• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Tantrayana] (cen fo zhong)/ by master LU SHENG YEN

kebenaran hakiki adalah kebenaran sebagaimana ada nya ia. Kebenaran yg belum terpengaruh oleh ide2 ataupun konseptual.

Seperti seorang meditator. Setelah berhasil memurnikan pikirannya. Dia akan bisa melihat kebenaran hakiki itu.

Tapi kebenaran hakiki itu masih sangatlah mendasar. Karenanya itu disebut kebenaran inti. Jika kebenaran mendasar ini diaplikasikan dalam kehidupan sehari2 maka disebut kebenaran penggunaan.

Kebenaran penggunaan itu merupakan modifikasi kebenaran inti utk menyelesaikan solusi solusi kehidupan, mulai dari tata krama , hubungan interaksi antar manusia, interaksi antar benda. Penyelarasan 5 skhanda, penyeimbangan kekuatan yg berbeda, penyelarasan berbagai kekuatan, mengharmoniskan segala sesuatu, mulai dari yg terkecil sampai yg terbesar, mengembangkan pengetahuan, mengembangkan kekuatan super, dan pengembangan semua adidaya kesadaran. Kesemuanya ini harus mengacu pada kebenaran inti agar aplikasi aplikasi yg diterapkan bisa bermanfaat untuk mengurangi penderitaan umat manusia.

Karenanya seseorang harus berlatih hingga bisa melihat kebenaran inti , maksud saya ,kebenaran : bahwa telah melihat segala sesuatu adalah anicca, anatta, dan samsara. Sehingga seorang meditator menjadi muak dan dengan sendirinya melepas semua keinginan2 duniawi, melepas segala ikatan2 emosional, dan melihat bahwa Nibbana adalah satu2 nya jalan menuju pembebasan.
terima kasih atas penjelasannya. ^^


saudara marcedes yg mulia, post saya di atas sebenarnya adalah untuk melengkapi post konsep trikaya sebelumnya itu. KOnsep yang bro ambil dari nshi itu adalah konsep 'mixed' dari trikaya + dhyani buddha atau lebih tepatnya: menjelaskan dhyani buddha dengan konsep trikaya.

Ini saya kutip kembali dari www.nshi.org :
Dhyani Buddha sesuai dengan esensi, tugas dan fungsinya sebagai Dharma-Kaya dapat memancarkan energinya membentuk tubuh yang lebih aktif, yaitu Dhyani Bodhisattva sebagai perwujudan dari Sambhoga-Kaya dimana Dhyani Bodhisattva inilah yang berperan dalam dunia ini. Demikian juga Dhyani Bodhisattva bisa mengambil wujud manusia [Nirmana-Kaya] untuk menyebarkan Dharma, seperti Siddharta Gautama. Konsep Tri-Kaya dan manifestasinya dalam bentuk Dhyani Buddha, Dhyani Bodhisattva, dan Manussi Buddha dapat juga ditemui dalam naskah

Guna Karanda Vyuha Sutra.

Sesuai yang digaris-bawahi, dikatakan 'fungsi sebagai Dharmakaya'... Jadi di sini, pembahasannya dilihat dari sudut pandang konsep Dhyani Buddha. Bila, dilihat dari konsep Trikaya, maka penjelasannya akan berbeda. Demikianlah tidak ada sesuatu yang tetap, begitu juga Dharma akan dijelaskan sesuai dengan kondisi yang berlaku. ;)


Betul sekali, saya setuju bahwa Abhinna dimainkan dengan dasar Jhana ke-4.
Tapi secara Mahayana, ini juga termasuk akses fungsi dari Dharmakaya, di mana seorang Sammasambuddha yang telah memiliki Dharmakaya yang sempurna mempunyai Abhinna yang tanpa batas. Abhinna diwujudkan dengan Adhitana dan masuk Jhana ke-4, ini adalah 'cara' atau tehniknya. Namun, kenapa hal itu bisa bekerja demikian? Ini karena semakin murni dan terpusat pikiran kita, kita semakin dekat dengan Dharmakaya. Dari sudut pandang Dharmakaya, seisi dunia ini hanyalah ilusi. Dharmakaya inilah yang memungkinkan kita memiliki potensi tanpa batas.


Yup, Vajrayana juga sependapat bahwa Sammasambuddha sebagai Guru yang menemukan Dharma hanya ada satu setiap periode ajaran.
Di Vajrayana, mencapai Kebuddhaan didefinisikan sebagai merealisasikan Tubuh dan Pikiran Buddha dalam tubuh kita saat kelahiran ini juga. Di sini, tidak berarti bahwa kita harus muncul sebagaimana Buddha Gotama muncul dengan 32 ciri fisik agung dan 80 tanda minor... Namun lebih pada kualitas dan pengalaman fisik dan batin. Bila, ingin muncul sebagai Sammasabuddha seperti Buddha Gotama, tentu para Buddha dari Vajrayana ini harus muncul di periode lain atau di tata surya lain di luar jangkauan 10,000 tata surya yang sudah muncul Sammasambuddha.

Tentu ada para praktisi Vajrayana yang telah mencapai Kebuddhaan seperti YA Vimalakirti, YA Rahula, Guru Agung Padmasambhava, Yogi Agung Jetsun Milarepa, YM Tsongkapa, YA Nagarjuna, dan msh banyak para Dharmaraja yang kurang dikenal di masa kini.

Berkaitan dengan bukti, yang paling akurat adalah dengan kita sendiri merealisasikannya, sesuai Ehipasiko... Perlu diketahui juga, penilaian Kebuddhaan dalam Vajrayana adalah dengan tercapainya Trikaya, dengan demikian, seseorang itu memiliki kualitas2 batin seorang Sammasambuddha.
Jadi dalam Tantra bila dikatakan telah mencapai Kebuddhaan, berarti orang itu telah merealisasikan Dharmakaya, Sambhogakaya dan Nirmanakaya.
Seperti yang saya katakan di atas, hal ini memang sulit dipercaya kalau tidak dialami sendiri. Sebagai pengantar yang tepat, menurut saya bro bisa membaca buku Liberation in Our Hands/ Pembebasan di Tangan Kita yang sudah beredar di Gramedia dan toko buku lainnya. Buku ini berdasarkan pada penjelasan dari YM Tsongkapa yang diyakini akan muncul lagi sebagai Buddha yang ke-7 nantinya setelah Buddha Maitreya dan Buddha ke-6.


Sebenarnya esensi dari Tripitaka dan Tipitaka itu tidaklah bertolak belakang sama sekali. Dalam buku Pembebasan di Tangan Kita, konsep pelatihan Mahayana Vajrayana dijelaskan secara sistematis, di mana konsep2 Theravada memegang peranan penting sebagai Dasar dari Sang Jalan. Tanpa dasar yang benar ini, memang konsep Mahayana akan tampak melenceng jauh dari Theravada. Cobalah kita lihat Mahayana sebagai pengembangan dan pendalaman yang lebih jauh dari Theravada, maka perbedaan2 yang bertolak belakang itu akan lenyap. Keduanya akan tampak saling mendukung dan mengisi. Dikatakan menjelekkan ajaran manapun Theravada maupun Mahayana sama-sama merupakan Karma buruk yang berat karena keduanya merupakan ajaran Buddha.

