roughtorer
IndoForum Senior A
- No. Urut
- 44416
- Sejak
- 24 Mei 2008
- Pesan
- 6.755
- Nilai reaksi
- 174
- Poin
- 63
Jenazah Imam Samudra, terdakwa mati kasus Bom Bali I telah dimakamkan, Minggu, sekitar pukul 10.00 WIB disamping makam ayahnya Sihabuddin di pemakaman kramat Lopang Gede, kelurahan Lopang, Kota Serang, Banten. Pemakaman, dihadiri ribuan warga dan simpatisan yang penasaran ingin menyaksikan langsung prosesi pemakaman tersebut.
Seperti diketahui, tiga terpidana mati Bom Bali I telah menjalani eksekusi pada Minggu dini hari. Prosesi eksekusi Amrozi dan kawan-kawan dimulai Sabtu malam, sekitar pukul 23.00 WIB, yang diawali dengan penjemputan dari sel isolasi di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Nusakambangan hingga menghembuskan napas terakhirnya di hadapan tiga regu tembak dari Polda Jawa Tengah.
Kejaksaan Agung melalui Kepala Pusat Penerangan Hukum, Jasman Pandjaitan, secara resmi menyatakan, Amrozi dan kawan-kawan telah dieksekusi dengan cara ditembak, Minggu dini hari, pukul 00.15 WIB.
"Sekitar 00.15 WIB, terpidana mati Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas, telah dieksekusi dengan cara ditembak," kata Jasman Pandjaitan di Jakarta, Minggu dinihari.
Permintaan Imam Samudra, untuk kain kafan berharga murah, sudah dipenuhi Kejaksaan Agung. Sumber di Kejagung, menyebutkan permintaan kain kafan oleh Imam Samudra itu, sudah dipenuhi.
TANPA PENUTUP MATA
Jasman Panjaitan mengatakan, ketiga terpidana mati pelaku Bom Bali I, Amrozi, Imam Samudera, dan Ali Ghufron, tidak melakukan perlawanan saat menjalani proses eksekusi.
"Tidak ada perlawanan. Mereka sangat kooperatif," kata Jasman dalam jumpa pers di Kejagung di Jakarta, Minggu.
Jasman memaparkan, eksekusi yang dilakukan pada pukul 00.15 WIB itu dilaksanakan oleh tim penembak dari satuan Brimob disaksikan oleh jaksa eksekutor, rohaniawan, dan tim dokter dari Dinas Kesehatan Cilacap.
Lokasi eksekusi adalah di Lembah Nirbaya yang terletak sekitar dua kilometer dari LP Batu Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ia juga mengatakan, setiap terpidana ditembak dengan satu peluru yang bersarang di dada bagian kiri atas.
Menurut tim dokter, para terpidana langsung meninggal beberapa saat setelah peluru mengenai sasaran.
Selain itu, ujar dia, ketiga terpidana juga tidak ditutup dengan kain penutup mata karena diminta sendiri oleh ketiganya. "Atas permintaan ketiga terpidana, tidak dilakukan penutupan mata. Mereka tidak menyampaikan alasannya," katanya.
Ketiganya tidak menyampaikan pesan khusus sebelum eksekusi. "Mereka tidak menyampaikan keterangan atau pesan apa pun," kata Jasman dalam jumpa pers di Kejagung di Jakarta, Minggu.
Berikut kronologis eksekusi :
Sabtu (8/11/2008) 23.15 WIB
Para petugas yaitu jaksa selaku eksekutor, polisi, rohaniawan, dan dokter menjemput ketiga terpidana untuk dibawa ke tempat pelaksanaan eksekusi, yaitu Lembah Nirbaya yang berjarak sejauh dua kilometer dari LP Batu Nusakambangan.
Minggu (9/11/2008) 00.15 WIB
Ketiga terpidana mati dieksekusi dengan cara ditembak oleh regu tembak dari satuan Brimob Polri dan disaksikan oleh jaksa selaku eksekutor, rohaniawan, dan tim dokter. Kemudian, tim dokter memeriksa dan menyatakan ketiga terpidana telah meninggal.
Minggu 01.00 WIB
Jenazah ketiga terpidana dibawa ke Poliklinik LP Batu Nusakambangan untuk diotopsi dan dijahit luka tembak para terpidana. Kemudian, jenazah ketiganya dimandikan oleh pihak keluarga Amrozi dan dikafankan dengan kain kafan yang disiapkan pihak keluarga.
Minggu 05.45 WIB
Jenazah ketiga terpidana diserahterimakan oleh jaksa eksekutor kepada komandan pilot helikopter yang akan mengantar jenazah kepada pihak keluarga masing-masing.
Minggu 06.00 WIB
Tiga unit helikopter, yang terdiri atas satu unit membawa jenazah Imam Samudera ke Serang, Banten, dan dua unit lainnya membawa jenazah Amrozi dan Ali Ghufron ke Lamongan, Jawa Timur.
Minggu 08.30 WIB
Helikopter yang membawa jenazah Imam Samudera tiba di Mapolda Banten dan kemudian diserahterimakan oleh Asisten Tindak Pidana Umum Kejaksaan Tinggi Banten kepada pihak keluarga yang diwakili Agus Setiawan untuk selanjutnya dishalatkan dan dimakamkan.
Minggu 08.55 WIB
Dua helikopter yang membawa jenazah Amrozi dan Ali Ghufron tiba di Lamongan dan kemudian diserahterimakan oleh Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Lamongan kepada pihak keluarga yang diwakili M Khosid untuk selanjutnya dishalatkan dan dimakamkan.
Prosesi Pemakaman
Dalam prosesi pemakaman, jenazah Imam Samudra setelah di-shalat-kan di Masjid Al Manar ternyata tidak dibawa ke rumah Ibunya Embay Badriah tetapi langsung dibawa menuju tempat peristirahatan terakhirnya di pemakaman Lopang Gede.
Ribuan warga sambil meneriakkan "Allahu Akbar" ikut mengantar jenazah. Mereka tampak antusias melihat proses pemakaman, bahkan ada warga yang naik keatas pohon untuk sekedar melihat saat jenazah dikuburkan. Tampak juga kakak dan adik Imam Samudra, Lulu Djamaludin dan Dedi.
Pihak keluarga tidak satupun yang menangisi kematian Imam Samudra karena almarhum melalui wasiatnya melarang keluarganya menangis.
Pelayat yang memadati tempat pemakaman itu ada juga dari sejumlah organisasi Islam, seperti Laskar FPI, FUI, MMI, Ansharat-Tauhid dan sejumlah ormasi Islam lainnya mengawal jenazah dari Mesjid Al-manar tempat jenazah dishalatkan hingga ke pemakaman.
Jenazah Imam Samudra dikuburkan tidak menggunakan peti, tetapi dikubur seperti biasa dengan menggunakan keranda yang digotong oleh keluarga dan warga setempat dari Masjid Al Manar menuju tempat pemakaman yang berjarak kurang lebih 300 meter.
