magnum
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 1320
- Sejak
- 27 Mei 2006
- Pesan
- 14.143
- Nilai reaksi
- 417
- Poin
- 83
Awas, Garong Bundaran HI
BUNDARAN HI,Bundaran Hotel Indonesia (HI) sebagai kawasan paling strategis di Jakarta ternyata tak aman dari penjahat. Padahal, di kawasan ini banyak aparat keamanan.
Sasaran penjahat adalah orang-orang terutama kaum perempuan yang menenteng handphone berikut tasnya. Orang-orang tersebut diincar ketika menunggu angkutan di Halte Bundaran HI yang terletak di pojok Bundaran HI atau persis di depan Hotel Grand Hyatt di Jalan MH Thamrin.
Pada Rabu (6/9) siang, dua perempuan jadi korban penggarong Bundaran HI. Ironisnya, mereka mengaku ke aparat kepolisian yang berjaga di Kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang, yang berjarak sekitar 200 meter dari halte. Aparat itu pula yang akhirnya membekuk dua tersangka begundal bernama Saprijal dan Hendriyanto.
Saprijal dan Hendriyanto yang diduga merampas HP milik dua perempuan tersebut akhirnya digelandang ke Polsektro Menteng, lengkap dengan barang buktinya. Sebelum diangkut polisi, Hendriyanto dipukuli massa hingga babak belur. Pemilik tato bergambar bunglon di punggung itu mengalami pendarahan di mata kiri dan bibirnya.
Polisi yang bertugas di Kedubes Jepang siang itu adalah Briptu W Ritonga, dari Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Dit Pam Obvit) Polda Metro Jaya. Ritonga menuturkan sekitar pukul 12.30, dua perempuan datang menghampiri pos penjagaan kedubes. Dalam keadaan ketakutan, salah satu dari mereka, menuturkan bahwa dirinya baru saja menjadi korban perampasan.
"Ada enam orang di halte. Saya digeledah oleh dua orang yang mengaku polisi. Seluruh anggota tubuh saya digeledah. Setelah itu, barang-barang saya diambil. Saya berteriak, tapi empat orang yang berada di halte tidak menggubris," ujar perempuan tersebut, sebagaimana ditirukan oleh Briptu Ritonga.
Dengan ditemani seorang petugas keamanan Dubes Jepang, Ritonga mengajak dua perempuan tersebut kembali ke halte untuk mencari enam penjahat yang sempat menggerayangi tubuhnya. Namun, saat itu hanya dua pria yang berada di halte. Empat rekannya sudah melarikan diri. "Akhirnya saya tangkap yang satu. Kemudian, yang satunya lagi melarikan diri dengan melompat ke dalam bus PPD 79 jurusan Kampung Rambutan-Kota yang berhenti di depan halte. Namun, ia ditangkap setelah diteriaki massa," ujar Ritonga.
Di luar perempuan tersebut, masih ada korban lain. Seorang pedagang kembang bernama Umar Dani juga jadi korban komplotan garong Halte Bundaran HI. Pria berusia 54 tahun itu kehilangan HP saat naik tangga penyeberangan di depan Halte Bundaran HI yang menghubungkan Hotel Grand Hyatt, halte busway, dan Hotel Nikko di Jalan MT Thamrin.
Pola kejahatan yang menimpa Umar Dani sedikit berbeda dari pola yang menimpa dua perempuan tersebut. Saat itu, Umar sedang naik tangga penyeberang ke arah Hotel Nikko. "Muncul dua orang menghampiri saya, berpura-pura menjatuhkan sapu tangan. Orang yang di belakang mencekik leher saya hingga saya terjatuh," ujar Umar Dani di Polsektro Menteng, kemarin juga.
Setelah terjatuh, Umar Dani yang bertubuh tambun mencoba melakukan perlawanan. Namun, kedua pencuri itu menuduh dirinya informan polisi. "Sudah jangan banyak omong, kamu kan SP (maksudnya informan) polisi kan," ujar Umar, menirukan si begundal.
Pedagang kembang yang juga bertugas merawat taman di Plaza Indonesia itu pun meninggalkan keduanya. Ia meneruskan perjalanan dengan menelusuri anak tangga ke arah Depan Hotel Nikko, untuk menemui sesama pedagang kembang dari Pasar Rawabelong, Jakarta Barat. "Pas saya mau menghubungi orang itu, HP saya di kantong sudah raib. Wah, pikiran saya sudah nggak salah lagi, orang itu yang ngambil," ujar Umar.
