• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Ubah Paradigma, Tetapkan OPM Sebagai Teroris !

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.566
Nilai reaksi
23
Poin
0
Spoiler for Teroris OPM:
Ubah Paradigma, Tetapkan OPM Sebagai Teroris !




Aksi terorisme dari dulu hingga kini sering dikaitkan dengan agama tertentu. Terorisme dianggap sebagai buah dari radikalisme agama yg menghalalkan aksi teror demi mencapai tujuannya. Kita tengok saja peristiwa 9/11, teror Bom Bali, teror Bom Manchester, hingga dalam bentuk skala kecil seperti penusukan di Reading & Jembatan London, serta pembantaian dua belas orang di kantor Charlie Hebdo.

Semua kejadian tersebut dilakukan oleh mereka yg mengklaim berjuang demi agama Islam. Alhasil, telunjuk dunia pun menuding Islam sebagai agama yg erat kaitannya dengan teroris.

Bahkan baru-baru ini, aksi teror yg merusak citra Islam terjadi lagi di Paris, Perancis. Hari Jumat 25 September 2020, seseorang bersenjatakan pisau daging menyerang & melukai empat orang, di luar bekas kantor majalah satire Charlie Hebdo. Pimpinan The National Anti-Terrorism Prosecutor's Office (PNAT) Jean-Francois Ricard mengatakan tersangka utamanya adalah seorang pria usia 18 tahun yg dilahirkan di Pakistan. Akibatnya, Menteri Dalam Negeri Perancis, Gerald Darmain memperlakukan serangan tersebut sebagai tindakan terorisme Islam.

Sumber :Okezone [Pria Berpisau Serang 4 Orang di Paris, Mendagri Prancis: Ini Serangan Teroris]

Tapi apakah terorisme terjadi karena Islam itu sendiri? Atau cuma segelintir orang tertentu yg merusak nama baik salah satu agama samawi ini?

Ibarat nila setitik, rusak susu sebelanga. Akibat aksi terorisme pihak yg berbau Islam, semua mata menuding. Setiap aksi kejahatan yg dilakukan pihak yg mengaku beragama Islam, maka aksi mereka itu diberi label terorisme, & pelakunya dicap sebagai teroris. Khususnya bila hal itu terjadi di wilayah yg mayoritas penduduknya bukan Muslim.

Tapi semua itu berubah sejak mata dunia terperangah dengan aksi teror di Masjid Al-Noor, Chirstchurch, Selandia Baru. Peristiwa berdarah memilukan yg terjadi pada 15 Maret tahun lalu. Saat itu, Brenton Tarrant dengan sadis menembaki jamaah masjid hingga menyebabkan 42 nyawa tak berdosa tewas & 7 lainnya terbunuh di Linwood Islamic Center pada hari yg sama. Sungguh salah satu hari paling hitam dalam sejarah Selandia Baru.

Hukum pun ditegakkan. Brenton Tarrant dipenjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat bulan lalu. Teroris itu mengaku bersalah atas 51 dakwaan pembunuhan & 40 dakwaan percobaan pembunuhan.

Demi mengenang & memperingati aksi teror setahun yg lalu itu, pada 24 September 2020, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dikelilingi anggota komunitas Muslim meresmikan plakat peringatan untuk para korban di halaman Masjid An-Noor.

Sumber :Republika [PM Ardern Resmikan Plakat Peringatan Teror Christchurch]

Perhatian akbar dari PM Selandia Baru kepada korban teror Christchurch menunjukkan bahwa Selandia Baru menaruh perhatian yg akbar kepada isu terorisme. Perhatian kepada korban teror minoritas Islam di sana menunjukkan sikap Selandia Baru bahwa aksi terorisme tak semata-mata dilakukan oleh kelompok yg mengatasnamakan Islam. Selandia Baru tidak menerapkan standar ganda & dengan tegas mengatakan aksi yg dilakukan Brenton Tarrant sebagai aksi terorisme.

Dunia kini memiliki pekerjaan besar. Yakni mengubah sudut pandang terorisme yg awalnya lekat dengan hal yg berbau Islam jadi aksi yg dapat dilakukan siapa saja, tanpa mengenal batasan agama.

Sebab standar ganda itu masih terjadi hingga kini. Perbuatan kriminal yg dilakukan mereka yg mengatasnamakan Muslim dianggap sebagai perbuatan terorisme. Penusukan di Inggris & Perancis sebagai buktinya.

Tapi bagaimana kalau korbannya adalah muslim? Seperti yg terjadi di Toronto, Kanada, 12 September lalu. Seorang relawan penjaga masjid Toronto tewas setelah seseorang menikam lehernya. Korban bernama Mohamed-Aslim Zafis (58) bekerja sebagai relawan penjaga di masjid. Dalam rekaman CCTV terlihat bahwa saat itu korban duduk di kursi luar pintu depan guna memastikan siapa pun yg masuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19.