Pihak keluarga mengatakan sudah mengikhlaskan dan merelakan kematian Imam Samudera. "Mungkin Imam Samudera mati dalam keadaan syahid," katanya. Sejauh ini, keluarga tidak menangisi karena sebelumnya Kang Azis minta keluarga jangan menangis. Menurut dia, Imam Samudera pernah berwasiat agar masyarakat Banten tetap berpegang teguh terhadap Al-Quran dan Al-hadits. Selain itu, moralitas masyarakat Banten harus Islami.
Lulu Jamaluddin, adik kandung Imam Samudera, mengatakan, pihak keluarga sudah ikhlas menerima kematian karena semua orang pasti akan mengalami kematian. Tetapi, pihak keluarga tidak menerima kematian dengan cara seperti itu. Sebab, hak-hak keluarga sudah dirampas dengan tidak bisa ketemu Imam Samudera juga soal pengajuan Peninjaun Kembali (PK) tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, pihaknya akan tetap menuntut secara hukum. "Saya tetap bersama TPM akan menuntut pemerintah yang telah mengeksekusi Imam Samudera," ujarnya.
Ketua RW 01 Kp Lopang Gede, Kelurahan Lopang, H Rosyadi mengatakan, hingga tiga hari kedepan, puluhan petugas keamanan dari warga sekitar atau Pam Swakarsa tetap akan disiagakan untuk mengamankan atau mengawal para tamu yang akan berkunjung (ta’ziah) ke makama ataupun ke rumah keluarga Imam Samudera.
Jenazah Amrozi Dijaga Ketat
Jenazah Amrozi dan Ali Gufron alias Muklas tiba di rumah ibundanya, Ny.Tariyem, Minggu (9/11) pagi sekitar pukul 09.30 WIB setelah dievakuasi dari Cilacap dengan menggunakan dua pesawat helikopter milik Polri.
Dua pesawat mendarat di tanah lapang Desa Bulubangsri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Kemudian, dua jenazah itu diangkut dengan mobil ambulans menuju rumah duka di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro.
Jenazah Amrozi dan Ali Gufron alias Muklas dijaga ketat oleh petugas keamanan sejak diturunkan dari dua pesawat helikopter yang mendarat di tanah lapang di Desa Bulubangsri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Minggu (9/11) sekitar pukul 09.30 WIB.
Setelah pilot mematikan mesin pesawat, dua mobil ambulans langsung merapat untuk memindahkan dan mengangkut jenazah pelaku bom Bali I tersebut. Satu mobil ambulans bernopol S-9996-TA milik Puskesmas Tikung membawa jasad Amrozi dan ambulans lainnya milik Puskesmas Keliling membawa jasad adik Amrozi, Muklas.
Penjagaan ketat tidak saja oleh 900 personel polisi, tetapi juga oleh para santri pondok pesantren Al Islam Desa Tenggulun. Tampak di antara pengiring jenazah sejak dari lokasi mendaratnya pesawat heli hingga rumah duka, Bupati Lamongan Masfuk dan Kapolres Lamongan, AKBP Ahmad Suyuti.
Sekitar 15 meter selum tiba di rumah Ny.Tariyem, ibunda Amrozi dan Muklas, mobil ambulans dan para pengantar berhenti sejenak untuk mendengarkan kata sambutan dari M.Chozin, kakak Amrozi, selaku wakil dari keluarga.
Dalam sambutannya, Chozin meminta para petakziah senantiasa bersikap tenang dan tertib, baik sebelum maupun setelah prosesi pemakaman.
Sementara itu, pekerjaan penggalian kubur untuk kedua jasad kakak beradik itu yang dilakukan sejak pukul 07.00 WIB telah rampung dan dinyatakan siap digunakan. Lokasi pemakaman berada di sebidang tanah milik M.Chozin berhadapan dengan tempat pemakaman umum Desa Tenggulun, tempat Nurhasyim, ayah Amrozi, dikebumikan tahun 2005.
Liang lahat untuk Amrozi dan Muklas sendiri berada di bawah pohon mangga yang rimbun karena di sekitar lokasi terdapat tidak kurang dari 30 pohon mangga.
Hingga Minggu pukul 10.45 WIB, jumlah pelayat mencapai lebih dari 1.000 orang. Mereka tidak saja datang dari Lamongan, tetapi juga petakziah dari kota lain di Jawa Timur, seperti Tuban, Bojonegoro dan Surabaya.
Untuk bisa melihat lebih jelas datangnya jenazah, tidak sedikit dari pelayat yang memanjat pohon dan menaiki atap rumah warga.
DIMANDIKAN DAN DIKAFANI ADIKNYA
Setelah diekseskusi jenazah ketiga terpidana mati dimandikan dan dibungkus dengan kain kafan oleh adik kandung Amrozi, Ali Fauzi.
"Adik saya (Ali Fauzi, red.) ikut memandikan dan mengafani adik kami, Ali Gufron dan Amrozi, secara resmi kami mengucapkan ’inalillahi wainailaihi rajiun’," kata M. Chozin, kakak kandung Amrozi, di Lamongan, Minggu (9/11) dini hari.
Semula, keluarga Amrozi di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, belum percaya akan kabar eksekusi tiga terpidana mati kasus Bom Bali, 12 Oktober 2002, Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra alias Abdul Azis, Sabtu (8/11) malam sekitar pukul 23.20 WIB.Namun, setelah menerima kabar dari Ali Fauzi, keluarga Ny. Tariyem, ibu kandung Amrozi, terlihat sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk penyambutan kedua jenazah tersebut.
Sesuai dengan permintaan Amrozi dan Muklas, sebagaimana disampaikan saudara kandungnya, Ali Fauzi, sebelum dimakamkan, kedua jenazah itu disalati di Masjid Baitul Mutaqien yang jaraknya sekitar 15 meter dari kediaman Ny. Tariyerem. Mereka juga minta dimakamkan di dekat makam orang tuanya, Nurhasyim di pemakaman umum desa setempat.
Pihak keluarga telah menyiapkan liang lahat untuk jasad Amrozi dan Ali Gufron alias Muklas pada sebidang tanah milik kakak Amrozi, M.Chozin, di Desa Tenggulun, sekitar 700 meter dari rumah Ny.Tariyem, ibu kandung Amrozi.
Menurut pemantauan sejak Minggu (9/11) pagi pukul 07.00 WIB sejumlah pekerja tampak menggali tanah pada lahan milik M.Chozin. Lokasi tersebut berhadapan dengan pemakaman umum Desa Tenggulun, tempat Nurhasyim, ayah Amrozi dimakamkan.
Sesuai permintaan Amrozi sebelum dieksekusi, dia minta jasadnya dikebumikan di dekat makam ayahnya yang meninggal tahun 2005. Permintaan serupa juga disampaikan Muklas.
Sejumlah warga termasuk wartawan sempat kecele ketika satu pesawat helikopter milik polisi mendarat di Desa Payaman. Begitu mesin pesawat mati, mereka mendekati pesawat dan melongok ke dalam kabin, ternyata tidak menemukan apa-apa, kecuali dua orang petugas termasuk pilot heli.