Buddha itu amatlah bijak dan toleran, Buddha selalu mengajar dengan menyesuaikan diri kepada murid2 -Nya. Di zaman Buddha, agama non-Buddhis sudah memiliki aliran esoterik/Tantra mereka masing2. Mereka ini pun punya pencapaian batin/ kekuatan dan pengetahuan batin yang hebat. Sulit bagi mereka untuk mempraktekkan dan mengerti Dharma yang lebih umum karena mereka terbiasa atau bahkan hanya terdidik dalam ajaran esoterik. Maka, Buddha pun menjelaskan Dharma dan prakteknya dari sudut pandang esoterik, lahirlah Vajrayana. Ajaran Vajrayana ini sangat langka, karena tidak semua Sammasambuddha yang muncul mengajarkannya. Bahkan dalam jangka 1000 Buddha dari awal kalpa ini hanya 3 Buddha yang mengajarkan Tantra. Baru Buddha Sakyamuni yang mengajarkan, 3 Buddha sebelumnya seperti Buddha Kassapa tidak mengajarkan Tantra. Sehingga sampai dikatakan bahwa para Bodhisattva dari tatasurya dan galaxi lain pun ingin terlahir di bumi Saha ini demi mempelajari Vajrayana.

Masalah Vajrayana kenapa begitu Rahasia, kembali lagi pada ajaran esoterik ini tidak sesuai bagi sebagian besar orang sehingga lebih baik diedarkan secara ekslusif demi menghindari salah belajar/kesesatan. Bahkan zaman dulu, hanya para Bhikkhu yang bisa mempelajari Dharma2 yang lebih tinggi dan mendalam. Alias Tipitaka itu hanya beredar di kalangan Sangha, tidak seperti sekarang umat awam bisa dengan mudah mengakses Tipitaka...
Zaman sekarang aja, di vihara manakah yang ceramah Dhammanya membabarkan sutta2? Hampir tidak ada betul? Kenapa? karena itu materi yang terlalu berat bagi umat awam, terutama yang baru belajar.
Begitu pula, vajrayana banyak memakai bahasa simbol yang sangat mungkin disalah-artikan. Padahal bahasa simbol lebih bermanfaat di level bawah sadar kita daripada bahasa ucapan sehari-hari. Simbol itu bahasa yang universal, jujur dan menunjuk langsung ke dalam pikiran. Bukankah pd waktu2 tertentu kita juga dapat memahami suatu pesan dalam bentuk simbol jauh lebih baik daripada kata2?

Bro marcedes, maafkan bila saya kurang pandai menjelaskan. Maklumlah belum menjadi Buddha... hehehe:D


saudara kano yg bijak,
terima kasih atas penjelasannya mengenai Trikaya.

mengenai aliran Vajrayana yang anda katakan disitu Tsongkapa berarti hanya mencapai Savaka-buddha...
dan terlahir entah dimana baru mencapai sammasambuddha.
sedangkan yang saya maksudkan seorang Sammasambuddha. di kehidupan ini....
ini sekaligus membenarkan bahwa seorang Arahat masih akan tumimbal lahir....
atau setelah parinibbana masih dikatakan "ADA"

dalam sutra sangkrit dikatakan Gotama pada kalpa jauh tak dapat di hitung, telah mencapai pencerahan sempurna...
pada masa sekarang Gotama mengapa menikah dengan seorang putri?
------------
sebenarnya pertanyaan ini sudah saya tanyakan pada para pakar mahayana di forum tetangga,
akan tetapi jawabannya belum ada sampai sekarang.

kemudian dalam beberapa Sutta[pali] disitu SangBuddha Gotama menyebutkan kalau dirinya sewaktu menjadi perumah tangga, belum mengatasi penderitaan, belum mencapai pencerahan,masih penuh kekotoran,dsb-nya...

kemudian dalam beberapa Sutra[sangkrit] dikatakan Sangbuddha Gotama akan muncul lagi[tumimbal lahir] entah kalpa mana....disini jelas pengertian bahwa Buddha itu setelah parinibbana masih ada....
sedangkan dalam sutta Theravada [bramajala sutta] disitu jelas bahwa termasuk pandangan salah. jika dimana Buddha itu setelah parinibbana masih ada.

kemudian dalam sutra[sangkrit] pernah gotama terlahir sebagai raja, dan raja ini tidak tahu apa-apa soal dhamma, Raja ini pun bertemu seorang pertapa yang ternyata adalah devadatta..
pertapa ini pun mengajarkan dhamma,dimana dikatakan bahwa seseorang yang mendengar dhamma ini tidak akan terlahir di alam menderita...

sekarang mengapa devadatta yang mengajarkan dhamma tersebut bisa merosot batin-nya?
dan lagi Devadatta dalam sutra [sangkrit] dikatakan kelak akan menjadi seorang sammasambuddha,
sedangkan dalam sutta[pali] hanya sebatas pacceka-buddha.

inilah esensi bertolak belakang yg saya maksudkan,
dalam forum tersebut yg memang forum buddhis, sudah sangat jelas kalau aliran Theravada dan Mahayana itu berbeda....baik dalam latihan maupun tujuan

dalam latihan beberapa pengikut sekte tertentu yang mengatakan dengan nian-fo secara terus menerus dapat mencapai jhana.
sedangkan dalam visudhi-magga yang disusun oleh Buddhagosa jelas tidaklah mungkin dengan mengucapkan atau melafalkan mantra bisa mencapai jhana.
dimana pelafalan buddho yang terkenal di Thai,hanya sebatas awal...ketika konsentrasi terpusat pada Anapanasati disitu Buddho telah dilepaskan...

dan dalam sutta seseorang mencapai Arahat, disitu tidakakan pernah terlahir lagi...
kemudian Sutra[sangkrit] menjelaskan bahwa Arahat bisa kembali ke jalur Boddhisatva karena Arahat hanya sebatas Boddhisatva tingkat 7 kalau tidak salah.

dalam sutta dan sutra sudah berbeda dalam metode latihan pun sudah berbeda....
jadi mohon info nya kalau Theravada dan Mahayana itu sama se-jalan.
sedangkan saya melihat nya berbeda.

terkait mana benar mana salah, lebih baik jangan di tarik kesimpulan bahwa ini benar ini salah....
saya disini hanya memaparkan fakta kalau memang ke-dua aliran ini tidaklah sama jalan dan tujuan.

Buddha itu amatlah bijak dan toleran, Buddha selalu mengajar dengan menyesuaikan diri kepada murid2 -Nya. Di zaman Buddha, agama non-Buddhis sudah memiliki aliran esoterik/Tantra mereka masing2. Mereka ini pun punya pencapaian batin/ kekuatan dan pengetahuan batin yang hebat. Sulit bagi mereka untuk mempraktekkan dan mengerti Dharma yang lebih umum karena mereka terbiasa atau bahkan hanya terdidik dalam ajaran esoterik. Maka, Buddha pun menjelaskan Dharma dan prakteknya dari sudut pandang esoterik, lahirlah Vajrayana. Ajaran Vajrayana ini sangat langka, karena tidak semua Sammasambuddha yang muncul mengajarkannya. Bahkan dalam jangka 1000 Buddha dari awal kalpa ini hanya 3 Buddha yang mengajarkan Tantra. Baru Buddha Sakyamuni yang mengajarkan, 3 Buddha sebelumnya seperti Buddha Kassapa tidak mengajarkan Tantra. Sehingga sampai dikatakan bahwa para Bodhisattva dari tatasurya dan galaxi lain pun ingin terlahir di bumi Saha ini demi mempelajari Vajrayana.

coba simak SimsapaSutta.
Ketika Yang Terberkahi tinggal di Kosambi didalam hutan simsapa.1 Kemudian, memungut beberapa lembar daun simsapa dengan tangannya, beliau bertanya pada para bhikkhu, "Menurut kalian, para bhikkhu; Manakah yang lebih banyak, beberapa lembar ditanganku atau yang berada diatas di hutan simsapa?"

