• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Universal]DHAMMA=Inti Ajaran Buddha(Baca,Renung&Bandingkan dgn ajaran yg anda dpt)

lauzart

IndoForum Newbie A
No. Urut
14768
Sejak
27 Apr 2007
Pesan
273
Nilai reaksi
5
Poin
18
DHAMMA = INTI AJARAN BUDDHA dibawah ini adalah garis besar Buddha Dhamma yang pasti kita alami sendiri baik dulu, sekarang & dimasa depan. Dhamma akan tetap ADA meski anda beragama atau tidak beragama sekalipun, meski anda percaya atau tidak, meski bumi ini ada atau tidak.

HUKUM TILAKKHANA (TIGA CORAK UMUM)
Hukum Tilakkhana ini termasuk Hukum Kesunyataan ; berarti bahwa Hukum ini berlaku di mana-mana dan pada setiap waktu. Jadi tidak terikat oleh waktu dan tempat.

Sabbe sankhärä aniccä
Segala sesuatu dalam alam semesta ini yang terdiri dari paduan unsur-unsur adalah tidak kekal. Umat Buddha melihat segala sesuatu dalam alam semesta ini sebagai suatu proses yang selalu dalam keadaan bergerak, yaitu :
Uppada
(timbul) Thiti
(berlangsung) Bhanga
(berakhir/lenyap)

Sabbe sankhärä dukkha
Apa yang tidak kekal sebenarnya tidak memuaskan dan oleh karena itu adalah penderitaan.

Sabbe Dhammä Anattä
Segala sesuatu yang tercipta dan tidak tercipta adalah tanpa inti yang kekal/abadi.
Contoh dari sesuatu yang tidak tercipta adalah Nibbana.

Di samping paham anattä yang khas Buddhis terdapat juga dua paham lain yaitu :

Attaväda
Paham bahwa atma (roh) adalah kekal-abadi dan akan berlangsung sepanjang masa (tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).

Ucchedaväda
Paham bahwa setelah mati atma (roh) itu pun akan turut lenyap (tidak dibenarkan oleh Sang Buddha).

Contoh konkrit tentang paham anattä, misalnya kalau kita membuat roti. Roti dibuat dengan memakai tepung, ragi, gula, garam, mentega, susu, air, api, tenaga kerja dll.. Tetapi setelah menjadi roti tidak mungkin kita akan menunjuk satu bagian tertentu dan mengatakan : ini adalah tepungnya, ini garamnya, ini menteganya, ini airnya, ini apinya, ini tenaga kerjanya dst. Karena setelah bahan-bahan itu diaduk menjadi satu dan dibakar di oven, maka bahan-bahan itu telah berubah sama sekali.

Kesimpulan : Meskipun roti itu terdiri dari bahan-bahan yang tersebut di atas, namun setelah melalui proses pembuatan dan pembakaran di oven telah menjadi sesuatu yang baru sama sekali dan tidak mungkin lagi untuk mengembalikannya dalam bentuknya yang semula.

LIMA KHANDHA
Dalam Agama Buddha diajarkan bahwa seorang manusia terdiri dari lima kelompok kehidupan/kegemaran (Khandha) yang saling bekerja-sama dengan erat sekali. Kelima kelompok kehidupan/kegemaran tersebut adalah :

Rupa = Bentuk, tubuh, badan jasmani.

Sañña = Pencerapan.

Sankhära = Pikiran, bentuk-bentuk mental.

Vedanä = Perasaan.

Viññana = Kesadaran.

Gabungan dari No. 2, 3, 4 dan 5 dapat juga dinamakan nama (bathin), sehingga seorang manusia dapat dikatakan terdiri dari rupa dan nama. Dalam menangkap rangsangan dari luar, maka bekerja-samanya lima khandha ini adalah sbb. :

Rupa
Kita menangkap suatu rangsangan melalui mata, telinga, hidung, lidah, tubuh yang merupakan bagian dari badan jasmani kita.