Tidak hanya warga dan wartawan, termasuk petugas medis yang langsung melarikan mobil ambulans mendekati pesawat. Begitu sigapnya para aparat yang bertugas sesuai bidangnya masing-masing, menimbulkan dugaan bagi warga bahwa para petugas sedang melakukan simulasi.
Jelang Eksekusi
Menjelang pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati Bom Bali I, kampung Imam Samudra di Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Serang, Banten, Sabtu (8/11) malam tampak mencekam.
Warga sejak pukul 20.00 Wib sudah berada di dalam rumah setelah puluhan polisi dengan senjata lengkap menutup pintu masuk kediaman Imam Samudra. Warga dan pengunjung diperiksa petugas pengamanan sehingga suasana semakin mencekam.
"Saya lebih baik berada di dalam rumah," kata Rohmat (30) warga Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Serang. Dia mengatakan, sejak sore petugas mensterilkan pengamanan ketat sehingga dirinya tidak mau keluar rumah. Apalagi, kendaraan motor dan mobil tidak diperbolehkan masuk menuju ke kediaman Imam Samudra.
Sekitar 20 orang yang kebanyakan kaum muda membacakan tasbih dan doa di depan rumah keluarga Imam Samudera di Lopang Gede, Serang, Minggu saat detik-detik menjelang pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati bom Bali. Mereka membawa poster Imam Samudera yang bertuliskan "Imam Samudera Mujahid asal Banten."
Setelah sekitar 30 menit mereka membacakan doa dan tasbih pada detik-detik pelaksanaan eksekusi, kemudian puluhan pemuda yang berasal dari Kecamatan Pontang dan Tirtayasa Serang itu, berkumpul bersama adik kandung Imam Samudera, Lulu Jamaludin di halaman rumah tetangganya sambil beberapa kali memekikan kata "Imam Samudera Mujahid" dan kalimat takbir.
Sejumlah kerabat dan tetangga keluarga Imam Samudera mulai berdatangan ke rumah ibu Imam Samudera, Embay Badriah, setelah mereka mengetahui berita pelaksanaan eksekusi. Namun demikian, mereka tidak bisa bertemu dengan ibunya Imam Samudera karena alasan sedang tidur.
Tak hanya tetangga puluhan jemaah Jaringan Islam underground (Jiun) Pontang-Tirtayasa, Serang mendatangi rumah kediaman Imam Samudera di Lopang Gede, Minggu dinihari. Para jemaaah Jiun setelah mendengar kabar Imam Samudera, Amrozi dan Muklas telah dieksekusi mereka mengucapkan takbir "Allah Akbar". Begitu pula keluarga Imam Samudera mengucapkan kalimat takbir "Allah Akbar" sambil berulang-ulang.
Para jemaaah Jiun berkumpul di depan rumah kediaman Imam Samudera sambil tak henti-hentinya mengucapkan takbir "Allah Akbar". "Semoga almarhumah Kang Azis diberikan tempat yang layak yakni surga," kata salah seorang jemaah Jiun. Menurut dia, perjuangan Imam Samudera sebagai mujahid untuk menegakan kebenaran. Oleh karena itu, sedikit pun jangan takut untuk menegakan kebenaran dan pihaknya meminta umat muslim bersatu. "Kami berdoa bagi para mujahid yang telah berjuang untuk membela Islam," katanya.
KUNJUNGI RUMAH KELUARGA AMROZI
Sementara itu sekitar 50 orang yang menamakan Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM) eks Karesidenan Surakarta, Sabtu malam, berangkat menuju Lamongan, Jatim, untuk memberi dukungan moril pada pihak keluarga terpidana mati Amrozi.
Mereka berangkat dari Kompleks Gedung Umat Islam di Jalan Kartopuran 241 A Surakarta sekitar pukul 22.50 WIB dengan menumpang sekitar 10 kendaraan roda empat dan 13 kendaraan roda dua.
Sebelum berangkat menuju rumah keluarga Amrozi di Desa Tenggulun, Kecamatan Selopuro, Lamongan, dengan menggelar spanduk di antaranya, bertulisan "Hidup Sebagai Mujahidin Mati Sebagai Mujahid."
Selain itu, "Hidup Rakyat Mataram Menolak Eksekusi Amrozi di Bumi Mataram", "Bebendu Ben Neng Bali Wae (bencana biar terjadi di Bali saja), dan Igat Sepatu Amrozi Siapa Yang Akan Menyusul Jaksa Urip."
Mereka sekali-sekali meneriakkan takbir dan diikuti rombongan lainnya. Salah seorang anggota Tim Pembela Islam (TPM) Yogyakarta, Mirzan, yang ikut rombongan tersebut mengatakan, pihaknya hanya silaturahmi memberikan dukungan secara moral terhadap keluarga Amrozi di Lamongan.
Puluhan anggota FKAM tersebut saat berangkat dengan menyerukan takbir berkali-kali untuk memberi semangat rombongan lainnya dengan menirukan takbir.
TAK PENGARUHI PONPES NGRUKI
Suasana Pondok Pesantren (Ponpes) di Ngruki, Surakarta, Sabtu malam, tak terpengaruh eksekusi terhadap terpidana mati Amrozi dkk.
Sejumlah santri di Ngruki masih terlihat berlalu-lalang di halaman ponpes pimpinan Ust Abu Bakar Ba’asyir itu. Mereka melakukan aktifitasnya seperti biasa yakni belajar. Mereka dengan santunnya, setiap berpapasan dengan santri lainya selalu mengucapkan salam dan mereka kelihatan sudah terbiasa dengan suasana tersebut.
Kegiatan doa khusus tidak terlihat tanda-tanda akan dilakukan para santri di dalam Ponpes itu, terkait dekatnya waktu pelaksanaan eksekusi terhadap Amrozi. Menurut seorang santri di Pospen Nguri, Fredy Saputra, para santri di Ngruki baru selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya.
Terkait menjelang dieksekusinya Amrozi, kata dia, tidak mempengaruhi kegiatan belajar para santri. Para santri tidak terganggu adanya berita tersebut. "Kegiatan khusus untuk mendoakan mereka tidak ada dan santri belajar seperti biasanya," katanya.
Menurut santri di Ngruki, Ustad Ba’asyir tidak ada di tempat. Ustad sedang bepergian ke Lamongan, Jawa Timur, namun mereka tidak tahu kapan perginya ustad.
Jumlah santri yang belajar di Ngruki ini sekitar 1.500 orang. Mereka belajar dari tingkat MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan tingkat Aliyah dan mualimin atau sederajat dengan SMA. Menurut salah seorang santri di Ngruki, katanya, Amrozi pernah belajar di ponpes itu, namun dia tidak sampai lulus. Ponpes Ngruki sekitar pukul 22.00 WIB terlihat ada empat santri yang berjaga di pos pintu masuk ke pondok itu. Mereka berjaga dari pukul 22.00 WIB hingga waktu salat subuh. Tugas jaga itu semua santri mendapat giliran sesuai jadwal piket.