"Daun-daun yang berada ditangan Yang Terberkahi lebih sedikit, Yang Mulia. Yang diatas di hutan simpasa lebih banyak."

"Demikianlah, para bhikkhu, hal-hal yang telah saya ketahui dengan pengetahuan langsung tetapi tidak diajarkan lebih banyak [dibandingkan dengan apa yang saya ajarkan]. Dan mengapa aku tidak mengajarkannya? Karena hal-hal tersebut tidak berhubungan dengan tujuan, tidak berhubungan dengan prinsip dari kehidupan suci, dan tidak membawa pada pembebasan, pada pelepasan, pada penghentian, pada ketenangan, pada pengetahuan langsung, pada pencerahan, pada pelepasan. Karena itulah aku tidak mengajarkannya.

"Dan apakah yang aku ajarkan?" 'Ini dukkha... Inilah penyebab dari dukkha... Inilah berhentinya dari dukkha... Inilah jalan latihan yang membawa pada berhentinya dukkha': Inilah yang aku ajarkan. Dan mengapa aku mengajarkan hal-hal tersebut? Karena hal-hal tersebut berhubungan dengan tujuan, berhubungan dengan prinsip dari kehidupan suci, dan membawa pada pembebasan, pada pelepasan, pada penghentian, pada ketenangan, pada pengetahuan langsung, pada pencerahan, pada pelepasan. Inilah mengapa aku mengajarkan hal-hal tersebut.

"Karena itu tugas kalian adalan merenungkan, 'Inilah dukkha... Inilah sumber dari dukkha... Inilah berhentinya dukkha.' Tugas kalian adalah merenungkan, 'Inilah jalan latihan yang membawa pada berhentinya dukkha."
apakah buddha Kassapa tidak mengajarkan karena memang tidak berguna demi mencapai pencerahan dan akhir dukkha?

salam metta.
mohon maaf kalau ada kesalahan kata.
 
Bro marce yang mulia, ini saya cuplik dari forum tetangga:

......
Analisa saya demikian:
1. Bila, Buddha benar Wafat, muncul pertanyaan, ke mana Buddha pergi setelah itu?
a) Bila Buddha pergi ke suatu tempat (dlm Samsara), maka Buddha belum bebas dari Kelahiran Kembali..

b) Bila Buddha tdk ke mana pun, (hilang/lenyap begitu saja) itu adalah kenihilan. Maka ajaran Buddha tentang hukum2 spt Karma, Niyama dll pun tidak berlaku, ALIAS ajaran Buddha adalah kepalsuaan (bo'ong belaka)..

c) OK lah, Buddha memasuki Nibbana/ Nirvana, bukankah Nibbana itu Abadi? maka tentu saja usia sejati Buddha adalah Abadi, mengingat Beliau sudah memasuki Nibbana sejak pencapaian Kebuddhaan-Nya..

2. Dlm sutra dikatakan bahwa Buddha Sakyamuni yg skrg hanyalah tubuh ciptaan Buddha sebenarnya yg merupakan Buddha masa lampau. Muncul pertanyaan lain lagi:
a) Apakah semua Buddha merupakan manifestasi Buddha masa lampau? Jika benar, mengapa?
i> Benar tapi kurang penjelasan. Semua Buddha adalah*Satu dalam Dharmakaya..
ii> Tidak semua, tentu ada banyak Buddha yg baru mencapai Pencerahan..

b) Apa tdk ada Buddha yg baru? Apa kita tdk mungkin menjadi Buddha? Apakah kita hanya bisa menjadi Arahat?
> Tentu ada, krn semua mahkluk bisa menjadi Buddha, tdk hanya Arahat.

c) Setelah memasuki Nibbana yg tdk berkondisi bagaimana mungkin bisa memakai Abhinna/menciptakan tubuh lain?
> Dalam Theravada sudah 'dipatok' bahwa Nibbana itu tanpa samsara, dan tdk akan 'muncul' / 'lahir' lg... Kesalahpahaman muncul di sini dalam dua cara:
i) Kekelirutahuan yg menyakini bahwa: Tidak mungkin muncul sesuatu yg 'berkondisi' dari yg 'tanpa kondisi', dgn alasan: yg 'berkondisi' selalu muncul dari yg 'berkondisi'.
(yg berkondisi: samsara/ panca-skandha; yg tak berkondisi: Nirvana) di mana kebenarannya adalah:
Dari 'awal tanpa awal yg tanpa-kondisi'<1> muncul 'yg berkondisi'<2>, lalu dari yg berkondisi muncul 'yg berkondisi'<3>.
NB: <1> menunjuk kepada Nibbana juga Tathagatha-garbha; <2>menunjuk kpd Avidya dan Sankhara scr umum;
<3>menunjuk kpd Nama-Rupa(pancaskandha) dan Samsara scr umum.

i-1) Bila dari 'yg tak-berkondisi' tdk mungkin muncul 'kondisi',
maka dari mana kita dan samsara ini muncul? Kalau tiba2 muncul dgn sendirinya, atau diciptakan maka sekali lagi ini tdk sesuai ajaran..

i-2) Bila 'yg berkondisi' ini muncul dari 'yg berkondisi', maka sifat sejati samsara adalah 'berkondisi'.. Bila sifat dasar kita adalah 'berkondisi', maka kita tidak akan mungkin mencapai pembebasan Nibbana yg 'tak-berkondisi'..

ii) Kesalahpahaman atas kata2 dlm sutra yaitu salah mengartikan kata2 seperti 'Tubuh Perwujudan/ Kemunculan Kembali Buddha yg berulang-ulang' sebagai sama seperti 'Kelahiran Berulang' kita manusia biasa. Sehingga ajaran sutra Teratai dianggap bertentangan dgn Dharma.. Padahal kenyataannya tdk demikian, malah sebaliknya mendukung, sebagaimana argumen saya di atas.
Juga menurut mereka, Kelahiran Berulang tanpa adanya Avidya/Tanha adalah mustahil; jadi Kemunculan Kembali Buddha (menurut mereka) akan membuktikan Buddha belum bebas dari Avidya/Tanha, dan otomatis mengugurkan semua ajaran.. Padahal ini hanya pemikiran sempit tanpa mengetahui Kekuatan dan Kemampuan Sejati para Buddha yg sebenarnya...

Saya sangat jelas bahwa Tipitaka Pali tidak pernah mengatakan bahwa Buddha tidak ADA setelah parinibbana. Jika Buddha tidak ada setelah parinibbana, maka parinibbana adalah Nihilisme absolut, di mana jelas sekali Buddha menentang ajaran ini dan tidak sesuai Dharma yang adalah Madyamika (The middle Way).

Dalam Vajrayana, mencapai Kebuddhaan itu mencapai semua kualitas seorang Buddha, salah satunya Kemahatahuan Buddha. Inilah faktor yang membedakannya dari seorang Savaka-Buddha atau Arahat yang tidak memiliki Kemahatahuan Buddha/Sabbanutta Nyana. Seorang Guru mengatakan tidak mudah memahami hal ini.

Vajrayana muncul karena sebab-sebab dan kondisi yang mendukungnya lengkap. Sebagaimana post saya sebelumnya, Vajrayana diajarkan salah satu alasannya karena ada orang-orang yang membutuhkan ajaran khusus ini. Bila tidak, maka Buddha tidak akan mengajarkannya. Juga karena matangnya karma dan jodoh para mahkluk di periode ini dengan ajaran Vajrayana.

