• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Upakara Yadnya

goesdun

IndoForum Junior A
No. Urut
32661
Sejak
7 Feb 2008
Pesan
3.022
Nilai reaksi
66
Poin
48
Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan tidak dapat digambarkan.

Dengan kenyataan ini umat Hindu sangat memerlukan peragaan dari Ida Sanghyang Widhi yang tidak dapat digambarkan itu menjadi tergambar, yaitu berwujud pratima, berwujud dewa-dewi, banten catur, dan sebagainya yang bersifat sementara. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan rasa bhakti.

Banten atau sajen penuh dengan simbul-simbul yang filosofis dan artistic, sehingga semua bentuk pikiran bisa digambarkan dalam bentuk banten.

Banten guru piduka misalnya sebagai simbul minta maaf, sesayut dirgayusa gumi sebagai gambaran permohonan kesejahtraan dunia dan sebagainya. Hampir semua yang abstrak bisa dilukiskan dalam gambaran yang simbolik dan filosofis dalam wujud banten.


Berikut adalah KATEGORI BANTEN :

1. Mendukung Upacara

1.a. Prayascita
5042419CIMG2778.JPG


Prayascita ini juga disebut pembersih semua mala. Amat sering digunakan misalnya membeli barang baru yang mungkin perlu dibersihkan secara niskala.

CaraMembuat : Pertama taruh suer (berbentuk bundar), tumpeng 5 buah, tulung juga 5, lalu taruh tipat sari 5 buah, kacang komak, lalu isikan raka dan woh-wohan isikan cerasis berisi garam, isikan daun dap-dap 5, setelah itu isikan tajer 5, isikan kwangen, setelah itu isikan tulung urip dan sampeyan nagasari.

Bahan : buah, Bunga, Sirih, Janur, Plawa

2.b. Sesayut Pageh Tuwuh
5788269CIMG2768.JPG


Sesayut Pageh tuwuh ini artinya keutuhan atau kelangsungan kehidupan menjadi selamat.Sesayut ini biasanya dipergunakan otonan(manusa yadnya).

CaraMembuat : Pertama taruh kulit sesayut setelah itu tumpeng 1 maiter kwangen,setelah itu isikan raka-raka(buah dan jajan)setelah isikan raka-raka taruh kacang komak. Setelah itu isiskan santun melambangkan bwuna agung bhuwana knapa disebut bwuna agung karena dalam santun ini berisi hasil-hasil bumi. Setelah isi santun paling atas isikan sampeyan nagasri. Terakhir isikan toye ning.

Bahan : Kelapa, Kelapa, porosan, Plawa, Janur, Bunga, Telur, Buah


2. simbol Kemahakusaan

2.a. Daksine Ageng
2754516CIMG2792.JPG


Pada dasarnya daksina ini sangat besar kegunaannya di dalam penebusan kekurangan-kekurangan bila kita membuat banten yang besar.

CaraMembuat : Pada dasarnya bahan-bahan daksina gede dengan alit adlah sama akan tetapi daksina gede ini bahannya 4 kali lipat,kelapa isinya 4

Bahan : Pinang, Sirih, Janur, Plawa, Kelapa


2.b. Daksina alit
542724630340572231622024_eeeeea4504_o.jpg


Menurut artinya daksina ini adalah tapakan Ida Sang Hyang Widi. Perlengkapan seperti telur itik uang, ataupun gantusan kiranya dapat digolongkan buah. Disamping itu penggunaan telur itik dan uang rupanya mempunyai fungsi tersendiri secara umum kelapa dapat digolongkan sebagai buah, tatapi yang lebih diutamakan airnya. Diusahakan mempergunakan telur itik bukan telur ayam sebab itik lebih banyak menunjukan sifat-sifat satwam sedangkan ayam lebih banyak menunjukan sifat rajas dan tamas oleh karena itu pula beberapa daksina terutama yang melambangkan bhutkala dipergunakan telur ayam, tetapi bila ditujukan kepada Hyang Widhi para Dewata dan Leluhur sedapat mungkin dipergunakan telur itik. Penggunaan uang yang disebut pula sesari atau akah kiranya untuk menyempurnakan isi daksina sehingga persembahan yang dilengkapi dilengkapi dengan daksina benar-benar diharapkan memberikan kesukseskan atau hasil yang sebagai mana diharapkan.

CaraMembuat : Alas Daksina disebut wakul Daksina atau bebedogan. Kedalamnya berturut-turut dimasukan tampak (sejenis jejahitan berbentuk silang atau tampak dara) beras, sebutir kelapa yang sudah dikupas sampai bersih (mekelas), serta beberapa perlengkapan yang dialasi dengan kojong seperti telur itik yang mentah, bija ratus , gantusan , Kelawa peselan, base-tampel, kemiri (tingkih), tangi, Pisang kayui yang mentah, uang, canang payasan, yaitu sejenis canang genten tetapi alasnya berbentuk segitiga ditempelin dengan reringgitan yang khusus.

Bahan : Telur, Bunga, Janur, Plawa, Porosan, Kelapa


sumber : upakarahindu.com
 
3. Persembahan

3.a. Canang Pesucian
2633666CIMG2795.JPG


Canang pesucian /pebersihan ini dipergunakan dalam upacara yang bersifat mesucikan

CaraMembuat : Alasnya seperti dengan canang genten,tetapi di bawahnya dilengkapi dengan lima kojong yaitu: Ambuh,sisig,boreh miik,asem,minyak wangi.Masing-masing bahan tersebut dialasi dengan sebuah kojong.Diatasnya diisi sebuah canang payasan dilengkapi dengan plawa,porosan dan bunga.

Bahan : Melek, Odak, Sisig, Ambuh, Bunga, Janur, Plawa, Porosan


3.b. Canang Genten
9333801Arya%20Tangkas%20Kori%20Agung%20-%20Canang.JPG


Canang ini merupakan upakara yang akan dipakai sarana persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Bhatara Bhatari leluhur.

CaraMembuat : Sebagai alas dapat digunakan taledan, ceper ataupun daun pisang yang berbentuk segi empat. Diatasnya berturut-turut disusun perlengkapan yang lain seperti: bunga dan daun-daunan, porosan yang terdiri dari satu/dua potong sirih diisi sedikit kapur dan pinang, lalu dijepit dengan sepotong janur, sedangkan bunganya dialasi dengan janur yang berbentuk tangkih atau kojong. Kojong dengan bentuk bundar disebut "uras-sari". diatasnya di isi rankaian janur berbentuk kojong dan paling atas diisi bunga ,pandan arum dan wangi wangian. Canang ini, baik besar maupun kecil bahkan selalu digunakan untuk melengkapi sesajen-sesajen yang lain, hanya saja bentuk alat serta porosannya berbeda-beda.

Bahan : Bunga,Pinang ,Sirih ,Janur,Plawa,porosan


3.c. Canang Sari
5404357canangsari01.jpg


Bentuk banten ini agak berbeda dengan banten/canang genten sebelumnya, yaitu dibagi menjadi dua bagian. Canang sari dipergunakan untuk melengkapi persembahan lainnya atau dipergunakan pada hari-hari tertentu seperti: Kliwon, Purnama, Tilem atau persembahyangan di tempat suci.