Di Masjid Salamah di Tipes atau pusat Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) Surakarta, menolak eksekusi mati terhadap tiga terpidana bom Bali, namun suasana pada Sabtu malam sekitar pukul 22.00 WIB terlihat sepi.
Pusat kegiatan JAT di Masjid Salamah, ada 1-2 lampu yang menerangi secara samar-samar di lokasi depan masjid itu. Namun, tidak ada aktifitas seorang di lokasi itu, terkait menjelang eksekusi Amrozi.
EKSEKUSI JADIKAN AMROZI CS MARTIR
Kematian Amrozi, Ali Ghufron dan Imam Samudera, di ujung peluru regu eksekusi Polri Minggu dinihari, tidak menjadi masalah besar bagi Indonesia dalam jangka panjang kendati segelintir orang menganggap mereka "martir".
"Tewasnya Armozi cs akan menjadikan mereka "martir" bagi segelintir orang di Indonesia. Kehadiran mereka yang bersimpati pada Amrozi dkk ini tidak bisa dihapus tapi patut dirisaukan dan dikendalikan (otoritas Indonesia)," kata Indonesianias kawakan Universitas Nasional Australia (ANU), Dr.George Quinn.
Akademisi ANU yang juga penulis Buku "The Novel in Javanese" (Leiden, 1992) dan "The Learner`s Dictionary of Today`s Indonesian" (Sydney, 2001) ini mengatakan, eksistensi segelintir orang yang bersimpati pada Amrozi dkk ini tidk mungkin terkikis dari komunitas Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.
Namun, dengan keterbukaan Indonesia pada masyarakat dunia khususnya melalui pariwisata, warga dunia akan dapat langsung melihat dan berinteraksi dengan masyarakat muslim Indonesia yang umumnya moderat sehingga pandangan mereka tentang Indonesia dan muslim Indonesia akan proporsional, kata Quinn.
"Jadi yang penting adalah keterbukaan dan kesempatan untuk bertemu langsung dengan masyarakat Indonesia khususnya melalui pariwisata. Dalam hal ini ’seeing is believing’" katanya.
Ditanya mengenai perasaannya setelah mengetahui Amrozi cs dieksekusi sekitar pukul 00.15 WIB Minggu, kepala Pusat Asia Tenggara Fakultas Studi-Studi Asia ANU itu mengatakan, perasaannya bercampur antara ketidaksukaannya pada hukuman mati dan perasaan lega karena masalah Amrozi cs "sudah selesai".
"Perasaan saya bercampur karena saya pada dasarnya tidak suka pada hukuman mati tetapi saya juga merasa lega karena masalahnya sudah selesai," katanya.
Menurut George Quinn, kematian tiga "Bali bombers" (pelaku bom Bali) ini dalam waktu panjang tidak akan menjadi masalah besar bagi Indonesia.
Dua faktor yang mengurangi ancaman jaringan terorisme bagi Indonesia itu adalah keberhasilan melemahkan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) dan kesiagaan pemerintah dan Polri. "Indonesia cukup berhasil memerangi Jamaah Islamiyah dengan menangkapi para pelaku aksi kekerasan (terorisme). Kini setidaknya sudah seratus orang yang dipenjara. Artinya jaringan JI cukup mengalami kerusakan sehingga tidak lagi kuat."
"Disamping itu, pemerintah RI dan Polri juga menggelar keadaan siaga dengan aparat keamanan di daerah-daerah seperti Serang, Tenggulun, dan Bali. Pengamanan yang meningkat ini justru bagus walaupun tingkat kesiagaan yang tinggi tidak bisa dilakukan untuk selamanya. Tapi kewaspadaan perlu dilakukan terus," katanya.
Pemerintah Australia sendiri, berkeinginan untuk mengupayakan lahirnya kesepakatan internasional untuk menghapus hukuman mati setelah selesainya kasus Amrozi cs.
"Saya kira Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith ingin mengupayakan adanya persetujuan internasional untuk menghapus hukuman mati sehabis eksekusi Armozi cs ini tapi banyak pihak yang merasa Australia munafik karena pemerintah Australia pasti melawan hukuman mati bagi tiga warganya di Bali," katanya.
Dalam persoalan Amrozi cs, posisi pemerintah Australia sangat dilematis karena secara politis tidak mungkin bagi pemerintah meminta penghentian hukuman mati ketiga pelaku bom Bali 2002, katanya.
Insiden Bom Bali 2002 menewaskan 202 orang, termasuk 88 orang turis Australia.
ANCAMAN BOM DI NOVOTEL SEMARANG TAK TERBUKTI
Penyisiran yang dilakukan tim Gegana Brimob Polda Jawa Tengah tidak menemukan benda- benda yang mencurigakan sehingga Hotel Novotel Semarang dinyatakan steril dan aman.
"Hasilnya tidak ditemui hal-hal yang mencurigakan dan seluruh penghuni hotel sudah dapat kembali," kata Kapolres Semarang Timur, AKBP Benone Jesaja Louhenapessy, di Semarang, Minggu, seusai memimpin satu tim Gegana Brimob Polda Jateng melakukan penyisiran di Hotel Novotel.
Pada Minggu pukul 06.15 WIB dan pukul 06.17 WIB, pihak Novotel menerima telepon yang berisi ancaman bom. Dua ancaman via telepon yang diterima operator hotel itu adalah suara laki-laki dengan dialek Jawa. Akibat ancaman tersebut, 60 orang penghuni hotel sempat dievakuasi ke Hotel Merbabu yang letaknya berada di depan Hotel Novotel.
Penyisiran di hotel yang memiliki 10 lantai termasuk "basement hotel" itu berlangsung dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Mengenai kemungkinan adanya kaitan ancaman bom tersebut dengan pelaksanaan eksekusi terhadap tiga terpidana mati kasus bom Bali I, Amrozi dan kawan-kawan, Kapolres Semarang Timur mengatakan, hal itu masih dalam penyelidikan. Ditanya apakah akan ada penambahan pengamanan setelah adanya ancaman tersebut, Kapolres menjelaskan, sesuai Operasi Nusa Candi, seluruh personel polisi akan terus melakukan pengamanan di tempat yang menjadi konsentrasi masyarakat.
Manajer Pemasaran Hotel Novotel Semarang, Wiwied Pujiono menambahkan, terkait ancaman bom melalui telepon, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Telkom dan menyerahkan hal tersebut kepada pihak kepolisian.
"Kami telah berkoordinasi dengan pihak Telkom dan menyerahkan hal ini kepada pihak kepolisian," katanya. Wiwied mengaku tidak yakin dengan ancaman bom tersebut karena pihak hotel telah memaksimalkan pengamanan sesuai dengan standar operasi keamanan.
Setelah keadaan dinyatakan steril, seluruh penghuni kembali ke Novotel, ada di antaranya mereka yang saat dievakuasi masih mengenakan handuk.
Tidak tampak kepanikan dari penghuni hotel karena mereka merasa sudah ada standar prosedur pengamanan. Bahkan, ada beberapa penghuni hotel terutama anak-anak berfoto di depan mobil tim Gegana yang diparkir di depan pintu masuk hotel.
