GOLDWAY
IndoForum Senior E
- No. Urut
- 108195
- Sejak
- 4 Nov 2010
- Pesan
- 3.835
- Nilai reaksi
- 273
- Poin
- 0
Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil
mursalin, wa ba`du,
Hadits-hadits Rasulullah SAW itu bisa diklasifikasikan menurut banyak
kriteria. Misalnya menurt jumlah perawinya. Selain itu bisa juga
diklasifikasi menurut kualitas para perawinya. Kalau diklasifikasi
menurut kualitas perawinya, maka hadits bisa dipilah menjadi tiga besar,
yaitu shahih, hasan dan dhaif.
Untuk mengetahui bahwa suatu hadits itu shahih, hasan atau dhaif, maka
kita perlu membaca atau mencarinya dalam kitab-kitab yang telah disusun
oleh para ulama. Sering disebut juga dengan kitab takhrijul hadits.
Sebab hampir semua hadits itu sudah dipetakan sedemikian rupa dan
disusun berdasarkan kriteria shahih dan tidak.
Misalnya Al-Imam Al-Bukhari telah menyusun sebuah kitab yang legendaris
yang isinya adalah hadits yang shahih saja. Bahkan banyak orang yang
menjuluki kitab itu adalah kitab paling shahih kedua setelah Al-Quran
Al-Kariem.
Sedangkan secara umum, ada kitab-kitab takhrij yang dengannya kita bisa
mengetahui derajat suatu hadits, antara lain :
- Takhrijul Hadits Al-Muhazzab oleh Ibni Ishaq Asysyirazy ( - 584 H).
- Takhriju Al-ahadits Al-Mukhtashar Al-Kabir oleh Ibnil Hajib (- 744 H).
- Nashbur Rayah Li Ahaditsir Riwayah oleh Al-Marghinani - 762 H).
- Takhrijul Ahadits Al-Kasysyaf oleh Az-Zamakhsyari
- Al-Badrul Munir Fi Takhrijil Ahadits oleh Ar-Rafi’i.
- Tuhfatur Rawi Fi Takhriji Ahadits Al-Baidhawi ( - 1031 H).
- Ad-Dirayah Fi takhriji Ahaditsil Hidayah oleh Al-Hafis Ibnu Hajar ( -
852 H).
Hadits Shahih
Abu Amru Ibnu Shalah mendefinisikan bahwa yang disebut dengan hadits
shahih itu adalah hadits yang riwayatnya bersambung dan dilakukan dari
perawi yang dhabith dan adil kepada perawi yang juga dhabith dan adil
hingga ke ujungnya tanpa adanya syadz dan mua‘llal. (Lihat Ulumul Hadits
libni Shalah hal. 6).
Al-Imam An-Nawawi meringkas definisi Ibnu Shalah menjadi Hadits yang
bersambung sanadnya oleh para perawi yang adil dan dhabith tanpa syadz
maupun ‘illah.
Para muhadditsin lalu membuat 5 syarat untuk sebuah hadits bila ingin
dimasukkan dalam kriteria shahih :
1. Sanadnya tersambung.
Maksudnya antara satu perawi hingga ke perawi berikutnya punya
ketersambungan yang pasti, tidak ada keterputusan, atau manipulasi
(tadlis) menggantung, mu’dhal dan lainnya.
2. Para Perawinya ‘Adil
Yang dimaksud dengan adil itu adalah seorang yang meriwayatkan atau
menyampaikan hadits haruslah orang yang istiqamah dalam menjalankan
agamanya, bagus akhlaqnya, selamat dari ciri kefasikan dan kekurangan
dari sisi muru’ah.
3. Para Perawinya Dhabith
Dhabith itu adalah punya kemampuan dalam menghafal semua hadits yang
disampaikan, bai pada matan maupun sanadnya, serta tidak tertukar-tukar
antara satu hadits dengan lainnya.
4. Tidak Ada Syadz
Maksudnya adalah hadits itu tidak bertentangan dengan hadits yang tsiqah
dan lebih rajih.
5. Tidak Ada ‘Illatnya
Makna ‘Illat adalah sakit, seperti keterputusan riwayat, mauquf dan
sebagainya.
