• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Maharishi Manu, Nabi Nuh dan Banjir Besar

dananjaya

IndoForum Newbie E
No. Urut
59387
Sejak
16 Des 2008
Pesan
55
Nilai reaksi
1
Poin
8
Namaste.

teman-teman sedharma.....
Banyak peradaban dan juga kitab suci yang menyebut adanya banjir besar. Kalau di agama2 lain, tokoh yang terkait dgn kejadian ini adalah nabi Nuh atau Noah. Sedangkan menurut Hindu adalah Maharishi Manu (Vaivastha Manu?), benarkah?.

Apa teman2 sedharma bisa sharing dan memberikan penjelasan bagaimana detilnya menurut pustaka Veda?

Suksma.
 
Sepertinya Hukum Manu / Code of Manu (dikenal sebagai Manusmriti atau Manu-Shamhita atau Manawa Dharmashastra) menguraikan tentang ini, sangat mirip dengan kisah perahu Noah (Nuh).
 
Teman2 semua.
Berikut saya ada copasan dari sebuah buku menyangkut kejadian banjir besar (menurut versi pustaka Veda) yang juga sangat terkait dengan penyebaran dan asal mula ras manusia sekarang ini.

suksma.

Yuk, kita mulai......
Dalam Rig-veda (10.63.1) Manu merupakan raja dan peramal terkemuka. Manu (Noah, atau Nuh) dan keluarganya berhasil selamat dari banjir besar yang melanda dunia, seperti disebutkan dalam Shatapatha Brahmana (1.8.1). Jadi, babak baru ras umat manusia berasal darinya, dan seluruh umat manusia adalah keturunan Manu. Atharva-veda (19.39.8) menyebutkan dimana perahu mereka mendarat yaitu di pegunungan Himalaya. Satu kuil yang menandakan lokasi dimana perahu Manu pertama kali menyentuh daratan setelah banjir besar adalah di bukit Manali, India Bagian Utara.

Para keturunan Manu yang penting adalah Paurava, Ayu, Nahusha, dan Yayati. Yayati menurunkan lima klan Veda, yaitu: Puru, Anu, Druhyu, Turvasha, dan Yadu.
Para keturunan Turvasha menempati wilayah India bagian tenggara, yaitu: Bengal, Bihar, dan Orissa, dan merupakan nenek moyang orang-orang Dravida dan Yavana. Para keturunan Yadu menempati wilayah India bagian selatan atau barat daya, yaitu: Gujarat dan Rajasthan, dari Mathura sampai Dwaraka dan Somnath. Para keturunan Anu menempati wilayah India bagian utara, yaitu: Punjab, begitu juga Bengal dan Bihar. Para keturunan Druhyu menempati wilayah India bagian barat dan barat laut, yaitu: Gandhara dan Afganisthan. Para keturunan Puru menempati India bagian tengah, yaitu: daerah Yamuna/Gangga. Mereka semua kecuali keturunan Puru secara perlahan-lahan disebut-sebut jatuh dari Vedic dharma, dan berbagai perang yang terjadi di dalam Purana adalah dengan kelompok-kelompok tersebut.

Seperti dijelaskan oleh Shrikant Talageri di dalam bukunya, The Aryan Invasion Theory: A Reappraisal (pp.304-5, 315, 367-8), diantara para keturunan tersebut, para keturunan Puru adalah bangsa Rigvedic dan membangun peradaban Veda di bagian utara India Tengah dan daerah Punjab disepanjang Sungai Sarasvati (Rig-veda 7.96.2). Para keturunan Anu di bagian selatan Kashmir disepanjang Parushni, sekarang Sungai Ravi (Rig-veda 7.18.13) menyebar di seluruh bagian barat Asia dan membangun berbagai peradaban Iranian. Keturunan Druhyu di bagian barat daya wilayah Punjab dan Kashmir menyebar memasuki Eropa dan menjadi bangsa Indo-Eropa Barat, atau bangsa Druid dan Celt kuno. Kelompok pertama bergerak ke arah barat daya dan mengembangkan bahasa proto-German, dan kelompok lainnya bergerak lebih jauh lagi ke selatan dan mengembangkan bahasa proto-Helenic dan Italic-Celtic. Sedangkan suku asli lainnya termasuk klan Pramshu tinggal di bagian barat Bihar, dan Ikshvaku tinggal di bagian utara Uttar Pradesh.

Suku bangsa lainnya yang disebut-sebut di dalam teks-teks Veda termasuk bangsa Kirata, merupakan bangsa yang tinggal di daerah pegunungan Tibet dan Nepal, diangap sebagai tidak murni karena tidak menjalankan aturan dharma Veda. Vishnu Purana (4.3.18-21) juga menyebut bangsa Shaka yang adalah bangsa Scythia di daerah Asia Tengah kuno, bangsa Pahlava yang adalah bangsa Persia, dan bangsa Cinaratha yang adalah bangsa China. Mereka semua dianggap turun kehormatannya atau para Kshatriya yang diusir keluar India selama masa pemerintahan Raja Sagara.