Hahaha, aaahhh legaaa-nya ... mudah-mudahan selanjutnya tidak terjadi apa-apa yaaa, hiks....
A surfer heads to the ocean on Kuta beach .... Bali depends on tourism, which has picked up recently since terrorist attacks on two night spots killing over 200 people.
Seperti diketahui, tiga terpidana mati Bom Bali I telah menjalani eksekusi pada Minggu dini hari. Prosesi eksekusi Amrozi dan kawan-kawan dimulai Sabtu malam, sekitar pukul 23.00 WIB, yang diawali dengan penjemputan dari sel isolasi di Lembaga Pemasyarakatan Batu, Nusakambangan hingga menghembuskan napas terakhirnya di hadapan tiga regu tembak dari Polda Jawa Tengah.
Kejaksaan Agung melalui Kepala Pusat Penerangan Hukum, Jasman Pandjaitan, secara resmi menyatakan, Amrozi dan kawan-kawan telah dieksekusi dengan cara ditembak, Minggu dini hari, pukul 00.15 WIB.
"Sekitar 00.15 WIB, terpidana mati Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas, telah dieksekusi dengan cara ditembak," kata Jasman Pandjaitan di Jakarta, Minggu dinihari.
Permintaan Imam Samudra, untuk kain kafan berharga murah, sudah dipenuhi Kejaksaan Agung. Sumber di Kejagung, menyebutkan permintaan kain kafan oleh Imam Samudra itu, sudah dipenuhi.
TANPA PENUTUP MATA
Jasman Panjaitan mengatakan, ketiga terpidana mati pelaku Bom Bali I, Amrozi, Imam Samudera, dan Ali Ghufron, tidak melakukan perlawanan saat menjalani proses eksekusi.
"Tidak ada perlawanan. Mereka sangat kooperatif," kata Jasman dalam jumpa pers di Kejagung di Jakarta, Minggu.
Jasman memaparkan, eksekusi yang dilakukan pada pukul 00.15 WIB itu dilaksanakan oleh tim penembak dari satuan Brimob disaksikan oleh jaksa eksekutor, rohaniawan, dan tim dokter dari Dinas Kesehatan Cilacap.
Lokasi eksekusi adalah di Lembah Nirbaya yang terletak sekitar dua kilometer dari LP Batu Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Ia juga mengatakan, setiap terpidana ditembak dengan satu peluru yang bersarang di dada bagian kiri atas.
Menurut tim dokter, para terpidana langsung meninggal beberapa saat setelah peluru mengenai sasaran.
Selain itu, ujar dia, ketiga terpidana juga tidak ditutup dengan kain penutup mata karena diminta sendiri oleh ketiganya. "Atas permintaan ketiga terpidana, tidak dilakukan penutupan mata. Mereka tidak menyampaikan alasannya," katanya.
Ketiganya tidak menyampaikan pesan khusus sebelum eksekusi. "Mereka tidak menyampaikan keterangan atau pesan apa pun," kata Jasman dalam jumpa pers di Kejagung di Jakarta, Minggu.
Berikut kronologis eksekusi :
Sabtu (8/11/2008) 23.15 WIB
Para petugas yaitu jaksa selaku eksekutor, polisi, rohaniawan, dan dokter menjemput ketiga terpidana untuk dibawa ke tempat pelaksanaan eksekusi, yaitu Lembah Nirbaya yang berjarak sejauh dua kilometer dari LP Batu Nusakambangan.
Minggu (9/11/2008) 00.15 WIB
Ketiga terpidana mati dieksekusi dengan cara ditembak oleh regu tembak dari satuan Brimob Polri dan disaksikan oleh jaksa selaku eksekutor, rohaniawan, dan tim dokter. Kemudian, tim dokter memeriksa dan menyatakan ketiga terpidana telah meninggal.
Minggu 01.00 WIB
Jenazah ketiga terpidana dibawa ke Poliklinik LP Batu Nusakambangan untuk diotopsi dan dijahit luka tembak para terpidana. Kemudian, jenazah ketiganya dimandikan oleh pihak keluarga Amrozi dan dikafankan dengan kain kafan yang disiapkan pihak keluarga.
Minggu 05.45 WIB
Jenazah ketiga terpidana diserahterimakan oleh jaksa eksekutor kepada komandan pilot helikopter yang akan mengantar jenazah kepada pihak keluarga masing-masing.
Minggu 06.00 WIB
Tiga unit helikopter, yang terdiri atas satu unit membawa jenazah Imam Samudera ke Serang, Banten, dan dua unit lainnya membawa jenazah Amrozi dan Ali Ghufron ke Lamongan, Jawa Timur.
Minggu 08.30 WIB
Helikopter yang membawa jenazah Imam Samudera tiba di Mapolda Banten dan kemudian diserahterimakan oleh Asisten Tindak Pidana Umum Kejaksaan Tinggi Banten kepada pihak keluarga yang diwakili Agus Setiawan untuk selanjutnya dishalatkan dan dimakamkan.
Minggu 08.55 WIB
Dua helikopter yang membawa jenazah Amrozi dan Ali Ghufron tiba di Lamongan dan kemudian diserahterimakan oleh Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Lamongan kepada pihak keluarga yang diwakili M Khosid untuk selanjutnya dishalatkan dan dimakamkan.
Prosesi Pemakaman
Dalam prosesi pemakaman, jenazah Imam Samudra setelah di-shalat-kan di Masjid Al Manar ternyata tidak dibawa ke rumah Ibunya Embay Badriah tetapi langsung dibawa menuju tempat peristirahatan terakhirnya di pemakaman Lopang Gede.
Ribuan warga sambil meneriakkan "Allahu Akbar" ikut mengantar jenazah. Mereka tampak antusias melihat proses pemakaman, bahkan ada warga yang naik keatas pohon untuk sekedar melihat saat jenazah dikuburkan. Tampak juga kakak dan adik Imam Samudra, Lulu Djamaludin dan Dedi.
Pihak keluarga tidak satupun yang menangisi kematian Imam Samudra karena almarhum melalui wasiatnya melarang keluarganya menangis.
Pelayat yang memadati tempat pemakaman itu ada juga dari sejumlah organisasi Islam, seperti Laskar FPI, FUI, MMI, Ansharat-Tauhid dan sejumlah ormasi Islam lainnya mengawal jenazah dari Mesjid Al-manar tempat jenazah dishalatkan hingga ke pemakaman.
Jenazah Imam Samudra dikuburkan tidak menggunakan peti, tetapi dikubur seperti biasa dengan menggunakan keranda yang digotong oleh keluarga dan warga setempat dari Masjid Al Manar menuju tempat pemakaman yang berjarak kurang lebih 300 meter.
Pihak keluarga mengatakan sudah mengikhlaskan dan merelakan kematian Imam Samudera. "Mungkin Imam Samudera mati dalam keadaan syahid," katanya. Sejauh ini, keluarga tidak menangisi karena sebelumnya Kang Azis minta keluarga jangan menangis. Menurut dia, Imam Samudera pernah berwasiat agar masyarakat Banten tetap berpegang teguh terhadap Al-Quran dan Al-hadits. Selain itu, moralitas masyarakat Banten harus Islami.
