yan raditya
IndoForum Addict E
- No. Urut
- 163658
- Sejak
- 31 Jan 2012
- Pesan
- 24.461
- Nilai reaksi
- 72
- Poin
- 48
Mendekati pelaksanaan Muktamar NU ke-33 di Jombang, masyarakat dibuat resah dengan beredarnya isu tentang berkeliarannya pencopet, yang bakal beraksi di area Muktamar.
Isu melalui ‘broadcast’ berantai di jejaring sosial itu antara lain berisi tentang datangnya dua truk berisi pelaku copet maupun jambret dari luar kota yang didrop di wilayah Kabupaten Jombang.
Mereka diisukan akan memanfaatkan suasana ramainya pelaksanaan Muktamar NU ke-33 di Jombang awal agustus untuk menjalankan aksi jahatnya.
Menurut pesan berantai itu, kawanan pencopet itu diterjunkan lebih awal ke Jombang agar dapat mengamati situasi dan kondisi di arena muktamar, guna mengatur strategi mencopet.
Kapolres Jombang AKBP Sudjarwoko mengaku sudah mendengar isu tersebut. Namun dia mengimbau tidak usah dipercaya.
Kendati demikian dia tetap meminta kepada para peserta muktamar dan masyarakat agar hati-hati dan waspada serta menjaga ketat seluruh barang bawaan berharga mereka.
Polres Jombang sendiri menerjunkan tim bersandi Tindak. Tim ini yang terdiri dari sejumlah anggota polisi berpakaian preman itu untuk mengantisipasi aksi kejahatan yang dimungkinkan terjadi di tengah ramainya pelaksanaan Mukmatar NU ke33, pada 1-5 Agustus, mendatang.
Salah satu kewaspadaan yang diminta, adalah karena dimungkinkan para penjahat tersebut menyamar dengan berpakaian ala santri dan kiai.
“Mereka bisa jadi menyamar dengan pakaian ala kiai. Kopyah putih, baju koko, dan bersarung,” kata Kapolres Sudjarwoko, Selasa (28/7/2015).
Yang pasti, sambung Kapolres Sudjarwoko, jajaran polres siap mengamankan dan melindungi para peserta muktamar atau muktamirin yang bakal mengikuti prosesi muktamar.
“Sedangkan, anggota Tim Tindak bakal ditempatkan di sejumlah titik yang menjadi pusat konsentrasi massa. Diantaranya, alun-alun, Stadion Merdeka dan empat pondok pesantren yang menjadi lokasi sidang-sidang muktamar,” kata Sudjarwoko.
Dikatakan, yang jelas pula Polres Jombang akan melakukan pengamanan secara ketat, tegas, namun tetap mengedepankan sisi pencegahan.
Karena pencegahan lebih baik dari pada penindakan.
Menurutnya, kalau peserta muktamar jelas ada ID Card. Sedangkan penggembira tidak pakai ID card.
"Takutnya kalau tercampur dengan massa. Imbauan saya, pengunjung, penggembira bisa menjaga diri sendiri, barang dan lingkunganya. Tidak usah percaya isu yang berlebihan, karena polisi dan siap membantu mengamankan," tandas Sudjarwoko.
Isu melalui ‘broadcast’ berantai di jejaring sosial itu antara lain berisi tentang datangnya dua truk berisi pelaku copet maupun jambret dari luar kota yang didrop di wilayah Kabupaten Jombang.
Mereka diisukan akan memanfaatkan suasana ramainya pelaksanaan Muktamar NU ke-33 di Jombang awal agustus untuk menjalankan aksi jahatnya.
Menurut pesan berantai itu, kawanan pencopet itu diterjunkan lebih awal ke Jombang agar dapat mengamati situasi dan kondisi di arena muktamar, guna mengatur strategi mencopet.
Kapolres Jombang AKBP Sudjarwoko mengaku sudah mendengar isu tersebut. Namun dia mengimbau tidak usah dipercaya.
Kendati demikian dia tetap meminta kepada para peserta muktamar dan masyarakat agar hati-hati dan waspada serta menjaga ketat seluruh barang bawaan berharga mereka.
Polres Jombang sendiri menerjunkan tim bersandi Tindak. Tim ini yang terdiri dari sejumlah anggota polisi berpakaian preman itu untuk mengantisipasi aksi kejahatan yang dimungkinkan terjadi di tengah ramainya pelaksanaan Mukmatar NU ke33, pada 1-5 Agustus, mendatang.
Salah satu kewaspadaan yang diminta, adalah karena dimungkinkan para penjahat tersebut menyamar dengan berpakaian ala santri dan kiai.
“Mereka bisa jadi menyamar dengan pakaian ala kiai. Kopyah putih, baju koko, dan bersarung,” kata Kapolres Sudjarwoko, Selasa (28/7/2015).
Yang pasti, sambung Kapolres Sudjarwoko, jajaran polres siap mengamankan dan melindungi para peserta muktamar atau muktamirin yang bakal mengikuti prosesi muktamar.
“Sedangkan, anggota Tim Tindak bakal ditempatkan di sejumlah titik yang menjadi pusat konsentrasi massa. Diantaranya, alun-alun, Stadion Merdeka dan empat pondok pesantren yang menjadi lokasi sidang-sidang muktamar,” kata Sudjarwoko.
Dikatakan, yang jelas pula Polres Jombang akan melakukan pengamanan secara ketat, tegas, namun tetap mengedepankan sisi pencegahan.
Karena pencegahan lebih baik dari pada penindakan.
Menurutnya, kalau peserta muktamar jelas ada ID Card. Sedangkan penggembira tidak pakai ID card.
"Takutnya kalau tercampur dengan massa. Imbauan saya, pengunjung, penggembira bisa menjaga diri sendiri, barang dan lingkunganya. Tidak usah percaya isu yang berlebihan, karena polisi dan siap membantu mengamankan," tandas Sudjarwoko.