Untuk menjelaskan lebih jauh, Yadu merupakan anak tertua dari lima orang anak Yayati. Yayati merupakan seorang penguasa besar di dunia dan salah seorang kakek-moyang awal dari para Arya dan merupakan leluhur dari bangsa Indo-Eropa. Yayati membagi kerajaannya diantara anak-anaknya, dan masing-masing memulai dinasti mereka. Yayati memiliki dua orang istri, Devayani dan Sharmistha. Yayati mempunyai dua orang anak dari Devayani yaitu: Yadu dan Turvasu. Yadu adalah pencipta dinasti Yadu yang disebut sebagai Yadava, yang kemudian dikenal sebagai Lunar Dynasty. Dari Turvasu muncul klan Yavana atau dinasti Turki. Dari Sharmistha, Yayati mempunyai tiga orang anak yaitu: Druhya, yang membangun dinasti Bhija; Anu, yang memulai kaum Mleccha atau dinasti Yunani; dan Puru yang membangun dinasti Paurava, yang disebut-sebut menetap di wilayah sepanjang Sungai Ravi dan kemudian sepanjang Sungai Sarasvati. Beberapa orang mengatakan bahwa klan ini kemudian menuju Mesir dan menjadi Pharaoh disana dan memerintah wilayah tersebut. Kelompok bangsa-bangsa Arya tersebut, bermula di India oleh Raja Yayati dan disebut-sebut di dalam Rig-veda dan Vishnu Purana dan Bhagawat Purana, menyebar ke seluruh dunia.

Kerajaan Yadava kemudian dibagi diantara empat orang anak Bhima Satvata. Vrishini, anak termuda dari empat bersaudara tersebut, menurunkan Vasudeva, ayah dari Krishna dan Balarama dan adik mereka Pritha atau Kunti. Kunti kemudian kawin dengan Pandu, seorang pangeran bangsa Yadava, yang menurunkan bangsa Pandava. Kunti menjadi ibu dari Yudhistira, Bhima, dan Arjuna (Partha), tiga orang tertua Pandava. Dua orang termuda Pandava Nakula dan Sahadeva, lahir dari Madri, istri kedua Pandu. Setelah pindah ke arah pantai barat India, mereka tinggal di Dwaraka di bawah perlindungan Lord Krishna. Mendekati saat menghilangnya Krishna dari bumi ini, pecah sebuah perang saudara dan sebagian besar bangsa Pandava terbunuh, yang tadinya tumbuh menjadi sebuah klan besar. Mereka yang selamat akhirnya pergi ke Lembah Indus dimana mereka bergabung atau memulai bagian lain dari masyarakat Veda yang sudah maju. Yang lain mungkin bergerak lebih jauh lagi ke arah barat masuk ke Mesir dan beberapa darinya terus ke Eropa, seperti dijelaskan sebelumnya.

Hal ini lebih jauh diperkuat di dalam Mahabharata yang menyebutkan beberapa provinsi di Eropa bagian selatan dan Persia yang pernah terafiliasi dengan peradaban Veda. Adi-parva (174.38) dari Mahabharata menjelaskan keberadaan provinsi Pulinda (Yunani) yang telah ditaklukkan oleh Bhimasena dan Sahadeva, dua orang dari Pandava bersaudara. Jadi, Yunani kuno pernah menjadi bagian dari Bharata-varsa (India) dan peradaban Veda. Tapi kemudian bangsa Yunani memutuskan afiliasinya dengan masyarakat Veda dan, diklasifikasikan sebagai bangsa Mleccha. Tetapi, di dalam Vana-parwa dari Mahabharata diprediksikan bahwa masyarakat non-Vedic ini suatu hari nanti memerintah sebagian besar dunia, termasuk India. Alexander Yang Agung menaklukkan India di bawah bendera Pulinda atau Yunani di tahun 326 B.C., sesuai dengan yang telah diramalkan.

Sabha-parva dan Bhisma-parva dari Mahabharata menyebutkan adanya provinsi Abhira, berlokasi dekat apa yang tadinya merupakan Sungai Sarasvati di Sind kuno. Bangsa Abhira disebut-sebut sebagai para ksatria yang terpaksa meninggalkan India karena takut terhadap Lord Parashurama dan menyembunyikan diri mereka di pegunungan Caucasus antara Laut Hitam dan Laut Caspia. Kemudian, untuk periode waktu tertentu, mereka dikuasai oleh Maharaja Yudhistira. Tetapi, pertapa suci Markandaya memprediksikan bahwa bangsa Abhira ini, setelah mereka melepaskan hubungannya dengan masyarakat Veda, pada suatu hari akan memerintah India.

Provinsi lain yang disebutkan dalam Mahabharata (Adi-parva 85.34) adalah provinsi Yavana (bangsa Turki) yang namanya demikian karena mereka adalah keturunan Maharaja Yavana (Turvasu), salah satu anak Maharaja Yayati, seperti dijelaskan sebelumnya. Mereka juga melepaskan diri dari peradaban Veda dan menjadi bangsa Mleccha. Mereka bertempur mendukung Duryodhana dalam perang Kuruksetra melawan bangsa Pandava, dan mereka kalah. Tetapi, telah diprediksikan bahwa suatu hari nanti mereka akan kembali untuk menaklukkan Bharata-varsa (India) dan, sungguh-sungguh, hal ini menjadi kenyataan. Muhammad Ghori kemudian menyerang dan menaklukkan sebagian India di bawah panji-panji Islam dari Abhira dan Yavana atau bangsa Turki. Jadi, kita bisa lihat bahwa provinsi-provinsi di wilayah Yunani dan Turki (dan bangsa-bangsa di antara keduanya dan India) pada suatu waktu merupakan bagian dari peradaban Veda dan pada suatu waktu tidak hanya secara politik dan kultural mempunyai ikatan, tetapi juga memiliki hubungan kekerabatan. Ini adalah versi menurut Veda, tentang asal-usul peradaban bangsa Arya dan bagaimana pengaruhnya menyebar dalam berbagai tingkatan ke seluruh dunia.