CaraMembuat : Bagian bawahnya bisa berbentuk bulat ataupun segiempat seperti ceper atau taledan. Sering pula diberi hiasan "Trikona/plekir" pada pinggirnya. Pada bagian ini terdapat pelawa, porosan, tebu, kekiping (sejenis jajan dari tepung beras), Dapat pula ditambah dengan burat wangi dan lengawangi seperti pada canang buratwangi. Di atasnya barulah diisi bermacam-macam bunga diatur seindah mungkin dialasi dengan sebuah "uras sari/sampian uras". Canang sari dilengkapi dengan sesari berupa uang kertas, uang logam maupun uang kepeng.

Bahan : Bunga, Sirih, Janur, Plawa, Porosan


3.d. Canang Pengrawos
3548583CIMG2810.JPG


Canang Pangrawos ini sesuai dengan namanya biasa dipergunakan sebagai penyapa dalam pertemuan atau sering menyertai upakara perayunan.

CaraMembuat : Alasnya berbentuk segi empat disebut taledan. Pada sisinya diisi pelekir yaitu bentuk hiasan segi tiga.Pada setiap sudutnya diisi kojong yang berisi: pinang, gambir, tembakau. Ditengahnya diisi beberapa lembar daun sirih dan kadang-kadang diisi rokok. Paling atas barulah diisi bunga, bisa juga diisi canang sari.

Bahan : Bunga, Pinang, Sirih, Janur, Plawa,porosan, Base Silih Asih.
 
4. Segehan

4.a. Segehan Kepelan
9191894CIMG2894.JPG


Segehan ini biasanya dihaturkan bhuta kala. Penggunaan dapat dipilih oleh yang bersangkutan,untuk melaksanakan upacara "Bhuta Yadnya"yang sederhana, seperti keliwon, purnama, tilem.


CaraMembuat : Sebagai alasnya dipakai sebuah taledan daun pisang,Diatasnya diisi dua kepel nasi putih ikanya bawang, jae, garam. Diatasnya dilengkapi sebuah canang genten. Mengenai jumblah nasinya dapat dirubah-rubah, demikian pula warnanya sesuai dengan kepentingan.

Bahan : Kelapa, Janur



Berikut adalah BAHAN BANTEN :

Semua bahan - bahan mempunyai arti tersendiri yang mungkin tidak semua kita ketahui, untuk lebih jelasnya kita bisa melihat di bawah ini.

A. Base Silih Asih
CIMG2813.JPG


Bahan dasar dari base silih asih ini adalah daun sirih yang digiling 2 lembar daun sirih dan dipertemukan (basang dengan tundu) diikat mejadi satu dengan benang.

B. Melek
CIMG2802.JPG

Melek ini disebut juga minyak wangi yang gunanya mempengaruhi keharuman.

C. Odak
CIMG2797.JPG


Odak (kekosok kuning) dibuat dari tepung beras dicampur kunir
 
terimakasih goes atas penjelasannya
upakara tanpa memahami tatwa dan etika nya adalah kurang manfaatnya

kalo boleh saya berpendapat
terus terang saya agak kurang sreg dengan upakara di bali
sampai mengahabiskan berpuluh2 juta mungkin sampai beratus juta
kemudian sampai terlupakan hal2 yang lain

saya ambil contoh:
BDDN saat ini lagi giat2nya mengumpulkan dania punia
mereka dengan tanpa pamrih mengumpulkan dana untuk:
1. beasiswa mahasiswa kurang mampu dengan fokus luar jawa
2. untuk asuransi para pandita fokus luar jawa
3 dan lain-lain
saya berpikir seandainya biaya upakara umat hindu di efisienkan dan disalurkan ke BDDN alangkah baiknya, tentunya dengan dasar sloka dibawah ini

BG.9.26.
patraà puñpaà phalaà toyaà / yo me bhaktyä prayacchati
tad ahaà bhakty-upahåtam / açnämi prayatätmanaù


If any pure-hearted bhakta offers Me a leaf, a
flower, fruit or water with love and devotion, I will
surely accept that gift.

Barangsiapa mempersembahkan kepadaKu dengan tulus ikhlas, sehelai daun, sekuntum bunga, ataupun air, Ku terima persembahan penuh kasih itu sebagai persembahan dari hati yang suci-murni.

penjelasan
Sloka ini adalah salah satu sloka yang amat penting untuk dipelajari dan dihayati oleh orang yang beragama Hindu. Di sini diperlihatkan betapa besarnya Jiwa Yang Maha Esa yang tak pernah menuntut apapun juga dari kita semua untuk apa saja yang telah diberikannya kepada kita semua. BagiNya yang penting dari kita hanyalah dedikasi, iman dan kasih untukNya, dan semua itu dapat disimbolkan dalam bentuk-bentuk sederhana saja seperti daun, bunga dan lain sebagainya. la tidak menuntut harta-benda atau yang mewah-mewah dan yang bukan-bukan. Hanya yang kecil-kecil saja yang diingatkanNya kepada kita. Maka seyogyanyalah berbakti kepadaNya dengan yang sederhana dan kecil saja seperti memperhatikan fakir-miskin dan mereka yang kesusahan di sekitar kita dengan dana yang berupa apa saja dalam bentuk yang sederhana saja kalau tidak bisa yang bentuknya malahan menyusahkan. Dengan sedikit perhatian terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan, maka setiap saat kita sudah berbakti untukNya tanpa pamrih. Nyalakan sebuah lilin kecil setiap hari dalam dirimu atau dengan kata lain jadikanlah anda sebuah batu-bata kecil untuk membangun kuilNya yang suci, atau berikanlah segenggam beras kepada sesama makhluk setiap harinya; semua pengorbanan-pengorbanan kecil demi Yang Maha Kuasa ini akan meniti kita ke pemasrahan total dan pembersihan atau pemurnian hati kita suatu waktu, dan jatuhlah kemudian berkah dan karunia Sang Maha Pengasih, Sang Maha Penyayang atas diri kita yang 'bodoh' dan 'gelap' ini, dan teranglah tujuan kita ke arahNya.
 
oya bagi rekan2 yang ingin berdana punia ke BDDN silahkan tranfer ke rek ini

BRI Cabang Khusus Gedung BRI 11 Jl Sudirman Kav 44-46 Jakarta 10210
No.A/C 020601000911304
atas nama: Lembaga Artha PHDI Pusat

BNI Cabang Jakarta Pusat
No. A/C 0133800937
atas nama: BDDN/LA-PHDI

Bank Mandiri Cabang Slipi Jaya
No.A/C 1160005436440
Atas nama: Badan Dharma Dana Nasional


punia anda sangat diharapkan
berapapun yg anda iklhaskan

www.bddn.org
 
Semua agama mengajarkan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan tidak dapat digambarkan.

