• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Telepon Umum Era Soeharto, Kini Tinggal Nama

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.370
Nilai reaksi
23
Poin
0
Telepon Umum Era Soeharto, Kini Tinggal Nama

Sumber gambar

Telepon biasa biasa diketahui sebagai alat komunikasi yg dapat dijumpai ditempat biasa yg terletak di beberapa titik kota & perdesaan berada dipinggir jalan. Fungsinya untuk menghubungi seseorang untuk bercakap langsung kepada orang yg kita hubungi dengan mengpakai suara, otomatis kita dapat mendengar suara yg kita telepon.

Namun untuk memakai telepon biasa harus mengantri dulu dengan waktu lama kalau antrian panjang, panas & terik mentari menyimuti orang yg antri tersebut. Apalagi pada hari akbar seperti hari lebaran, natal, & hari akbar lain yg menciptakan orang yg memakai telepon biasa untuk menghubungi seseorang dibutuhkan pasti butuh kesabaran & tenaga ekstra untuk antri panjang supaya dapat giliran.

Telepon biasa memiliki sejarah dimana presiden Soeharto mulai mencanangkan penggunaan telepon biasa untuk kepentingan komunikasi segala sektor, supaya komunikasi antar daerah dapat terhubung dengan baik dari Sabang hingga Merauke.

Akhirnya Presiden Soeharto merealisasikan telepon biasa dengan bekerjasama dengan Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel, cikal-bakal Telkom) & PT. Indonesian Satellite (Indosat). Perusahaan telekomunikasi ini mulai berada di Indonesia sejak tahun 1970 an. Dengan begitu keberadaan telepon biasa mulai muncul di Indonesia sebagai alat komunikasi dengan mengpakai gagang namun harganya masih sangat mahal pada saat itu khususnya untuk pemakaian jaringan penghubung.

Telepon biasa pun dipakai oleh sektor militier, pemerintahan, perusahaan, masyarakat kelas atas yg memang sudah di fasilitasi & dibayar oleh negara. Sementara masyarakat kelas atas & perusahaan sanggup membeli telepon biasa karena kebutuhan perusahaan yg mempermudah koneksi & masyarakat kelas atas untuk kepentingan pribadi & kemewahan.

Namun pemerintah & perusahaan biasa telekomuniasi berinisiatif untuk menciptakan telepon biasa yg bertujuan supaya semua masyarakat dapat menikmati pemakaian telepon umum. Dengan begitu telepon biasa sudah dapat dipakai yg berada dipinggir jalan disetiap kota, itu terjadi tahun 1980 an yg di fasilitasi oleh pemerintah sebagai fasilitas umum.

Telepon Umum Era Soeharto, Kini Tinggal Nama

Sumber gambar

Telepon dapat dipakai masyarakat dengan mudah & biaya yg murah dengan cara memasukan koin logam nominal 100 rupiah logam akbar kedalam mesin telepon umum. Kemudian tekan tombol telepon yg harap dihubungi. Jika di angkat maka dapat langsung berbicara kepada yg kita hubungi. Mudah & praktis serta terjangkau harganya.

Namun sekitar tahun 1990 an wartel mulai muncul sebagai sarana telekomunikasi baru yg dapat menampung kebutuhan komunikasi masyarakat untuk menghubungi seseorang yg penting. Wartel itu adalah kebijakan era modern telekomunikasi dimana fasilitas telepon yg dipakai masyarakat memiliki ruangan yg bersekat dilengkapi dengan kipas angin & spidometer waktu & biaya yg muncul didepan si penelpon.

Tercatat bahwa pada tahun 1992, jumlah seluruh telepon biasa yg ada di Indonesia sebanyak 39.670 kemudian meningkat tahun 1994 sebesar 71.482. Lalu, pada tahun 2000 mengalami kenaikan yg siginfikan sebesar 305.222 fasilitas telepon umum. Hal ini menciptakan era presiden Soeharto menjadikan pembangunan telekomunikasi berhasil dicanangkan untuk kebahagiaan masyarakat umum.

Namun sejak presiden Soeharto lengser dari jabatan tersebut, masyarakat mulai sanggup membeli telepon dengan harga yg amat murah yg dapat dipakai dirumah untuk mengerjakan komunikasi langsung dengan harga 500 ribu hingga 700 ribu. Dulu sejak tahun 1990 an harganya masih mahal 3 juta hingga 7 juta & itu menciptakan masyarakat kelas atas & tertentu saja yg sanggup membelinya.

Namun keberadaan telepon biasa & wartel tidak terpakai lagi akibat arus modern telekomunikasi yg terus berkembang hingga saat ini. Seperti kemunculan ponsel yg dapat dibawa kemana mana, kemunculan internet, & smartphone dengan berbagai ragam komunikasi selain panggilan suara.

Hal ini menciptakan telepon biasa & wartel sudah terkubur jadi kenangan yg sudah terlupakan pada zaman era kepemimpinan Soeharto.

Terimakasih semoga bermanfaat.

Narasi: Opini.

Hari ini 11:53
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.