nanti saya sambung lagi
 
KRONOLOGI BERBAGAI KEJADIAN
DALAM PENYEBARAN PERADABAN VEDA


Sekarang saya akan merangkum semua runtutan kejadian yang mendasari penyebaran peradaban Veda dari India. Menurut tradisi Veda, spiritualitas awal dan pengetahuan Veda diberikan kepada manusia oleh Tuhan pada awal penciptaan. Jadi, di dunia pernah ada suatu peradaban Veda dan tatanan spiritual yang sangat maju dan agung. Tetapi, karena berbagai perubahan yang terjadi di bumi, seperti jaman es, gempa bumi, kekeringan, dll, menyebabkan perubahan terhadap tatanan peradaban global. Beberapa dari kejadian tersebut, seperti banjir besar, dicatat oleh berbagai peradaban di seluruh dunia.

Banyak ilmuwan merasa bahwa banjir besar yang melanda dunia terjadi sekitar 13.000 tahun yang lalu. Ada yang berpikir bahwa itu terjadi karena tabrakan sebuah meteor dengan bumi yang menyebabkan berakhirnya Jaman Es dan mengakibatkan mencairnya es dalam jumlah yang sangat luar biasa yang menghasilkan air yang membanjiri seluruh planet bumi. Banyak daratan lenyap, dan banjir yang melanda dunia menyapu sebagian besar populasi dunia. Danau-danau besar terbentuk, semua daratan yang rendah hilang, dan daratan seperti Mesir menjadi tergenang air. Hal ini berarti bahwa peradaban maju yang tadinya ada di bumi lenyap, dan digantikan oleh mereka yang berhasil selamat dari malapetaka tersebut. Mereka adalah para pelaut, seperti halnya Manu (Nuh, Noah) dan keluarganya, yang selamat dari banjir besar dan menguasai bagian-bagian dunia yang lain.

Informasi lebih jauh tentang akhir jaman es dan banjir global secara singkat dijelaskan oleh Dr. Venu Gopalacharya. Melalui sebuah surat pribadi kepada saya (22 Juli 1998), dia menjelaskan bahwa, “Terdapat delapan belas buah kitab-kitab Purana dan sub-Purana dalam Sanskrit. Menurut kitab-kitab itu, hanya mereka yang tinggal di gunung-gunung yang tinggi di daerah Asia Tengah dan di sekitar Laut Caspia, setelah berakhirnya jaman es ke-empat, berhasil lolos dari malapetaka mencairnya es dan banjir besar. Selama periode sejak akhir jaman es ke-empat dan banjir besar, terdapat 12 buah perang besar untuk memperebutkan penguasaan atas seluruh globe. Mereka membagi globe menjadi dua bagian. Para penyembah aspek positif kekuatan-kekuatan alam, atau para Deva, tinggal dari Laut Caspia hingga ke bagian timur lautan, dan para penyembah aspek negatif kekuatan-kekuatan alam, menguasai daratan di sebelah barat Laut Caspia. Mereka dikenal sebagai para Assyrian (Asura), Daitya (Dutch), Daiteya (Deutch atau German), Danava (Dane), dan Danutusah (Celt). Beberapa dari mereka bermigrasi ke benua Amerika. Bangsa Maya, Toltec, dan penguasa Palanque (Patalalanke), diperkirakan adalah bangsa Asura yang bermigrasi ke Patala (daratan di bagian bawah), atau tanah immortal, Amaraka. [Ini merupakan kata Sanskrit dari mana nama America diturunkan. Mara dalam Sansrit berarti kematian, amara berarti tanpa kematian atau di luarnya.] Saat banjir besar, banyak dari daratan tersebut tenggelam. Noah (Manu) dan para pengikutnya dikenal sebagai bangsa Manava, memerintah seluruh dunia dengan sistim monarki. Mereka adalah para pewaris dan keturunan dari sembilan orang putra dan seorang putri Manu”.

