riviera
IndoForum Beginner B
- No. Urut
- 58385
- Sejak
- 2 Des 2008
- Pesan
- 947
- Nilai reaksi
- 33
- Poin
- 28
Sebelumnya minta maaf jika (nanti) thread ini ternyata repost...
Oke... Let's Start
=========================================
"Perang Salib adalah rangkaian ekspedisi militer berlatar belakang agama yang dicetuskan oleh kaum Kristen Eropa untuk melawan musuh - musuh mereka. Pasukan Salib umumnya dikerahkan untuk melawan Muslim, tapi beberapa ekspedisi Perang Salib juga dilancarkan untuk memerangi Bangsa Pagan Slavic, Yahudi, Kristen Ortodox Rusia dan Yunani, Mongol, Cathar, Hussite, Waldesia, Prussia Kuno, dan musuh - musuh politik para Paus. Pasukan Salib mengangkat sumpah untuk berperang atas nama Tuhan dan diberi pengampunan atas dosa - dosa mereka oleh otoritas gereja"
Riley-Smith, Jonathan. The Oxford History of the Crusades New York: Oxford University Press, 1999
=========================================
Diantara sekian banyak ekspedisi Perang Salib, yang paling terkenal dan paling menentukan terjadi dalam 3 ekspedisi pertama Perang Salib di Timur Tengah (Perang Salib I, II, dan III)
Latar Belakang Perang Salib di Timur Tengah
Dimulai dari pertikaian politik perebutan wilayah antara Kekaisaran Byzantium dan Kesultanan Turki Seljuk. Sejak permulaan abad ke-11 Turki Seljuk telah muncul menjadi kekuatan baru dan mulai mendesak masuk ke dalam wilayah Byzantium. Byzantium semakin terdesak keluar dari Anatolia (Asia Kecil) sejak kalah dalam Perang Manzikert. Kekuatan Turki Seljuk yang
hampir tak terbendung itu memaksa Kaisar Byzantium untuk berulangkali meminta bantuan kepada raja - raja Eropa lewat Paus.
Di saat yang sama Eropa tengah bergolak... Paus Gregory VII dan Kaisar Henry IV dari Jerman terlibat pertikaian mengenai siapa yang lebih berhak menunjuk petinggi gereja. Pertikaian ini (Investiture Controversy - cari aja di Wikipedia) terus memanas hingga memicu perang yang berlangsung selama puluhan tahun. Kaisar Henry IV berusaha menggulingkan Paus, bahkan mengangkat Paus tandingan Clement III. Usaha itu tidak mudah karena Paus Gregory VII didukung Norman-Italia, alhasil terjadi dualisme kepemimpinan gereja di Eropa.
Pertikaian ini tidak berhenti hingga Paus Gregory VII mangkat, Pengganti - pengganti Gregory VII, Paus Victor III dan kemudian Paus Urban II "mewarisi" musuh dari pendahulunya itu - Henry IV dan Antipope Clement III.
Saat Paus Urban II naik tahta Vatikan, ia dibuat pusing dengan persoalan ini.
Ketika kedudukannya semakin terancam, akhirnya datang "pertolongan dari Tuhan" memberikan jalan keluar. Kaisar Byzantium, Alexios I Komnenos mengirim surat meminta bala bantuan untuk menghadapi pasukan muslim Turki Seljuk. Paus melihat ini sebagai jalan keluar bagi masalah yang sedang ia alami. ia kemudian memanfaatkan situasi ini untuk mengalihkan perhatian musuh - musuhnya, terutama pendukung mereka.
Tapi membantu Byzantium bukanlah alasan yang kuat untuk bisa menarik raja - raja Eropa, seperti yang sudah - sudah, permintaan bala bantuan dari Byzantium ini tidak pernah direspon oleh para raja Eropa karena dianggap tidak membawa manfaat apa - apa. Belum lagi, Byzantium adalah penganut Gereja Ortodoks Yunani yang notabene berseberangan dengan Gereja Katolik Roma. Untuk itu Paus perlu memberikan alasan yang "lebih kuat" dengan reward yang "lebih menggiurkan".