Hadits Dha’if
Hadits dha’if itu adalah yang tidak memenuhi syarat shahih dan juga
hasan. Sehingga perawinya tidak ‘adil dan tidak dhabith. Juga
periwayatannya terputus.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
sumber ; http://www.syariahonline.com
Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu `ala sayyidil
mursalin, wa ba`du,
Hadits-hadits Rasulullah SAW itu bisa diklasifikasikan menurut banyak
kriteria. Misalnya menurt jumlah perawinya. Selain itu bisa juga
diklasifikasi menurut kualitas para perawinya. Kalau diklasifikasi
menurut kualitas perawinya, maka hadits bisa dipilah menjadi tiga besar,
yaitu shahih, hasan dan dhaif.
Untuk mengetahui bahwa suatu hadits itu shahih, hasan atau dhaif, maka
kita perlu membaca atau mencarinya dalam kitab-kitab yang telah disusun
oleh para ulama. Sering disebut juga dengan kitab takhrijul hadits.
Sebab hampir semua hadits itu sudah dipetakan sedemikian rupa dan
disusun berdasarkan kriteria shahih dan tidak.
Misalnya Al-Imam Al-Bukhari telah menyusun sebuah kitab yang legendaris
yang isinya adalah hadits yang shahih saja. Bahkan banyak orang yang
menjuluki kitab itu adalah kitab paling shahih kedua setelah Al-Quran
Al-Kariem.
Sedangkan secara umum, ada kitab-kitab takhrij yang dengannya kita bisa
mengetahui derajat suatu hadits, antara lain :
- Takhrijul Hadits Al-Muhazzab oleh Ibni Ishaq Asysyirazy ( - 584 H).
- Takhriju Al-ahadits Al-Mukhtashar Al-Kabir oleh Ibnil Hajib (- 744 H).
- Nashbur Rayah Li Ahaditsir Riwayah oleh Al-Marghinani - 762 H).
- Takhrijul Ahadits Al-Kasysyaf oleh Az-Zamakhsyari
- Al-Badrul Munir Fi Takhrijil Ahadits oleh Ar-Rafi’i.
- Tuhfatur Rawi Fi Takhriji Ahadits Al-Baidhawi ( - 1031 H).
- Ad-Dirayah Fi takhriji Ahaditsil Hidayah oleh Al-Hafis Ibnu Hajar ( -
852 H).
Hadits Shahih
Abu Amru Ibnu Shalah mendefinisikan bahwa yang disebut dengan hadits
shahih itu adalah hadits yang riwayatnya bersambung dan dilakukan dari
perawi yang dhabith dan adil kepada perawi yang juga dhabith dan adil
hingga ke ujungnya tanpa adanya syadz dan mua‘llal. (Lihat Ulumul Hadits
libni Shalah hal. 6).
Al-Imam An-Nawawi meringkas definisi Ibnu Shalah menjadi Hadits yang
bersambung sanadnya oleh para perawi yang adil dan dhabith tanpa syadz
maupun ‘illah.
Para muhadditsin lalu membuat 5 syarat untuk sebuah hadits bila ingin
dimasukkan dalam kriteria shahih :
1. Sanadnya tersambung.
Maksudnya antara satu perawi hingga ke perawi berikutnya punya
ketersambungan yang pasti, tidak ada keterputusan, atau manipulasi
(tadlis) menggantung, mu’dhal dan lainnya.
2. Para Perawinya ‘Adil
Yang dimaksud dengan adil itu adalah seorang yang meriwayatkan atau
menyampaikan hadits haruslah orang yang istiqamah dalam menjalankan
agamanya, bagus akhlaqnya, selamat dari ciri kefasikan dan kekurangan
dari sisi muru’ah.
3. Para Perawinya Dhabith
Dhabith itu adalah punya kemampuan dalam menghafal semua hadits yang
disampaikan, bai pada matan maupun sanadnya, serta tidak tertukar-tukar
antara satu hadits dengan lainnya.
4. Tidak Ada Syadz
Maksudnya adalah hadits itu tidak bertentangan dengan hadits yang tsiqah
dan lebih rajih.
5. Tidak Ada ‘Illatnya
Makna ‘Illat adalah sakit, seperti keterputusan riwayat, mauquf dan
sebagainya.
Hadits Dha’if
Hadits dha’if itu adalah yang tidak memenuhi syarat shahih dan juga
hasan. Sehingga perawinya tidak ‘adil dan tidak dhabith. Juga
periwayatannya terputus.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
sumber ; http://www.syariahonline.com