Dr. Venu Gopalacharya melanjutkan alur pemikirannya tersebut dalam bukunya, World Wide Hindu Culture and Vaishnava Bhakti (p.117-18). Dia menjelaskan lebih jauh tentang peradaban Veda yang terus menyebar setelah banjir besar. Di bawah pimpinan para pangeran Solar Dynasty bahwa suatu cabang dari barisan bangsa India bergerak ke barat Sungai Indus dan menguasai wilayah Abyssinia dan daerah-daerah di sekelilingnya sekitar sungai Nile, Gambia, dan Senagal. Nama Abyssinia dan Ethiopia diturunkan dari Sanskrit asli. Setelah kejadian banjir besar, sembilan orang putra dari Vaivasvata Manu [beberapa referensi menyebutkan sepuluh orang putra] memerintah di berbagai belahan globe. Mereka dan para penerusnya sangat peduli terhadap ditegakkannya prinsip-prinsip Veda, Sanatana-dharma, peningkatkan jalan hidup untuk mendapatkan kembali dan memelihara identitas spiritual seseorang dalam hubungannya dengan Yang Kuasa. Ini merupakan esensi dari ajaran-ajaran Vaivasvata Manu. Ini secara khusus diajarkan dan diikuti secara taat oleh para pemimpin besar Solar dinasti yang memerintah dari Ayodhya. Prinsip-prinsip tersebut meliputi prilaku yang benar, tidak memakai cara-cara kekerasan, hidup selibat, kebersihan, tidak iri dan dengki, keteguhan pikiran, kedamaian, kebenaran, dan pengendalian diri seperti dicontohkan oleh Sri Rama dan para pendahuluNya seperti Sagara, Ambarisha, Dilipa, Raghu, dan Dasaratha. Hal ini dijelaskan dalam Raghuvamsha Kalidasa begitu juga dengan kitab-kitab Purana dan Itihasa lainnya. Ukuran ini menjadi lebih populer di kalangan bangsa India kuno daripada bangsa di belahan dunia lainnya, dan, sehingga, India menjadi pusat dari pandangan hidup Veda sejak jaman dahulu kala.

Yang sangat disayangkan adalah bahwa banyak dari catatan-catatan kuno tersebut, yang darinya secara gamblang kita bisa mendapatkan informasi sesungguhnya tentang sejarah singkat masa-masa awal, telah dihancurkan oleh kaum fanatik revolusioner di tempat-tempat seperti Alexandria, Pusa, Takshashila, dan lainnya di Asia Tengah, dan Amerika Selatan dan Tengah. Mereka bertindak seperti itu sembari mendeklarasikan bahwa pengetahuan dan catatan-catatan seperti itu tidak diperlukan apabila berisikan tentang apa yang telah ada di dalam kitab-kitab agama mereka, tetapi harus dihancurkan apabila mengandung segala sesuatu yang berbeda. Inilah yang menyebabkan kenapa mitologi-mitologi bangsa Mesir, Babylonia, Yahudi, Old Testament, dan Al-Qur’an hanya berisi keterangan singkat tentang fakta-fakta pre-historis sebelum 2500 tahun yang lalu, tidak seperti catatan-catatan historis yang tersimpan jauh lebih detil dan komprehensif sebagaimana ditemukan dalam kitab-kitab kuno Veda dan Purana.
 
Lanjutan....

Dari setiap kejadian, kita mulai bisa melihat bahwa Vedic Aryan telah hidup di wilayah India sejak akhir banjir besar, sejak sekitar 13.000 sampai 10.000 B.C. Jadi, tidak mungkin ada suatu peradaban pre-Aryan di wilayah ini yang telah ditaklukkan oleh apa yang disebut sebagai “invading Aryans” di tahun 1500 B.C.

Dengan menggunakan berbagai jenis bukti yang sebelumnya telah disajikan dalam bab ini, menjadi jelas bahwa puncak “Vedic Age” tentunya ada jauh sebelum 3100 B.C., bahkan sebelum 4000 sampai 5000 B.C. seperti anggapan beberapa ilmuwan. Bal Gangadhar Tilak memperkirakan bahwa berdasarkan data historis, Vedas (Catur Veda) telah ada setidaknya pada 6000 B.C., sementara yang lain mengatakan jauh sebelumnya yaitu 7000-8000 B.C. Karena peradaban Veda pada masa itu diterapkan berdasarkan tradisi lisan, dan literatur masih belum dibuat secara tertulis, pokok-pokok hymne Rig-veda, dan bahkan Atharva-veda dan lain-lain, pasti telah ada selama ribuan tahun. Vedas digunakan sebagai falsafah hidup, tata cara pemujaan, dan panduan ritual bagi masyarakat dalam praktek kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Vedas merupakan sebuah produk canggih yang sangat tinggi nilainya dari sebuah masyarakat yang benar-benar sudah maju, dan sudah ada sejak jaman purba. Atau, sebagaimana tradisi itu sendiri menjelaskan, esensi pengetahuan Veda diberikan kepada umat manusia oleh Tuhan pada saat penciptaan jagat raya dan selalu ada, tidak akan pernah lenyap.

Sampai 3700 B.C., seluruh pokok-pokok prinsip ajaran dari Rig-veda sudah ada dan diketahui. Tentunya, ini masih berupa tradisi lisan. Satu point terkait dengan hal ini adalah bahwa ayah Bishma adalah Shantanu dimana kakaknya, Devapi, dianugrahi dengan beberapa hymne Rig-veda. Hal ini pasti merupakan peristiwa yang terjadi jauh sebelum 3200 B.C. karena Bishma memainkan sebuah peran yang sangat penting di dalam Perang Mahabharata di Kuruksetra, yang diperhitungkan terjadi sekitar 3137 B.C. Perhitungan lebih lanjut dapat dicocokkan dengan daftar urutan dinasti sebagaimana ditemukan dalam Adi-parva, bagian dari Mahabharata. Dengan bantuan daftar tersebut, dari 3100 B.C. kita memperoleh tambahan hampir 630 tahun atau lebih kembali kepada bangsa Suda dan Pertempuran Sepuluh Raja, seperti dijelaskan dalam Rig-veda. Ini membawa kita mundur ke sekitar 3730 B.C. Oleh karena itu, puncak dari “Jaman Veda” dapat ditetapkan sebelum 3700 B.C.