Paus Urban II dalam pertemuan di Clermont (Council of Clermont) lalu mengajak seluruh umat Kristiani Eropa untuk mengobarkan perang suci untuk membantu Byzantium dan membebaskan Jerusalem dari tangan orang kafir (muslim). Siapapun yang turut serta dibebaskan dari dosa apapun yang telah dan akan ia lakukan.
Agar lebih membakar semangat dan membangkitakan kemarahan kaum Kristen, Paus Urban II dengan memanfaatkan desas - desus, "membumbui" permintaan dari Byzantium itu dengan mengatakan orang - orang Muslim telah membantai orang - orang Kristen demi menyebarkan agama mereka, padahal pertikaian antara Byzantium dengan Turki Seljuk murni sengketa wilayah alias pertikaian politik belaka. Adalah hal yang lumrah ketika ada bangsa yang ingin memperluas wilayahnya.
Lebih jauh, Paus juga memfitnah bahwa telah terjadi pembantaian terhadap peziarah - peziarah Kristen di Jerusalem. Akan tetapi faktanya, selama ratusan tahun peziarah Kristen selalu dilindungi. Islam,Kristen, dan Yahudi bahkan hidup berdampingan di Jerusalem.
Bukan rahasia lagi kalau Jerusalem dan wilayah sekitarnya adalah daerah paling kaya dan maju di dunia waktu itu. Kekayaan Jerusalem yang melimpah bagaikan magnet bagi siapapun yang haus kekayaan dan kekuasaan.
Dengan jaminan surga oleh Paus bagi mereka yang mengangkat senjata, ditambah iming - iming harta berlimpah di Jerusalem, bangsa Eropa mulai dari raja hingga rakyat jelata berbondong - bondong memenuhi panggilan sang Paus.
Pada akhirnya para pesaing Paus tidak punya pilihan lain selain mendukung "Perang Suci" ini jika tidak mau kehilangan dukungan dan dicap sebagai Antikris.
Raja - raja Eropa berkesempatan memiliki harta melimpah atas nama Tuhan, sementara kedudukan Paus Urban II menjadi tidak tergoyahkan
Perang Salib I
Sebagai buah dari pertemuan Clermont, raja - raja Eropa mulai mengirim pasukannya ke Jerusalem. Raja Sigurd I dari Norwegia adalah yang pertama, dan pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Turki di Antioch. Kontingen lain dari Eropa menyusul kemudian.
Keberhasilan Pasukan Salib ini lebih dikarenakan keadaan Turki Seljuk saat itu yang telah terpecah dan terlibat perang saudara di antara pengganti Malik Shah I. (Karen Armstrong - ISLAM, a short history)
Setelah Antioch, pasukan Eropa lalu menuju Jerusalem dan disana mendapat perlawanan sengit dari gabungan Muslim dan Yahudi. Tapi akhirnya Jerusalem berhasil ditaklukkan pada 15 Juli 1099.
Segera setelah memasuki Jerusalem, pasukan Salib Eropa menunjukkan kekejamannya dengan membakar mesjid dan sinagogue serta membantai seluruh penghuni kota Jerusalem, dari orangtua hingga anak - anak, lelaki dan wanita. Darah membanjir hingga mencapai pergelangan kaki.
Perang Salib II
Setelah selama setengah abad sibuk berperang satu sama lain, para pangeran Muslim mulai melupakan pertikaian mereka. Salah satunya adalah Imaduddin Zengi, penguasa Alleppo. Zengi lalu menyerbu dan menaklukkan Edessa, salah satu dari empat kerajaan Latin, pada 24 Desember 1144.
Kejatuhan Edessa memicu gelombang kedua Perang Salib. Dengan restu Paus Eugene III, pasukan Salib II berangkat dibawah pimpinan Raja Perancis Louis VII dan Kaisar Jerman Conrad III.
Pasukan Salib mengalami kekalahan kali ini, apalagi setelah Nuruddin, putera Zengi berhasil menduduki Damaskus, yang kemudian ia jadikan basis penyerangan terhadap Kerajaan Latin. Pasukan Salib dari Eropa akhirnya kembali dengan tangan hampa.
Selama Nuruddin hidup, ia menjadi musuh yang ditakuti kerajaan - kerajaan Latin. Ia bisa saja menyapu habis kerajaan - kerajaan itu, tapi ia juga terlibat persengketaan dengan penguasa - penguasa Muslim yang lain sehingga konsentrasinya terpecah.