Dengan kenyataan ini umat Hindu sangat memerlukan peragaan dari Ida Sanghyang Widhi yang tidak dapat digambarkan itu menjadi tergambar, yaitu berwujud pratima, berwujud dewa-dewi, banten catur, dan sebagainya yang bersifat sementara. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan rasa bhakti.

Banten atau sajen penuh dengan simbul-simbul yang filosofis dan artistic, sehingga semua bentuk pikiran bisa digambarkan dalam bentuk banten.
wah,......>:D<
trims banyak lho bos atas dimuatnya artikel ini,......:)
klo bisa malah agar lebih lengkap gambar maupun keterangannya ya,...:D
agar bagi saya ataupun umat Hindu lainnya yang pada melancong ke daerah lain pada bisa punya pegangan dalam menjelaskan sesuatu,.....:-bd
 
terimakasih goes atas penjelasannya
upakara tanpa memahami tatwa dan etika nya adalah kurang manfaatnya

kalo boleh saya berpendapat
terus terang saya agak kurang sreg dengan upakara di bali
sampai mengahabiskan berpuluh2 juta mungkin sampai beratus juta
kemudian sampai terlupakan hal2 yang lain ....

Secara umum besar/kecilnya biaya suatu yadnya sudah terdapat pedoman dengan beberapa faktor sebagai berikut :

  1. Yadnya adalah pengorbanan suci yang tulus ikhlas maka hendaknya diselenggarakan menurut kemampuan riil yang ada, baik menyangkut Desa, Kala, maupun Patra. Yang dimaksud dengan Desa adalah penggunaan bahan-bahan upakara yang ada atau dimiliki; Kala adalah waktu yang tersedia bagi penyelenggaraan upacara, dan Patra adalah kemampuan dana yang riil.
  2. Berdasar pemahaman Yadnya maka volume upakara (banten) dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu : alit, madya, dan utama/ageng. Penggolongan ini semata-mata berdasarkan desa-kala-patra dan tidak berarti bahwa banten yang alit nilainya lebih rendah daripada yang madya atau ageng, demikian pula sebaliknya, banten yang ageng tidak berarti lebih tinggi nilainya dari yang alit atau madya. Tujuanya orang yang tidak punya dana riil dapat melakukan yadnya sesuai dengan kondisinya. Demikian juga orang yang mempunyai kekayaan yang besar tidak pelit untuk beryadnya sehingga mengambil tingkatan ageng. Sehingga beryadnya menjadi pengorbanan suci yang tulus ikhlas.
  3. Besar-kecilnya tingkat upacara tergantung pula dari banyak tidaknya warga yang mendukung, karena setiap upacara yadnya akan melibatkan warga dalam kelompok tertentu. Dalam hubungan ini dapat digambarkan sebagai bentuk piramida yang terbalik dengan pengertian bahwa makin sedikit pendukungnya, makin kecil tingkat upacaranya. Makin banyak pendukungnya makin besar tingkat upacaranya. Contoh upacara maha agung Panca Bali Krama Pura Agung Besakih dan Eka Dasa Rudra di Besakih di mana pendukungnya adalah Pemerintah dan warga seluruh Bali bahkan Nusantara. Sementara pecaruan di rumah tangga cukup dengan bentuk yang kecil misalnya panca sata atau eka sata.
  4. Yadnya diselenggarakan berdasarkan hasil musyawarah Tri Manggalaning Yadnya, setelah mempertimbangkan hal-hal di atas. Kesepakatan ini diwujudkan dengan upacara "Mejauman" di mana Hyang Widhi-lah sebagai saksinya. Artinya setelah upacara mejauman, Tri Manggalaning Yadnya terikat untuk memenuhi kewajiban atau swadharmanya.
 
sangat menarik pembahasan goes
senang bisa berdiskusi

apa yang dipaparkan goes memang benar
sudah dijelaskan mungkin dalam kitab2 kita baik itu lontar bahwa upakara ada tingkatannya, utama, madya dan nista dan semua hasilnya akan sama apabila dilakukan dengan tatwa dan etika yang benar

kita bicara realita
dalam realita keseharian umat sudah banyak yang berbelok
sebenarnya banyak umat yang sudah mulai mengeluh akan biaya upakara

pada jaman ini tuntutan kebutuhan hidup begitu tinggi (saya bicara kebutuhan dasar)
kebutuhan dasar seperti biaya pendidikan, biaya kesehatan, biaya pangan etc

sementara upakara yang tidak dilandasi oleh tatwa dan etika tapi dilandasi oleh gengsi lebih dominan

bagaimana orang bisa iklas melakukan upakara (biarpun dia sanggup memenuhinya) sementara dia memikirkan biaya pendidikan anaknya?
apakah upakara yg utama lebih disenengi oleh yang kita beri upakara??????

pernah ada proposal pengajuan minta dana upakara suatu pura ke kantor saya
dalam proposal tersebut dana total yang dibutuhkan ratusan juta

kami umat di kantor geleng2 kepala membacanya
kalo seandainya biaya2 tsb digunakan untuk menambah jnana umat kan lebih bagus
sehingga umat kita tidak banyak yang nyeberang jalan, karena sradanya kurang
malah kita terlalu fokus ke upakara
kalo umat kita semakin sedikit terus sapa yang akan beryadnya ke pura????
hal ini mungkin harus dipikirkan oleh lembaga yang terkait

bahkan ada anggapan secara ekonomis, hindu merupakan agama yang tidak efisien
maka jarang sekali ada umat lain yang nyeberang ke kita

makasi
 
Memang keluwesan kebijaksanaan dengan konsep Desa-Kala-Para, disatu sisi berbenturan dengan konsep Desa-Nawa-Cara dari daerah di luar Bali.

Dalam hal Bidang Dana Punia diakui keterlibatan umat melalui dukungan dana yang berbentuk iuran umat belum tergarap dengan baik. Hal ini tampak dengan belum adanya pola dan standar pelaksanaan dari suatu system pendanaan.

Peran dan tugas Parisada di masa depan akan makin kompleks sejalan dengan perkembangan ekonomi, iptek, informasi dan kominikasi. Sedangkan di satu sisi, harus disadari bahwa Parisada adalah lembaga umat berlingkup nasional yang bersifat normative, yang tidak lagi turun ke bawah menyelesaikan persoalan keseharian umat, tetapi lebih menekankan pada bisama, nilai, norma dan konteksnya menurut jaman. Konsekuensinya, Parisada juga mengalami pelebaran sayap-sayap majelis, yang mendukung Parisada, sekaligus mengambil alih peran Parisada selama ini, khususnya dalam hal social, ekonomi dan kemasyarakatan.

Tuntutan pembinaan umat oleh sayap-sayap organisasi menuntut konsekuensi pada jumlah dana yang diperlukan, sementara tidak tertutup kemungkinan berkurangnya ataupun terhapusnya subsidi pemerintah melalui Anggaran Negara.


Masukan Bagi Pengembangan Sistem Pendanaan Parisada:

Lembaga keuangan ini bertujuan menyediakan dana yang mendukung program-program pembinaan agama, umat dana kehidupan beragama Hindu di Indonesia, antara lain: penerbitan buku-buku agama dan bacaan rohani; pembangunan sarana persembahyangan; sekolah; ashram; rumah sakit; klinik; pembinaan mental (panti asuhan dan panti jompo); program bea-siswa; penelitian; pengkajian dan pengembangan.

