat hal-hal di dunia ini yang menjadi ada karena
kamma, ada yang merupakan hasil dari suatu sebab, dan ada yang dihasilkan
oleh musim. Beritahukan padaku, apakah ada yang tidak masuk di dalam tiga
kategori itu?"
"Ada dua hal, O Baginda; ruang dan nibbana."
"Bhante Nagasena, janganlah mengubah kata-kata Sang Penakluk, atau menjawab
pertanyaan tanpa mengetahui apa yang Bhante katakan!"
"Apa yang telah saya katakan, O Baginda, sehingga Baginda berkata demikian?"
"Yang Mulia, memang betul apa yang Bhante katakan tentang ruang. Tetapi
dengan ratusan alasan Sang Buddha menyatakan pada muridnya cara menuju
perwujudan nibbana. Dan Bhante mengatakan bahwa nibbana bukanlah hasil dari
suatu sebab.
"Memang benar, O raja, dengan banyak cara Sang Buddha
menunjukkan jalan bagi perwujudan nibbana, tetapi Beliau tidak menunjukkan
sebab bagi timbulnya nibbana."
"Di sini, Bhante Nagasena, kami melangkah dari kegelapan menuju ke kegelapan
yang lebih besar; dari ketidakpastian menuju ke kebingungan total.
Jika ada ayah dari seorang anak, maka kami akan mengharapkan
dapat menemukan ayah dari sang ayah. Demikian juga, jika ada penyebab bagi
perwujudan nibbana maka kami mengharapkan dapat menemukan penyebab bagi
timbulnya nibbana itu."
"Nibbana, O Raja, tidak dibangun, dan karenanya tidak ada sebab yang dapat
ditunjuk bagi pembuatannya. Tidak dapat dikatakan bahwa nibbana itu telah
timbul atau dapat timbul; bahwa nibbana itu adalah masa lalu, masa kini atau
masa depan; atau dapat dikenali dengan mata, telinga, hidung, lidah atau
tubuh."
"Kalau begitu, Yang Mulia Nagasena, nibbana adalah kondisi yang tidak ada!"
"Nibbana itu ada, O Baginda, dan dapat dikenali lewat pikiran.
Seorang siswa Arya yang pikirannya murni, mulia, tulus, tidak terhalang, dan
bebas dari kemelekatan dapat mencapai nibbana."
"Kalau begitu, jelaskanlah dengan perumpamaan apa nibbana itu."
"Apakah ada sesuatu yang disebut angin?"
"Ya, ada."
"Kalau begitu, jelaskanlah dengan perumpamaan apa angin itu."
"Tidaklah mungkin dapat menjelaskan apa angin itu dengan menggunakan
perumpamaan. Tetapi angin itu ada."
"Demikian juga, O Baginda, nibbana itu ada tetapi tidak mungkin digambarkan."
66. Cara-cara Menghasilkan
"Apa saja yang dilahirkan oleh kamma, apa yang dilahirkan oleh sebab, dan
apa yang dilahirkan oleh musim? Dan apa yang bukan semua ini?"
"Semua makhluk, 0 Baginda, dilahirkan oleh kamma. Api, dan semua yang
bertumbuh dari biji, dilahirkan oleh sebab. Tanah, air dan angin dilahirkan
oleh musim. Sedangkan ruang dan nibbana itu ada, tetapi tidak tergantung
dari kamma, sebab dan musim. Tentang nibbana, tidak dapat dikatakan dapat
dikenali oleh panca indera, tetapi dapat dipahami oleh
batin. Seorang murid yang batinnya murni, dan bebas dari rintangan dapat
mencerap nibbana."