• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Universal]KEHADIRAN ARYA MAITREYA

GloryFrench

IndoForum Newbie A
No. Urut
2045
Sejak
10 Jun 2006
Pesan
380
Nilai reaksi
7
Poin
18
Awal September 1999, ada empat pratima kayu Maitreya yang disakralkan di Maha Vihara. Dua pratima dalam posisi berdiri, duanya lagi dalam posisi duduk. Semuanya berekspresi tawa-ria penuh. Begitu memandangnya terasa nuansa yang menyambut hangat welcome to lovingness world. Pratima-pratima tersebut adalah karya seniman Taiwan dan merupakan paket Bantuan Spiritual yang diberikan oleh International Providence Maitreya Missionary Monastery. Kehadiran Maitreya simbolis ini memiliki esensi yang amat penting. Bagi saya, sejak awal pendirian Maha Vihara hingga kinerjanya pada milenium baru, semuanya telah direncanakan oleh Arya Metteya, episode demi episode akan meluncur di layar dunia. Setiap orang disambut oleh gelak tawanya.

Kapan Arya Metteya akan (hadir) menampakkan diri secara nyata? Sebuah pertanyaan kolosal. Secara tekstual, ada beberapa versi. Sekarang, Arya Metteya sedang bersiap-siap di Alam Tusita, ia akan hadir ke dunia ini setelah 5.000 tahun parinirvananya Buddha Sakyamuni (tahun 4520 M). Walaupun terdapat banyak penelitian tentang waktu pemunculannya, namun diharapkan terjadi setelah 30.000 tahun kemudian (CD Bookshelf 98). Dalam sutra lain, tercatat bahwa Arya Metteya akan reinkarnasi setelah 5,67 milyar tahun. Khotbah seorang Buddha atau Orang Suci, ada yang bersifat manifes (eksoteris), ada yang bersifat laten (esoteris). Contoh, khotbah "Sekuntum Bunga Seuntai Senyum¡¨, konon yang hadir pada pesamuan tersebut jutaan manusia dan deva. Hanya Maha Kasyapa seorang diri yang memahami khotbah tersebut. Secara logis, pada zaman Buddha Sakyamuni belum ada teknologi elektronik, bagaimana suara khotbah dapat dijangkau oleh hadirin yang begitu banyak jumlahnya. Secara religius, itu adalah khotbah esoteris. Ratna-Dharma Tertinggi tidak diperuntukan semua orang. Pernyataan 5,67 milyar tahun adalah bahasa analog yang sering dipergunakan oleh Sang Buddha dalam khotbahnya. Tidak dapat diukur dengan sistem waktu sekarang. (Dalam matematika kita mengenal angka imajinatif, bilangan yang tidak realis, namun tidak boleh diabaikan).

Dalam Sutra Maharatna-kutta, Bab 88, tertulis: pada lima ratus tahun kelima, Sang Bodhisatva (Maitreya) yang telah ditunjuk oleh Buddha Sakyamuni, akan hadir kembali di dunia untuk melanjutkan misi pembabaran Ratna-Dharma. Sutra Bodhisatva Maitreya naik ke Alam Tusita, Sutra Bodhisatva Maitreya turun ke dunia, Sutra Bodhisatva Maitreya mencapai Kebuddhaan, adalah tiga kitab yang banyak membicarakan Arya Metteya. Ketiga kitab ini dialih-bahasakan dari bahasa Tibet ke bahasa Mandarin pada abad ke-4 M dan ke-5 M. Bukan terjemahan langsung dari teks aslinya, bahasa Sanskrit. Siapa yang mengalih-bahasakan dari bahasa Sanskrit ke dalam bahasa Tibet tidak dapat diketahui. Kalau bukan seorang master Dharma yang melakukan pekerjaan ini, berbagai penafsiran yang kurang tepat (distorsi) tentu tak terelakkan. Sekitar 15 abad setelah wafatnya Sang Buddha, pada era yang didominasi oleh Pengetahuan Dharma, zaman itu sangat sedikit master Dharma yang betul-betul memahami Dharma Hati Sang Buddha. Siapa yang mampu mentransfer esensi Dharma secara akurat kepada generasi berikutnya?

Inilah latar belakang perbedaan tentang angka kedatangan Arya Metteya. Orang Suci berkata, "lebih baik tiada sutra, daripada terjerat mati oleh kalimat sutra". Banyak akademisi dan ahli sutra (orang yang kaya pengetahuan tentang dharma, tapi pengalaman nyata hanya secuil) menghabiskan berpuluh-puluh tahun hanya untuk menafsirkan angka-angka dalam sutra. Padahal nilai agama, esensi sebuah Dharma terletak pada fungsinya dalam kehidupan nyata. Bukan dalam pemikiran, bukan dalam teori, bukan dalam kertas.

Di dalam diri setiap insan manusia, telah dibekali potensi ilahi; sumber dari kebijaksanaan dan cinta kasih, identik dengan potensi yang ada dalam diri buddha-bodhisatva. Bila dalam hati saya bersemi cinta kasih (metta), dan menerapkannya dalam kisi kehidupan nyata; terenyuh hati untuk meringankan penderitaan umat manusia, mendatangkan sukacita kepada orang lain, hidup harmonis dengan sesama dan alam, suka toleransi, bersedia memaafkan kesalahan orang, berjiwa altruis. Maka hidup saya akan diwarnai tawa-ria bagai Arya Metteya. Metta adalah hidupku. Karakteristik pribadi Arya Metteya juga termanifestasi dalam diriku. Demikian, seorang Arya Metteya telah hadir (emanasi). Jangan bertanya kapan Arya Metteya datang ke dunia, bertanyalah "kapan Metta mewarnai kehidupanku?" Adakah mulut saya menyakiti makhluk lain?