Untuk menjamin stabilitas dan pertambahan jumlah dana yang mampu diberikan bagi program pembinaan Parisada maka pengelolaan lembaga keuangan juga diarahkan pada harapan memperoleh keuntungan yang berlandaskan dharma, dan tidak diarahkan pada pemenuhan kebutuhan, artinya dana yang terhimpun tidak boleh langsung digunakan, harus melalui suatu mekanisme perputaran modal, keuntungan yang diperoleh didasarkan pada:

  1. Dimensi besar keuntungan yang dihimpun: prosentase keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah dana yang dihimpu;
  2. Dimensi waktu: lama aliran keuntungan yang diperoleh dari dana yang dihimpun;
  3. Dimensi proporsi: prosentase keuntungan yang berhak digunakan oleh Parisada untuk kepentingan operasional dan pembinaan umat.
Mengingat fungsi tersebut di atas, lembaga keuangan tersebut selayaknya dikoordinasikan dan dijalankan oleh orang-orang professional di bidang ekonomi, yang tidak mesti ahli sastra-agama, tetapi memiliki komitmen terhadap profesi sekaligus ketaatan beragama.

suksma
 
Wah ruwet juga ya goes ?
Nanya dong ! Maksudnya upakara apakah semacam ritual or what ?
 
Wah ruwet juga ya goes ?
Nanya dong ! Maksudnya upakara apakah semacam ritual or what ?

Upakara adalah Banten (sarana/prasarana ritual) yang memiliki simbul-simbul yang filosofis (yantra) dalam rangkaian upacara Panca Yadnya atau Panca Maha Yadnya. Dan besar kecilnya bentuk upakara ditentukan oleh "Tri Manggalaning Yadnya" yaitu : Sang adruwe karya (yang memiliki yadnya), Sang Widia atau yang pandai membuat banten, dan Sang Sadaka atau Sulinggih yang muput karya.

Kini sudah waktunya tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam melaksanakan suatu upacara yadnya memperhatikan dan memikirkan jalan keluarnya agar warga Hindu di Bali tetap dapat melaksanakan upacara yadnya dengan baik dan murah.
 
Umat Hindu semua kita tahu apa yg sebenarnya maksud...

Om Swastiastu
Selamat HR Purnama Kapat
Mari kita bersembahyang jg beryoga hari suci Ini terhadap SangHyang Candra agar Beliau sebagai semanifestasi ISHWW Yang Maha Kuasa melebur segala kekotoran (mala) kita jasmani dn rohani sementaranya Beliau tetap menganugerahi kita kekuatan dn ketekunan dalam mengikuti sekedarnya JalanNya Yang Maha Guru tanpa tersesat.

Pak Goesdun yg terhomat dn tiap semeton situs ini,

Mengingatkannya putulah sewanita berasal Eropa sy yg sempat beruntung sekali diketahui jg mulai memeluk kebenaran di Bali Pulau Suci, sy ingin mengikut sertai pembahasan ini oleh para pendapat sy mengenai pokok ini yg begitu penting dn sebetulnya kadangkali amat sulit untuk mengerti artinya.

Putu seorang umat Agama Budha sebelum kawin jd sudah membaca dn mempelajari beberapa Kitab Suci walaupun ajaran Dhammapada sedikit berbeda tapi sy sangat-sangat tertarik dgn Kebenaran yg diluar para cabang Agama yaitu sekte-sekte tertentu.Putu akhirnya dapatkan peluang melihat-lihat pengamalan Agama Budha di MuangThai,Nepal jg sempat mengunjungi para tempat di India untuk berkenal Agama Hindu lebih dekat. Singkat kata,dari pengalamannya putu dihadiahkan di negeri-negeri tersebut putu menyadari bahwa yg terpenting dalam keagamaan seharian bagi tiap orang biasa kita lah kita senantiasa menjalankan hidup kita berdasar KebenaranNya Yg diliputi Beliau dalam para Kitab Suci (Weda,Purana-itu yg lebih mudah dipahami,Mahabharata terutama Bhagavad Gita bagianNya). Betapa utamanya Dharma Wacana Itu Yg begitu seringkali kalian dianugerahkan untuk mendengar-dengar di televisi,di pura atau dalam bermacam-macam pertemuan di bidang Agama. Alangkah beruntung tiap umat Hindu di Bali, di India sebab segala kalian punya sumber suci pengetahuan keagamaan itu yg diwakili Para Sulingghi,Pandita,Pemangku disekitar kalian begitu dekat. Kalau putu sempat tinggal seharian di negeri-negeri itu tentu ingin menangkap tiap detik bernilai untuk belajar dn mengalami sebanyaknya perincian Agama kita.Itu segalanya tersebut diatas hanya demi sy semakin terang dn cerah mengapa, kenapa ini dn itu seharusnya dilakukan atau dirayakan,apa yg kita rayakan pada suatu hari,terhadap Manifestasi atau Shakti Brahman Yg Mana kita harus memanjatkan para doa dn mantram itu kita ucapkan dalam upacara tertentu.....Mengapa dn kapan kita disuruhiNya Yg Maha Kuasa memegang bunga putih, sekar merah atau kwangen ketika kita Panca Sembah.Mantram yg mana kita menggumam dn jika kitalah sempat belajarnya dalam Bahasa Sansekerta Suci maka apa artinya dgn cermat?
Sudahkah kita mengusahakan mendamaikan dn menenangkan hati dn jiwa kita sebelum memasuki pura atau sanggha merajan kita oleh pelaksanaan yoga atau meditasi? Apakah kita kuat cukup secara batin jangan memeriksa kecantikan kamben atau kebaya seorang wanita lain (kalau kitalah seorang lelaki he-he-he) atau bisakah kita menahan jangan menjadi irihati karena seperempuan lain pakai hiasan-hiasan di pura yg kitapun inginkan sekali?
Dapatkah kita menyimpan kesabaran pada HR-HR bila kita begitu sibuk dn menakuti tak mampu siap sampai waktu tertentu?
Apakah kita melakukan perbuatan baik (pembayaran dana punia kepada orang miskin,anak-anak yatim dn sejenisnya)tanpa pamrih terhadap orang lain yg kita yakin tak tahu dn takkan kenal jd tiada seorangpun yg menyadari siapa dgn cermat yg mendukung mereka?
Tidakkah kita lupakan para Sulingghi dn Pemangku yg pasti membutuhkan dukungan keuangan sesedikitpun diluar keadaan kita mengunjungi pura untuk upacara? Para Rohaniwan Mereka semua seharusnya dihadiahkan kadang-kadang buah-buahan atau makanan dari milik kita seperti yg dijelaskan caranya di Kitab-Kitab Beliau.
Apakah kita belajar Agama kita semakin mendalam demi kita mampu memandu anak-anak kita pada Jalan Keagamaan? Mengapa para anak punya main-mainan tak berguna sebagai gantinya kita menghadiahkan mereka buku-buku keagamaan misalnya yg menarik membaca menggolongkan kisah-kisah kecil dari Mahabharata itu yg sangat menggembirakan dn menghiburkan sementaranya amat penting untuk mengetahui dn memahami kesimpulan darinya.
Sudahkah sy menyembut harganya,kemewahannya, nilainya sarana,upakara upacara atau persembahan biasa kita? Belum, karena putu berpikir itu bukan harganya dn tingkatnya yg maksud dn harus digarisbawahi seorang Hindu tapi nilainya rohani yg kita tetap tuangkan kedalam upakara itu.
Menurut SabdaNya Yang Maha Tahu setiap orang harus menyadari jumlahnya harta benda dia memiliki jd mampu menimbangkan berapa banyak dari punyanya yg dia sanggup mengorbankan dgn jujur dn tulus ikhlas hatinya terhadapNya Beliau Yg Maha Esa tanpa mengalami kesusahan membayar ongkosnya, biayanya kehidupan dia di masa depan. Tentu saja para orang harus mengikuti aturan-aturan terkait isi minimal upakara bagi upacara tertentu. Kita seharusnya memikir-mikirkan akan tujuannya kita ingin membangkitkan tingkat nilai upakara kita kan menggunakan selama sebuah upacara.Maksudku, apakah kita mau melebihi si Pak a atau si Pak b di pura atau dihadapan Sulingghi kita? Kalau begitu, nilai upakara itu bagaimanapun jg tentu akan lenyap dn mungkin takkan diterimaNya Yang Maha Adil.
Apakah kita membeli para canang atau banten yg jauh lebih banyak daripada jumlahnya yg dibutuhkan hanya demi kita dianggapi orang lain kita lebih kaya daripada mereka? Tapi yg terburuk dalam keadaan ini kalau kita bahkan tidak mengorbankan waktu untuk menelitinya baik dari siapa kita membeli upakara itu (apakah dia umat Hindu?,apakah dia kelihatan bersih lahir jg batin?) maupun apakah tiap bahan upakara itu terlihat adanya di dalam dn sesegarnya? Apakah kita hanya memasuki pura untuk menaruh banten kita ke tempat-tempat tertentu dn cepat-cepat menyelesaikan berdoa agar kita kembali pulang sesegera mungkin agar tugas-tugas duniawi kita bisa dilanjutkan? Atau kita mengorbankan waktu secukupnya untuk menenangkan jiwa kita dn membersihkan pikiran kita sebelum memasuki TempatNya Suci Yang Maha Pengatur, pelan-pelan memikirkan maknyanya HR itu jg artinya upakara dn mantram semuanya kita persembahkan terhadap Beliau sehingga kita menaruh banten-banten kita disana berenungkan tujuannya, merenungkan atas apa yg kita ingin berterimakasih Tuhan ataupun ManifestasiNya Tertentu Beliau kita memuja pada HR itu.