Akhirnya, Umar mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan rekannya. Pria yang mengenakan kaus berkerah itu kembali ke halte untuk menunggu komplotan pencuri HP-nya. Tidak lama kemudian, muncul dua perempuan bersama polisi serta penjaga keamanan Kedubes Jepang. "Pas perempuan itu datang, hanya dua pencuri itu saja yang ada di tempat. Saya juga menunggui mereka," ujar Umar.
Umar bertemu dengan Briptu Ritonga yang mengantar dua perempuan yang jadi korban perampasan. Begitu tiba di halte, kata Umar, dua perempuan itu langsung menunjuk ke dua pemuda yang sedang duduk dan berdiri di depan halte, seperti orang yang menunggu bus. "Keduanya ditangkap, meski satu naik bus. Saya ingat, salah satu dari mereka itu ngaku reserse sama saya," ujar Umar sambil menujukkan tangannya ke arah Hendriyanto di Polsektro Menteng.
Ngaku reserse
Tapi dua tersangka bernama Saprijal dan Hendriyanto mengelak tudingan menilep HP dua perempuan dan pedagang kembang tersebut. Keduanya mengaku sedang menunggu bus untuk melakukan orasi. "Saya nggak tahu, Mas. Tadi saya naik bus bukan kabur, tapi hendak nyari uang dengan berorasi," ujar Hendriyanto.
Siang kemarin, suasana Halte Bundaran HI sangat sepi. Tidak ada pula petugas keamanan yang berjaga di halte tersebut. Menurut Umar, yang terlihat hanyalah petugas yang mengatur lalu lintas di Bunderan HI serta petugas keamanan di Kedubes Jepang. "Seingat saya, hanya ada 10-an orang yang berada di halte. Belakangan baru saya tahu kebanyakan berandal. Mereka satu komplotan. Buktinya, saat saya kembali ke halte, orang-orang itu kabur semua," kata Umar.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol I Ketut Untung Yoga Ana mengatakan, aksi kejahatan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Bahkan, beberapa meter dari kantor polisi kejahatan bisa saja terjadi. "Pelaku kejahatan itu selalu mencari kelengahan dari petugas atau beraksi saat lokasi tersebut tidak ada petugasnya," ujar Ketut Yoga semalam.
Polda Metro Jaya sudah mengerahkan ribuan personelnya untuk memberantas kejahatan dan premanisme. Operasi Berantas Jaya 2006, misalnya, menetapkan kejahatan jalanan (street crime) dan preman sebagai sasaran. "Untuk menangkap para pelaku kejahatan jalanan tentunya kita menerjunkan anggota berpakaian preman," kata Yoga
BUNDARAN HI,Bundaran Hotel Indonesia (HI) sebagai kawasan paling strategis di Jakarta ternyata tak aman dari penjahat. Padahal, di kawasan ini banyak aparat keamanan.
Sasaran penjahat adalah orang-orang terutama kaum perempuan yang menenteng handphone berikut tasnya. Orang-orang tersebut diincar ketika menunggu angkutan di Halte Bundaran HI yang terletak di pojok Bundaran HI atau persis di depan Hotel Grand Hyatt di Jalan MH Thamrin.
Pada Rabu (6/9) siang, dua perempuan jadi korban penggarong Bundaran HI. Ironisnya, mereka mengaku ke aparat kepolisian yang berjaga di Kantor Kedutaan Besar (Kedubes) Jepang, yang berjarak sekitar 200 meter dari halte. Aparat itu pula yang akhirnya membekuk dua tersangka begundal bernama Saprijal dan Hendriyanto.
Saprijal dan Hendriyanto yang diduga merampas HP milik dua perempuan tersebut akhirnya digelandang ke Polsektro Menteng, lengkap dengan barang buktinya. Sebelum diangkut polisi, Hendriyanto dipukuli massa hingga babak belur. Pemilik tato bergambar bunglon di punggung itu mengalami pendarahan di mata kiri dan bibirnya.
Polisi yang bertugas di Kedubes Jepang siang itu adalah Briptu W Ritonga, dari Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Dit Pam Obvit) Polda Metro Jaya. Ritonga menuturkan sekitar pukul 12.30, dua perempuan datang menghampiri pos penjagaan kedubes. Dalam keadaan ketakutan, salah satu dari mereka, menuturkan bahwa dirinya baru saja menjadi korban perampasan.
"Ada enam orang di halte. Saya digeledah oleh dua orang yang mengaku polisi. Seluruh anggota tubuh saya digeledah. Setelah itu, barang-barang saya diambil. Saya berteriak, tapi empat orang yang berada di halte tidak menggubris," ujar perempuan tersebut, sebagaimana ditirukan oleh Briptu Ritonga.
