• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Teror Parakang di Kampung Romang Lompoa Bagian I

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.735
Nilai reaksi
23
Poin
0
Kampung Romang Lompoa belakangan ini sangat mencekam, jauh sebelum kasus kematian Patima, Kampung Romang Lompoa memang sudah sejak awal mencekam mengingat letak perkampungan yg jauh terletak di tengah kaki gunung yg masih diselimuti hutan rimba.

Jika kita berjalan jauh ke tengah hutan, cuma ada bau hutan lembab yg akan tercium & sedikit sinar mentari yg menerpa permukaan tanah yg basah. Mendongkakkan kepala ke atas langit sekalipun tidak berguna, sebab cuma akan tampak batang-batang pohon hitam yg menjulang ke langit, entah ada pucuk atau tidak ada di ujung sana.

Suasana mencekam ini disebabkan meninggalnya salah seorang warga dengan kondisi yg sangat aneh, Patima. Satu-satunya Bidan Mandiri kampung yg memiliki izin praktik untuk satu desa yg di dalamnya terdiri dari tiga kampung yakni Biring Romang, Romang Lompoa & Romang Tanggayya.

Kematian memang suatu hal yg wajar di kalangan penduduk kampung mengingat ajal memang cuma milik Allah SWT, & setiap yg bernyawa pasti akan kembali baik dengan atau tanpa ada tanda-tanda terlebih dahulu, namun kematian Patima ini sedikit berbeda.

Meskipun tidak sakit, bahkan kematiannya cuma berselang beberapa jam setelah dirinya pulang dari menolong persalinan di Kampung Biring Romang, kampung tetangga yg jaraknya sekitar 12 km dari Romang Lompoa.

Terlebih lagi, kematian Patima adalah kematian absurd ke empat di bulan ini meskipun tiga kejadian sebelumnya cuma terjadi di Biring Romang, namun kematian Patima dikait-kaitkan dengan rentetan kematian tersebut. Padahal saat menolong proses persalinan, Dg Pagarra' Kepala Kampung Romang Lompoa' & La Ma'rup suami dari Patima menemaninya ke Biring Romang.

Setibanya di Kampung, Muka Patima mendadak pucat, nafasnya jadi sesak serasa terbakar & terdapat luka bekas lebam di seluruh tubuhnya padahal sepanjang perjalanan Patima tidak pernah jatuh sama sekali & ke dua pria ini sering berada di sampingnya sembari berjalan kaki menyusuri gelapnya malam di jalan pinggiran desa menuju rumahnya.

Teror Parakang di Kampung Romang Lompoa Bagian I


"Patima pasti mati dihisap Parakang!!!!" teriak La Bolong, salah seorang warga di balai pertemuan kampung.

Pertemuan yg kini jadi rusuh dengan suara-suara warga yg mulai curiga kalau saat ini ada Parakang yg berkeliaran di desa mereka & warga akan jadi target mereka, termasuk di kampung mereka.

"Kalu bukanParakang, apa pade yg bunuh Patima? Na puskesmas saja bilang tidak ada tanda-tanda keracunan dari Patima," Tambah La Bolong dengan suara lantang di tengah riuhnya warga yg gusar.

"Ya Parakang itu!!!" teriak warga yg lainnya.

Brakk Brakk Brakk, Suara bangku yg dihantam oleh meja dengan keras tiba-tiba mengheningkan suasana.

"Tenang dulu-dulu bapak-bapak & ibu, kita jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan!" Jelas dg. Pagarra dengan nada tegas mencoba menenangkan warganya.

Dg. Pagarra memang sosok yg sangat berani, sesuai dengan namanya yg secara harfiah diartikan sebagai orang yg jago membentak, hampir tidak yg berani menyahut setelah dibentak oleh dirinya. Sosoknya tinggi, besar, badan kekar & sudah jadi kepala Kampung selama belasan tahun.

Tidak ada warga tidak berani melawannya, karena dirinya memang sangat disegani. Bahkan sejak jadi kepala Kampung 15 tahun silam, tidak ada satupun perampok terna yg berani masuk ke kampung ini, padahal sebelumnya kampung mereka dianggap lumbung oleh para perampok.
Teringat sosoknya pada suatu malam dengan gagah berani bersuara lantang mengejar kawanan perampok sendirian dengan sebilah parang yg sering ada di pinggang, mungkin kalau Pitung datang ke kampung ini, diapun bakalan kalah dengan Dg. Pagarra.