Apakah para semeton yg terhormat berpikir putu seringkali kecewa oleh karena fakta bahwa putu masih awam yaitu tak diketahui dgn tepat cara bikin banten hanya sy mampu buat Canang,Jotan, sedikit-sedikit tentang isi Daksina tapi yg lebih aneh sayangnya putu belum tahu HR yg mana butuhkan banten ini atau itu. Sy tinggal di benua yg begitu jauh Pulau Bali jd putu tak sempat melihat-lihat caranya bikin banten ataupun sy tak sempat belajar lebih banyak dari para orang Hindu berasal Bali.Yg ada sebagai panduan pembelajaran bagi sy itu internet bersama situs-situs seperti ini. Putu terus-menerus melakukan yg terbaik dari hati dn kecakapan sy untuk mengikuti cara pelaksanaan macam-macam persembahyangan menurut hukum Agama Hindu Bali tapi tiada sedetikpun dalam hidup sy kapat sy biarkan jiwa sy merasa kekecewaan dn kesedihan atas kekurangan sy di bidang ini KARENA TUHAN TAHU, LIHAT DN MENGERTI keadaan dn kecakapan kita. Itulah penyebabnya putu hanya ingin menasehati para orang Hindu yg kurang kenal cukup tentang bebantenan dn upakara-upakara itu berdasar cara kehidupan sy bahwa selama kita mengusahakan dgn sebisanya mencari tahu mengenai MAKNA UPAKARA, MAKSUD HR yg kita rayakan,KEPENTINGAN kejujuran dn keterengan jiwa kita,KEUTAMAAN pengamalan aturan-aturan dn para persyaratan DITULISKAN dn DIJELASKAN dalam Ktab-kitab Suci jg DISELIMUTI pembicaraan para ROHANIWAN HINDU kita maka tiada seorangpun diantara kita dia yg seharusnya merasa ketakutan akan kemungkinannya melakukan sejenis salah apa saja dalam keagamaan dn dalam cara kehidupannya.
Hanya ingin mengacukan sebuah kalimat yg seringkali dn berulang kali bisa kita mendengar dari orang-orang suci bahwa Tuhan tentu menerima dgn senang dn puas hati APAPUN yg disembahkan dgn KEBAKTIAN dn KESETIAAN yg berdua semendalam mungkin.
Putu pikir harga upakara dn upacara apapun akan ditimbangNya Yang Maha Mutlak itu dilandasi tak cuma harga kita bayar untuk membelinya melainkan juga nilai kebaktian kita wujudkan selama kita melewati HR tertentu DI PURA JG sebelum dn setelah DILUAR PURA terhadap TIAP MAKLUK HIDUP di sekitar kita.Nilai upakara Beliau pasti kan tingkatkan oleh menambahnya berapa banyak pengetahuan kita punya mengenai persembahyangan bersangkutan karena itu menunjukkan terhadap Yang Maha Guru betapa bakti dn tekun kita sepanjang kita cobakan mengetahui semakin banyak akan HR itu, akan para hal dilambangkan upakara bersangkutan dn lain lain.

Tolong, maafkan putu kalau kesalahan ataupun kekeliruan apapun sy bicarakan diatas. Itu hanya merupakan pendapat sy mengenai tugas-tugas tertutama sy sebagai seorang beragama Hindu yg jujur dn begitu mengabdikan sementaranya sy yg dibatasi sekali dalam kesempatan untuk belajar Agama di Bali hari demi hari dari Para Orang Rohaniwan Yang aku begitu hormati dn kagumi atas pengetahuannya dn kesucian nyawa mereka.
Semoga Di Bali diadakan sebuah tempat yg bernama Ashram di India dimana para orang Hindu siapapun bisa berguru pada Sulingghi atau Pemangku untuk beberapa waktu agar cara pelaksanaan sembahyang seharian mereka dimajukan jg supaya mereka dijadikan seterpelajarnya dalam keagamaan.

Mohon coba jangan keberatan salah-salah tata bahasa sy diatas.

