• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

50 Pengrajin Alkohol Bekonang Gulung Tikar

yan raditya

IndoForum Addict E
No. Urut
163658
Sejak
31 Jan 2012
Pesan
24.461
Nilai reaksi
72
Poin
48
Pengrajin alkohol di Sukoharjo makin menyusut. Usaha kecil menengah (UKM) ini makin terhimpit, sehingga membuat pengrajin berganti pekerjaan.

Sekitar 50 pengrajin ethanol atau alkohol di Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban terpaksa gulung tikar selama setahun ini. Para pengrajin ethanol beralih kerja menjadi buruh serabutan dan petani.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Senin (21/3/2016), jumlah pengrajin ethanol di Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban sebanyak 90 orang. Sebelumnya, jumlah pengrajin ethanol mencapai sekitar 140 orang. Mereka merupakan industri rumah tangga yang memproduksi ethanol setiap hari.

Ketua Paguyuban Pengrajin Alkohol Bekonang, Sabariyono, mengatakan para pengrajin ethanol terpaksa gulung tikar lantaran sepinya permintaan dan order dari pelanggan. Kondisi itu diperparah kenaikan harga bahan baku tetes tebu yang mencekik para pengrajin ethanol.

Harga bahan baku tetes tebu mencapai Rp2.000/kg. Sebelumnya harga tetes tebu hanya Rp900/kg. “Jumlah pengrajin ethanol berkurang sekitar 50 orang. Awalnya, hanya beberapa pengrajin alkohol yang gulung tikar namun lambat laun diikuti pengrajin lainnya,” kata dia, saat ditemui di Mojolaban, Senin.

Selain itu, kasus minuman keras (miras) oplosan yang mengandung ethanol di Sleman, DIY, pada Februari lalu, sangat memengaruhi kelangsungan usaha pengrajin ethanol. Kasus itu mengakibatkan puluhan orang yang menenggak miras meninggal dunia.

Imbasnya, tak sedikit para pengrajin alkohol yang beralih pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagian pengrajin beralih menjadi buruh tani. Mereka mengolah sawah milik orang lain dengan dibayar upah sesuai kesepakatan. Sebagian pengrajin lainnya menjadi buruh serabutan.

“Kasus di Sleman [miras oplosan] sangat memengaruhi usaha produksi alkohol. Order pelanggan sangat sepi,” papar dia.

Sabariyo khawatir usaha produksi alkohol bakal tutup secara perlahan-lahan jika tak ada perhatian dari Pemkab Sukoharjo. Padahal, sentra produksi alkohol di Desa Bekonang merupakan terbesar di wilayah Soloraya.

Menurut Sabariyono, rata-rata produksi alkohol setiap pengrajin antara 10-15 liter/hari. Artinya, jumlah produksi alcohol di sentra pengrajin ethanol mencapai sekitar 900 liter/hari. Mayoritas produksi alkohol digunakan untuk bahan campuran pembuatan rokok.

“Alkohol yang diproduksi di Bekonang juga digunakan sebagai obat pembersih di puskesmas atau rumah sakit,” terang dia.

Ditemui terpisah, seorang pengrajin ethanol di Desa Bekonang, Mujiyono, mengatakan dapat memproduksi alkohol sebanyak 15 liter/hari. Produksi alkohol itu dipasarkan ke wilayah Jawa Timur seperti Magetan dan Ponorogo.

Dia mengaku sempat beralih menjadi buruh tani selama beberapa pekan pada Januari. Saat itu, order pelanggan sangat sepi sementara ia harus mendapatkan penghasilan untuk keluarganya. “Belasan drum berisi alkohol disimpan di gudang karena tak ada order dari pelanggan,” kata dia.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.