Viññana (citta)
Kita lalu akan menyadari bahwa bathin kita telah menangkap suatu rangsangan.

Sañña
Rangsangan tersebut mencerap ke dalam bathin kita melalui suatu bagian dari otak kita, mengenal obyek.

Sankhära
Rangsangan ini kita akan banding-bandingkan dengan pengalaman kita yang dulu-dulu melalui gambaran-gambaran pikiran yang tersimpan dalam bathin kita.

Vedanä
Dengan membanding-bandingkan ini lalu timbul suatu perasaan senang (suka) atau tidak senang (tidak suka) terhadap rangsangan yang telah tertangkap melalui panca indera kita.

Proses mental ini berlangsung sbb. :

Kesadaran Pencerapan Pikiran Perasaan.

Menurut Ajaran Sang Buddha, di dalam diri seorang manusia hanya terdapat lima khandha ini dan tidak dapat ditemukan suatu atma atau roh yang kekal dan abadi. Dengan cara ini, maka anattä diterangkan melalui analisa.

HUKUM PATICCA-SAMUPPADA
Paham anattä dapat pula diterangkan melalui cara sinthesa, yaitu melalui Hukum Paticca-Samuppada (Hukum Sebab-musabab Yang Saling Bergantungan). Prinsip dari Hukum ini diberikan dalam empat formula pendek, yaitu :


Imasming Sati Idang Hoti
Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.

Imassuppädä Idang Uppajjati
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.

Imasming Asati Idang Na Hoti
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.

Imassa Nirodhä Idang Nirujjati
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah juga itu.

Berdasarkan prinsip dari saling menjadikan, relatifitas dan saling bergantungan ini, maka seluruh kelangsungan dan kelanjutan hidup dan juga berhentinya hidup dapat diterangkan dalam formula dari duabelas nidana (sebab-musabab) :

Avijjä Paccayä Sankhära
Dengan adanya kebodohan (ketidak-tahuan), maka terjadilah bentuk-bentuk karma.

Sankhära Paccayä Viññänang
Dengan adanya bentuk-bentuk karma, maka terjadilah kesadaran.

Viññäna Paccayä Namarupang
Dengan adanya kesadaran, maka terjadilah bathin dan badan jasmani.

Namarupang Paccayä Saläyatanang.
Dengan adanya bathin dan badan jasmani, maka terjadilah enam indriya

Saläyatana Paccayä Phassa.
Dengan adanya enam indriya, maka terjadilah kesan-kesan.

Phassa Paccayä Vedanä.
Dengan adanya kesan-kesan, maka terjadilah perasaan.

Vedanä Paccayä Tanhä.
Dengan adanya perasaan, maka terjadilah tanhä (keinginan).

Tanhä Paccayä Upädänang.
Dengan adanya tanhä (keinginan), maka terjadilah kemelekatan.

Upädäna Paccayä Bhavo.
Dengan adanya kemelekatan, maka terjadilah proses tumimbal lahir.

Bhava Paccayä Jati.
Dengan adanya proses tumimbal lahir, maka terjadilah kelahiran kembali.

Jati Paccayä Jaramaranang.
Dengan adanya kelahiran kembali, maka terjadilah kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit dll.

Jaramarana.
Kelapukan, kematian, keluh-kesah, sakit dll. adalah akibat dari kelahiran kembali.


Demikianlah kehidupan itu timbul, berlangsung dan bersambung terus. Kalau kita mengambil rumus tersebut dalam arti yang sebaliknya, maka kita akan sampai kepada penghentian dari proses itu. Dengan terhenti seluruhnya dari kebodohan, maka terhenti pula bentuk-bentuk karma; dengan terhentinya bentuk-bentuk karma, maka terhenti pulalah kesadaran; ..... dengan terhentinya kelahiran kembali, maka terhenti pulalah kelapukan, kematian, kesedihan dll.