Alangkah bersyukur hati sy atas dianugerahi Pak Goesdun alamat situs itu terkait perincian makna dn cara bikin upakara-upakara. Semoga itu semakin terperinci di masa depan demi para orang seperti sy yg belum tahu secukupnya tentang pembuatan banten. (Putu mungkin akan dihukumi dianggap sebagai seorang yg terlalu ingin tahu tentang keagamaan tapi berharap saat-saat ini ajaran Agama tak pernah serahasia itulah di zaman kuno kapan kitab-kitab suci keagamaan mampu dikenal para Rohaniwan dari Warna atau Kasta Brahmana saja. Putu tak berniat melanggar seaturan Agama pun dgn menanyakan selalu atau secara tetap ingin tahu semakin banyak.)

Terimakasih atas memperhatikan tulisan sy ini.

Om Tat Sat
Om Santi Santi Santi Om


Aduh !!!!..............

Putu hendaknya mohon ampun dari semua semeton disini karena baru sy melihat kekeliruan sy tentang nama HR ini.

HARI INI DALAM SASIH KETIGA TAHUN SAKA INI JADI PURNAMA INI HARUS PURNAMA KATIGA BUKAN PURNAMA KAPAT SEPERTI SY SEMBUTKANNYA....

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa membuat putu meneliti secara lebih tepat tanpa hanya mencoba ingat-ingatkannya melainkan dgn mengecek Kalender berulang kali. he-he-he

Selamat bersembahyang. Mohon maaf sekali lagi.
 
3. Persembahan
3.c. Canang Sari
5404357canangsari01.jpg


Bentuk banten ini agak berbeda dengan banten/canang genten sebelumnya, yaitu dibagi menjadi dua bagian. Canang sari dipergunakan untuk melengkapi persembahan lainnya atau dipergunakan pada hari-hari tertentu seperti: Kliwon, Purnama, Tilem atau persembahyangan di tempat suci.

CaraMembuat : Bagian bawahnya bisa berbentuk bulat ataupun segiempat seperti ceper atau taledan. Sering pula diberi hiasan "Trikona/plekir" pada pinggirnya. Pada bagian ini terdapat pelawa, porosan, tebu, kekiping (sejenis jajan dari tepung beras), Dapat pula ditambah dengan burat wangi dan lengawangi seperti pada canang buratwangi. Di atasnya barulah diisi bermacam-macam bunga diatur seindah mungkin dialasi dengan sebuah "uras sari/sampian uras". Canang sari dilengkapi dengan sesari berupa uang kertas, uang logam maupun uang kepeng.

Bahan : Bunga, Sirih, Janur, Plawa, Porosan

Sorry bos,.......:)
Dai yang saya garis-bawahi, saya bingung nih bos karena apa yang saya tau dan pahami adalah penempatan bunga memiliki simbol tersendiri dan bukan seenaknya seperti jika bunga dgn warna putih di bagian mana atau bunga dgn warna merah dibagian mana yang itu akan menentukan arah 'tempat/stana' dari para Dewa bahkan dalam mempersembahkan canang inipun juga harus sesuai dengan warna akan para Dewa, jadi tidak sembarangan,.......:D
tapi itu semua dalam pembuatan canang memang sesuai dengan tingkat kreativitas seseorang dalam melakukan persembahan tapi masih sesuai dengan aturan agama.
 
Sorry bos,.......:)
Dai yang saya garis-bawahi, saya bingung nih bos karena apa yang saya tau dan pahami adalah penempatan bunga memiliki simbol tersendiri dan bukan seenaknya seperti jika bunga dgn warna putih di bagian mana atau bunga dgn warna merah dibagian mana yang itu akan menentukan arah 'tempat/stana' dari para Dewa bahkan dalam mempersembahkan canang inipun juga harus sesuai dengan warna akan para Dewa, jadi tidak sembarangan,.......:D
tapi itu semua dalam pembuatan canang memang sesuai dengan tingkat kreativitas seseorang dalam melakukan persembahan tapi masih sesuai dengan aturan agama.

Di atasnya barulah diisi bermacam-macam bunga diatur seindah mungkin dialasi dengan sebuah "uras sari/sampian uras".

dalam hal ini "diatur seindah mungkin" dalam pengertian diatur/ditempatkan sesuai aturan sebagai persembahan yadnya kepada kekuatan manifestasi Tuhan sebagai pengatur dunia.

Memberi urif kepada Panca Mahabhuta yaitu lima unsur yang mewujudkan suatu kehidupan; manusia, alam, dan lingkungan. Apah, teja, baju, akasa dan pertiwi masing-masing sebagai zat pembentuk; cair, sinar, angin, udara, dan tanah bebatuan atau zat padat pembentuk wujuk fisik.

Alam, dibentuk oleh kelima unsure tersebut; manusia juga dibentuk oleh kelima unsur tersebut.

Jadi diatur seindah mungkin yang dimaksud adalah:
  1. Bunga berwarna putih ditempatkan di Timur, sebagai perlambang sakti Dewa Içwara;
  2. Bunga berwarna merah ditempatkan di Selatan, Dewa Brahma;
  3. Bunga berwarna kuning bertempat di Barat, sakti Dewa Mahadewa;
  4. Bunga berwarna Hitam bertempat di Utara, sakti Dewa Wisnu;
  5. Bunga berwarna brumbun (Wiswa Warna) bertempat di Tengah, sebagai sakti Dewa Çiwa;
 
dalam hal ini "diatur seindah mungkin" dalam pengertian diatur/ditempatkan sesuai aturan sebagai persembahan yadnya kepada kekuatan manifestasi Tuhan sebagai pengatur dunia.

Jadi diatur seindah mungkin yang dimaksud adalah:
  1. Bunga berwarna putih ditempatkan di Timur, sebagai perlambang sakti Dewa Içwara;
  2. Bunga berwarna merah ditempatkan di Selatan, Dewa Brahma;
  3. Bunga berwarna kuning bertempat di Barat, sakti Dewa Mahadewa;
  4. Bunga berwarna Hitam bertempat di Utara, sakti Dewa Wisnu;
  5. Bunga berwarna brumbun (Wiswa Warna) bertempat di Tengah, sebagai sakti Dewa Çiwa;

Lha ini baru bisa dipahami bos,..... :D
yang kemarin masih rancu karena apakah sesuai dengan kehendak sendiri atau tidak,....
thanks ya bos,......>:D<
klo bisa tolong ditambah lagi yang terutama untuk keluarga baru, karena menurut saya itu penting sekali agar tau makna dan bukannya hanya tau buat saja,.....:)
 
maaf saudara moderator, saya ingin berdiskusi lagi

kl boleh saya copas lagi tulisan saya diatas

BG.9.26.
patraà puñpaà phalaà toyaà / yo me bhaktyä prayacchati
tad ahaà bhakty-upahåtam / açnämi prayatätmanaù

If any pure-hearted bhakta offers Me a leaf, a
flower, fruit or water with love and devotion, I will
surely accept that gift.

Barangsiapa mempersembahkan kepadaKu dengan tulus ikhlas, sehelai daun, sekuntum bunga, ataupun air, Ku terima persembahan penuh kasih itu sebagai persembahan dari hati yang suci-murni.