Buddha Kassapa tidak mengajarkan Tantra karena:
1. Mahkluk saat itu tidak memiiki jodoh dengan Vajrayana
2. Tidak ada kondisi2 yang mendukung munculnya Vajrayana (cth:Tidak ada kasus khusus yang butuh Vajrayana)
3. Masa kehidupan manusia saat itu cukup panjang untuk mempelajari dan praktek Dharma eksoterik.(Dharma esoterik sudah cukup)


Dalam hal tujuan, secara umum keduanya sama yaitu Nirvana.
Dalam hal cara, secara umum keduanya pun sama, yaitu Ariya Marga.

Kalau bro hanya mengutip sebagian/sepotong-sepotong kitab2 dan menyimpulkan keduanya berbeda, maka saya dahulu pun membaca Tipitaka dan melihat ada beberapa pernyataan yang berbeda. Tapi apakah kita sudah membaca keseluruhan Tipitaka? Belum... Bro menganggap Keduanya berbeda karena belum menemukan 'Jembatan' yang menghubungkan keduanya.

Soal meragukan dengan Nianfo/mantra bisa mencapai Jhana, itu karena orang yang mengatakan hal itu belum mengalaminya sendiri dan mereka merasa hal ini bertolak belakang dengan teori2 biasa. Padahal dalam Mahayana, teori ini bisa dijelaskan.
Mencapai Samadhi ataupun Jhana dengan Nianfo atau mantra tidaklah seperti yang bro bayangkan. Samadhi dalam Mahayana pun ada bermacam-macam.

Setiap pelatihan memiliki system tersendiri. Dalam system Visudhi magga, teori mencapai Jhana dengan mantra adalah mustahil jika mengikuti system itu. Dalam system Mahayana, mantra yang dimaksud berbeda dengan mantra yang dimaksudkan dalam Visudhi magga. Kita perlu melihat dari pengertiannya.
Mungkin bro perlu mencoba mempelajari dan latihan meditasi Mahayana untuk meneliti perbedaannya lebih objektif lagi...

Masalah Devadatta mengajar Sang Bodhisattva di kehidupan lampau... Dalam Tipitaka Pali sendiri dengan jelas dikatakan bahwa:
1. Devadatta nanti akan mencapai Pacceka-Buddha
2. Syarat mencapai Pacceka-Buddha adalah mengumpulkan 10 Parami selama 2 Asankhyeyya dan 100000 Kappa.
3. Bodhisatta pernah mencela Buddha Kassapa saat terlahir menjadi Brahmana Jotipala

Nah, Devadatta tak mungkin mencapai Paccekabuddha tanpa kesempurnaan Parami Pacceka-bodhi. Kalau ia merosot tentu wajar, karena ia belum tercerahkan. Bahkan dulu Bodhisatta pun bisa merosot. Namun, akhirnya Devadattapun mengakui bahwa Buddhalah yang tertinggi dan menyatakan perlindungan kepada Buddha.
Bukan berarti saya membenarkan tindakan2 jahat devadatta lho. Mahayana sutra menceritakan kebajikan Devadatta tujuannya menunjukkan bahwa sejahat apapun seseorang, ia tetap masih ada peluang menjadi Buddha; bukan membenarkan tindakan jahat...

Bro menyatakan bahwa Mahayana berbeda dengan Theravada, tapi apakah bro sudah betul-betul Ehipasiko? Saya akui, di Indonesia ini, Mahayana sejati sulit ditemukan. Umumnya umat Mahayana hanya melakukan ritual puja bakti tanpa tahu makna dan inti dari ritual puja itu. Tentu saja wajar bila bro menemukan bahwa Mahayana tampak bertolak belakang dengan ajaran Tipitaka. Tapi, bro belum melihat Mahayana yang sesungguhnya, Dharma-Mahayana yang mencerahkan, para Master yang tercerahkan, Mahayana yang penuh Karuna dan Prajna.
Memang kata-kata dalam kitab bisa saja tampak bertentangan, tapi maknanya tidak bertentangan. Kata-kata ibarat Jari yang menunjuk ke Bulan. Jari 'Theravada' dan jari ' Mahayana' boleh berbeda, tapi bulan yang ditunjuk hanya ada satu, 'Kebuddhaan'. ;)
 
saudara kano yg bijak,
sekali lagi sy tekankan,bahwa saya hanya memaparkan perbedaan, mengenai benar yg mana
saya untuk sementara tidak mau sampai kesana...karena alasan tertentu.
......
Analisa saya demikian:
1. Bila, Buddha benar Wafat, muncul pertanyaan, ke mana Buddha pergi setelah itu?
a) Bila Buddha pergi ke suatu tempat (dlm Samsara), maka Buddha belum bebas dari Kelahiran Kembali..

b) Bila Buddha tdk ke mana pun, (hilang/lenyap begitu saja) itu adalah kenihilan. Maka ajaran Buddha tentang hukum2 spt Karma, Niyama dll pun tidak berlaku, ALIAS ajaran Buddha adalah kepalsuaan (bo'ong belaka)..

c) OK lah, Buddha memasuki Nibbana/ Nirvana, bukankah Nibbana itu Abadi? maka tentu saja usia sejati Buddha adalah Abadi, mengingat Beliau sudah memasuki Nibbana sejak pencapaian Kebuddhaan-Nya..
Saya sangat jelas bahwa Tipitaka Pali tidak pernah mengatakan bahwa Buddha tidak ADA setelah parinibbana. Jika Buddha tidak ada setelah parinibbana, maka parinibbana adalah Nihilisme absolut, di mana jelas sekali Buddha menentang ajaran ini dan tidak sesuai Dharma yang adalah Madyamika (The middle Way).
tidaklah demikian penjelasan mengenai parinibbana seorang Buddha dalam Sutta
bisa baca refrensi
-brahmajala sutta [DN]
-potthapada sutta [DN]
-Cula-malunkyaputta sutta.
-perbincangan buddha mengenai api yang padam, tetapi tidak pergi.
-bahkan Ven. K. Sri Dhammananda pun berpendapat demikian dimana buku-nya berjudul " Where is The Buddha?"
-ada juga sutta pada MN tapi saya lupa...^^

saya rasa opini ini adalah opini yang dilihat dari sebelah sisi saja,mengenai nibbana dalam konsep Theravada tidaklah demikian..

Tipitaka mengatakan dengan jelas adalah setelah parinibbana
1.buddha ada,
2.buddha tidak ada.
3.buddha ada dan tiada
4.buddha bukan ada dan bukan tiada...

ke-4 pandangan ini adalah pandangan salah, dikarenakan kasusnya tidak sesuai.

dan setiap seorang Buddha selalu mengucapakan.
"ayam antimaa jati, natthi daani punabbavo"

---------------------------

Buddha Kassapa tidak mengajarkan Tantra karena:
1. Mahkluk saat itu tidak memiiki jodoh dengan Vajrayana
2. Tidak ada kondisi2 yang mendukung munculnya Vajrayana (cth:Tidak ada kasus khusus yang butuh Vajrayana)
3. Masa kehidupan manusia saat itu cukup panjang untuk mempelajari dan praktek Dharma eksoterik.(Dharma esoterik sudah cukup)
kalau karena alasan masa hidup panjang tidak perlu, dan masa hidup pendek perlu...
mengapa waktu panjang Buddha Kassapa tidak mengajarkan,bukankah seperti slogan capres. "lebih cepat lebih baik"
jika cara tantra ekspress mengapa tidak diajarkan?

------------------------------------
mengenai sudah membaca semua Tipitaka, saya rasa belum tapi semua yang saya baca semua memang bertolak belakang..