Dari literatur Veda, kita juga dapat melihat bahwa Sungai Sarasvati ada pada masa prima sekitar 4000 sampai 5000 B.C. atau lebih awal. Ini juga adalah saat peradaban Veda sedang menyebar ke seluruh dunia, apakah karena alasan perdagangan, migrasi, atau karena suku-suku bangsa yang mengalami penurunan moralitas terusir keluar wilayah India. Beberapa suku bangsa yang pertama-tama meninggalkan India mungkin termasuk suku bangsa Prithu-Parthava (yang menjadi bangsa Parthia), suku bangsa Druhyu (yang menjadi bangsa Druid), suku bangsa Alina (bangsa Hellene atau Yunani kuno), suku bangsa Simyu (bangsa Sirmio atau Albania kuno), suku bangsa Cina (bangsa China), dan lain-lain. Ini terjadi sekitar 4500 B.C., seperti dijelaskan oleh N.S. Rajaram dalam bukunya, The Vedic Aryan and the Origins of Civilization (p.210). Mereka adalah bangsa Arya paling awal yang menciptakan bentuk-bentuk paling kuno masyarakat Indo-Eropa. Bersamanya mereka mengambil dari Veda kebiasaan, bahasa, ritual, dll, yang kesemuanya dengan berjalannya waktu mengalami perubahan secara perlahan-lahan karena kurang seriusnya mengikuti tradisi Veda, atau karena mereka hilang kedekatannya dengan tanah airnya yang masih memegang teguh tradisi. Hal ini tentunya membantu untuk menjelaskan banyaknya kemiripan dalam bahasa dan kebudayaan yang kita temukan saat ini antara berbagai belahan dunia, banyak diantaranya kita akan bahas nanti dalam buku ini.

Selama millenium ke-empat, mendekati tahun 3800 B.C., India Utara memiliki sumber air yang melimpah, dengan beberapa sungai besar seperti sungai Indus yang mengalir ke arah utara, sungai Gangga mengalir ke arah timur, dan pusat sistem sungai Sarasvati-Drishadvati, yang diberi pasokan air oleh sungai Sutlej dan sungai Yamuna. Gurun pasir Thar yang sangat luas belum menyebabkan terpisahnya India Utara dan wilayah-wilayah di bagian barat. Jadi, pusat komunitas Veda meliputi area yang jauh lebih luas dan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada sekedar negara India sekarang ini.

Tetapi, sebelum terjadinya Perang Mahabharata, arah aliran Yamuna telah berubah dan tidak lagi mengalir ke Sungai Sarasvati, tetapi bermuara ke sungai Gangga. Menjelang Perang Mahabharata, sekitar 3100 B.C., Sarasvati dibicarakan dalam kaitannya dengan perjalanan spiritual yang dilakukan oleh Balarama (Shalya Parva, 36-55), yang masih dianggap sungai yang sangat disucikan tetapi dari sumbernya sampai gurun pasir dimana ia menghilang dapat ditempuh selama empatpuluh hari perjalanan menunggang kuda. Semua yang tersisa darinya hanyalah tempat-tempat suci yang tadinya berada di tepian sungai (ini juga disebutkan dalam sloka 3.80.84; 3.88.2; & 9.34.15-8). Mahabharata juga menjelaskan letak geografis sungai tersebut, dikatakan bahwa ia mengalir dekat Kuruksetra (3.81.125). Informasi yang sama tentang lokasi dimana Sarasvati menghilang, Vinasana, ditemukan di dalam Manu-samhita (2.21). Secara berangsur-angsur, gurun pasir semakin luas dan bangsa di wilayah bagian barat terus berpindah lebih jauh ke barat, kehilangan kontak dengan akarnya. Hal inilah yang lebih jauh membantu perkembangan komunitas bangsa Sumeria dan Mesir.

Periode berikutnya yaitu 3100 B.C atau sebelumnya tidak hanya menjadi pertanda era Perang Mahabharata, menghilangnya Lord Krishna, dan dimulainya Kali-yuga, tetapi juga merupakan pertanda dimulainya akhir “Jaman Veda”. Perang di Kuruksetra adalah awal dari hancurnya peradaban Veda dan jaringan globalnya. Itu juga adalah saat ketika bagian-bagian penting lainnya dari literatur Veda dikompilasi, yang diselesaikan dengan baik oleh Srila Vyasadeva, untuk hal mana Dia muncul di dunia ini. Dan karena tidak pernah ada penyerbuan bangsa Arya masuk ke India atau wilayah Indus Sarasvati, sebagaimana sudah kita buktikan, selanjutnya ini juga adalah saat ketika peradaban bangsa Harappa mulai terbentuk atau mencapai puncaknya jika memang ia sudah ada. Lebih jauh lagi, ini juga adalah jamannya dinasti pertama dan kedua Mesir, yang diperkuat oleh fakta bahwa banyak ilmuwan yang beranggapan bahwa piramid-piramid di Mesir dibangun pada masa ini. Beberapa ilmuwan menganggap bahwa piramid di Sakkara, 30 mil selatan Giza, dibangun sekitar 5000 tahun yang lalu (sekitar 3000 B.C.), sementara yang lain memperkirakan tahun 2650 B.C. Ini juga menjadi tanda bahwa peradaban bangsa Sumeria mencapai masa gemilang selama periode ini. Itu juga adalah masa ketika bangsa Mesir dan Sumeria berpedoman pada sistem dan formula matematika Shulbasutra dari India untuk rancangan arsitektur, bangunan-bangunan altar, dan perencanaan hunian, seperti halnya dengan tempat-tempat dari peradaban Harappa.