7. HUKUM KAMMA
Kamma adalah kata bahasa Pali yang berarti "perbuatan", yang dalam arti umum meliputi semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran kata-kata atau tindakan. Makna yang luas dan sebenarnya dari Kamma, ialah semua kehendak atau keinginan dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak atau keinginan itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral), mengenai hal ini Sang Buddha pernah bersabda :

"O, bhikkhu, kehendak untuk berbuat (Pali : Cetana) itulah yang Kami namakan Kamma. Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan, perkataan atau pikiran."

Kamma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia menjadi orang yang lekas berputus-asa, juga bukan ajaran tentang adanya satu nasib yang sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu yang lampau mempengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, akan tetapi tidak menentukan seluruhnya, oleh karena kamma itu meliputi apa yang telah lampau dan keadaan pada saat ini, dan apa yang telah lampau bersama-sama dengan apa yang terjadi pada saat sekarang mempengaruhi pula hal-hal yang akan datang. Apa yang telah lampau sebenarnya merupakan dasar di mana hidup yang sekarang ini berlangsung dari satu saat ke lain saat dan apa yang akan datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang inilah yang nyata dan ada "di tangan kita" sendiri untuk digunakan dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu kita harus hati-hati sekali dengan perbuatan kita, supaya akibatnya senantiasa akan bersifat baik.

Kita hendaknya selalu berbuat baik, yang bermaksud menolong mahluk-mahluk lain, membuat mahluk-mahluk lain bahagia, sehingga perbuatan ini akan membawa satu kamma-vipaka (akibat) yang baik dan memberi kekuatan kepada kita untuk melakukan kamma yang lebih baik lagi. Satu contoh yang klasik adalah sbb. :

Lemparkanlah batu ke dalam sebuah kolam yang tenang. Pertama-tama akan terdengar percikan air dan kemudian akan terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Perhatikanlah bagaimana lingkaran ini makin lama makin melebar, sehingga menjadi begitu lebar dan halus yang tidak dapat lagi dilihat oleh mata kita. Ini bukan berarti bahwa gerak tadi telah selesai, sebab bilamana gerak gelombang yang halus itu mencapai tepi kolam, ia akan dipantulkan kembali sampai mencapai tempat bekas di mana batu tadi dijatuhkan.

Begitulah semua akibat dari perbuatan kita akan kembali kepada kita seperti halnya dengan gelombang di kolam yang kembali ke tempat dimana batu itu dijatuhkan.

Sang Buddha pernah bersabda (Samyutta Nikaya I, hal. 227) sbb :

"Sesuai dengan benih yang telah ditaburkan begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah dari padanya".

Segala sesuatu yang datang pada kita, yang menimpa diri kita, sesungguhnya benar adanya. Bilamana kita mengalami sesuatu yang membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang telah kita perbuat adalah benar. Sebaliknya bila ada sesuatu yang menimpa kita dan membuat kita tidak senang, kamma-vipaka itu menunjukkan bahwa kita telah berbuat suatu kesalahan. janganlah sekali-kali dilupakan hendaknya bahwa kamma-vipaka itu senantiasa benar. Ia tidak mencintai maupun membenci, pun tidak marah dan juga tidak memihak. Ia adalah hukum alam, yang dipercaya atau tidak dipercaya akan berlangsung terus.

Terdapat dua belas jenis bentuk-bentuk kamma yang tidak diperinci di sini. Bentuk kamma yang lebih berat (bermutu) dapat menekan -- bahkan menggugurkan -- bentuk-bentuk kamma yang lain. Ada orang yang menderita hebat karena perbuatan kecil, tetapi ada juga yang hampir tidak merasakan akibat apapun juga untuk perbuatan yang sama. Mengapa? Orang yang telah menimbun banyak kamma baik, tidak akan banyak menderita karena perbuatan itu, sebaliknya orang yang tidak banyak melakukan kamma-kamma baik akan menderita hebat.

