• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[wirausaha] Raup Jutaan Rupiah dari Jualan Gudeg Mercon

yan raditya

IndoForum Addict E
No. Urut
163658
Sejak
31 Jan 2012
Pesan
24.461
Nilai reaksi
72
Poin
48
HORE.jpg
Gudeg sudah lama dikenal sebagai makanan khas dari Yogyakarta dengan cita rasa yang manis. Namun, ketika menyantap gudeg yang dijual oleh Ngatinah ini, ada sensasi lain yang ditangkap oleh lidah, yaitu rasa pedas.

Ngatinah, menuturkan bahwa kata "mercon" yang ditambahkan sebagai branding dagangannya itu merujuk pada rasa pedas. Ya, gudeg pedas buatan Ngatinah ini ternyata memang sudah sangat terkenal di Jogja.

Menurut Ngatinah, ia memulai usahanya berjualan gudeg ini pada tahun 1992. Lapaknya sejak dulu memang di Jalan Kranggan ini, persisnya di ujung Jalan Asem Gede.

"Saya lupa modalnya berapa waktu itu. Seingat saya, dulu modalnya masih sedikit," ujar Ngatinah.

Dengan modal itu, Ngatinah membeli bahan-bahan untuk membuat gudeg seperti nangka muda, telur, dan krecek.

Kini, untuk memasak gudeg dagangannya, setiap hari ia berbelanja krecek 1 kilogram, beras 8 kilogram, nangka muda 10 kilogram, telur ayam 8 kilogram, kerupuk 50 bungkus, tempe 150 potong, ayam 5 ekor, cabai hijau 6 kilogram, dan cabai rawit 6 kilogram.

Selain itu, Ngatinah juga membuat sate usus ayam, sate udang, bakwan dan martabak sebagai makanan pendamping untuk menikmati gudeg merconnya.

Ngatinah memang membuat dua macam kuah gudeg, yaitu rasa gurih dan rasa pedas. Kuah pedas inilah yang dia namakan "mercon." Untuk sambal krecek juga Ngatinah sengaja mencampurnya dengan cabai rawit yang masih utuh, bukan yang diiris.

Meski sudah berusia 60 tahun, Ngatinah mengaku masih suka memasak sendiri gudeg ini di rumahnya di Jalan Jenggotan, Jetis, Yogyakarta. Proses memasaknya, kata dia, makan waktu empat jam dengan menggunakan tujuh kompor. Setelah semua matang dan siap dijual, semua dagangannya itu dibawa ke lapaknya dengan menggunakan becak.

"Saya sendiri pergi ke lapak dengan sepeda," ujar Ngatinah.

Ia berjualan setiap hari, mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB, hanya ditemani oleh seorang anaknya yang bernama Parni. Namun, tak jarang Ngatinah pulang lebih cepat. Biasanya kalau ramai pembeli, dia bisa tutup warung pada pukul 00.00 WIB.

Untuk menikmati gudeg mercon ini, harga seporsinya terdiri dari nasi, gudeg, dan telur harganya Rp13 ribu. Jika lauknya ditambah ayam suwir harganya Rp15 ribu, ditambah daging ayam paha atas harganya Rp25 ribu, sedangkan paha bawah harganya Rp30 ribu.

"Makanan pendamping seperti bakwan harganya Rp2 ribu, tempe mendoan Rp1 ribu, dan sate ayam Rp5 ribu," kata dia.

Dengan berjualan gudeg itu, Ngatinah bisa mendapatkan sekitar Rp2 juta per hari. Pendapatan itu dia gunakan untuk modal dan kebutuhan sehari-hari.

"Itu untuk modal lagi dan buat makan. Tapi, kalau dapat untung, ya, syukur. Yang penting bisa kasih uang jajan anak," kata dia.

Selama berjualan lebih dari dua puluh tahun, Ngatinah mengaku tidak pernah mengalami kendala dalam berjualan, semisal ditertibkan. "Cuma kalau hujan, dagangan saya sepi," kata nenek tiga cucu yang sudah menetap di Yogyakarta sejak tahun 1984 ini.

Ngatinah sebenarnya berasal dari Boyolali, Jawa Tengah. Menurut dia, masyarakat Jogja menyukai gudeg buatannya dan mendapat julukan sebagai satu-satunya gudeg pedas di kota ini.

"Pernah ada pelanggan saya yang dari Lampung datang dan bilang 'Rasanya nggak berubah ya, Bu,'" kata dia.

Peminat gudeg mercon ini, kata Ngatinah, kebanyakan memang orang domestik dari berbagai latar belakang daerah seperti Yogyakarta, Jakarta, Lampung, Manado, Korea, Batam, Bogor, Bandung, dan Bali. Sedangkan para turis bule, biasanya jarang yang pesan gudeg pedas.

"Tapi, kalau yang paling pedas itu orang India pernah pesan," kata dia.

Beberapa artis juga pernah membeli gudegnya. Tinah mengaku bahwa anaknya yang ingat nama-nama selebriti itu. Parni pun menyebut bahwa Julia Perez, Nia Ramadhani, Duta Sheila On 7, Eko Patrio, Doyok, Kotak, ST12, dan banyak lagi pernah datang dan mencicipi gudeg mercon ini.

Tidak hanya berjualan gudeg di trotoar Jalan Kranggan, Tinah juga menerima pesanan. Dia juga mengatakan bahwa gudegnya itu pernah dipesan untuk keperluan acara gereja, piknik, acara pernikahan, dan acara di hotel.

"Tergantung isinya dan besar pesanannya. Kalau makannya besar, ya Rp20 ribu, isinya gudeg, "mercon", krecek, dan paha. Kalau yang kecil itu Rp13-15 ribu. Ada yang Rp30 ribu pakai paha. Ya, tergantung permintaanlah," kata dia.

Apabila tertarik untuk membeli gudeg ini, pembaca bisa berkunjung ke Jalan Kranggan pada malam hari. Hanya memerlukan waktu sekitar 5-10 menit untuk berjalan kaki ke sana dari arah Tugu Yogyakarta. Patokannya adalah perempatan Jalan Asem Gede, dekat rumah makan "Gudeg Bu Djuminten". Tapi, jangan berharap bisa menemui gudeg ini saat hari Lebaran.

"Kalau Lebaran, saya tidak jualan. Libur sepuluh hari. Lha wong Lebaran setahun sekali, saya, kok disuruh jualan terus," kata dia.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.