Pada zaman kreta yuga, manusia dalam mendekatkan diri dengan hyang widhi ditempuh dengan jalan semadi. Pada jaman tetra yuga dengan pendekatan jnana atau widya, kemudian saat dwupara yuga melalui upacara-upacara suci. Jaman kali yuga (sekarang) yang dianjurkan oleh kitab suci dengan cara berjapa, mengucapkan mantram-mantram utama yang terdapat dalam weda, purana maupun itihasa. Disamping itu juga harus diimbangi dengan seva/pelayanan dan dana (amal). Tiga hal itu yang pokok dan patut diutamakan oleh umat hindu di zaman sekarang. Bukan upacara. Pelaksanaan agama yang bertitik tumpu pada upacara sudah belalu 5.000 tahun lebih seiring dengan berlalunya jaman dwupara yuga (mustika, 2006)
 
Pada zaman kreta yuga, manusia dalam mendekatkan diri dengan hyang widhi ditempuh dengan jalan semadi. Pada jaman tetra yuga dengan pendekatan jnana atau widya, kemudian saat dwupara yuga melalui upacara-upacara suci. Jaman kali yuga (sekarang) yang dianjurkan oleh kitab suci dengan cara berjapa, mengucapkan mantram-mantram utama yang terdapat dalam weda, purana maupun itihasa. Disamping itu juga harus diimbangi dengan seva/pelayanan dan dana (amal). Tiga hal itu yang pokok dan patut diutamakan oleh umat hindu di zaman sekarang. Bukan upacara. Pelaksanaan agama yang bertitik tumpu pada upacara sudah belalu 5.000 tahun lebih seiring dengan berlalunya jaman dwupara yuga (mustika, 2006)
Sorry bos, jika begitu bagaimana dengan ini:

Bab 03 - Jalan Aksi (atau Tindakan)
11. Dengan yagna, atau pengorbanan, berikanlah kepada para dewa, dan para dewa akan memberikannya kembali kepadamu yang kau pinta. Dengan saling memberikan kepada mereka ini dikau akan mencapai Kebaikan Yang Utama.
12. Dengan mendapatkan pengorbanan, para dewa akan memberkahimu dengan yang kau pinta. Dan barangsiapa yang menerima berkah dari para dewa tanpa berkorban kembali kepada mereka adalah betul-betul seorang pencuri.
13. Mereka yang baik, adalah yang memakan sisa-sisa dari yang telah dikorbankannya, dan mereka-mereka ini akan lepas dari dosa-dosa. Tetapi yang tak beriman hanya memikirkan diri mereka sendiri yang mereka makan hanyalah dosa!


dan juga jika hanya satu jalan yang telah ditentukan kok sepertinya bertentangan dengan sloka ini:

"Jalan apapun yang diambil seseorang untuk mencapaiKu, Kusambut mereka sesuai dengan jalannya, karena jalan yang diambil setiap orang di setiap sisi adalah jalanKu juga, oh Arjuna!"
(BG, 4.11)

Nah bagaimana nih bos Yuni?????
 
Jika melihat sajen yang berwarna-warni karena tersusun dari daun, buah, serta buna yang berwarna-warni, janganlah dikira warna-warni tersebut tidak mempunyai arti dan disusun menurut selera sendiri berdasarlam keindahan saja.

Daun andong bang (daun andong muda) berwarna merah, dewanya Dewa Brahma, penggunaannya banyak untuk caru terletak di bagin dasar, sebagai lambing penciptaan. Daun selepaan (daun kelapa yang hijau) dan ron (daun enau yang hijau tua) adalah adalah lambing hitam, karena warna hijau dan hitam sering disamakan, sebagai lambang dari Dewa Wisnu, simbul pengayoman. Seperti halnya misi awatara Kresna dan Rama dalam warna wayangnya adalah hijau.

Daun Busung (janur kuning) berwarna kuning, Dewanya Mahadewa simbul atau lambing kemakmuran dan cinta kasih. Daun rontal (siwalan) berwarna putih jika sudah dikeringkan, symbol dari kesucian, Dewanya Iswara.

Demikian pula buah-buahan, buga-bunga, binatang, selalu dikaitkan dengan warna dan sakti dari dewa yang menguasainya. Bagian-bagian dari tubuh pun digambarkan sebagai stana dari dewa-dewa dengan warna-warna kekhusussannya. Demikianlah hati berwarna merah sebagai simbul Brahma, empedu berwarna hitam sebagai simbul Dewa Wisnu dan lain sebagainya.


Pada zaman kreta yuga, manusia dalam mendekatkan diri dengan hyang widhi ditempuh dengan jalan semadi. Pada jaman tetra yuga dengan pendekatan jnana atau widya, kemudian saat dwupara yuga melalui upacara-upacara suci. Jaman kali yuga (sekarang) yang dianjurkan oleh kitab suci dengan cara berjapa, mengucapkan mantram-mantram utama yang terdapat dalam weda, purana maupun itihasa. Disamping itu juga harus diimbangi dengan seva/pelayanan dan dana (amal). Tiga hal itu yang pokok dan patut diutamakan oleh umat hindu di zaman sekarang. Bukan upacara. Pelaksanaan agama yang bertitik tumpu pada upacara sudah belalu 5.000 tahun lebih seiring dengan berlalunya jaman dwupara yuga (mustika, 2006)

Weda memberikan empat buah jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan moksartamjagathita.

Keempat ini sama utamanya, Yang disebut Catur Marga Yoga adalah :
1. Bhakti Marga Yoga
2. Karma Marga Yoga
3. Jnana Marga Yoga
4. Raja Marga Yoga.

Setiap orang bebas memilih salah satu dari keempat jalan ini, sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing, tidaklah mesti orang harus berpegangan pada satu marga Yoga saja, bahkan keempatnya itu hendaknya digerakkan secara harmonis seperti halnya seekor burung.

Kalau diumpamakan bahwa sayap kiri dari burung adalah Jnana Marga, maka sayap kanannya adalah Bhakti Marga. Seekor burung akan bisa melayang dengan baik kalau sayap kiri dan akannya seimbang.

Burung tidak akan bisa mencapai tujuanya yang dikehendaki walaupun memiliki daya dorong yang kuat.

Kemudian sayap ekor yang berfungsi sebagai kemudi mengarahkan sebaik-baiknya supaya jangan terbangnya menyimpang dari tujuan.

Bhakti Marga Yoga, mengutamakan penyerahan diri dan mencurahkan rasa;

Karma Marga Yoga, mengutamakan kerja tanpa pamerih untuk kepentingan diri sendiri, dengan mengutamakan pengabdian sebagai motivator dari geraknya;

Jnana Marga Yoga, mengutamakan akal yang membangkitkan kesadaran;

Raja Marga Yoga mengajarkan pengendalian diri dan konsetrasi.

Manusia yang akalnya hebat tetapi tanpa rasa adalah sama dengan Komputer atau Mesin, sebaliknya orang yang rasa (emosinya) tinggi tanpa diimbangi dengan akal, akan menjadi “kedewan-dewan”, bhakti dan jnana sangat perlu hebat tetapi harus seimbang.

