• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Teringat Masa Kecil 2 (Sudah Disensor)

roughtorer

IndoForum Senior A
No. Urut
44416
Sejak
24 Mei 2008
Pesan
6.755
Nilai reaksi
174
Poin
63
Sebelumnya, mohon maaf bila cerita berikut menimbulkan bias. Sudah aku sunting penyampaianku sedemikian rupa. Semoga tidak menyinggung siapapun. Kepada Moderator, apabila diangap kisahku ini tidak layak, dengan segala hormat, dihapuskan saja. Terima kasih.

.................................................

Kejadiannya mungkin pada saat aku berusia sekitar umur 5 tahun. Aku masih tinggal di kampung, dengan rumah yang disebut 'gudang asap'. Nama ini diberikan, karena rumah ini memang bekas bangunan untuk mengasapi getah karet, yang sudah lama tidak berfungsi. Jadi, rumah terdiri dari 2 lantai. Ada 2 kamar di lantai bawah, ada 2 kamar lagi di lantai atas. Lantai bawah tempat aku, kakak dan abang yang masih belum remaja tidur. Sedangkan kamar yang satu lagi, tempat ibu dan bapak. Terus, di lantai atas ada 2 kamar. Yang satu, besar sekitar 8 X 5 m, tidak ditempati, karena lantainya yang dari kayu sudah lapuk. Jadi, satu kamar yang lebih kecil, sekitar 3 X 4 m, ditinggali abang-abangku yang sudah remaja.

Aku suka bermain di lantai dua. Karena disini, aku bisa muter piringan hitam merk Philips yang lagunya ajaib-ajaib, beberapa piringan hitam lagu cina, lagu bule dan lagu-lagu Indonesia jaman Benyamin S, Titiek Sandora dan beberapa lagu anak-anak kaya; Bobby M. Alatas, Adi Bing Slamet dan Chica Koeswoyo. hehehe.... aku lebih suka muter-muter dan ngotak-ngatik piringan hitam ini, karena ada tape di bawah yang suka ngadat pita kasetnya.

Ditemani seekor anjing, namanya Mopi (putih belang-belang coklat). Anjing kampung ini, akhirnya mati karena ditabrak mobil. Ada juga kucing yang kaki belakangnya kutung. Tapi jangan main-main sama si Manis, kalo dia menggeram, tikus-tikus di papan-papan di atas, bisa berjatuhan sendiri.
Dua ekor binatang peliharaan itu menjadi temen bermainku yang paling asyik, selain anak-anak kampung dan kakak abangku, tentunya. Si Mopi bisa akrab dengan si Manis di lantai dua. Agak susah dimengerti memang. Biasanya kan kucing suka berantem sama anjing.

Nah, suatu hari nih... Aku masuk ke kamar abang-abangku di lantai dua. Kamar pengap. Jendelanya kecil banget. Gak ada kasur. Hanya bantal kumal dengan sarung beberapa helai yang tidak dilipat lagi sehabis dipakai. Aku suka ke kamar ini. Walau gambar-gambar dari kalender yang di tempel di dinding menurut aku gak menarik, gambar cewek dengan rok mini dan bulu mata panjang (waktu itukan baru tamat jadi orok). Atau pemuda pake celana cutbray dengan rambut kribo...

Aku menyelinap ke kamar ini, saat yang punya kamar pada sekolah. Saat itu, hanya tinggal aku yang belum sekolah. Ibu biasanya ada saja yang dikerjakan di bawah. Yah, nyapu, masak, menjahit, ngasih makan ayam... ada saja deh.

Cuman, ada yang aneh di lantai kamar abangku hari ini. di sela-sela tikar, aku menemukan beberapa helai bulu keriting-keriting, dengan panjang kira-kira 2 jariku. Aku ambil, aku perhatikan bulu hitam (mirip rambut) di tanganku... Dari mana yah, bulu sepanjang dan sekeriting ini. Setahuku, abangku tidak ada yang gondrong. Semakin bertanya-tanya aku... aku cium agak bau asam... hmmmm penasaran.

Setiap hari aku mulai mengamati, bertanya tanya sendiri.... Aku lihat ke badanku sendiri, tidak ada bulu yang seperti itu. Begitu juga dengan abang-abangku yang sudah menjelang dewasa (ada 3 orang sih). Kayanya tidak ada bulu seperti itu. Aku jadi suka memperhatikan mereka.
Sampai suatu hari.

Tumben memang. Entah angin apa hari itu aku diajak ikut serta. Si Lelek yang punya Kilang Padi, ngajak abangku nembak udang di sungai. Biasanya nembak tuh, pake kaca mata yang dibuat sendiri. Dari potongan bambu yang ditempel pake kaca dan di lem dengan ter (aspal). Udah, gitu, tembaknya berupa batang bambu sebesar jempol yang diisi jari-jari sepeda yang ujungnya ditajamkan. Dengan memakai tenaga pegas dari karet ban, mereka memang sering membawa pulang beberapa ekor udang galah.

Kalau mereka menyelam sampai ke tengah yang dalam, maka aku biasanya kesenangan main air di pinggir sungai yang memang airnya dulu masih sangat jernih. Kadang, aku bisa menangkap beberapa ekor ikan kecil-kecil dengan jaring yang sedianya tempat udang atau ikan.

Hari ini kayanya rada-rada sial. Gak dapat udang seekorpun. Dan, mereka ber 4 udah seperti kecewa aku lihat. Lalu, gak tahu siapa yang mengkomandoi, aku diajak saja menuju sawah. Rupanya meraka mau mancing labi-labi (bulus), hahahaha.... Jadi, kamipun mancing bulus di parit-parit sawah. Dan jelas saja, dapat beberapa ekor yang lumayan besar. Kira-kira 12 cm ada panjangnya. Ini bakal jadi pesta.

Dengan badan penuh lumpur, abang-abangku dan si Lelek pulang. Tapi, rupanya singgah dulu di Kilang padi. Rupanya 1 ekor bulus yang didapat, menjadi bagian si Lelek. Dan mereka memutuskan untuk mandi dulu di sumur jurang.

Sumurnya serem. Jauh di bawah jurang. Untung gak ada Sadakonya. Tapi bener, sumurnya mirip banget dengan yang di film The Ring itu, hiiiiiii. Jadi, aku digendong di belakang, abangku menuruni tanjakan menuju sumur. Setelah sampai, yah layaknya orang kampung mandi. Baju dibuka semua

Giliran nimbah air sumur, pemuda-pemuda tanggung itu kadang cekikikan ketawa-ketawa. Kadang saling ledek ke punya yang lain. Eh....!!!! Kaget aku... Begitu memperhatikan punya mereka, aku bandingkan dengan punyaku sendiri. Disana ada perbedaan.

Ha.... baru ingat. Pasti bulu-bulu hitam yang aku temukan di kamar atas itu, bulu yang berasal dari burung-burung itu.

"Kenapa..." rupanya abangku melihat aku memperhatikan mereka

"Gak.... di kamar atas banyak bulu yang kaya gitu juga..." kataku...

Mereka bertatapan lalu ketawa kuat-kuat.

Sekarang kalo lagi ke Kota Batu, dan melewati bekas Kilang Padi si Lelek, wah... aku biasanya senyum-senyum sendiri. :)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.