Lulu Jamaluddin, adik kandung Imam Samudera, mengatakan, pihak keluarga sudah ikhlas menerima kematian karena semua orang pasti akan mengalami kematian. Tetapi, pihak keluarga tidak menerima kematian dengan cara seperti itu. Sebab, hak-hak keluarga sudah dirampas dengan tidak bisa ketemu Imam Samudera juga soal pengajuan Peninjaun Kembali (PK) tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, pihaknya akan tetap menuntut secara hukum. "Saya tetap bersama TPM akan menuntut pemerintah yang telah mengeksekusi Imam Samudera," ujarnya.
Ketua RW 01 Kp Lopang Gede, Kelurahan Lopang, H Rosyadi mengatakan, hingga tiga hari kedepan, puluhan petugas keamanan dari warga sekitar atau Pam Swakarsa tetap akan disiagakan untuk mengamankan atau mengawal para tamu yang akan berkunjung (ta’ziah) ke makama ataupun ke rumah keluarga Imam Samudera.
Jenazah Amrozi Dijaga Ketat
Jenazah Amrozi dan Ali Gufron alias Muklas tiba di rumah ibundanya, Ny.Tariyem, Minggu (9/11) pagi sekitar pukul 09.30 WIB setelah dievakuasi dari Cilacap dengan menggunakan dua pesawat helikopter milik Polri.
Dua pesawat mendarat di tanah lapang Desa Bulubangsri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan. Kemudian, dua jenazah itu diangkut dengan mobil ambulans menuju rumah duka di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro.
Jenazah Amrozi dan Ali Gufron alias Muklas dijaga ketat oleh petugas keamanan sejak diturunkan dari dua pesawat helikopter yang mendarat di tanah lapang di Desa Bulubangsri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Minggu (9/11) sekitar pukul 09.30 WIB.
Setelah pilot mematikan mesin pesawat, dua mobil ambulans langsung merapat untuk memindahkan dan mengangkut jenazah pelaku bom Bali I tersebut. Satu mobil ambulans bernopol S-9996-TA milik Puskesmas Tikung membawa jasad Amrozi dan ambulans lainnya milik Puskesmas Keliling membawa jasad adik Amrozi, Muklas.
Penjagaan ketat tidak saja oleh 900 personel polisi, tetapi juga oleh para santri pondok pesantren Al Islam Desa Tenggulun. Tampak di antara pengiring jenazah sejak dari lokasi mendaratnya pesawat heli hingga rumah duka, Bupati Lamongan Masfuk dan Kapolres Lamongan, AKBP Ahmad Suyuti.
Sekitar 15 meter selum tiba di rumah Ny.Tariyem, ibunda Amrozi dan Muklas, mobil ambulans dan para pengantar berhenti sejenak untuk mendengarkan kata sambutan dari M.Chozin, kakak Amrozi, selaku wakil dari keluarga.
Dalam sambutannya, Chozin meminta para petakziah senantiasa bersikap tenang dan tertib, baik sebelum maupun setelah prosesi pemakaman.
Sementara itu, pekerjaan penggalian kubur untuk kedua jasad kakak beradik itu yang dilakukan sejak pukul 07.00 WIB telah rampung dan dinyatakan siap digunakan. Lokasi pemakaman berada di sebidang tanah milik M.Chozin berhadapan dengan tempat pemakaman umum Desa Tenggulun, tempat Nurhasyim, ayah Amrozi, dikebumikan tahun 2005.
Liang lahat untuk Amrozi dan Muklas sendiri berada di bawah pohon mangga yang rimbun karena di sekitar lokasi terdapat tidak kurang dari 30 pohon mangga.
Hingga Minggu pukul 10.45 WIB, jumlah pelayat mencapai lebih dari 1.000 orang. Mereka tidak saja datang dari Lamongan, tetapi juga petakziah dari kota lain di Jawa Timur, seperti Tuban, Bojonegoro dan Surabaya.
Untuk bisa melihat lebih jelas datangnya jenazah, tidak sedikit dari pelayat yang memanjat pohon dan menaiki atap rumah warga.
DIMANDIKAN DAN DIKAFANI ADIKNYA
Setelah diekseskusi jenazah ketiga terpidana mati dimandikan dan dibungkus dengan kain kafan oleh adik kandung Amrozi, Ali Fauzi.
"Adik saya (Ali Fauzi, red.) ikut memandikan dan mengafani adik kami, Ali Gufron dan Amrozi, secara resmi kami mengucapkan ’inalillahi wainailaihi rajiun’," kata M. Chozin, kakak kandung Amrozi, di Lamongan, Minggu (9/11) dini hari.
Semula, keluarga Amrozi di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, belum percaya akan kabar eksekusi tiga terpidana mati kasus Bom Bali, 12 Oktober 2002, Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra alias Abdul Azis, Sabtu (8/11) malam sekitar pukul 23.20 WIB.Namun, setelah menerima kabar dari Ali Fauzi, keluarga Ny. Tariyem, ibu kandung Amrozi, terlihat sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk penyambutan kedua jenazah tersebut.
Sesuai dengan permintaan Amrozi dan Muklas, sebagaimana disampaikan saudara kandungnya, Ali Fauzi, sebelum dimakamkan, kedua jenazah itu disalati di Masjid Baitul Mutaqien yang jaraknya sekitar 15 meter dari kediaman Ny. Tariyerem. Mereka juga minta dimakamkan di dekat makam orang tuanya, Nurhasyim di pemakaman umum desa setempat.
Pihak keluarga telah menyiapkan liang lahat untuk jasad Amrozi dan Ali Gufron alias Muklas pada sebidang tanah milik kakak Amrozi, M.Chozin, di Desa Tenggulun, sekitar 700 meter dari rumah Ny.Tariyem, ibu kandung Amrozi.
Menurut pemantauan sejak Minggu (9/11) pagi pukul 07.00 WIB sejumlah pekerja tampak menggali tanah pada lahan milik M.Chozin. Lokasi tersebut berhadapan dengan pemakaman umum Desa Tenggulun, tempat Nurhasyim, ayah Amrozi dimakamkan.
Sesuai permintaan Amrozi sebelum dieksekusi, dia minta jasadnya dikebumikan di dekat makam ayahnya yang meninggal tahun 2005. Permintaan serupa juga disampaikan Muklas.
Sejumlah warga termasuk wartawan sempat kecele ketika satu pesawat helikopter milik polisi mendarat di Desa Payaman. Begitu mesin pesawat mati, mereka mendekati pesawat dan melongok ke dalam kabin, ternyata tidak menemukan apa-apa, kecuali dua orang petugas termasuk pilot heli.
Tidak hanya warga dan wartawan, termasuk petugas medis yang langsung melarikan mobil ambulans mendekati pesawat. Begitu sigapnya para aparat yang bertugas sesuai bidangnya masing-masing, menimbulkan dugaan bagi warga bahwa para petugas sedang melakukan simulasi.