Singkatnya : Kamma Vipaka dapat diperlunak, dibelokkan, ditekan, bahkan digugurkan.

Kamma dapat dibagi dalam tiga golongan :


Kamma Pikiran (mano-kamma).

Kamma Ucapan (vaci-kamma).

Kamma Perbuatan (kaya-kamma).

10 (sepuluh) jenis kamma baik

Gemar beramal dan bermurah hati
akan berakibat dengan diperolehnya kekayaan dalam kehidupan ini atau kehidupan yang akan datang.

Hidup bersusila
mengakibatkan terlahir kembali dalam keluarga luhur yang keadaannya berbahagia.

Bermeditasi
berakibat dengan terlahir kembali di alam-alam sorga.

Berendah hati dan hormat
menyebabkan terlahir kembali dalam keluarga luhur.

Berbakti
berbuah dengan diperolehnya penghargaan dari masyarakat.

Cenderung untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain
berbuah dengan terlahir kembali dalam keadaan berlebih-lebihan dalam banyak hal.

Bersimpati terhadap kebahagiaan orang lain
menyebabkan terlahir dalam lingkungan yang menggembirakan.

Sering mendengarkan Dhamma
berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan.

Menyebarkan Dhamma
berbuah dengan bertambahnya kebijaksanaan (sama dengan No. 8).

Meluruskan pandangan orang lain
berbuah dengan diperkuatnya keyakinan.


10 (sepuluh) jenis kamma buruk

Pembunuhan
akibatnya pendek umur, berpenyakitan, senantiasa dalam kesedihan karena terpisah dari keadaan atau orang yang dicintai, dalam hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan

Pencurian
akibatnya kemiskinan, dinista dan dihina, dirangsang oleh keinginan yang senantiasa tak tercapai, penghidupannya senantiasa tergantung pada orang lain.

Perbuatan a-susila
akibatnya mempunyai banyak musuh, beristeri atau bersuami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria atau wanita yang tidak normal perasaan seksnya.

Berdusta
akibatnya menjadi sasaran penghinaan, tidak dipercaya khalayak ramai.

Bergunjing
akibatnya kehilangan sahabat-sahabat tanpa sebab yang berarti.

Kata-kata kasar dan kotor
akibatnya sering didakwa yang bukan-bukan oleh orang lain.

Omong kosong
akibatnya bertubuh cacad, berbicara tidak tegas, tidak dipercaya oleh khalayak ramai.

Keserakahan
akibatnya tidak tercapai keinginan yang sangat diharap-harapkan.

Dendam, kemauan jahat / niat untuk mencelakakan mahluk lain
akibatnya buruk rupa, macam-macam penyakit, watak tercela.

Pandangan salah
akibatnya tidak melihat keadaan yang sewajarnya, kurang bijaksana, kurang cerdas, penyakit yang lama sembuhnya, pendapat yang tercela.

Lima bentuk kamma celaka
Lima perbuatan durhaka di bawah ini mempunyai akibat yang sangat berat ialah kelahiran di alam neraka :

Membunuh ibu.

Membunuh ayah.

Membunuh seorang Arahat.

Melukai seorang Buddha.

Menyebabkan perpecahan dalam Sangha.

8.HIRI DAN OTAPPA
Dua ciri khas yang dianggap dua sifat yang membantu melindungi dunia dari kekacauan :

Hiri
Perasaan malu, yaitu malu melakukan hal-hal yang tidak baik.

Otappa
Perasaan takut, yaitu takut akan akibat yang timbul dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

9. ATTHALOKA-DHAMMA
Dalam penghidupan seorang manusia tidak dapat terlepas dari 8 (delapan) keadaan, yaitu :

läbha - aläbha
untung - rugi

yasa - ayasa
terkenal - tak terkenal

nindä - pasamsä
dicela - dipuji

sukha - dukkha
gembira, bahagia - sedih, menderita dll.