Kekuasaan Nuruddin kemudian diambil alih oleh salah satu jenderalnya, Salahuddin Ibnu Ayub (Saladin). Salahuddin menaklukkan Mesir dan menyatukannya dengan Syria, lalu mengangkat dirinya sebagai Sultan sekaligus pemimpin kaum Muslimin dalam perang melawan kaum Salibis.
Sultan Salahuddin berhasil mempersatukan pangeran - pangeran Muslim dalam usaha untuk merebut kembali Jerusalem.
Tanggal 2 Oktober 1187, pasukan Muslim dibawah Sultan Salahuddin (Saladin) berhasil merebut Jerusalem dan secara penuh menguasai kota itu setelah hampir 100 tahun berada di tangan Kristen Eropa. Kejatuhan Jerusalem sekaligus mengakhiri dominasi regional kerajaan Kristen Latin di Syria, Palestina dan Yordania.
Tidak seperti penaklukan Jerusalem yang dilakukan Kristen Eropa (Perang Salib I) hampir 100 tahun sebelumnya, penaklukkan Muslim ini tidak diwarnai dengan pembantaian massal, kaum kristen yang telah menyerah dipersilahkan meninggalkan Jerusalem dengan membawa harta benda mereka tanpa kurang sedikitpun, bahkan bangunan, binatang dan tanaman pun tidak disentuh. Yang ada hanyalah perdebatan mengenai perlu tidaknya situs - situs Kristen di Jerusalem dihancurkan, semata - mata untuk menghilangkan alasan bagi Kristen Eropa untuk kembali lagi.
Pada akhirnya Sultan Salahuddin memutuskan agar situs - situs Kristen tetap dipertahankan dan dijaga (ingat Nusaebeh - sang penjaga makam). Sikap Sultan Salahuddin ini sangat berlawanan dengan sikap Reynald De Chatillon yang pernah mencoba menyerbu dan menghancurkan Mekah dan Medinah tahun 1183.
Sultan Salahuddin kemudian menghancurkan tembok yang mengelilingi Jerusalem agar jika sekiranya kota itu jatuh lagi ke tangan Kristen, mereka tidak akan mampu mempertahankannya.
Perang Salib III
Kejatuhan Jerusalem memicu Perang Salib III, pasukan besar dari Eropa datang untuk merebut kembali Jerusalem dipimpin oleh Raja Inggris Richard I (Lionheart), Raja Perancis Philip II, dan Kaisar Jerman, Frederick I.
Ini merupakan Perang Salib terbesar, yang memunculkan dua ksatria hebat yang dipuja puji hingga saat ini, Saladin dari pihak Muslim dan Richard si hati singa dari pihak Kristen. Kedua ksatria pun saling mengagumi satu sama lain.
Akan tetapi, seperti halnya Perang Salib II, misi Kristen dalam Perang Salib III kali ini juga gagal total, Jerusalem gagal direbut. Kegagalan ini selain disebabkan perlawanan gigih dari pihak Muslim juga karena pertikaian antara sesama pasukan Salib sendiri, terutama persaingan antara Richard I dan Philip II.
Saladin dan Richard lalu mengadakan perjanjian di Ramla tahun 1192, Richard setuju untuk tidak mengganggu Jerusalem lagi dan kembali ke Eropa, sedangkan Saladin setuju untuk mengizinkan kembali peziarah - peziarah dari Eropa datang ke Jerusalem.
Demikian Perang Salib III berakhir dengan kemenangan pihak Muslim. Ekspedisi - ekspedisi Perang Salib berikutnya (Perang Salib IV - IX) tetap tidak mampu merebut Jerusalem dari tangan Muslim.
====
Referensi :
1. Gesta Francorum - http://www.fordham.edu/halsall/source/gesta-cde.html
2. Fulcher of Chartres - "The Siege of the City of Jerusalem"
3. Karen Armstrong - ISLAM, a short history
4. Thomas Asbridge - The First Crusade : A New History
.
- Disini tempat bagi mereka yang tertarik akan sejarah Perang Salib dan sebagai tempat untuk kita saling berbagi dan bertanya.