Jelang Eksekusi
Menjelang pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati Bom Bali I, kampung Imam Samudra di Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Serang, Banten, Sabtu (8/11) malam tampak mencekam.
Warga sejak pukul 20.00 Wib sudah berada di dalam rumah setelah puluhan polisi dengan senjata lengkap menutup pintu masuk kediaman Imam Samudra. Warga dan pengunjung diperiksa petugas pengamanan sehingga suasana semakin mencekam.
"Saya lebih baik berada di dalam rumah," kata Rohmat (30) warga Lopang Gede, Kelurahan Lopang, Serang. Dia mengatakan, sejak sore petugas mensterilkan pengamanan ketat sehingga dirinya tidak mau keluar rumah. Apalagi, kendaraan motor dan mobil tidak diperbolehkan masuk menuju ke kediaman Imam Samudra.
Sekitar 20 orang yang kebanyakan kaum muda membacakan tasbih dan doa di depan rumah keluarga Imam Samudera di Lopang Gede, Serang, Minggu saat detik-detik menjelang pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati bom Bali. Mereka membawa poster Imam Samudera yang bertuliskan "Imam Samudera Mujahid asal Banten."
Setelah sekitar 30 menit mereka membacakan doa dan tasbih pada detik-detik pelaksanaan eksekusi, kemudian puluhan pemuda yang berasal dari Kecamatan Pontang dan Tirtayasa Serang itu, berkumpul bersama adik kandung Imam Samudera, Lulu Jamaludin di halaman rumah tetangganya sambil beberapa kali memekikan kata "Imam Samudera Mujahid" dan kalimat takbir.
Sejumlah kerabat dan tetangga keluarga Imam Samudera mulai berdatangan ke rumah ibu Imam Samudera, Embay Badriah, setelah mereka mengetahui berita pelaksanaan eksekusi. Namun demikian, mereka tidak bisa bertemu dengan ibunya Imam Samudera karena alasan sedang tidur.
Tak hanya tetangga puluhan jemaah Jaringan Islam underground (Jiun) Pontang-Tirtayasa, Serang mendatangi rumah kediaman Imam Samudera di Lopang Gede, Minggu dinihari. Para jemaaah Jiun setelah mendengar kabar Imam Samudera, Amrozi dan Muklas telah dieksekusi mereka mengucapkan takbir "Allah Akbar". Begitu pula keluarga Imam Samudera mengucapkan kalimat takbir "Allah Akbar" sambil berulang-ulang.
Para jemaaah Jiun berkumpul di depan rumah kediaman Imam Samudera sambil tak henti-hentinya mengucapkan takbir "Allah Akbar". "Semoga almarhumah Kang Azis diberikan tempat yang layak yakni surga," kata salah seorang jemaah Jiun. Menurut dia, perjuangan Imam Samudera sebagai mujahid untuk menegakan kebenaran. Oleh karena itu, sedikit pun jangan takut untuk menegakan kebenaran dan pihaknya meminta umat muslim bersatu. "Kami berdoa bagi para mujahid yang telah berjuang untuk membela Islam," katanya.
KUNJUNGI RUMAH KELUARGA AMROZI
Sementara itu sekitar 50 orang yang menamakan Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM) eks Karesidenan Surakarta, Sabtu malam, berangkat menuju Lamongan, Jatim, untuk memberi dukungan moril pada pihak keluarga terpidana mati Amrozi.
Mereka berangkat dari Kompleks Gedung Umat Islam di Jalan Kartopuran 241 A Surakarta sekitar pukul 22.50 WIB dengan menumpang sekitar 10 kendaraan roda empat dan 13 kendaraan roda dua.
Sebelum berangkat menuju rumah keluarga Amrozi di Desa Tenggulun, Kecamatan Selopuro, Lamongan, dengan menggelar spanduk di antaranya, bertulisan "Hidup Sebagai Mujahidin Mati Sebagai Mujahid."
Selain itu, "Hidup Rakyat Mataram Menolak Eksekusi Amrozi di Bumi Mataram", "Bebendu Ben Neng Bali Wae (bencana biar terjadi di Bali saja), dan Igat Sepatu Amrozi Siapa Yang Akan Menyusul Jaksa Urip."
Mereka sekali-sekali meneriakkan takbir dan diikuti rombongan lainnya. Salah seorang anggota Tim Pembela Islam (TPM) Yogyakarta, Mirzan, yang ikut rombongan tersebut mengatakan, pihaknya hanya silaturahmi memberikan dukungan secara moral terhadap keluarga Amrozi di Lamongan.
Puluhan anggota FKAM tersebut saat berangkat dengan menyerukan takbir berkali-kali untuk memberi semangat rombongan lainnya dengan menirukan takbir.
TAK PENGARUHI PONPES NGRUKI
Suasana Pondok Pesantren (Ponpes) di Ngruki, Surakarta, Sabtu malam, tak terpengaruh eksekusi terhadap terpidana mati Amrozi dkk.
Sejumlah santri di Ngruki masih terlihat berlalu-lalang di halaman ponpes pimpinan Ust Abu Bakar Ba’asyir itu. Mereka melakukan aktifitasnya seperti biasa yakni belajar. Mereka dengan santunnya, setiap berpapasan dengan santri lainya selalu mengucapkan salam dan mereka kelihatan sudah terbiasa dengan suasana tersebut.
Kegiatan doa khusus tidak terlihat tanda-tanda akan dilakukan para santri di dalam Ponpes itu, terkait dekatnya waktu pelaksanaan eksekusi terhadap Amrozi. Menurut seorang santri di Pospen Nguri, Fredy Saputra, para santri di Ngruki baru selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya.
Terkait menjelang dieksekusinya Amrozi, kata dia, tidak mempengaruhi kegiatan belajar para santri. Para santri tidak terganggu adanya berita tersebut. "Kegiatan khusus untuk mendoakan mereka tidak ada dan santri belajar seperti biasanya," katanya.
Menurut santri di Ngruki, Ustad Ba’asyir tidak ada di tempat. Ustad sedang bepergian ke Lamongan, Jawa Timur, namun mereka tidak tahu kapan perginya ustad.
Jumlah santri yang belajar di Ngruki ini sekitar 1.500 orang. Mereka belajar dari tingkat MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan tingkat Aliyah dan mualimin atau sederajat dengan SMA. Menurut salah seorang santri di Ngruki, katanya, Amrozi pernah belajar di ponpes itu, namun dia tidak sampai lulus. Ponpes Ngruki sekitar pukul 22.00 WIB terlihat ada empat santri yang berjaga di pos pintu masuk ke pondok itu. Mereka berjaga dari pukul 22.00 WIB hingga waktu salat subuh. Tugas jaga itu semua santri mendapat giliran sesuai jadwal piket.
Di Masjid Salamah di Tipes atau pusat Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) Surakarta, menolak eksekusi mati terhadap tiga terpidana bom Bali, namun suasana pada Sabtu malam sekitar pukul 22.00 WIB terlihat sepi.