Dari 3000 ke 2000 B.C., sejalan dengan berlanjutnya para penduduk menyebar keluar dari India ke arah barat, masih sering terjadi kontak antara India dengan wilayah-wilayah tertentu seperti Mesir, Sumeria, Mesopotamia, dan lainnya. Tetapi, kekeringan besar yang berlangsung selama 300 tahun di wilayah-wilayah tersebut menyebabkan kesulitan-kesulitan yang sangat besar bagi semua peradaban tersebut. Banyak yang sepakat bahwa peradaban Harappa berakhir sekitar 2500-2200 B.C. Kekeringan selama 300 tahun tersebut, bukan karena ulah para penyerang, menyebabkan awal dari berakhirnya peradaban Harappa, begitu juga halnya dengan masyarakat bangsa Akkadia (Sumeria). Peradaban Mesir kuno mungkin juga berakhir karena malapetaka kekeringan tersebut, hanya meninggalkan sisa-sisa bangunan monumen dan tulisan kepada kita yang saat ini kita masih mencoba untuk memahaminya secara penuh. Bangsa inilah yang kemungkinan melakukan migrasi dalam rangka untuk mencari sumber-sumber alam yang lebih baik. Lebih jauh lagi, periode 3000 ke 2500 B.C. ini juga, menurut perkiraan para arkeolog Inggris, yang dipercaya sebagai saat bangsa Druid dan para pendetanya tiba di Inggris. Tetapi, bangsa Druid sendiri mengklaim bahwa asal mereka adalah dari timur semenjak 3900 B.C., yang lebih mendekati versi Veda.

Sampai 2000 B.C. arah aliran Sutlej juga mengalami perubahan, mengalir ke Indus, sementara itu gurun pasir bertambah luas tanpa rasa belas kasihan. Hal ini menyebabkan Sarasvati hanya memiliki sedikit sumber untuk terus mempertahankan dirinya sebagai sungai besar sebagaimana sebelumnya. Menjelang 1900 B.C., Sarasvati secara menyeluruh akhirnya berhenti mengalir dan akhirnya benar-benar kering, memberikan kontribusi atas bubarnya penduduk bagian barat India ke tempat-tempat lain, dan membuat wilayah di sekitar Gangga menjadi tempat yang paling penting bagi sisa-sisa masyarakat Veda. Begitu Sungai Sarasvati lenyap, Gangga menggantikannya sebagai sungai yang paling disucikan.

Setelah 2000 B.C. adalah saat dari banyaknya migrasi orang-orang Arya India menuju Asia Barat, Mesopotamia, Iran, dan lebih jauh lagi. Terbentuknya berbagai bangsa, seperti Kassite, Hittite, dan Mittani, begitu juga dengan Celt, Scythia, dll, yang semuanya ambil bagian dalam migrasinya masing-masing.

Alasan kenapa bangsa Eropa lambat laun melupakan keterkaitannya dengan India karena segala macam kontak dengan India sengaja dibatasi oleh bangsa Yunani dan Romawi. Kemudian sampai ketika Alexander dan bangsa Yunani menjajah India, kontak-kontak telah dikurangi sampai hampir tidak ada sama sekali selama berabad-abad. Setelah itu, bangsa Romawi menganut agama Kristen, memaksa sisa bangsa Eropa lainnya untuk mengikutinya. Dengan ini, maka tinggal bangsa Arab yang menjadi pedagang utama antara India dan Eropa, sampai akhirnya meletus perang antara orang Kristen dan Muslim. Setelah Islam menguasai Constantinopel di Turki, mereka mengontrol semua jalur perdagangan antara Eropa dan India, memaksa bangsa Eropa membuka rute perdagangan baru melalui jalur laut ke India. Ini membawa kepada “penemuan” Amerika, Australia, dan bagian-bagian Afrika. Kemudian, setelah jalur-jalur perdagangan dengan India terbuka, para misionaris, para penjajah baru, dan yang disebut sebagai kaum terpelajar menjadi sang penakluk baru. Bersama mereka juga datang sejarah-sejarah versi baru yang dimaksudkan untuk mengurangi nilai warisan dan peninggalan asli India.
 
/no1..really good thread!

Vedas (Catus Veda) sebagai hukum pertama agama Hindu dengan penuh esensi pengetahuan diberikan kepada umat manusia oleh Tuhan pada saat penciptaan jagat raya dan selalu ada, tidak akan pernah lenyap.

Veda dan Purana berisi keterangan fakta-fakta pre-historis sebelum 2500 tahun yang lalu, mencatat historis yang tersimpan jauh lebih detil dan komprehensif.
 
/no1..really good thread!

Vedas (Catus Veda) sebagai hukum pertama agama Hindu dengan penuh esensi pengetahuan diberikan kepada umat manusia oleh Tuhan pada saat penciptaan jagat raya dan selalu ada, tidak akan pernah lenyap.

Veda dan Purana berisi keterangan fakta-fakta pre-historis sebelum 2500 tahun yang lalu, mencatat historis yang tersimpan jauh lebih detil dan komprehensif.

