T!T!~ch@/\/
IndoForum Banned
- No. Urut
- 1035
- Sejak
- 11 Mei 2006
- Pesan
- 21.523
- Nilai reaksi
- 1.324
- Poin
- 113
Menurut hasil studi di US yang dipimpin oleh Dr.Stephen Hsu, aplikasi teh hijau topikal menjanjikan sebagai terapi baru untuk psoriasis dan kelainan kulit inflamasi lainnya, meliputi ketombe dan lesi kulit yang dikaitkan dengan lupus.
Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan kulit menjadi lebih tebal dan bersisik karena pertumbuhan sel kulit yang tidak terkontrol. Pada pasien psoriasis, sel imun yang biasanya melindungi dari infeksi malah mencetuskan pelepasan sitokin yang menyebabkan inflamasi dan produksi sel kulit yang berlebihan. Meskipun patogenesis pasti kondisi tersebut tidak diketahui, namun sering dikaitkan dengan percepatan proses penggantian kulit yang menyebabkan proliferasi sel kulit hidup yang mencapai permukaan kulit sebelum sel mati luruh.
Terapi psoriasis saat ini meliputi aplikasi topikal dari sediaan tar yang dapat meninggalkan bekas warna dan mempunyai bau yang menyengat, steroid topikal yang dapat menyebabkan efek samping pada penggunaan jangka panjang, dan fototerapi dengan UVA dan UVB yang juga dapat menyebabkan risiko terjadinya karsinoma sel skuamosa, jenis kanker kulit terbanyak kedua, setelah penggunaan jangka panjang. Sedangkan terapi ketombe antara lain zinc pyrithione yang pada beberapa kasus menunjukkan dapat merusak lingkungan.
Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Georgia menemukan bahwa teh hijau dapat memperlambat pertumbuhan sel kulit pada hewan pengerat yang secara genetik mempunyai predisposisi terhadap psoriasis. Penemuan tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Experimental Dermatology tanggal 18 Agustus 2007.
Polyphenol teh hijau secara bermakna mengurangi sisik kulit. Menurut hasil studi, aplikasi teh hijau tampaknya memperlambat proliferasi sel yang berlebihan dengan bekerja pada enzim caspase-14, suatu enzim yang tampaknya terlibat dalam diferensiasi sel epitel. Pada pasien psoriasis, enzim ini tidak bekerja dengan baik. Ekstrak teh hijau mengurangi kelainan dan memicu Caspase-14 menjadi bentuk aktif.
Hewan yang diterapi dengan teh hijau menunjukkan berkurangnya kadar PCNA (proliferating cell nuclear antigen), suatu gen yang berekspresi jika sel kulit bermultiplikasi. Pada psoriasis, gen ini overekspresi dan mempercepat produksi sel kulit.
Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa teh hijau dapat membantu menekan inflamasi.Namun, penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk menentukan efek lengkap dari senyawa tersebut dan kemungkinan penggunaannya sebagai terapi alternatif dan juga penelitian untuk menemukan formula yang stabil karena bahan kimia dari teh hijau dapat teroksidasi dengan cepat jika dicampur dengan bahan lain. Lebih lanjut, Dr.Hsu menyatakan bahwa peneliti perlu menemukan formula yang larut lemak yang mampu meresap ke dalam kulit.
Psoriasis merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan kulit menjadi lebih tebal dan bersisik karena pertumbuhan sel kulit yang tidak terkontrol. Pada pasien psoriasis, sel imun yang biasanya melindungi dari infeksi malah mencetuskan pelepasan sitokin yang menyebabkan inflamasi dan produksi sel kulit yang berlebihan. Meskipun patogenesis pasti kondisi tersebut tidak diketahui, namun sering dikaitkan dengan percepatan proses penggantian kulit yang menyebabkan proliferasi sel kulit hidup yang mencapai permukaan kulit sebelum sel mati luruh.
Terapi psoriasis saat ini meliputi aplikasi topikal dari sediaan tar yang dapat meninggalkan bekas warna dan mempunyai bau yang menyengat, steroid topikal yang dapat menyebabkan efek samping pada penggunaan jangka panjang, dan fototerapi dengan UVA dan UVB yang juga dapat menyebabkan risiko terjadinya karsinoma sel skuamosa, jenis kanker kulit terbanyak kedua, setelah penggunaan jangka panjang. Sedangkan terapi ketombe antara lain zinc pyrithione yang pada beberapa kasus menunjukkan dapat merusak lingkungan.
Para peneliti dari Fakultas Kedokteran Georgia menemukan bahwa teh hijau dapat memperlambat pertumbuhan sel kulit pada hewan pengerat yang secara genetik mempunyai predisposisi terhadap psoriasis. Penemuan tersebut telah dipublikasikan dalam jurnal Experimental Dermatology tanggal 18 Agustus 2007.
Polyphenol teh hijau secara bermakna mengurangi sisik kulit. Menurut hasil studi, aplikasi teh hijau tampaknya memperlambat proliferasi sel yang berlebihan dengan bekerja pada enzim caspase-14, suatu enzim yang tampaknya terlibat dalam diferensiasi sel epitel. Pada pasien psoriasis, enzim ini tidak bekerja dengan baik. Ekstrak teh hijau mengurangi kelainan dan memicu Caspase-14 menjadi bentuk aktif.
Hewan yang diterapi dengan teh hijau menunjukkan berkurangnya kadar PCNA (proliferating cell nuclear antigen), suatu gen yang berekspresi jika sel kulit bermultiplikasi. Pada psoriasis, gen ini overekspresi dan mempercepat produksi sel kulit.
Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa teh hijau dapat membantu menekan inflamasi.Namun, penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk menentukan efek lengkap dari senyawa tersebut dan kemungkinan penggunaannya sebagai terapi alternatif dan juga penelitian untuk menemukan formula yang stabil karena bahan kimia dari teh hijau dapat teroksidasi dengan cepat jika dicampur dengan bahan lain. Lebih lanjut, Dr.Hsu menyatakan bahwa peneliti perlu menemukan formula yang larut lemak yang mampu meresap ke dalam kulit.