KESUNYATAAN DAN KENYATAAN

Paramatha-sacca : Kebenaran mutlak (absolute truth), dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

Harus benar.

Tidak terikat oleh waktu ; waktu dulu, sekarang dan waktu yang akan datang sama saja.

Tidak terikat oleh tempat ; di sini, di Amerika ataupun di bulan sama saja.

Sammuti-sacca : Kebenaran relatif ; berarti bahwa sesuatu itu benar, tetapi
masih terikat oleh waktu dan tempat.

EHIPASSIKO
Ehipassiko berarti "datang dan alamilah sendiri". Umat Buddha tidak diminta untuk percaya saja, tetapi justru untuk mengalami sendiri segala sesuatu. Ini menunjukkan khas Buddhis, berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Agama-agama lain.

EMPAT KESUNYATAAN MULIA

I. Kesunyataan Mulia tentang Dukkha
Hidup dalam bentuk apa pun adalah dukkha (penderitaan) :
a. dilahirkan, usia tua, sakit, mati adalah penderitaan.
b. berhubungan dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan.
c. ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah penderitaan.
d. tidak memperoleh yang dicita-citakan adalah penderitaan.
e. masih memiliki lima khanda adalah penderitaan.
Dukkha dapat juga dibagi sbb. :
a. dukkha-dukkha - ialah penderitaan yang nyata, yang benar dirasakan sebagai penderitaan tubuh dan bathin, misalnya sakit kepala, sakit gigi, susah hati dll.
b. viparinäma-dukkha - merupakan fakta bahwa semua perasaan senang dan bahagia --berdasarkan sifat ketidak-kekalan-- di dalamnya mengandung benih-benih kekecewaan, kekesalan dll.
c. sankhärä-dukkha - lima khanda adalah penderitaan ; selama masih ada lima khanda tak mungkin terbebas dari sakit fisik.

II. Kesunyataan Mulia tentang asal mula Dukkha
Sumber dari penderitaan adalah tanhä, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Semakin diumbar semakin keras ia mencengkeram. Orang yang pasrah kepada tanhä sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya. Rasa haus itu bukannya hilang, bahkan menjadi bertambah, karena air asin itu yang mengandung garam. Demikianlah, semakin orang pasrah kepada tanhä semakin keras tanhä itu mencengkeramnya.
Dikenal tiga macam tanhä, yaitu :

1. Kämatanhä : kehausan akan kesenangan indriya, ialah kehausan akan :
a. bentuk-bentuk (indah)
b. suara-suara (merdu)
c. wangi-wangian
d. rasa-rasa (nikmat)
e. sentuhan-sentuhan (lembut)
f. bentuk-bentuk pikiran

2. Bhavatanhä : kehausan untuk lahir kembali sebagai manusia berdasarkan kepercayaan tentang adanya "atma (roh) yang kekal dan terpisah" (attavada).

3. Vibhavatanhä : kehausan untuk memusnahkan diri, berdasarkan kepercayaan, bahwa setelah mati tamatlah riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).

III. Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya Dukkha
Kalau tanhä dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali, karena terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.

a. Sa-upadisesa-Nibbana = Nibbana masih bersisa. Dengan 'sisa' dimaksud bahwa lima khanda itu masih ada.
b. An-upadisesa-Nibbana = Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan Pari-Nibbana. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Misalnya, kalau api padam, kejurusan mana api itu pergi? jawaban yang tepat : 'tidak tahu' Sebab api itu padam karena kehabisan bahan bakar.