- Siapapun diperbolehkan mengoreksi ataupun melengkapi catatan - catatan yang ada di sini
- Dilarang OOT
Oke... Let's Start
=========================================
"Perang Salib adalah rangkaian ekspedisi militer berlatar belakang agama yang dicetuskan oleh kaum Kristen Eropa untuk melawan musuh - musuh mereka. Pasukan Salib umumnya dikerahkan untuk melawan Muslim, tapi beberapa ekspedisi Perang Salib juga dilancarkan untuk memerangi Bangsa Pagan Slavic, Yahudi, Kristen Ortodox Rusia dan Yunani, Mongol, Cathar, Hussite, Waldesia, Prussia Kuno, dan musuh - musuh politik para Paus. Pasukan Salib mengangkat sumpah untuk berperang atas nama Tuhan dan diberi pengampunan atas dosa - dosa mereka oleh otoritas gereja"
Riley-Smith, Jonathan. The Oxford History of the Crusades New York: Oxford University Press, 1999
=========================================
Diantara sekian banyak ekspedisi Perang Salib, yang paling terkenal dan paling menentukan terjadi dalam 3 ekspedisi pertama Perang Salib di Timur Tengah (Perang Salib I, II, dan III)
Latar Belakang Perang Salib di Timur Tengah
Dimulai dari pertikaian politik perebutan wilayah antara Kekaisaran Byzantium dan Kesultanan Turki Seljuk. Sejak permulaan abad ke-11 Turki Seljuk telah muncul menjadi kekuatan baru dan mulai mendesak masuk ke dalam wilayah Byzantium. Byzantium semakin terdesak keluar dari Anatolia (Asia Kecil) sejak kalah dalam Perang Manzikert. Kekuatan Turki Seljuk yang
hampir tak terbendung itu memaksa Kaisar Byzantium untuk berulangkali meminta bantuan kepada raja - raja Eropa lewat Paus.
Di saat yang sama Eropa tengah bergolak... Paus Gregory VII dan Kaisar Henry IV dari Jerman terlibat pertikaian mengenai siapa yang lebih berhak menunjuk petinggi gereja. Pertikaian ini (Investiture Controversy - cari aja di Wikipedia) terus memanas hingga memicu perang yang berlangsung selama puluhan tahun. Kaisar Henry IV berusaha menggulingkan Paus, bahkan mengangkat Paus tandingan Clement III. Usaha itu tidak mudah karena Paus Gregory VII didukung Norman-Italia, alhasil terjadi dualisme kepemimpinan gereja di Eropa.
Pertikaian ini tidak berhenti hingga Paus Gregory VII mangkat, Pengganti - pengganti Gregory VII, Paus Victor III dan kemudian Paus Urban II "mewarisi" musuh dari pendahulunya itu - Henry IV dan Antipope Clement III.
Saat Paus Urban II naik tahta Vatikan, ia dibuat pusing dengan persoalan ini.
Ketika kedudukannya semakin terancam, akhirnya datang "pertolongan dari Tuhan" memberikan jalan keluar. Kaisar Byzantium, Alexios I Komnenos mengirim surat meminta bala bantuan untuk menghadapi pasukan muslim Turki Seljuk. Paus melihat ini sebagai jalan keluar bagi masalah yang sedang ia alami. ia kemudian memanfaatkan situasi ini untuk mengalihkan perhatian musuh - musuhnya, terutama pendukung mereka.
Tapi membantu Byzantium bukanlah alasan yang kuat untuk bisa menarik raja - raja Eropa, seperti yang sudah - sudah, permintaan bala bantuan dari Byzantium ini tidak pernah direspon oleh para raja Eropa karena dianggap tidak membawa manfaat apa - apa. Belum lagi, Byzantium adalah penganut Gereja Ortodoks Yunani yang notabene berseberangan dengan Gereja Katolik Roma. Untuk itu Paus perlu memberikan alasan yang "lebih kuat" dengan reward yang "lebih menggiurkan".
Paus Urban II dalam pertemuan di Clermont (Council of Clermont) lalu mengajak seluruh umat Kristiani Eropa untuk mengobarkan perang suci untuk membantu Byzantium dan membebaskan Jerusalem dari tangan orang kafir (muslim). Siapapun yang turut serta dibebaskan dari dosa apapun yang telah dan akan ia lakukan.