Kejadian malam pengejaran itu jadi malam terakhir perampok menyambangi kampung Romang Lompoa, setelah itu tidak pernah terdengar lagi cerita warga kehilangan Ternak mereka, emskipun untuk kampung Biring ROmang & Romang Tangngayya masih sesekali terjadi.

Kejadian tersebut pulalah yg menciptakan warga memilihnya sebagai kepala Kampung, namun kali ini sepertinya Kalewang Dg. Pagarra bakalan mempan melawan mahluk yg sedang menggangu desanya.

Yah Kampung Romong Lompa memang masih berlokasi di tengah hutan akbar yg ditumbuhi pohon-pohon tinggi. Kehidupan warga cuma mencari Damar & menyadap Karet dari pohon kayu liar yg dijual ke pengepul yg datang sekali sebulan, tidak ada yg berani membuka lahan pertanian, sebab pohon-pohon akbar ini sering mengambil tumbal setiap kali ada satu pohon yg tumbang dengan sengaja oleh manusia, apalagi keberanian untuk membuka lahan.

Sepertinya ada mahluk astral yg menunggu setiap pohon yg ada di sana, suarang seolah-olah terdengar menyanyikan kidung sedih kala angin bertiup kencang, namun mereka tidak akan mengganggu selama tidak ada yg manusia yg memulai.

Beberapa warga desa memangada yg memiliki kebun, namun kebun itu terletak di luar kampung Roman Lompoa, itupun cuma warisan yg luasnya tidak pernah bertambah.

Sulitnya kehidupan di Romang Lompoa menciptakan penduduk desa di sana sangat lah sedikit, jarak antara satu rumah & rumah lainnya saling berjauhan kalaupun ada yg paling dekat cuma rumah 50 meter.

Namun Mahluk halus yg disebut Parakang ini berbeda, dia bukanlah mahluk astral tetapi manusia yg memiliki ilmu hitam yg paling gelap. Ilmu hitam yg didapatkan dari nafsu mengejar ilmu kebatinan & kekayaan hingga akhirnya keserakahan mengantarnya berabah jadi mahluk yg menyeramkan & dahaga akanPallomanusia.

Pallo ini diketahui dalam bahasa kedokteran sebagai usus akbar & usus kecil manusia.

Pada kehidupan sehari-harinya, Parakang tetap berwujud sebagaimana asalnya yakni manusia yg makan, minum & bercengkrama di orang lain tengah-tengah masyarakat, namun dalam keadaan lapar atau musim berburu, maka mereka akan berubah jadi sosok seram & berkamuflase jadi banyak benda seperti Anjing tanpa Ekor, Pohon pisang berdaun tiga lembar atauKamboti(sejenis anyaman daun kelapa untuk menyimpan hasil kebun) yg dapat berjalan.

Menurut kabar yg dicertiakan oleh orang-orang tua terdahulu ke anak-anak mereka, Ilmu ini dapat didapatkan melalui keturunan. konon Parakang bakalan sulit menemui ajalnya sebelum ilmu tersebut diturunkan.

Namun Ilmu Parakang dapat juga didapatkan seseorang dari keserakannya sendiri menutut ilmu kaya hingga emnjual dirinya ke kegalapan. Parakang dari penuntut ilmu ini dikabarkan adalah sosok yg paling menyeramkan karena dia dengan sukarela memakan korbannya.

Sedangkan Parakang yg diwarisi dari orang tuanya, tubuhnya menolak untuk memakan manusia, cuma saja kalau musim berburu tiba, kesadarannya akan hilang & dalam mimpi mereka, mereka akan melihat sebuah pisang yg tinggi yg sangat lezat.

Sangkin lesatnya timbul perasaan harap memakan pisang itu sangat akbar hingga dia harus berupaya memakan pisang tersebut, begitu tersadar dari mimpi mereka, tiba-tiba saja tangan mereka sudah berlumuran darah manusia.

