Ok... gw putusin untuk ikut nimbrung.
Semua agama, semua aliran, pasti mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaan membawa perasaan senasib, sementara perbedaan kalau bisa tidak membawa permusuhan. Kadang-kadang ada yang dinamakan 'kebodohan' jika mempertanyakan sesuatu yang belum tentu bisa membantu dalam melaksanakan 'sila'.
Sidharta Gautama, Sang Tathagata, menjawab dengan diplomatis ketika ditanya tentang awal dari dunia. Sebuah penjelasan sangat mendalam yang akhirnya membuat sebuah kesimpulan, bahwa agama Buddha tidak tahu siapa penciptanya. Kemudian sebuah prinsip lagi bahwa, apakah ada gunanya dalam pelaksanaan sila bila mengetahui siapa pencipta alam semesta? Siapa Tuhan?
Tapi yang namanya pengetahuan, tetap diperlukan untuk dapat melakukan tindakan yang sedapat mungkin bijaksana.
Ajaran Buddha Mahayana tidak sama dengan hal-hal prinsipil dalam aliran Meitreya. Tentu saja. Dalam hal ini sebuah kepercayaan yang bisa dikatakan lahir paling belakangan, sudah umum menyerap unsur-unsur keyakinan dari yang ada sebelumnya.
Dalam agama Abrahamic, Islam sebagai agama terakhir, tentu saja percaya pada Taurat, Zabur serta Injil yang dibawa dari agama Abrahamic sebelumnya, Jahudi dan Kristen. Saya melihat hal yang sama juga terjadi pada aliran Meitreya.
Sejauh ini aliran Meitreya masih sangat prematur bila dikatakan sebagai agama. Aliran Meitreya sendiri di dalam internal mereka memiliki banyak perbedaan sendiri-sendiri antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Sejarah pendiriannya yang sudah pernah di posting di forum ini, menunjukkan bahwa aliran ini memang tumbuh dan berkembang seperti itu. Menyerap banyak ajaran agama yang ada sebelumnya.
Kebenaran murni yang kita acungi dari ajaran Buddha sendiri, tidak akan pernah ada bila tidak ada agama tertua di dunia yaitu Hindu dengan sistem kastanya yang ditolak habis oleh ajaran Buddha. Kemudian agama Hindu sendiri muncul sebagai hasil pemikiran manusia yang ber-evolusi sedemikian rupa dari kepercayaan-kepercayaan yang bisa dikatakan pagan sampai menjadi Hindu seperti sekarang.
Dengan demikian, akan banyak ditemui persamaan dari aliran Buddha Mahayana dengan aliran Meitreya. Paling tidak pada hal-hal yang berhubungan dengan pemujaan dewa-dewi, bodhisatva, mahasatva.
Sepentas lalu, memang banyak persamaan antara keduanya. Namun jika meneliti lebih kedalam, agaknya memang berbeda pada hal-hal yang sangat prinsipil. Misalnya:
- Sosok Maha Pencipta, Tuhan, The Original Mind dsb.... hal semacam ini ditolak dalam Buddha Dharma, namun bisa dimaklumi sebagai pengaruh agama Abrahamic pada aliran Meitreya.
- Kesurupan dan penggunaan kitab pasir. Bisa dikatakan ini metode pencarian yang sangat tidak Buddhis, tapi ditemukan pada ajaran Khong Hu Cu.
- Adanya Surga yang kekal bagi siapa yang percaya. Ini juga tidak terdapat dalam Buddhis yang lebih mencari Nibbana (Tuhan dalam arti luas - itu sendiri) Namun, konspep seperti ini juga terdapat dalam agama lain, mulai dari Jahudi, Kristen dan Islam.
- Meditasi versus welas asih... Meditasi versus Metta. Ini yang agak rancuh. Meditasi hanya bisa sempurna bila diiringi dengan Brahma Vihara. Sementara pemisahan metta dengan meditasi diyakini adalah tidak bisa, dalam Buddha Dharma. Sedangkan dalam aliran Meitreya sepertinya menjadi hal yang utama.
Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan mendasar dari aliran Meitreya dengan Buddha Mahayana.