Agar lebih membakar semangat dan membangkitakan kemarahan kaum Kristen, Paus Urban II dengan memanfaatkan desas - desus, "membumbui" permintaan dari Byzantium itu dengan mengatakan orang - orang Muslim telah membantai orang - orang Kristen demi menyebarkan agama mereka, padahal pertikaian antara Byzantium dengan Turki Seljuk murni sengketa wilayah alias pertikaian politik belaka. Adalah hal yang lumrah ketika ada bangsa yang ingin memperluas wilayahnya.
Lebih jauh, Paus juga memfitnah bahwa telah terjadi pembantaian terhadap peziarah - peziarah Kristen di Jerusalem. Akan tetapi faktanya, selama ratusan tahun peziarah Kristen selalu dilindungi. Islam,Kristen, dan Yahudi bahkan hidup berdampingan di Jerusalem.
Bukan rahasia lagi kalau Jerusalem dan wilayah sekitarnya adalah daerah paling kaya dan maju di dunia waktu itu. Kekayaan Jerusalem yang melimpah bagaikan magnet bagi siapapun yang haus kekayaan dan kekuasaan.
Dengan jaminan surga oleh Paus bagi mereka yang mengangkat senjata, ditambah iming - iming harta berlimpah di Jerusalem, bangsa Eropa mulai dari raja hingga rakyat jelata berbondong - bondong memenuhi panggilan sang Paus.
Pada akhirnya para pesaing Paus tidak punya pilihan lain selain mendukung "Perang Suci" ini jika tidak mau kehilangan dukungan dan dicap sebagai Antikris.
Raja - raja Eropa berkesempatan memiliki harta melimpah atas nama Tuhan, sementara kedudukan Paus Urban II menjadi tidak tergoyahkan
Perang Salib I
Sebagai buah dari pertemuan Clermont, raja - raja Eropa mulai mengirim pasukannya ke Jerusalem. Raja Sigurd I dari Norwegia adalah yang pertama, dan pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Turki di Antioch. Kontingen lain dari Eropa menyusul kemudian.
Keberhasilan Pasukan Salib ini lebih dikarenakan keadaan Turki Seljuk saat itu yang telah terpecah dan terlibat perang saudara di antara pengganti Malik Shah I. (Karen Armstrong - ISLAM, a short history)
Setelah Antioch, pasukan Eropa lalu menuju Jerusalem dan disana mendapat perlawanan sengit dari gabungan Muslim dan Yahudi. Tapi akhirnya Jerusalem berhasil ditaklukkan pada 15 Juli 1099.
Segera setelah memasuki Jerusalem, pasukan Salib Eropa menunjukkan kekejamannya dengan membakar mesjid dan sinagogue serta membantai seluruh penghuni kota Jerusalem, dari orangtua hingga anak - anak, lelaki dan wanita. Darah membanjir hingga mencapai pergelangan kaki.
"... the slaughter was so great that our men waded in blood up to their ankles ..."
Gesta Francorum
Setelah merebut Jerusalem, pasukan Salib lalu mendirikan kerajaan Latin di Antioch (Principality of Antioch), Edessa (County of Edessa), Tripoli (County of Tripoli) dan Kerajaan Jerusalem (Kingdom of Jerusalem)."Indeed, if you had been there you would have seen our feet coloured to our ankles with the blood of the slain. But what more
shall I relate? None of them were left alive; neither women nor children were spared. "
Fulcher of Chartres - "The Siege of the City of Jerusalem"
Perang Salib II
Setelah selama setengah abad sibuk berperang satu sama lain, para pangeran Muslim mulai melupakan pertikaian mereka. Salah satunya adalah Imaduddin Zengi, penguasa Alleppo. Zengi lalu menyerbu dan menaklukkan Edessa, salah satu dari empat kerajaan Latin, pada 24 Desember 1144.
Kejatuhan Edessa memicu gelombang kedua Perang Salib. Dengan restu Paus Eugene III, pasukan Salib II berangkat dibawah pimpinan Raja Perancis Louis VII dan Kaisar Jerman Conrad III.
Pasukan Salib mengalami kekalahan kali ini, apalagi setelah Nuruddin, putera Zengi berhasil menduduki Damaskus, yang kemudian ia jadikan basis penyerangan terhadap Kerajaan Latin. Pasukan Salib dari Eropa akhirnya kembali dengan tangan hampa.