Disaat insan-insan manusia berprilaku metta, dunia menjadi damai bersih, semua kondisi telah terpenuhi, spontan Buddha Maitreya akan menampakkan diri di panggung dunia bagai matahari terbit menerangi semesta

Bila kita mempelajari sejarah dan kebudayaan India kuno, dapat diketahui bahwa konsep waktu dalam kehidupan orang India kuno tidaklah begitu esensial. Jadinya, orang-orang India hampir tidak ada visi historis. Setelah abad ke-17, ada sejumlah cendekiawan Inggris dan lainnya mulai merangkum data-data yang kemudian dijadikan sejarah India. Lain pula halnya dengan sejarah China, yang visi historisnya sudah lima ribu tahun. Ketiadaan konsep waktu memungkinkan terjadinya distorsi dalam kitab yang berbeda bahasa dan sistem konversi yang dipergunakan. Tidak heran, ada berbagai versi tentang waktu kedatangan Arya Metteya. Ada yang mencatat 5,67 milyar tahun, 800 juta tahun, 8,8 juta tahun, 5,76 juta tahun dll. Buddhisme diperkenalkan di China sekitar tahun 67 M, sekitar 500 tahun setelah wafatnya Buddha Sakyamuni. Tentu kita harus memahami kitab secara kontekstual sesuai dengan kehidupan sosio-kultural yang terus berkembang. Tidak bisa telan mentah apa yang tertulis.

Ada sebagian orang berpendapat bahwa kalau ingin mendalami Buddhologi harus mempelajari bahasa Sanskrit terlebih dahulu. Hal ini sangat tidak tepat! Perlu kita sadari bahwa bahasa Sanskrit modern mulai terbentuk dan disempurnakan setelah abad ke-17. Sedangkan naskah asli yang berbahasa Sanskrit sebelum itu tidak ada jejaknya. Ditambah lagi kerumitan bahasa Sanskrit yang berkembang secara geografis, ada utara, selatan, timur, barat dan tengah India yang masing-masing memiliki sistem bahasa tersendiri. Bahasa Sanskrit yang berkembang sewaktu para ahli kitab China pertama kali mengalih-bahasakan naskah Buddhis jauh berbeda dengan yang sekarang, ditambah lagi dengan faktor fonetis yang selalu berkembang sesuai dengan budaya zaman. Hal ini sangat mempengaruhi hasil terjemahan kitab.

Selain konsep waktu dan histori, konsep numerik dalam kehidupan orang India kuno pun tidak jelas. Hal ini terbukti dalam berbagai kitab buddhis yang banyak menggunakan "delapan puluh empat ribu", yang sesungguhnya ingin menyampaikan makna "banyak sekali". Demikian pula kata "kalpa", kira-kira setara dengan angka astronomis sekarang. Tiada seorang pun yang dapat mengkonversikannya secara eksak.

Sains modern memberitahukan kepada kita bahwa "waktu" bersifat relatif. Dalam Buddhologi pun dikatakan "waktu" hanyalah ilusi pikiran, bukan mutlak. Di saat duka, satu menit satu detik pun terasa seribu tahun lamanya; di saat suka, satu bulan satu tahun terasa sekejap saja. "Suatu saat atau dikala itu" juga merupakan kalimat yang banyak dipergunakan dalam kitab untuk menerangkan waktu.

Sejak gerakan Renaisance abad ke-15 di Itali hingga penerapan teknologi Artificial Intelligence pada abad ke-20 hanya berlangsung dalam beberapa ratus tahun saja, telah mendatangkan kemudahan hidup di satu sisi dan ancaman kehancuran di sisi lain. Apa akan terjadi setelah milyaran tahun. Terlalu... terlalu...fantastis untuk diproyeksikan. Lagipula, adakah maknanya bila Ariya Metteya setelah 5,67 milyar tahun baru hadir di dunia yang gelap tanpa sinar matahari bahkan mungkin tiada kehidupan. Karena usia matahari diperkirakan hanya sisa 5 milyar tahun.

Kasih menjadi misi utama Ariya Metteya. Ia telah mengilhami banyak orang menjadi sadar akan makna kehidupan ini. Kasih menjadi pondasi nilai hidup bagi setiap insan. Kehadiran Ariya Metteya untuk kepentingan dan kebaikan umat manusia seluruhnya, perbedaan apapun yang ada bukanlah halangan. Ia sedang menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan dalam hati setiap insan. Ia sedang mengajarkan umat manusia agar mengaplikasikan nilai-nilai agama (kasih) dalam bentuk kehidupan konkrit melalui serangkaian aksi yang nyata. Hal inilah yang paling substansial untuk perdamaian dunia, untuk kesejahteraan semua orang, tidak lagi terbelenggu oleh slogan dan simbol formal agama yang kurang berarti; yang tidak menyentuh lapisan nurani.

Wacana WALUBI (KEHADIRAN ARYA MAITREYA)
sumber : PUSDIKLAT BUDDHIS MAITREYAWIRA
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.