IV. Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha
Delapan Jalan Utama (Jalan Utama Beruas Delapan) yang akan membawa kita ke Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha, yaitu :

Pañña
1. Pengertian Benar (sammä-ditthi)
2. Pikiran Benar (sammä-sankappa)
Sila
3. Ucapan Benar (sammä-väcä)
4. Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
5. Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
Samädhi
6. Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
7. Perhatian Benar (sammä-sati)
8. Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)

Delapan Jalan Utama ini dapat lebih lanjut diperinci sbb. :
1. Pengertian Benar (sammä-ditthi)
menembus arti dari :
a. Empat Kesunyataan Mulia
b. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c. Hukum Paticca-Samuppäda
d. Hukum Kamma

2. Pikiran Benar (sammä-sankappa)
a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian
(nekkhamma-sankappa).
b. Pikiran yang bebas dari kebencian
(avyäpäda-sankappa)
c. Pikiran yang bebas dari kekejaman
(avihimsä-sankappa)

3. Ucapan Benar (sammä-väcä)
Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :
a. Ucapan itu benar
b. Ucapan itu beralasan
c. Ucapan itu berfaedah
d. Ucapan itu tepat pada waktunya

4. Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
a. Menghindari pembunuhan
b. Menghindari pencurian
c. Menghindari perbuatan a-susila

5. Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
Lima pencaharian salah harus dihindari (M. 117), yaitu :
a. Penipuan
b. Ketidak-setiaan
c. Penujuman
d. Kecurangan
e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)

Di samping itu seorang siswa harus pula menghindari lima macam perdagangan , yaitu :
a. Berdagang alat senjata
b. Berdagang mahluk hidup
c. Berdagang daging (atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup)
d. Berdagang minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan
e. Berdagang racun.

6. Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
a. Dengan sekuat tenaga mencegah munculnya unsur-unsur jahat dan tidak baik di dalam bathin.
b. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk memusnahkan unsur-unsur jahat dan tidak baik, yang sudah ada di dalam bathin.
c. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk membangkitkan unsur-unsur baik dan sehat di dalam bathin.
d. Berusaha keras untuk mempernyata, mengembangkan dan memperkuat unsur-unsur baik dan sehat yang sudah ada di dalam bathin.

7. Perhatian Benar (sammä-sati)
Sammä-sati ini terdiri dari latihan-latihan Vipassanä-Bhävanä (meditasi untuk memperoleh pandangan terang tentang hidup), yaitu :
a. Käyä-nupassanä = Perenungan terhadap tubuh
b. Vedanä-nupassanä = Perenungan terhadap perasaan.
c. Cittä-nupassanä = Perenungan terhadap kesadaran.
d. Dhammä-nupassanä = Perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran.

8. Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
Latihan meditasi untuk mencapai Jhäna-Jhäna.

Siswa yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan Utama memperoleh :

1. Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa.
2. Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana.
3. Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan Pañña dan terkikis habisnya Anusaya.

Tiga Akar Perbuatan
Tiga hal yang di bawah ini dapat disebut sebagai tiga akar atau sumber untuk melakukan perbuatan, yaitu :

1. Lobha = Kemelekatan yang sangat terhadap sesuatu sehingga menimbulkan keserakahan.
2. Dosa = Penolakan yang sangat terhadap sesuatu sehingga menimbulkan kebencian.
3. Moha = Kebodohan ; tidak dapat menbeda-bedakan mana yang buruk dan mana yang baik.
 
asik ada plajaran menarik yg bisa di plajarin
thx...
 
Yang dipost Lauzart ma kek yg g catat saat g masih sma.
Jadi inget masa sekolah, g nyontek di ulangan agama dan nyatatnya sebanyak itu.
Habis g pusink........
 