Selama Nuruddin hidup, ia menjadi musuh yang ditakuti kerajaan - kerajaan Latin. Ia bisa saja menyapu habis kerajaan - kerajaan itu, tapi ia juga terlibat persengketaan dengan penguasa - penguasa Muslim yang lain sehingga konsentrasinya terpecah.
Kekuasaan Nuruddin kemudian diambil alih oleh salah satu jenderalnya, Salahuddin Ibnu Ayub (Saladin). Salahuddin menaklukkan Mesir dan menyatukannya dengan Syria, lalu mengangkat dirinya sebagai Sultan sekaligus pemimpin kaum Muslimin dalam perang melawan kaum Salibis.
Sultan Salahuddin berhasil mempersatukan pangeran - pangeran Muslim dalam usaha untuk merebut kembali Jerusalem.
Tanggal 2 Oktober 1187, pasukan Muslim dibawah Sultan Salahuddin (Saladin) berhasil merebut Jerusalem dan secara penuh menguasai kota itu setelah hampir 100 tahun berada di tangan Kristen Eropa. Kejatuhan Jerusalem sekaligus mengakhiri dominasi regional kerajaan Kristen Latin di Syria, Palestina dan Yordania.
Tidak seperti penaklukan Jerusalem yang dilakukan Kristen Eropa (Perang Salib I) hampir 100 tahun sebelumnya, penaklukkan Muslim ini tidak diwarnai dengan pembantaian massal, kaum kristen yang telah menyerah dipersilahkan meninggalkan Jerusalem dengan membawa harta benda mereka tanpa kurang sedikitpun, bahkan bangunan, binatang dan tanaman pun tidak disentuh. Yang ada hanyalah perdebatan mengenai perlu tidaknya situs - situs Kristen di Jerusalem dihancurkan, semata - mata untuk menghilangkan alasan bagi Kristen Eropa untuk kembali lagi.
Pada akhirnya Sultan Salahuddin memutuskan agar situs - situs Kristen tetap dipertahankan dan dijaga (ingat Nusaebeh - sang penjaga makam). Sikap Sultan Salahuddin ini sangat berlawanan dengan sikap Reynald De Chatillon yang pernah mencoba menyerbu dan menghancurkan Mekah dan Medinah tahun 1183.
Sultan Salahuddin kemudian menghancurkan tembok yang mengelilingi Jerusalem agar jika sekiranya kota itu jatuh lagi ke tangan Kristen, mereka tidak akan mampu mempertahankannya.
Perang Salib III
Kejatuhan Jerusalem memicu Perang Salib III, pasukan besar dari Eropa datang untuk merebut kembali Jerusalem dipimpin oleh Raja Inggris Richard I (Lionheart), Raja Perancis Philip II, dan Kaisar Jerman, Frederick I.
Ini merupakan Perang Salib terbesar, yang memunculkan dua ksatria hebat yang dipuja puji hingga saat ini, Saladin dari pihak Muslim dan Richard si hati singa dari pihak Kristen. Kedua ksatria pun saling mengagumi satu sama lain.
Akan tetapi, seperti halnya Perang Salib II, misi Kristen dalam Perang Salib III kali ini juga gagal total, Jerusalem gagal direbut. Kegagalan ini selain disebabkan perlawanan gigih dari pihak Muslim juga karena pertikaian antara sesama pasukan Salib sendiri, terutama persaingan antara Richard I dan Philip II.
Saladin dan Richard lalu mengadakan perjanjian di Ramla tahun 1192, Richard setuju untuk tidak mengganggu Jerusalem lagi dan kembali ke Eropa, sedangkan Saladin setuju untuk mengizinkan kembali peziarah - peziarah dari Eropa datang ke Jerusalem.
Demikian Perang Salib III berakhir dengan kemenangan pihak Muslim. Ekspedisi - ekspedisi Perang Salib berikutnya (Perang Salib IV - IX) tetap tidak mampu merebut Jerusalem dari tangan Muslim.
====
Referensi :
1. Gesta Francorum - http://www.fordham.edu/halsall/source/gesta-cde.html
2. Fulcher of Chartres - "The Siege of the City of Jerusalem"
3. Karen Armstrong - ISLAM, a short history
4. Thomas Asbridge - The First Crusade : A New History
.