----------------------------------------
mengenai latihan ala mahayana.
bukankah menarik jika anda tidak keberatan menuliskan singkat penjelasan seperti visudhi-magga...

seperti dikatakan rekan sebelah
Nirwana yg dipertahankan adalah berkondisi dan usaha. Artinya masih berenang Keadaan nirwana memang tidak dapat dijelaskan tapi faktor pendukung dari yg paling awal dapat dijelaskan. Bukan berarti tidak bisa dijelaskan lalu pandangan kita menjadi kabur.

kalau anda tidak keberatan pula,mohon untuk beri saya penjelasan mengenai pertanyaan saya yg tak terjawab di sebelah mengenai latihan.

1.kemudian 9 kemuliaan jenjang alam itu apa dalam pratek nianfo
1.16 metode itu apa,bisakah di jelaskan?

Masalah Devadatta mengajar Sang Bodhisattva di kehidupan lampau... Dalam Tipitaka Pali sendiri dengan jelas dikatakan bahwa:
1. Devadatta nanti akan mencapai Pacceka-Buddha
2. Syarat mencapai Pacceka-Buddha adalah mengumpulkan 10 Parami selama 2 Asankhyeyya dan 100000 Kappa.
3. Bodhisatta pernah mencela Buddha Kassapa saat terlahir menjadi Brahmana Jotipala
sudah dikatakan dalam tipitaka hanya akan mencapai pacceka, sedangkan sutra mengatakan akan mencapai sammasambuddha.
juga masalah pertapa jotipala......"apabila memang Buddha telah mencapai pencerahan jauh tak terhitung, mengapa Jotipala[yang telah mencapai pencerahan] menghina buddha kassapa?


tapi apakah bro sudah betul-betul Ehipasiko? Saya akui, di Indonesia ini, Mahayana sejati sulit ditemukan. Umumnya umat Mahayana hanya melakukan ritual puja bakti tanpa tahu makna dan inti dari ritual puja itu. Tentu saja wajar bila bro menemukan bahwa Mahayana tampak bertolak belakang dengan ajaran Tipitaka. Tapi, bro belum melihat Mahayana yang sesungguhnya, Dharma-Mahayana yang mencerahkan, para Master yang tercerahkan, Mahayana yang penuh Karuna dan Prajna.

kalau anda memang memiliki kemampuan menjelaskan dan mengetahui,cobalah jalan-jalan ke forum sebelah..
disitu ada thread khusus membahas mahayana dalam pandangan kritis.......
mungkin saja seperti yang anda katakan, para mahayanis disana tidak memiliki mengerti ajaran mahayana sesungguhnya.
jadi ajarkanlah mereka....
disini sy tidak bisa berbicara luas, karena dianggap flame demikian aturan yang mengikat., padahal sebenarnya tidak.

i-1) Bila dari 'yg tak-berkondisi' tdk mungkin muncul 'kondisi',
maka dari mana kita dan samsara ini muncul? Kalau tiba2 muncul dgn sendirinya, atau diciptakan maka sekali lagi ini tdk sesuai ajaran..

i-2) Bila 'yg berkondisi' ini muncul dari 'yg berkondisi', maka sifat sejati samsara adalah 'berkondisi'.. Bila sifat dasar kita adalah 'berkondisi', maka kita tidak akan mungkin mencapai pembebasan Nibbana yg 'tak-berkondisi'..

ii) Kesalahpahaman atas kata2 dlm sutra yaitu salah mengartikan kata2 seperti 'Tubuh Perwujudan/ Kemunculan Kembali Buddha yg berulang-ulang' sebagai sama seperti 'Kelahiran Berulang' kita manusia biasa. Sehingga ajaran sutra Teratai dianggap bertentangan dgn Dharma.. Padahal kenyataannya tdk demikian, malah sebaliknya mendukung, sebagaimana argumen saya di atas.
Juga menurut mereka, Kelahiran Berulang tanpa adanya Avidya/Tanha adalah mustahil; jadi Kemunculan Kembali Buddha (menurut mereka) akan membuktikan Buddha belum bebas dari Avidya/Tanha, dan otomatis mengugurkan semua ajaran.. Padahal ini hanya pemikiran sempit tanpa mengetahui Kekuatan dan Kemampuan Sejati para Buddha yg sebenarnya...
saya pernah berdiskusi dgn seorang Bhante bernama Mahanatepong ,beliau memiliki 30 tahun+ vassa. dan lagi beliau cukup dikenal dengan kemampuan samadhi-nya......
beliau juga tidak percaya apabila seorang buddha masih dikatakan setelah parinibbana akan muncul lagi.
inilah bukti fakta lapangan,kalau memang kedua aliran ini berbeda jauh...dan memiliki esensi bertolak belakang.

Memang kata-kata dalam kitab bisa saja tampak bertentangan, tapi maknanya tidak bertentangan. Kata-kata ibarat Jari yang menunjuk ke Bulan. Jari 'Theravada' dan jari ' Mahayana' boleh berbeda, tapi bulan yang ditunjuk hanya ada satu, 'Kebuddhaan'.
perumpamaan yg kurang sesuai,dimana sutta dan sutra sudah jauh berbeda, latihan pun jauh berbeda...
jadi anggap saja Theravada menujuk matahari, dan mahayana menujuk bintang......
karena pengertian nibbana dan nirvana saja sudah berbeda..

salam metta.
 
Konsep ada ato tidak ada setelah parinibanna .... Bukankah tetap saja teori dan dugaan aja ?
 
Brother2 yg luas pengetahuan di atas....boleh tanya ? Semua teori2 yg diperdebatkan itu guna nya apa yah ?

Konsep ada ato tidak ada setelah parinibanna .... Bukankah tetap saja teori dan dugaan aja ?

Bukankah kita lebih baik mengacu pada maksud awal dan tujuan murni nya , yakni menyadari dukha, annica, dan anatta ? Dan tujuan pembebasan yakni nibanna ?

Apakah pencapaian level Budha itu lebih dipentingkan memiliki semua kemampuan2 .. ? Atao kah lebih penting bahwa level Budha/ samasambudha telah mencapai penglihataan yg benar terhadap masalah2 pokok manusia, yakni dukha, anicca, dan anatta ? Dan menemukan jalannya menlenyapkan semua dukha itu ?

Lalu vajrayana ... Jalannya menuju mana ? Apakah menuju panna / kebijaksanaan dukha, annica, anatta ? Jika ya .. begitu , apa yg dilakukan dalam latihan vajrayana menuju itu sasaran itu ?

Mohon maaf. Gap budhist information.
saudara akiong yg bijak,

kita mempelajari dhamma melalui sutta/sutra guna untuk berlatih...
kemudian pengalaman dari hasil latihan itu,kita cocokkan dengan pengalaman yang dikatakan guru-guru melalui sutta/sutra,apakah sesuai atau tidak....

kalau tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh sutra dengan pengalaman kita, maka tentu ada yg salah disitu apakah sutra/sutta nya salah atau pratek kita yg salah....
disitu gunanya untuk meneliti kembali jalan.....
membahas nibbana mungkin sia-sia atau sudah tidak dapat dijelaskan......
akan tetapi membahas faktor-faktor pendukung untuk mencapai nibbana dapat dijelaskan..

dari sini para meditator dapat mengetahui,apabila menemukan rintangan ini, maka memakai jalan ini dapat diselesaikan....
inilah guna dari penjelasan/petunjuk yg dijelaskan secara detail..

untuk saudara kano yg bijak, ada seorang teman di forum tsb mengatakan mengenai latihan mahayana yg memang berbeda dengan pandangan theravada.
Apa yang diajarkan oleh Bodhidharma adalah pencerahan seketika yang tidak mengikuti penembusan melalui Jhana 1, 2, 3 dan seterusnya, namun langsung menembus Landasan kekosongan dan Landasan bukan persepsi dan bukan tanpa-persepsi guna mendekati kondisi yang paling dekat dengan Nirvana.
sedangkan dalam pratek konsep Theravada, hal mustahil dan merupakan kebohongan jika bisa lompat langsung memasuki arupa-jhana tanpa melewati jhana 1.
sekali lagi, banyak beda-nya bukan antara Thera dan Maha...^^

salam metta.
 
salut-salut.....benar-benar salut.....buat bro marcesdes dan kano...bro akiong kok nyentil-nyentil sih<no Flame please>
Ternyata konsep TriKaya tsb juga merupakan perbedaan konsep antar aliran....
Hs gak nyangka bisa begitu luas pembahasannya.
Dari awal hs kira konsep Trikaya itu umum untuk semua ajaran aliran Buddha...ternyata ada pembedaan yang besar juga....namun itu bukan pertentangan kan ???.