Pusat kegiatan JAT di Masjid Salamah, ada 1-2 lampu yang menerangi secara samar-samar di lokasi depan masjid itu. Namun, tidak ada aktifitas seorang di lokasi itu, terkait menjelang eksekusi Amrozi.
EKSEKUSI JADIKAN AMROZI CS MARTIR
Kematian Amrozi, Ali Ghufron dan Imam Samudera, di ujung peluru regu eksekusi Polri Minggu dinihari, tidak menjadi masalah besar bagi Indonesia dalam jangka panjang kendati segelintir orang menganggap mereka "martir".
"Tewasnya Armozi cs akan menjadikan mereka "martir" bagi segelintir orang di Indonesia. Kehadiran mereka yang bersimpati pada Amrozi dkk ini tidak bisa dihapus tapi patut dirisaukan dan dikendalikan (otoritas Indonesia)," kata Indonesianias kawakan Universitas Nasional Australia (ANU), Dr.George Quinn.
Akademisi ANU yang juga penulis Buku "The Novel in Javanese" (Leiden, 1992) dan "The Learner`s Dictionary of Today`s Indonesian" (Sydney, 2001) ini mengatakan, eksistensi segelintir orang yang bersimpati pada Amrozi dkk ini tidk mungkin terkikis dari komunitas Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.
Namun, dengan keterbukaan Indonesia pada masyarakat dunia khususnya melalui pariwisata, warga dunia akan dapat langsung melihat dan berinteraksi dengan masyarakat muslim Indonesia yang umumnya moderat sehingga pandangan mereka tentang Indonesia dan muslim Indonesia akan proporsional, kata Quinn.
"Jadi yang penting adalah keterbukaan dan kesempatan untuk bertemu langsung dengan masyarakat Indonesia khususnya melalui pariwisata. Dalam hal ini ’seeing is believing’" katanya.
Ditanya mengenai perasaannya setelah mengetahui Amrozi cs dieksekusi sekitar pukul 00.15 WIB Minggu, kepala Pusat Asia Tenggara Fakultas Studi-Studi Asia ANU itu mengatakan, perasaannya bercampur antara ketidaksukaannya pada hukuman mati dan perasaan lega karena masalah Amrozi cs "sudah selesai".
"Perasaan saya bercampur karena saya pada dasarnya tidak suka pada hukuman mati tetapi saya juga merasa lega karena masalahnya sudah selesai," katanya.
Menurut George Quinn, kematian tiga "Bali bombers" (pelaku bom Bali) ini dalam waktu panjang tidak akan menjadi masalah besar bagi Indonesia.
Dua faktor yang mengurangi ancaman jaringan terorisme bagi Indonesia itu adalah keberhasilan melemahkan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) dan kesiagaan pemerintah dan Polri. "Indonesia cukup berhasil memerangi Jamaah Islamiyah dengan menangkapi para pelaku aksi kekerasan (terorisme). Kini setidaknya sudah seratus orang yang dipenjara. Artinya jaringan JI cukup mengalami kerusakan sehingga tidak lagi kuat."
"Disamping itu, pemerintah RI dan Polri juga menggelar keadaan siaga dengan aparat keamanan di daerah-daerah seperti Serang, Tenggulun, dan Bali. Pengamanan yang meningkat ini justru bagus walaupun tingkat kesiagaan yang tinggi tidak bisa dilakukan untuk selamanya. Tapi kewaspadaan perlu dilakukan terus," katanya.
Pemerintah Australia sendiri, berkeinginan untuk mengupayakan lahirnya kesepakatan internasional untuk menghapus hukuman mati setelah selesainya kasus Amrozi cs.
"Saya kira Menteri Luar Negeri Australia Stephen Smith ingin mengupayakan adanya persetujuan internasional untuk menghapus hukuman mati sehabis eksekusi Armozi cs ini tapi banyak pihak yang merasa Australia munafik karena pemerintah Australia pasti melawan hukuman mati bagi tiga warganya di Bali," katanya.
Dalam persoalan Amrozi cs, posisi pemerintah Australia sangat dilematis karena secara politis tidak mungkin bagi pemerintah meminta penghentian hukuman mati ketiga pelaku bom Bali 2002, katanya.
Insiden Bom Bali 2002 menewaskan 202 orang, termasuk 88 orang turis Australia.
ANCAMAN BOM DI NOVOTEL SEMARANG TAK TERBUKTI
Penyisiran yang dilakukan tim Gegana Brimob Polda Jawa Tengah tidak menemukan benda- benda yang mencurigakan sehingga Hotel Novotel Semarang dinyatakan steril dan aman.
"Hasilnya tidak ditemui hal-hal yang mencurigakan dan seluruh penghuni hotel sudah dapat kembali," kata Kapolres Semarang Timur, AKBP Benone Jesaja Louhenapessy, di Semarang, Minggu, seusai memimpin satu tim Gegana Brimob Polda Jateng melakukan penyisiran di Hotel Novotel.
Pada Minggu pukul 06.15 WIB dan pukul 06.17 WIB, pihak Novotel menerima telepon yang berisi ancaman bom. Dua ancaman via telepon yang diterima operator hotel itu adalah suara laki-laki dengan dialek Jawa. Akibat ancaman tersebut, 60 orang penghuni hotel sempat dievakuasi ke Hotel Merbabu yang letaknya berada di depan Hotel Novotel.
Penyisiran di hotel yang memiliki 10 lantai termasuk "basement hotel" itu berlangsung dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Mengenai kemungkinan adanya kaitan ancaman bom tersebut dengan pelaksanaan eksekusi terhadap tiga terpidana mati kasus bom Bali I, Amrozi dan kawan-kawan, Kapolres Semarang Timur mengatakan, hal itu masih dalam penyelidikan. Ditanya apakah akan ada penambahan pengamanan setelah adanya ancaman tersebut, Kapolres menjelaskan, sesuai Operasi Nusa Candi, seluruh personel polisi akan terus melakukan pengamanan di tempat yang menjadi konsentrasi masyarakat.
Manajer Pemasaran Hotel Novotel Semarang, Wiwied Pujiono menambahkan, terkait ancaman bom melalui telepon, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Telkom dan menyerahkan hal tersebut kepada pihak kepolisian.
"Kami telah berkoordinasi dengan pihak Telkom dan menyerahkan hal ini kepada pihak kepolisian," katanya. Wiwied mengaku tidak yakin dengan ancaman bom tersebut karena pihak hotel telah memaksimalkan pengamanan sesuai dengan standar operasi keamanan.
Setelah keadaan dinyatakan steril, seluruh penghuni kembali ke Novotel, ada di antaranya mereka yang saat dievakuasi masih mengenakan handuk.
Tidak tampak kepanikan dari penghuni hotel karena mereka merasa sudah ada standar prosedur pengamanan. Bahkan, ada beberapa penghuni hotel terutama anak-anak berfoto di depan mobil tim Gegana yang diparkir di depan pintu masuk hotel.
Hahaha, aaahhh legaaa-nya ... mudah-mudahan selanjutnya tidak terjadi apa-apa yaaa, hiks....