"Daeng, pasti parakang ini Daeng, kalau kita komandoi, warga pasti siap itu menjaga kampung secara bersamaan," Ujar la Bolong ke Dg. Pagarra.

"Bisa jadi ini Parakang, tetapi ada baiknya kita serahkan masalah ini terlebih dahulu ke pihak yg berwajib hingga hasil penyelidikan selesai," jelas Dg Pagarra ke Warganya.

"Saya khawatir kalau kita semua sepakat kalau kasus ini adalah parakang maka kita akan saling curiga satu sama lain, mengingat Parakang juga manusia, Saya tidak harap kehidupan kita sesama warga saling curiga," jelas dg Pagarra.

Sebagai pemimpin dg Pagarra sangat sadar kalau menyatakan penyebab kematian Patima adalah Parakang akan menciptakan suasan desa tidak akan nyaman & kemungkinan membunuh orang-orang yg dicurigai sebagai parakang akan terjadi.

Apalagi desas desus mengenai ciri-ciri Parakang itu banyak berhembus, mulai dari mereka memiliki bau badan yg busuk, mata merah dengan tatapan yg sangat tajam, nafas yg terkadang tidak terdengar terkadang menderu, & lidah yg sering melet.

Jika warga sepakat dengan kabar angin ini, maka warga yg memiliki ciri-ciri tersebut dapat saja mati sia-sia.

"Kita tidak boleh lain gegabah dalam mengambil keputusan! bapak-bapak!!!" jelas dg Paggara lagi ke warganya yg kini mata mereka sudah berubah dari panik jadi katukan yg diselimuti amarah.

"Kalau misalnya ini disebabkan oleh Parakang, siapa yg mau disalahkan sebagai pelakunya?"

"dg Tarru ka?" sambil menunjuk dg Tarru yg juga duduk di tengah-tengah kerumanan.

Sontak dg Tarru Kaget & berteriak sembari mencabut badiknya meskipun belum keluar dari sarungnya, "maksud anda apa?".

Tidak terima di bentak, dg Pagarra lalu mengangkat parang yg diselipkan ke Pinggangnya. Parang dg Pagarra memang lebih panjang dari Badik dg Tarru, belum lagi prang tersebut konon sudah memenggal beberapa leher dari perampok yg tertangkap baik di kampung meraka maupun di kampung orang lain.

"Maksud saya begini, bukankah parakang ini adalah baca-baca mau cepat kaya?" teriak dg Paggara yg dengan persona pribadi berhasil menciptakan warga kembali bungkam, namun kali ini ia tidak menghadap ke dg Tarru, tetapi ke La Bolong sambil menunjuk dengan jari telunjuk kanannya & parang di tangan kiri terhunus menghadap ke langit.

"Kalau memang itu baca-baca kaya, siapa yg paling kaya di dkampung kita ini kalau bukan dg Tarru? Dia juga belakangan ini sering terlihat mengecek pohon pisang di kampung kita entah itu dikebunnya sendiri atau di kebun orang lain, pulang malam hari bukankan parakang itu dapat melihat dengan terang di malam hari" jelas dg Pagarra yg lagi-lagi menghadap ke La Bolong dengan pandangan mata taja seolah-olah menyalahkan La Bolong

"Begitukan maksudmu La Bolong? Kau mau kita menuduh orang-orang di kampung ini sebagai parakang tanpa Bukti, itu bukan solusi La Bolong, saya tidak mau ada warga kita yg mati sia-sia karena ide tololmu itu,"

"Atau kau mau menuduh La Ma'rup yg kini matanya sering merah & pandangan yg sangat marah, padahal dia sendiri pasti sedang bersedih meratapi kepergian istrinya,"

"Serahkan saja masalah ini kepada saya, saya sudah 15 tahun menjaga kampung ini, mungkin langkah yg harus kita ambil saat ini adalah mengaktifkan Ronda malam bersama-sama supaya Parakang tidak berani berkeliaran di kampung kita," jelas Dg Pagarra lagi

"Sekuat-kuatnya parakang, dia juga manusia pasti takut kalau kita banyak," belum usai ia bicara tiba warga kembali.