Dengan ditemani seorang petugas keamanan Dubes Jepang, Ritonga mengajak dua perempuan tersebut kembali ke halte untuk mencari enam penjahat yang sempat menggerayangi tubuhnya. Namun, saat itu hanya dua pria yang berada di halte. Empat rekannya sudah melarikan diri. "Akhirnya saya tangkap yang satu. Kemudian, yang satunya lagi melarikan diri dengan melompat ke dalam bus PPD 79 jurusan Kampung Rambutan-Kota yang berhenti di depan halte. Namun, ia ditangkap setelah diteriaki massa," ujar Ritonga.
Di luar perempuan tersebut, masih ada korban lain. Seorang pedagang kembang bernama Umar Dani juga jadi korban komplotan garong Halte Bundaran HI. Pria berusia 54 tahun itu kehilangan HP saat naik tangga penyeberangan di depan Halte Bundaran HI yang menghubungkan Hotel Grand Hyatt, halte busway, dan Hotel Nikko di Jalan MT Thamrin.
Pola kejahatan yang menimpa Umar Dani sedikit berbeda dari pola yang menimpa dua perempuan tersebut. Saat itu, Umar sedang naik tangga penyeberang ke arah Hotel Nikko. "Muncul dua orang menghampiri saya, berpura-pura menjatuhkan sapu tangan. Orang yang di belakang mencekik leher saya hingga saya terjatuh," ujar Umar Dani di Polsektro Menteng, kemarin juga.
Setelah terjatuh, Umar Dani yang bertubuh tambun mencoba melakukan perlawanan. Namun, kedua pencuri itu menuduh dirinya informan polisi. "Sudah jangan banyak omong, kamu kan SP (maksudnya informan) polisi kan," ujar Umar, menirukan si begundal.
Pedagang kembang yang juga bertugas merawat taman di Plaza Indonesia itu pun meninggalkan keduanya. Ia meneruskan perjalanan dengan menelusuri anak tangga ke arah Depan Hotel Nikko, untuk menemui sesama pedagang kembang dari Pasar Rawabelong, Jakarta Barat. "Pas saya mau menghubungi orang itu, HP saya di kantong sudah raib. Wah, pikiran saya sudah nggak salah lagi, orang itu yang ngambil," ujar Umar.
Akhirnya, Umar mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan rekannya. Pria yang mengenakan kaus berkerah itu kembali ke halte untuk menunggu komplotan pencuri HP-nya. Tidak lama kemudian, muncul dua perempuan bersama polisi serta penjaga keamanan Kedubes Jepang. "Pas perempuan itu datang, hanya dua pencuri itu saja yang ada di tempat. Saya juga menunggui mereka," ujar Umar.
Umar bertemu dengan Briptu Ritonga yang mengantar dua perempuan yang jadi korban perampasan. Begitu tiba di halte, kata Umar, dua perempuan itu langsung menunjuk ke dua pemuda yang sedang duduk dan berdiri di depan halte, seperti orang yang menunggu bus. "Keduanya ditangkap, meski satu naik bus. Saya ingat, salah satu dari mereka itu ngaku reserse sama saya," ujar Umar sambil menujukkan tangannya ke arah Hendriyanto di Polsektro Menteng.
Ngaku reserse
Tapi dua tersangka bernama Saprijal dan Hendriyanto mengelak tudingan menilep HP dua perempuan dan pedagang kembang tersebut. Keduanya mengaku sedang menunggu bus untuk melakukan orasi. "Saya nggak tahu, Mas. Tadi saya naik bus bukan kabur, tapi hendak nyari uang dengan berorasi," ujar Hendriyanto.
Siang kemarin, suasana Halte Bundaran HI sangat sepi. Tidak ada pula petugas keamanan yang berjaga di halte tersebut. Menurut Umar, yang terlihat hanyalah petugas yang mengatur lalu lintas di Bunderan HI serta petugas keamanan di Kedubes Jepang. "Seingat saya, hanya ada 10-an orang yang berada di halte. Belakangan baru saya tahu kebanyakan berandal. Mereka satu komplotan. Buktinya, saat saya kembali ke halte, orang-orang itu kabur semua," kata Umar.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol I Ketut Untung Yoga Ana mengatakan, aksi kejahatan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Bahkan, beberapa meter dari kantor polisi kejahatan bisa saja terjadi. "Pelaku kejahatan itu selalu mencari kelengahan dari petugas atau beraksi saat lokasi tersebut tidak ada petugasnya," ujar Ketut Yoga semalam.
Polda Metro Jaya sudah mengerahkan ribuan personelnya untuk memberantas kejahatan dan premanisme. Operasi Berantas Jaya 2006, misalnya, menetapkan kejahatan jalanan (street crime) dan preman sebagai sasaran. "Untuk menangkap para pelaku kejahatan jalanan tentunya kita menerjunkan anggota berpakaian preman," kata Yoga