Namun seseorang bertubuh ramping, mengenakan hoodie hitam, & celana gelap mendekati Zafis & menikamnya sekali sebelum melarikan diri.

Kepala unit pembunuhan Kepolisian Toronto, Inspektur Hank Idsinga mengatakan kematian itu mungkin terkait pembunuhan lain lima hari sebelumnya. Seorang pria tunawisma yg tinggal di bawah jembatan beberapa kilometer jauhnya, juga ditikam hingga tewas.

Inspektur Hank mengatakan hingga saat ini belum ada bukti yg menunjukkan bahwa insiden itu bermotif kebencian, namun kemungkinan itu tetap ada.

Sumber :Detik [Penjaga Masjid di Toronto Tewas Ditikam, Pelaku Masih Diburu]

Kejadian yg menimpa muslim seperti ini juga pernah terjadi di London bulan Februari 2020 lalu. Korban bernama Rafaat, seorang muazzin di Masjid Central London, beruntung korban dapat selamat. Pelaku penyerangan bernama Daniel Horton. Ternyata Horton & korban saling mengenal satu dengan lainnya. Sehinnga ada indikasi penyerangan terjadi karena unsur kebencian.

Sumber :Kompas [Penusukan Muazin di Masjid Center London]

Di tanah air pun begitu, baru-baru ini penusukan dialami seorang ulama bernama Syekh Ali Jaber saat berceramah di Lampung. Penusuk Syekh Ali, Alfin Andrian dikatakan memiliki unsur kebencian sehingga mengerjakan aksi tersebut. Bukankah hal ini serupa dengan yg dilakukan Brenton Tarrant? Bukankah ia yg tak terikat jaringan teroris manapun memiliki unsur kebencian kepada muslim?

Maka tak salah pula kiranya ketika dalam sebuah seminar web, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengutarakan bahwa Vatikan sudah menegaskan, terorisme tidak ada kaitannya dengan agama. Termasuk, agama Islam.

Aksi terorisme dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa mengenal batasan agama. Mereka yg masih mengaitkan terorisme dengan Islam adalah mereka yg terpengaruh Islamophobia. Hal yg muncul dari kesalahan pemahaman mengenai Islam.

Sumber :RMCO [Vatikan: Teroris Tak Terkait Agama. Indonesia, Poros Tatanan Dunia Baru Penuh Perdamaian]

Oleh karena itu, hal ini pula yg mendasari mengapa perbuatan dari kelompok Papua Merdeka sebagai aksi terorisme. Bahkan sebuah ormas di Papua menyatakan kasus pembunuhan Pendeta Yeremia di Distrik Hitadipa yg jadi polemik saat ini dilakukan oleh kelompok teroris separatis bersenjata.

Ketua DPD Pemuda Mandala Trikora, Alberth Ali Kabiyai menjelaskan, KKB sengaja menebar teror jelang Sidang biasa PBB pada 22 29 September 2020. Mereka membunuh warga sipil & menuduh aparat keamanan guna menarik simpati masyarakat dunia. Alberth yg juga Ketua DPW Badan Advokasi & Investigasi HAM Papua ini mengatakan, pola seperti itu kerap kali dipakai kelompok teroris serta kartel narkoba di dunia.

Mereka harap menarik simpati dengan mengorbankan masyarakat tetapi mengkambinghitamkan TNI, tegasnya.

Bahkan sebelumnya kelompok teroris Papua Merdeka sudah menembak serta mengancam maskapai penerbangan sipil & membunuh beberapa warga.

Sumber :Indonesian Inside [Ormas Pemuda Papua: Bunuhi Warga Sipil, Aksi KKB Seperti Teroris]

Berdasarkan tulisan ini, kita dapat ambil kesimpulan. Terorisme yg dilakukan kelompok yg mengatasnamakan Islam sudah menyebabkan gelombang Islamophobia melanda dunia. Namun, standar ganda terorisme itu sudah menciptakan siapa pun yg mengerjakan aksi kejahatan berdasarkan kebencian maupun politik, apabila dilakukan pihak yg mengatasnamakan Islam sebagai perbuatan terorisme.

Saking melekatnya stereotip itu, dunia seakan melupakan, atau membuang muka, bahwa aksi terorisme dapat dilakukan oleh siapa saja, tanpa batasan agama. Mulai dari Christchurch, penusukan di Masjid Toronto, penikaman di Masjid London, penghujaman Syekh Ali Jaber, hingga aksi terorisme yg santer dilakukan oleh teroris Papua Merdeka akhir-akhir ini.



Hari ini 08:19
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.