Thanks Boss.
Jadi lebih semangat nih, klu begitu berikut saya copasin kesimpulan dari bagian ini, semoga bermanfaat dan memperluas wawasan kita juga menambah kebanggaan kita akan warisan adiluhung dari Peradaban Veda.
Suksma.
Satyam Eva Jayate


KESIMPULAN

Uraian di atas menyajikan bukti-bukti tentang asal-usul sebenarnya dari Vedic Aryan. Ini juga menjadikannya jelas bahwa ia berasal dari Timur, khususnya wilayah India, dimana asal-usul peradaban maju dan esensi agama dan filsafat spiritual dapat ditelusuri. Dari sana, pengaruh peradaban Vedic Aryan telah menyebar ke berbagai wilayah dan masih dapat dikenali dalam sejumlah peradaban. Hanya segelintir orang dengan ‘pikiran-terbuka’ yang melihat gambaran menyeluruh atas perkembangan keagamaan ini yang akan memahami satu kesatuan dunia dan kandungan nilai-nilai historisnya. Kesatuan tersebut dirusak hanya oleh ketidakdewasaan seseorang, dogmatis, dan perasaan egois akan keunggulan regional dan budaya. Kita telah menyaksikan hal ini dalam propaganda yang secara efektif digunakan oleh Nazi dan saat ini oleh neo-Nazi dan kelompok-kelompok pendukung supremasi ‘kulit-putih’ yang saat ini menebarkan mitos modern bahwa tempat asal sebenarnya dari ras orang Arya adalah Eropa bagian utara. Jadi, mereka mengisyaratkan bahwa para anggota ras tersebut lebih unggul daripada ras lain dalam hal bentuk tubuh, bahasa, kemampuan mental, dan budaya. Mitos ini harus dilihat untuk apa disebarkannya karena tidak dapat diragukan lagi bahwa bangsa Arya berasal dan menyebar dari wilayah India dan Lembah Indus, bukan Eropa.

Sebagaimana dijelaskan dengan sangat baik oleh N.S. Rajaram dalam bukunya “Vedic Aryans and The Origins of Civilization (hal.247-8), “Kesimpulannya: berdasarkan temuan arkeologi, foto satelit, metalurgi dan matematika kuno, jelaslah sekarang bahwa pernah ada sebuah peradaban agung--terutama mungkin sebuah peradaban spiritual--sebelum bangkitnya bangsa Mesir, Sumeria dan Lembah Indus. Jantung dunia masa kuno ini menempati wilayah dari Indus sampai ke Gangga--tanah tumpah darah dari Vedic Aryan.

“Kesimpulan ini, berasal dari penemuan-penemuan ilmiah pada tiga dekade terakhir, meruntuhkan teori bahwa bangsa Arya pengembara dari Asia Tengah turun ke dataran India pada millenium kedua BCE dan membangun peradaban mereka dan menyusun Rig-veda. Gambaran yang disajikan berdasarkan fakta-fakta ilmiah disingkirkan jauh-jauh dari buku-buku sejarah dan menempatkan lokasi ‘Kelahiran Peradaban’ di lembah sungai Mesopotamia. Ilmu pengetahuan modern dan catatan-catatan kuno juga memberikan kita suatu petunjuk tentang adanya teka-teki sejarah: kenapa sejak waktu yang tidak bisa kita ingat, bangsa dari India dan Sri Lanka, sampai ke Inggris dan Irlandia telah berbicara menggunakan bahasa-bahasa yang secara jelas berhubungan satu dengan yang lainnya, dan memiliki mitologi dan keyakinan yang secara mencolok sangat mirip.

“Jawabannya sederhana yaitu: mereka merupakan bagian dari sebuah peradaban besar yang telah tumbuh dengan baik sebelum bangkitnya peradaban Mesir, Sumeria dan Lembah Indus. Ini adalah sebuah peradaban sebelum munculnya peradaban-peradaban.

Bisa juga saya tambahkan bahwa hal ini cocok dengan sejarah sebagaimana kita temukan di dalam literatur-literatur Veda, khususnya Rig-veda dan kitab-kitab Purana. Ia selanjutnya membantu membuktikan keabsahan peradaban Veda dan dalil bahwa ia merupakan suatu peradaban kuno pertama, sebuah tatanan masyarakat spiritual, menggunakan pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan sejak waktu penciptaan, dan selanjutnya dipelihara lebih jauh oleh para orang suci. Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini tentang ras manusia (The History and Geography of Human Genes), mengukuhkan bahwa seluruh orang Eropa, Timur Tengah, dan India berasal dari sebuah tipe ras tunggal yaitu Caucasian. Hal ini berarti bahwa mereka berasal dari sumber yang sama. Jadi, kita semua adalah keturunan dan pewaris dari peradaban besar Veda tersebut, yang berpusat di India. Setiap kali ditemukan bukti baru, itu hanya akan membuktikan kecocokannya dengan kesaksian menurut Rig-veda dan kitab-kitab Purana, dan akan menunjuk wilayah bagian utara India sebagai tempat kelahiran asli kaum Vedic Aryan.

