• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Al Qaidah Klaim Bunuh Benazir

Ajido-Marujido

IndoForum VIP: The Special One
No. Urut
10016
Sejak
31 Des 2006
Pesan
4.809
Nilai reaksi
144
Poin
63
ISLAMABAD - Jasad Benazir Bhutto kemarin petang telah dikebumikan. Ribuan pelayat menangis dan memukuli kepala mereka ketika jenazah pemimpin oposisi Pakistan yang tewas ditembak di lehernya Rabu (27/12) itu dikeluarkan dari rumah duka.

Pemakaman Benazir dimulai usai salat Jumat di tanah leluhurnya di kota Naudero, sebelah selatan Pakistan. Peti matinya yang sederhana diangkut ambulans menuju Garhi Khuda Baksh di Distrik Larkana. Peti itu dihiasi bendera merah, hijau, dan hitam, yang merupakan bendera partainya, Partai Rakyat Pakistan (PPP). Jasad Benazir disandingkan di samping makam ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto, yang juga mantan perdana menteri Pakistan yang mati dihukum gantung pada 1979.

Para pelayat tak hanya memenuhi halaman rumah keluarga Benazir, tetapi juga jalan-jalan di sekitarnya. Sebagian besar pelayat adalah perempuan dan anak-anak. Mereka belum bisa menerima kematian perempuan itu. "Benazir hidup, Benazir hidup," ratap mereka.

Bersamaan dengan penguburan Benazir, kekerasan meluas di sejumlah kota di Pakistan kemarin. Massa yang mengaku pendukung Benazir marah dan mengamuk. Mereka merusak mobil, kereta, dan pertokoan, yang mengakibatkan 10 orang tewas. Sekelompok orang di Karachi merampok tiga bank dan membakarnya.

Ribuan orang di Multan menjarah tujuh bank dan sebuah SPBU serta melempari polisi dengan batu. Polisi pun membalas dengan tembakan gas air mata. Di Islamabad, 100 demonstran membakar ban di sebuah kawasan bisnis di kota tersebut.

Selain itu, 4.000 simpatisan PPP melakukan reli di kota barat laut Peshawar. Ratusan lainnya menyerang kantor partai pendukung Musharraf serta membakar perabot dan perlengkapan kantor. Untung, kantor tersebut tengah kosong saat didatangi massa yang mengamuk.

Sementara itu, simpang siur pemberitaan yang merebak tentang penyebab pasti kematian Benazir mulai menemui titik terang. CNN melaporkan, pemerintah Pakistan mengutip rekam medik yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Umum Rawalpindi menyatakan, Benazir dinyatakan tewas akibat serpihan bom yang menembus tubuhnya.

Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Pakistan Brigadir Javed Iqbal Cheema mengatakan, saat seseorang memberondong mobil Benazir dengan peluru dari sepucuk pistol, wanita itu berusaha menunduk untuk menghindarinya. "Namun, setelah pria tanpa identitas itu meledakkan bom untuk membunuh dirinya, Benazir pun tak lagi bisa menghindar," ujarnya. Dari pemeriksaan, luka di sisi kanan kepala Benazir tidak berasal dari peluru. Namun, dari pecahan bom.

Informasi itu mematahkan kabar sebelumnya bahwa Benazir tewas akibat tembakan di leher dan dadanya.

Tercatat lebih dari 128 orang yang berada di sekeliling mobil Benazir ikut terkena serpihan bom itu, 28 orang bahkan langsung meninggal di lokasi dengan kondisi mengenaskan dengan tubuh tercerai berai.

Seorang saksi menuturkan, Benazir awalnya berada di dalam kendaraan yang tengah meluncur pelan di gerbang tempat kampanye berlangsung. "Setelah itu, saya masih bisa melihat senyum Benazir yang muncul dari atap kendaraannya sambil memberikan respons terhadap sambutan yang diterimanya," kata Sardar Qamar Hayyat, salah satu tokoh dari partai oposisi yang dipimpin Benazir.

"Tak lama berselang, saya melihat seorang lelaki meloncat ke arah belakang kendaraan dan kemudian menembak Benazir. Sesaat kemudian, kendaraan Benazir menambah lajunya. Namun, seketika itu pula terdengar dentuman keras dari bom yang meledak," kata Hayyat.

Dari Afghanistan, pemimpin tertinggi Al Qaidah di Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan Benazir Bhutto. Dalam pembicaraan telepon dengan Asia Times Online kemarin, Mustafa Abu al-Yazid, yang Mei lalu tampil sebagai kepala operasi Al Qaidah di Afghanistan, mengklaim telah memerintahkan operasi pembunuhan Benazir. "Ini adalah kemenangan besar pertama kami terhadap pihak-pihak yang bekerja sama dengan kafir dalam perang terhadap Al Qaidah dan menyatakan perang terhadap mujahidin," kata Mustafa. Komandan kelompok militan itu mengatakan, operasi pembunuhan itu dilakukan kelompok Laskhar-i-Jhangvi, jaringan Al Qaidah di Pakistan.

Kelompok Al Qaidah mengaku sakit hati terhadap kampanye-kampanye yang dilakukan Benazir Bhutto menjelang pemilihan parlemen 8 Januari. Saat kampanye, Benazir mengecam kelompok ekstrem Islam.

Beberapa pekan sebelum tewas, Benazir mengatakan, unsur-unsur dalam pemerintahan Presiden Pervez Musharraf yang didukung militer dan petugas keamanan Pakistan yang simpati kepada perjuangan ekstrem Islam bermaksud membunuhnya.

Kedekatan Benazir dengan musuh Al Qaidah, Amerika Serikat, membuat mantan perdana menteri wanita yang menjabat dua periode tersebut berada dalam bidikan maut militan garis keras itu. Harian Washington Post kemarin merilis dokumen rahasia tentang upaya AS membujuk Benazir agar bersedia pulang ke Pakistan.

The Post -julukan Washington Post- melaporkan, seminggu sebelum pulang pada 18 Oktober lalu, Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice dari Washington menelepon langsung Benazir di kediamannya di Dubai, Uni Emirat Arab. Dalam pembicaraan telepon itulah dicapai kesepakatan tingkat tinggi antara kedua pihak. AS menjanjikan akan mengembalikan kekuasaan tertinggi di Pakistan kepada dinasti Bhutto. Sebagai kompensasinya, Washington mendapat janji untuk mendapat partner kunci dalam upaya memburu teroris di Pakistan dan Afghanistan.

Telepon Condi -nama akrab Condoleezza Rice- adalah puncak dari gerilya diplomasi rahasia AS selama 18 bulan untuk mencari figur utama yang siap menjadi bonekanya di Asia Selatan. Menurut Mark Siegel, anggota tim lobi AS untuk Benazir di Washington yang kini menjadi pengamat politik Asia Selatan, Presiden Pervez Musharraf sudah tidak bisa lagi diandalkan pemerintahan Bush. Sebab, beberapa keputusannya antidemokrasi, seperti, enggan melepas status panglima militer dan penetapan kondisi darurat.

Kini, kematian Benazir membuat semua skenario itu berantakan. Dalam rancangan tersebut, partai Benazir, PPP, di-setting unggul dalam pemilu parlemen awal Januari 2008. "Dalam perspektif AS, PPP memiliki hubungan terdekat dengan AS dari semua institusi politik di Pakistan," ujar David Coleman, staf Deplu yang menangani urusan Asia Selatan. Menguasai parlemen menjadi batu pijakan kukuh untuk langkah ke depan untuk mengendalikan Pakistan pascarezim Musharaf.

sumber: http://www.jawapos.com/index.php?act=detail_c&id=319236
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.