^

Jadi ingetin gw sama ulangan kmaren ,,/swt/swt

Nyesel bgt gw nyontek pas plajaran agama /wah/wah
 
Jujur, g paling males baca gnian ni.
Btw, cara supaya gak bosen ato jadi tertarik gmana, ya ???
 
hehe, sama kaya gua Sdr. h3r2y, kalau sudah artikel yang panjang sekali, gua jadinya malas baca. Ini sebenarnya tak bole, karena jarang membaca kita akan menjadi bodoh.
Apalagi kalau artikel yang banyak bhs pali atau sansekerta nya, gua udh mulai pusing 7 keliling, hihihihi
 
Namaste,

Ini adalah beberapa inti ajaran Agama Buddha, ajaran yang membedakan mana Buddha Dharma dan mana yang bukan. Jika kita malas membaca, lalu bagaimana kita bisa membedakan mana yang Buddha Dharma mana yang tidak? Jadi tidak heran jika masih ada beberapa "umat Buddha" yang berpandangan keliru.
 
keknya lebih baik dikumpulkan ajaran2 kyk gini lalu dijadikan buku dan diterbitkan...agak repot sih /heh
soalnya klo dijadikan buku,gw lebih enak/senang bacanya.
 
HOHOHO....

dengan mem'post nya di forum ini.. anda telah menanam karma baik.. hehehe.. dan menambah ilmu bagi kita semua..

^^'
thx ya..
 
to ts .. to good to be true .. but this is the truth ... post anda baik banget :) ......

tp tula ada pertanyaan ....
Bentuk kamma yang lebih berat (bermutu) dapat menekan -- bahkan menggugurkan -- bentuk-bentuk kamma yang lain.
ada yg bisa kasi kesimpulan (dari ts lebih ok lagi) ....
maksud dari kata2 itu apakah :
1. seperti perumpamaan garam di air laut ... meski ada karma buruk .. tp kalo karma baik kita pupuk lebih banyak secara significant maka asin nya ga akan terlalu terasa
or
2. karma bisa saling mengeliminasi ? kira2 gini ... kita da buat 1 kebaikan .. tp karena 1 keburukan makan buah karma baik kita itu akan hangus ...

terima kasih sebelumnya.
 
realy nice post,

Semoga dengan pengetahuan/kesadaran yang benar/baik diatas

berlanjut dengan dan dalam aplikasi kita sehari-hari

mulai dari pikiran/niat yang benar, perkataan yang benar dan perbuatan yang benar.

Semoga kita bisa memulainya dari sekarang,
menjaga pikiran dengan yang positip,
menjaga mulut dari kata2 kotor
menjaga tindakan kita (bergunakah aku hari ini bagi diriku dan orang lain)

Musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri.

So, selamat berjuang dengan ke-aku-anmu.
 
wah...kalo paham semua pada jadi arahat neeh....wakakaka...^^


best simple way...sila, sammadhi, panna...=n_n=
 
Huahhaha.. kalo bisa sih ya emang semua jadi arahat lah.. ^^' huehehe..

tapi bener huangkelin.. sila, samadhi, panna.. itu aja.. susahhhhhhhh bener.. hhhhehehhehe..

^^'
 
@tula
ada yg bisa kasi kesimpulan (dari ts lebih ok lagi) ....
maksud dari kata2 itu apakah :
1. seperti perumpamaan garam di air laut ... meski ada karma buruk .. tp kalo karma baik kita pupuk lebih banyak secara significant maka asin nya ga akan terlalu terasa
or
2. karma bisa saling mengeliminasi ? kira2 gini ... kita da buat 1 kebaikan .. tp karena 1 keburukan makan buah karma baik kita itu akan hangus .

Baca Posting Thread saya di forum Religi Buddha yg berjudul "KAMMA/KARMA... (Penjelasan menyeluruh).
Semoga Anda & semua mahluk hidup berbahagia... sadhu 3x
 
bukannya dosa sama karma itu ga bs dibedakan berat ringannya?
maksudnya emank dibilang klo kt nyelamatin org pahalanya lbh besar, jadi klo kt bohong, masih besar di pahala dan dosanya kehapus?
bukannya smuanya sama?
mukul org sama berat dosanya sama bunuh org...
membantu org sama besar pahalanya sama menyelamatkan nyawa org

bukan gitu???
jadi agak bingung....><
 
dosa ga akan pernah kehapus,yang ada dosa dibalas dengan kebaikan dan Metta :D
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.