Terimakasih....sie-sie......
Silahkan Lanjut.....bro marcedes.....hs yakin gak bakalan ngeFlame.Kita masih kondusif....soalnya perusuh kayak Joke dkk udah gak muncul.
Lanjut.............lanjut.........
 
salut-salut.....benar-benar salut.....buat bro marcesdes dan kano...bro akiong kok nyentil-nyentil sih<no Flame please>
Ternyata konsep TriKaya tsb juga merupakan perbedaan konsep antar aliran....
Hs gak nyangka bisa begitu luas pembahasannya.
Dari awal hs kira konsep Trikaya itu umum untuk semua ajaran aliran Buddha...ternyata ada pembedaan yang besar juga....namun itu bukan pertentangan kan ???.

Terimakasih....sie-sie......
Silahkan Lanjut.....bro marcedes.....hs yakin gak bakalan ngeFlame.Kita masih kondusif....soalnya perusuh kayak Joke dkk udah gak muncul.
Lanjut.............lanjut.........
benar sekali saudara Taneda, konsep Trikaya itu tidak pernah ada dalam Sutta[pali].
masalah pertentangan, yg jelas esensi bertolak belakang itu ada,antara sutta dan sutra.
entahlah kalau ada mahayanis yang bisa memberikan penjelasan masuk-akal,ini juga mungkin disebabkan kurangnya informasi mengenai hal ini dari yg saya ketahui.

salam metta.
 
Jangan membedakan hal hal yang nyata sama.... Demikian juga jangan menyamakan hal-hal yang nyata-nya berbeda..

Yanabutham nyanadasa (melihat apa adanya)
 
1. Mengapa kalau yabthum seperti itu walaupun dengan istri sah, jika gagal maka neraka avici konsekuensi-nya ??? Dari mana logika seperti itu ?? Bisa dijelaskan ??

2. KEtika dikatakan vajrayana adalah kendaraan kilat untuk mencapai ke-BUDDHA-an ? Ke-BUDDHA-an yang bagaimana ? Sravaka, prateyaka, atau samyaksambuddha ? Karena kalau dalam Theravada, pada saat ini jalur ke-BUDDHA-an yang bisa hanyalah jalan Savaka (sravaka)....

pertanyaan no 1. ,kenapa yah sampe masuk avici/

dan no 2.setau saya sih kebuddhaan bukan hanya ada 3 macam saja,dalam mahayana ada tubuh trikaya para buddha bro
 
saudara kano yg bijak,
sekali lagi sy tekankan,bahwa saya hanya memaparkan perbedaan, mengenai benar yg mana
saya untuk sementara tidak mau sampai kesana...karena alasan tertentu.
Bro marce yang mulia, menurut saya in sikap yang tepat dan baik...:)

tidaklah demikian penjelasan mengenai parinibbana seorang Buddha dalam Sutta
bisa baca refrensi
-brahmajala sutta [DN]
-potthapada sutta [DN]
-Cula-malunkyaputta sutta.
-perbincangan buddha mengenai api yang padam, tetapi tidak pergi.
-bahkan Ven. K. Sri Dhammananda pun berpendapat demikian dimana buku-nya berjudul " Where is The Buddha?"
-ada juga sutta pada MN tapi saya lupa...^^
Sip, dalam hal ini kita berbicara mengenai Dharmakaya... dan sutta2 di atas sangat menarik.

saya rasa opini ini adalah opini yang dilihat dari sebelah sisi saja,mengenai nibbana dalam konsep Theravada tidaklah demikian..

Tipitaka mengatakan dengan jelas adalah setelah parinibbana
1.buddha ada,
2.buddha tidak ada.
3.buddha ada dan tiada
4.buddha bukan ada dan bukan tiada...

ke-4 pandangan ini adalah pandangan salah, dikarenakan kasusnya tidak sesuai.

dan setiap seorang Buddha selalu mengucapakan.
"ayam antimaa jati, natthi daani punabbavo"
Nah, itu dia argumen yang juga terkenal dalam Mahayana, dipopulerkan oleh YA Nagarjuna. Ini tehnik memakai logika untuk memahami Sunyata yang tak bisa dijelaskan, yaitu memakai logika negasi. Pernyataan apapun tentang Buddha/Sunyata adalah 'salah'.
Dilihat dari sisi ini, Kebuddhaan tak dapat dijelaskan dengan kata-kata, apalagi diperdebatkan. :-/


---------------------------


kalau karena alasan masa hidup panjang tidak perlu, dan masa hidup pendek perlu...
mengapa waktu panjang Buddha Kassapa tidak mengajarkan,bukankah seperti slogan capres. "lebih cepat lebih baik"
jika cara tantra ekspress mengapa tidak diajarkan?
Hehehe, sorry bro, belum kapasitas saya menjelaskan hal ini, takut salah bro malah menyesatkan.

------------------------------------
mengenai sudah membaca semua Tipitaka, saya rasa belum tapi semua yang saya baca semua memang bertolak belakang..
Jika melihat dari 'tersurat' emang seperti bertolak belakang, tapi bila dipahami yang 'tersirat' secara sistematis, maka terlihat variasi pendekatan pengajaran Buddha amat luar biasa.
Ajaran Buddha pada prinsipnya adalah tidak melekat, Buddha pun mengajar tanpa melekat dan menyesuaikan dgn pendengarnya.
Buddha mengajar dengan 4 pendekatan dan 4 sudut.
4 Pendekatan: Langsung untuk Sifat; Intrik untuk Bentuk; Tersusun untuk Sistem; Cara Mahir untuk Aplikasi.
4 sudut: Budaya; Masyarakat; Kepercayaan; Idealisme.

Prinsip2 Theravada dan Mahayana bila dicocokan lagi dengan metode mengajar di atas, maka tampak bahwa pendekatan dan sudutnya lah yang berbeda, bukan Dharmanya.
Coba direnungkan, bahkan satu kalimat yang sama, bila diucapkan pada situasi yang berbeda, orang yang berbeda, maknanya bisa jauh berbeda. Sebaliknya dua kalimat yang tampak berbeda jauh, malah bisa menunjukkan hal yang sama. :>

----------------------------------------
mengenai latihan ala mahayana.
bukankah menarik jika anda tidak keberatan menuliskan singkat penjelasan seperti visudhi-magga...

seperti dikatakan rekan sebelah


kalau anda tidak keberatan pula,mohon untuk beri saya penjelasan mengenai pertanyaan saya yg tak terjawab di sebelah mengenai latihan.