Akal yang hebat dan rasa yang kuat akan sangat berguna kalau dapat diarahkan ke suatu tujuan yang baik, sebab itu diperlukan konsentrasi supaya jangan menyimpang dari arah (Raja Marga Yoga).

Kalau akal dan rasa sudah seimbang arah sudah terpusat maka orang akan bisa mencapai prestasi yang sangat tinggi.

Prestasi yang tinggi kalau digunakan untuk kepentingan diri sendiri akan membahayakan, oleh sebab itu perlu kehebatan yang dimiliki oleh manusia itu diabdikan untuk kepentingan orang banyak (Karma Marga).

Demikianlah akal dan rasa dipadukan secara seimbang, tekad yang kuat dan terkendalikan serta terarah ditujukan untuk pengabdian.
 
Sorry bos, jika begitu bagaimana dengan ini:

Bab 03 - Jalan Aksi (atau Tindakan)
11. Dengan yagna, atau pengorbanan, berikanlah kepada para dewa, dan para dewa akan memberikannya kembali kepadamu yang kau pinta. Dengan saling memberikan kepada mereka ini dikau akan mencapai Kebaikan Yang Utama.
12. Dengan mendapatkan pengorbanan, para dewa akan memberkahimu dengan yang kau pinta. Dan barangsiapa yang menerima berkah dari para dewa tanpa berkorban kembali kepada mereka adalah betul-betul seorang pencuri.
13. Mereka yang baik, adalah yang memakan sisa-sisa dari yang telah dikorbankannya, dan mereka-mereka ini akan lepas dari dosa-dosa. Tetapi yang tak beriman hanya memikirkan diri mereka sendiri yang mereka makan hanyalah dosa!


dan juga jika hanya satu jalan yang telah ditentukan kok sepertinya bertentangan dengan sloka ini:

"Jalan apapun yang diambil seseorang untuk mencapaiKu, Kusambut mereka sesuai dengan jalannya, karena jalan yang diambil setiap orang di setiap sisi adalah jalanKu juga, oh Arjuna!"
(BG, 4.11)

Nah bagaimana nih bos Yuni?????

:D coba dibaca lagi dalem2 tulisan yang saya kutip dari Bapak Mustika
jaman kali yuga (sekarang) yang dianjurkan oleh kitab suci dengan cara berjapa

disini maksud penulis hanya mengingatkan sesuai yang ada di veda sebaiknya yang harus dilakukan pada jaman kali

yadnya adalah koban suci yang tulus iklas
yadnya tidak hanya sebatas upacara dan upakara
cakupan yadnya sangat luas
apakah kita berjapa bukan beryadnya???????

BG 4.29
apane juhvati pranam
prane panam tathapare
pranapana gati ruddhva
pranayama parayanah
apare niyataharah
pranan pranesu juhvati

ada orang lain yang tertarik pada proses penahanan nafas agar tetap dalam semadi. Mereka berlatih dengan mempersembahkan gerak nafas keluar kedalam nafas masuk, dan nafas yang masuk kedalam nafas yang keluar, dan dengan demikian akhirnya mereka mantap dalam semadi, dengan menghentikan nafas sama sekali. Orang lain membatasi proses makan, dan mempersembahkan nafas keluar kedalam nafas yang keluar sebagai korban suci
 
Weda memberikan empat buah jalan yang bisa ditempuh untuk mencapai tujuan moksartamjagathita.

Keempat ini sama utamanya, Yang disebut Catur Marga Yoga adalah :
1. Bhakti Marga Yoga
2. Karma Marga Yoga
3. Jnana Marga Yoga
4. Raja Marga Yoga.

Setiap orang bebas memilih salah satu dari keempat jalan ini, sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing, tidaklah mesti orang harus berpegangan pada satu marga Yoga saja, bahkan keempatnya itu hendaknya digerakkan secara harmonis seperti halnya seekor burung.

Kalau diumpamakan bahwa sayap kiri dari burung adalah Jnana Marga, maka sayap kanannya adalah Bhakti Marga. Seekor burung akan bisa melayang dengan baik kalau sayap kiri dan akannya seimbang.

Burung tidak akan bisa mencapai tujuanya yang dikehendaki walaupun memiliki daya dorong yang kuat.

Kemudian sayap ekor yang berfungsi sebagai kemudi mengarahkan sebaik-baiknya supaya jangan terbangnya menyimpang dari tujuan.

Bhakti Marga Yoga, mengutamakan penyerahan diri dan mencurahkan rasa;

Karma Marga Yoga, mengutamakan kerja tanpa pamerih untuk kepentingan diri sendiri, dengan mengutamakan pengabdian sebagai motivator dari geraknya;

Jnana Marga Yoga, mengutamakan akal yang membangkitkan kesadaran;

Raja Marga Yoga mengajarkan pengendalian diri dan konsetrasi.

Manusia yang akalnya hebat tetapi tanpa rasa adalah sama dengan Komputer atau Mesin, sebaliknya orang yang rasa (emosinya) tinggi tanpa diimbangi dengan akal, akan menjadi “kedewan-dewan”, bhakti dan jnana sangat perlu hebat tetapi harus seimbang.

Akal yang hebat dan rasa yang kuat akan sangat berguna kalau dapat diarahkan ke suatu tujuan yang baik, sebab itu diperlukan konsentrasi supaya jangan menyimpang dari arah (Raja Marga Yoga).

Kalau akal dan rasa sudah seimbang arah sudah terpusat maka orang akan bisa mencapai prestasi yang sangat tinggi.

Prestasi yang tinggi kalau digunakan untuk kepentingan diri sendiri akan membahayakan, oleh sebab itu perlu kehebatan yang dimiliki oleh manusia itu diabdikan untuk kepentingan orang banyak (Karma Marga).

Demikianlah akal dan rasa dipadukan secara seimbang, tekad yang kuat dan terkendalikan serta terarah ditujukan untuk pengabdian.

salam hormat goes
terimakasih atas pengetahuannya

sepertinya saya perlu penjelasan lagi ttg maksud goes mengkaitkan upakara dengan 4 jalan tersebut, mungkin karena pengetahuan saya masih sangat kurang.

Dalam BG telah dijelaskan dengan gamblang keempat jalan tersebut. MAsing2 jalan ini adalah berdiri sendiri menuju tuhan dan ketika tujuan tercapai keempatnya nampaknya lebur menjadi satu. Cinta agung pengetahuan ketuhanan, meditasi yang benar dan perbuatan tanpa mengharapkan hasil pada hakekatnya tidak dapat dibedakan satu sama lain.

Gita menegaskan keempat jalan tsb harus diikuti dan disatukan bukan hanya ketika tujuan telah tercapai tetapi sebagai jalan-jalan menuju perjalanan. Manusia memiliki kemampuan yang komplek akal budi, kehendak, emosi, dan dorongan bertindak dan dia harus mencari penyatuan dengan tuhan melalui jalan2itu. Dia harus aktif sekaligus mediatif, dia harus mengolah kecerdasandan mencari pengetahuan utama dan juga mengolah cinta kasih bagi mahluk tuhan.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.