Petunjuk dari semua ini adalah bahwa kalaupun jika seorang Muslim, Kristen, Yahudi, Buddhis, Hindu, dll., kesemuanya memelihara ideologi, legenda, dan tradisi mereka sendiri, kita harus menyadari bahwa semua legenda dan konsepsi tentang Tuhan dan bentuk-bentuk penyembahan pada hakekatnya merujuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang sama dan para dewa-dewi yang posisinya lebih di bawah, walaupun mereka mungkin disebut dengan nama-nama yang berbeda menurut variasinya sekarang ini di setiap wilayah dan kebudayaan. Dengan kata lain, semua doktrin dan keyakinan tersebut secara sederhananya tumbuh dan berkembang dari sumber kepercayaan dan penyembahan kepada satu Supreme Deity yang menyebar keseluruh dunia beberapa ribu tahun yang lalu dari sumber utama yang sama, dan yang saat ini diekspresikan melalui berbagai macam budaya yang berbeda-beda di dunia. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah apa agama yang kita yakini, kita semua merupakan bagian dari satu keluarga. Kita hanyalah suatu cabang yang lain dari pohon yang sama yang dapat ditelusuri ke sumber akarnya pada masa pra-sejarah yaitu pemikiran spiritual yang ditemukan di dalam peradaban Veda, suatu filsafat dan tradisi spiritual tertua dan sangat maju di dunia.

Pada bab-bab selanjutnya akan nampak lebih jelas setelah kita melihat lebih dekat kepada masing-masing kebudayaan dan agama, dan berbagai lokasi di seluruh dunia, dan mengenali sejumlah hubungan dan kemiripan yang mereka miliki dengan tradisi dan pengetahuan Veda

-eof-
 
Wah kalo saya membaca di kitab agama lain di situ disebutkan bahwa jagat raya ini sebelumnya kosong melompong dan hanya ada air dan roh Allah melayang-layang di atas air..kalo kita membaca literatur2 Hindu banyak juga yg menguatkan bahwa air itu ada bahkan sebelum bumi diciptakan..

Memang kalo kita mencari inti dari semua agama pasti sama!tapi kalo kita cari kulitnya ya beda2..kalo orang yg fanatik cenderung mencari perbedaannya tapi kalo orang plural pasti mencari persamaan antar agama yg ada sembari menghormati perbedaannya..

Analisa yg bagus...good!
 
Wah kalo saya membaca di kitab agama lain di situ disebutkan bahwa jagat raya ini sebelumnya kosong melompong dan hanya ada air dan roh Allah melayang-layang di atas air..kalo kita membaca literatur2 Hindu banyak juga yg menguatkan bahwa air itu ada bahkan sebelum bumi diciptakan..

Betul sekali. Konsep penciptaan jagat raya yang 'menyebut' tentang air dan roh allah yang melayang-layang di atasnya, ada di semua kepercayaan (baca: agama). Cuma, perbedaannya adalah uraian di dalam pustaka suci Veda jauh lebih detil dan komprehensif dibandingkan dengan di tempat lain.
Ini sesuai dgn apa yg telah diuraikan secara panjang lebar di atas.

Mungkin pada kesempatan lain akan saya bahas (copasin, hehehe...) tentang konsep penciptaan jagat raya (universe) menurut pustaka Veda dan perbandingannya dgn uraian menurut agama2 lain.

Memang kalo kita mencari inti dari semua agama pasti sama!tapi kalo kita cari kulitnya ya beda2..kalo orang yg fanatik cenderung mencari perbedaannya tapi kalo orang plural pasti mencari persamaan antar agama yg ada sembari menghormati perbedaannya..

Inti kebenaran (universal) spiritualitas memang cuma satu alias sama karena, sekali lagi, seperti uraian di atas, bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa pada awal penciptaan. Tetapi bedanya adalah ada yang membahasnya/mengungkapnya secara komprehensif, ada yang tidak.
Akan menjadi sangat bermasalah kalau ada yang sengaja mencari-cari perbedaan pada tataran 'kulit'-nya dan yg lebih fatal lagi adl merasa/menganggap bahwa apa yang dia miliki adl yang paling lengkap/sempurna/etc2.

Analisa yg bagus...good!

Terima kasih bro JakaLoco.
 
Perhatikan ini :

Manu >> Man + Nuh
----> Kita tahu bahwa bahasa Sansekerta adl induk dari bahasa Inggris,Belanda,Jerman..
kata Man merujuk kepada "manusia lelaki", jadi Manu artinya pria bernama Nuh..

Nabi Nuh >> seorang manusia bernama Nuh yg diangkat sbg nabi

Masuk akal ya...
 
Perhatikan ini :

Manu >> Man + Nuh
----> Kita tahu bahwa bahasa Sansekerta adl induk dari bahasa Inggris,Belanda,Jerman..
kata Man merujuk kepada "manusia lelaki", jadi Manu artinya pria bernama Nuh..

Nabi Nuh >> seorang manusia bernama Nuh yg diangkat sbg nabi

Masuk akal ya...

bro jaka....
Manu berasal dari kata Sanskrit manah, yg artinya berpikir, mahluk berpikir (ingat kata2 kayika, wacika dan manacika). dari kata ini muncul kata man dlm bhs inggris, dll bahasa dan manusia dlm bhs melayu. sosok manu dlm veda disebut sbg noah dlm tradisi kristen/barat dan nuh dalam tradisi islam.

bro dananjaya....
mohon ijin copy post-nya u/ di-share di sebelah.
thanks.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.