1.kemudian 9 kemuliaan jenjang alam itu apa dalam pratek nianfo
1.16 metode itu apa,bisakah di jelaskan?
Terlalu panjang untuk dijelaskan di sini, dan lagi saya tidak punya kemampuan untuk hal itu...:P harap maklum...
Singkatnya, sebenarnya tehnik dalam Visudhi magga dapat diaplikasikan pada nianfo dengan sedikit penyesuaian. Mengenai metode, kalau tidak salah sudah ada di postkan artikel2 dari master2 aliran Sukhavati ataupun Ch'an di forum2 tetangga.

sudah dikatakan dalam tipitaka hanya akan mencapai pacceka, sedangkan sutra mengatakan akan mencapai sammasambuddha.
juga masalah pertapa jotipala......"apabila memang Buddha telah mencapai pencerahan jauh tak terhitung, mengapa Jotipala[yang telah mencapai pencerahan] menghina buddha kassapa?
Saat itu, emanasi Buddha sebagai Jotipala adalah emanasi sebagai manusia biasa yang mencela Buddha akhirnya bertobat dan berbakti pada Buddha. So, perlu dilihat 'big picture'nya.
Di sisi lain, hal ini banyak menginspirasi mahkluk lain yang berpikir,'wah, seorang yang pernah mencela Buddha pun diramalkan akan mencapai Kebuddhaan, maka saya pun harus berusaha mencapai Bodhi.'
Sama seperti seorang pandai yang pura2 bodoh untuk berbaur bersama orang2 bodoh dan malas lainnya, lalu menginspirasi mereka manjadi rajin belajar sehingga akhirnya mereka menjadi pandai.
Dalam RIwayat Agung para Buddha pun hal ini disebutkan sebagai Upayakosala-nyana, pengetahuan-kemahiran.


kalau anda memang memiliki kemampuan menjelaskan dan mengetahui,cobalah jalan-jalan ke forum sebelah..
disitu ada thread khusus membahas mahayana dalam pandangan kritis.......
mungkin saja seperti yang anda katakan, para mahayanis disana tidak memiliki mengerti ajaran mahayana sesungguhnya.
jadi ajarkanlah mereka....
disini sy tidak bisa berbicara luas, karena dianggap flame demikian aturan yang mengikat., padahal sebenarnya tidak.
Ah, saya tidak ada kemampuan demikian bro...

saya pernah berdiskusi dgn seorang Bhante bernama Mahanatepong ,beliau memiliki 30 tahun+ vassa. dan lagi beliau cukup dikenal dengan kemampuan samadhi-nya......
beliau juga tidak percaya apabila seorang buddha masih dikatakan setelah parinibbana akan muncul lagi.
inilah bukti fakta lapangan,kalau memang kedua aliran ini berbeda jauh...dan memiliki esensi bertolak belakang.
Tentu saja, buddha tidak akan muncul lagi setelah parinibbana.
Hanya saja, Sambhogakaya para Buddha itu tidak akan parinibbana sebelum seluruh samsara dikosongkan. Sambhogakaya inilah yang beremanasi.
Dikatakan dalam sutra, hanya seorang Buddha yang memahami sempurna akan Kebuddhaan, bahkan Arahat pun tidak memahaminya (jika paham, para Arahat tidak akan pernah bertanya pada Buddha, nyatanya dalam sutta2 para Arahat pun masih bertanya pada Buddha).

perumpamaan yg kurang sesuai,dimana sutta dan sutra sudah jauh berbeda, latihan pun jauh berbeda...
jadi anggap saja Theravada menujuk matahari, dan mahayana menujuk bintang......
karena pengertian nibbana dan nirvana saja sudah berbeda..

salam metta.
Hmm, kalau menurut pandangan Anda demikian, biarlah Anda berpikir demikian. Toh, semua ini baru spekulasi, kita sama-sama belum merealisasikan Nibbana. ;)
 
Dilihat dari sisi ini, Kebuddhaan tak dapat dijelaskan dengan kata-kata, apalagi diperdebatkan.
ke-buddha-an dapat dijelaskan, sekali lagi dimana para murid terkenal seperti Luanta,AjahnChah,MahassiSayadaw,PaukSayadaw,SalayDipankara dan seluruh guru-guru lainnya mereka dapat menjelaskan mengenai bagaimana tingkatan mereka mencapai hal tersebut...
memang jika membahas nibbana, mereka tidak bakalan membahas...karena tidak ada kata yg tepat...
tapi kalau latihan ke-buddha-an saya rasa mereka banyak membahas-nya...
tidak salah sudah ada di postkan artikel2 dari master2 aliran Sukhavati ataupun Ch'an di forum2 tetangga.
kalau anda tidak keberatan bisakah meng-copy buat user disini..^^

emanasi Buddha sebagai Jotipala adalah emanasi sebagai manusia biasa yang mencela Buddha akhirnya bertobat dan berbakti pada Buddha.
mana ada seorang yang tercerahkan itu menghina sesama...
para guru besar saja tidak melakukan hal aneh seperti itu.^^ [ kalau dalam pandangan theravada ]
entahlah kalau mahayana.

Sama seperti seorang pandai yang pura2 bodoh untuk berbaur bersama orang2 bodoh dan malas lainnya, lalu menginspirasi mereka manjadi rajin belajar sehingga akhirnya mereka menjadi pandai.
Dalam RIwayat Agung para Buddha pun hal ini disebutkan sebagai Upayakosala-nyana, pengetahuan-kemahiran.
tidak pernah Sangbuddha memakai cara "pura-pura bodoh" dalam konsep theravada.
kalau mau bahas upaya-kausalya...saya rasa hal ini bukan termasuk acinteyya. dalam theravada.

Tentu saja, buddha tidak akan muncul lagi setelah parinibbana.
Hanya saja, Sambhogakaya para Buddha itu tidak akan parinibbana sebelum seluruh samsara dikosongkan. Sambhogakaya inilah yang beremanasi.
demikianlah dalam Theravada, hal ini pun disebut bhava-tanha atau kilesa...
berbeda lagi.^^

Toh, semua ini baru spekulasi, kita sama-sama belum merealisasikan Nibbana.
jika menurut anda demikian..oke de...
pembahasan cukup sampai disini saja..^^
yang jelas saya hanya memaparkan antara Theravada dan Mahayana memang memiliki esensi yg bertolak.

jika menurut anda semua itu masih berupa spekulasi it's oke,akan ttp menurut saya tidaklah demikian...
karena melalui pengalaman langsung saya, ada beberapa hal yang dapat dilihat secara nyata saat ini.

salam persaudaraan Thervada dan Mahayana..^^

metta.
 
ke-buddha-an dapat dijelaskan, sekali lagi dimana para murid terkenal seperti Luanta,AjahnChah,MahassiSayadaw,PaukSayadaw,SalayDipankara dan seluruh guru-guru lainnya mereka dapat menjelaskan mengenai bagaimana tingkatan mereka mencapai hal tersebut...
memang jika membahas nibbana, mereka tidak bakalan membahas...karena tidak ada kata yg tepat...
tapi kalau latihan ke-buddha-an saya rasa mereka banyak membahas-nya...
Buddha mengatakan, Dhamma itu seperti rakit yang menyebrangkan kita ke pantai seberang (Nibbana). Setelah menyebrang, tentu rakit kita tinggalkan. Bila, rakit tidak kita tinggalkan, maka kita hanya akan mandek di tepi pantai, tidak bisa menjejakkan kaki di pantai seberang. Maksud saya dengan Kebuddhaan tidak bisa dijelaskan yaitu bahwa penjelasan dan ajaran itu seperti rakit, sedangkan Kebuddhaan adalah pantai seberang. Bagaimanapun juga, rakit bukanlah pantai seberang walaupun rakitlah yang membawa kita menyebrang. ;)

mana ada seorang yang tercerahkan itu menghina sesama...
para guru besar saja tidak melakukan hal aneh seperti itu.^^ [ kalau dalam pandangan theravada ]
entahlah kalau mahayana.
Hehehe... Saat itukan tidak ada orang yang tahu bahwa Jotipala adalah Bodhisatta, sebelum diberitahukan oleh Buddha Kassapa. Sekali lagi, saat itu peran Bodhisatta adalah sebagai Jotipala yang angkuh lalu baru bertobat. Ini seperti bermain peran dalam drama, tentu saja Buddha Kassapa juga tahu 'drama ini'. Lalu, sekarang pun Buddha Gotama menceritakannya lengkap dengan alasan dan tujuan kenapa hal itu dilakukan, apa hasilnya.