"Tidak dapat daeng, kita mau tunggu hingga berapa lagi korban yg meninggal diisap parakang, bukankan Patima mati setelah pulang dari pengawalanta dengan la Ma'rup suaminya, kita harus minta bantuan orang pintar," sahut warga yg belum dipersilahkan bicara,

"Betul, betul," teriak seluruh warga yg marah & ketakutannya sudah bercampur hingga sulit membedakan ekspressi berteriak tersebut.

"Kita harus minta bantuan sanro sebelah, dg Sangkala, (dukun) & ustad Hasanuddin, daeng dari kampung Romang Tangngayya, karena hingga hari ini sisa kampung mereka yg tidak pernah terjadi kematian tidak wajar," jelas warga lainnya sambil diikuti teriakan "Betul, betul itu" dari warga yg lainnya.

Mendapatkan tekanan yg akbar dari warganya akhirnya dg Pagarra menerima tuntutan warganya. Malam itu juga La Bolong, dg Pagarra & lima pria lain berbadan kekar keluar kampung harap menjemput ke dua tokoh kampung sebelah untuk menolong menyelesaikan masalah ini, namun setibanya di sana cuma dg Sangkala yg menyanggupi permintaan tersebut, namun ia tidak harap mengerjakannya malam ini.

Rombongan La Bolong & dg Pagarra diminta pulang saja malam ini oleh sang dukun & menunggu dirinya datang ke tengah-tengah mereka pada siang ketika mentari sedikit tergelincir di barat, namun dg Sangkala tidak menyebutkan kapan waktunya, cuma saja ia meminta semua orang harus berkumpul pada waktu tersebut mungkin sekitar jam satu siang.

Rombonganpun akhirnya pulang & dg Pagarra menyampaikan hal tersebut kepada warganya. Sebagaimana kesepakatan mereka dengan sang Sanro. Mulai dari malam itu, setiap siang jam 1 para warga berkumpul di lapangan depan rumah dg Pagarra, namun di hari perdana dg Sangkala belum juga datang.

Hari ke tiga ketika warga sudah mulai putus asa & harap menjemput dg Sangkala dari kampung Romang Tangngayya, tiba-tiba dg Sangkala sudah berada di tengah lapang, La Bolong yg perdana kali melihat dg Sangkala sangat bahagia akhirnya asa itu muncul di tengah-tengah kampung Romang Lompoa.

La Bolong pun berteriak menciptakan semua warga berkumpul di tengah lapangan, termasuk dg Tarru, La Ma'rup, La Bolong, dg Pagarra.

Setelah menenangkan warganya, dg Pagarra diminta menunjukkan orang untuk maju satu persatu di depan supaya diuji kalau dirinya memang parakang.

Mendengar perintah itu, dg Pagarra sedikit terlihat bingung, "maksudnya daeng?" tanya dg Pagarra ke dg Sangkala'.

"Begini daeng-daengku semua" jelas dg Sangkala ke Warga kampung Lompoa.

"Parakang itu adalah manusia serakah yg berburu ilmu, keserakahannya bahkan menciptakan dirinya rela menjual jiwanya ke kegelapan. Itulah sebabnya parakang sangat dekat kegelapan, mereka kebanyakan berburu Pallo di malam hari ketika kegelapan bersama dirinya," jelas dg Sangkala

Warga dengan seksama mendengarkan penjelasan yg mungkin jadi alasan jawaban atas ketakuan mereka belakangan ini.

"Parakang tidak mau bergerak siang hari atau paling tidak mereka cuma akan jadi manusia di siang hari, tetapi sifat-sifat parakangnya tetap tinggal, makanya mereka kesulitan ditemui siang hari, kalau ada mereka akan sulit diajak berkomunikasi, mungkin cuma menyapa lalu pergi," tambahnya

"Pagarra, coba tunjuk satu wargamu yg harap kau uji perdana kali!" minta dg Sangkala.

Bersambung -Disclaimer: Cerita & tokoh dalam cerpen cuma Fiktif belaka, kalau ada kesamaan nama kampung & penokohan cuma untuk menambahkan unsur drama dalam tulisan ini.


Terbatas di Jumlah Karakter : Cerpen Parakang di Romang Lompoa Hari ini 19:18
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.