tidak pernah Sangbuddha memakai cara "pura-pura bodoh" dalam konsep theravada.
kalau mau bahas upaya-kausalya...saya rasa hal ini bukan termasuk acinteyya. dalam theravada.
Hehehe... 'pura2 bodoh' yang ini benar2 dimainkan dengan penjiwaan bro. Ibarat taktik politik dan militer, ada saatnya kita perlu menyusup ke dalam kelompok lawan, aka intelijen. Tentu kita harus serupa dengan kelompok itu.

demikianlah dalam Theravada, hal ini pun disebut bhava-tanha atau kilesa...
berbeda lagi.^^
Pernah ada pertanyaan, 'bila Bodhisattva Bhumi ke-8 sudah memiliki pencapaian kesucian seperti Arahat, kenapa masih beremanasi?'
Jawabannya,' karena selama Bhumi2 sebelumnya, Bodhisattva sudah bergerak terus menyempurnakan paramita selama kalpa2 yang tak terhitung, sehingga tercipta suatu momentum yang sanagt kuat. Ibarat Mobil yang melaju kencang sekali, biarpun mesinnya dimatikan maka ia akan tetap melaju dengan momentum sebelumnya. Maka, tanpa butuh keinginan pun Bodhisattva bhumi VIII ke atas tetap otomatis terus menjalankan paramita.

Buddha pun beremanasi dengan Mahakaruna, bukan bhava-tanha atau kilesa. Bila diartikan demikian, maka dahulu Buddha Gotama pun mengajarkan Dhamma karena kilesa. Ingat Buddha dahulu setiap pagi melihat dengan Buddhacaksu mencari orang yang bisa diselamatkan. Lalu bila tempatnya terlalu jauh, Buddha akan terbang ke sana atau menciptakan tubuh maya untuk mengajar orang itu. Ini juga terhitung emanasi...

jika menurut anda demikian..oke de...
pembahasan cukup sampai disini saja..^^
yang jelas saya hanya memaparkan antara Theravada dan Mahayana memang memiliki esensi yg bertolak.

jika menurut anda semua itu masih berupa spekulasi it's oke,akan ttp menurut saya tidaklah demikian...
karena melalui pengalaman langsung saya, ada beberapa hal yang dapat dilihat secara nyata saat ini.

salam persaudaraan Thervada dan Mahayana..^^

metta.
sama bro, menurut pengalaman saya justru Mahayana dan Theravada sejalan...
Sip, Bhinneka Tunggal Ika, walaupun berbeda tetap satu jua...
Salam Persaudaraan... >:D<
 
kaya itu srikaya. biasanya buat oles di roti. :D
 
Bro Taneda yg memiliki motivasi diri yg baik. Saya tidak bermaksud menyindir. Hny saja saya merasa konsep trikayas ini sebenarnya adalah pengetahuan manifestasi dari kesadaran inti. Setiap org memiliki trikaya ini. Bahkan org yg sesat , mahluk2 bukan manusia juga ada trikayas ini.

Sebenarnya bukan hanya trikayas, bisa ada 4 kayas, 5 kayas bahkan 10 ribu kayas. Tetapi yg di sadarai dan di ungkapkan hny 4 kayas. Karena 4 kayas ini lebih gampang dijelaskan. Kalo mau membahas sampai 5 , 6, ......10 ribu tentunya membutuhkan mental2 yg lebih maju utk mengerti ini. Jadi sejauh ini , hny 4 kayas yg bisa diungkapkan utk di mengerti.

Karena menurut saya, kayas ini bukan tujuan utama ajaran sang Budha. Menurut saya jika sekte2 budhist yg memfokuskan diri pada berlatih kayas2 itu, sehinga memiliki kemampuan2 supra, tidak mencerminkan ajaran sesungguhnya dari sang Budha Gautama. Walaupun mereka juga mengulas dharma sang Budha Gautama.

Kayas2 ini adalah fenomenal yg sudah ada pada satu kesadaran inti, kayas2 ini sudah ada pada diri kamu, baik kamu menyadari nya ato tidak menyadari. Beberapa sekte justru mempertajam , memperhalus kesadaran agar bisa menyadari kayas2 sendiri , dengan demikian , maka memiliki kemampuan supru tersendiri. Tapi itu bukan jalan sang Budha !

Setiap kayas2 memiliki kemampuan2 tersendiri sifat sejati kayas itu sendiri. Jika bisa sinkrone dengan semua kayas2 kita , maka kita bisa melakukan hal2 yg luar biasa apa saja sesuai dgn kemampuan kayas2 itu. Semakain banyak kayas2 di sadari dan di sinkrone maka semakin luar biasa seseorang itu. Hal2 seperti ini memang menarik, tapi ini bukan ajaran inti sang Budha utk mencapai pembebasan. Dan jalur melalui kayas2 ini menuju kesadaran sempurna , sepertinya tidak mungkin , tapi klo mau mencapai kesadaran yg lebih tinggi memang benar itu bisa melalui jalur kayas.

Justru menurut Mahayana, tujuan kita adalah Dharmakaya aka Kebuddhaan.
rasanya bro akiong salah mempersepsikan 'kayas' dalam 'trikaya'. :-/
Kalau ada 10,000 kayas mkn bro bisa membantu menjelaskan secara singkat dan jelas? karena saya yg mentalnya blm terlatih ini tidak mengerti maksudnya... :D
 
saya pengen tau mantra pembalik dari serangan ilmu lain dari master LU SHENG YEN
bisa di berikan??? terima kasih
 
@ bro akiong,
kalau yang itu berbeda dgn trikaya yang saya maksud... ternyata sebelumnya kita beda persepsi.
Kayas yang bro akiong ceritakan itu mirip dgn 'manomaya-kaya' yang dpt diciptakan dengan jhana yang dikembangkan. Tapi, manomaya-kaya ini bersifat terkendali sepenuhnya oleh kesadaran kita.
Saya tidak setuju dengan sebutan 'Sambhogakaya' untuk kaya yang diceritakan oleh bro akiong. Sambhogakaya hanya bisa dilihat oleh Bodhisattva dan Sambhogakaya sifatnya adalah Mahakaruna dan Mahaprajna. Sambhogakaya tidak berada di dimensi kita.
Jadi, menurut hemat saya, konsep Sambhogakaya bro akiong bukanlah Sambhogakaya dalam Trikaya.
Saya mengatakan hal ini karena saya tidak ingin orang2 salah mengerti mengenai Trikaya, sama sekali no offense to bro akiong... Peace... ;)

Kayas yang bro alami itu kayaknya semacam kepribadian ganda... soalnya bro bisa ngobrol sama dia kan? hmm, ini kasus yang unik ya.
 
tidak ada manfaatnya membahas ini. toh kalo uda nyampe tau sendiri.
 
saya pengen tau mantra pembalik dari serangan ilmu lain dari master LU SHENG YEN
bisa di berikan??? terima kasih

Emang kita mempelajari magic di forum ini ????:D:D:D:D:P:P
Tujukan saja kepada bro SIAOYANG...yg membuat Thread ini...
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.