• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
41.650
Nilai reaksi
23
Poin
0
Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme


Merahputih.com - Coba ketik 'banjir' di kolom pencarian Google. Di laman depan mesin pencari tersebut, dengan judul 'cerita populer', pasti langsung muncul artikel-artikel terkait mengatakan kunci yg tadi anda masukkan di kolom pencarian.

Masih kurang informasi tentang banjir? Pilih opsi 'berita' di bawah kolom pencari, tepatnya di sebelah kanan opsi 'peta'. Setelahnya akan muncul seabrek berita tentang banjir, dari yg terbaru hingga paling lama.

Semudah itulah mencari berita di masa serba canggih ini. Kamu tidak perlu langganan koran, punya kuota internet saja sudah cukup untuk sering up to date dengan isu-isu terkini. Semua isu hangat tersebut dapat pula anda akses di manapun.

Mungkin kemajuan teknologi ini amat menguntungkan untuk kamu. Tapi bagi Sari, (bukan nama asli), kemajuan teknologi ini menciptakannya harus lebih tangguh menjalankan profesinya sebagai wartawan media cetak.

Sudah tidak terhitung lagi berapa media cetak dengan nama akbar yg harus tergerus oleh keadaan. Sementara beberapa lainnya harus mempertahankan eksistensi di tengah gempuran informasi baik dari warganet maupun portal online.

Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme


Dengan semakin terseok-seoknya langkah perusahaan, otomatis wartawan yg berada di dalamnya pun mendapat tekanan tinggi. Mulai dari pengurangan karyawan besar-besaran hingga pemotongan gaji dilakukan oleh perusahaan demi menyambung nyawa. Bagaimanakah cara Sari menghadapi ketidakpastian & tekanan akbar tersebut?

Sari masih terus berjuang dengan keadaan seperti itu. Di satu sisi ia harus berjibaku dengan berita & narasumber, di sisi lain ia harus bertahan di 'kapal oleng'. Ia mengungkapkan bahwa media tempatnya bekerja sudah mulai goyang sebelum pandemi. "Sekitar akhir 2019 hingga awal 2020, waktu itu beberapa temen udah mulai ada yg dicut (diberhentikan)," tuturnya mengisahkan.

Yang lebih parahnya lagi, sebetulnya waktu itu nama Sari juga disebut-sebut sebagai salah satu karyawan yg akan diberhentikan. "Mungkin dipertimbangkan karena mesti bayar pesangon," ucap perempuan yg sudah berkarir sebagai jurnalis sejak 2015.

Keadaan semakin memburuk karena beberapa rekan kerjanya di kantor harus jadi korban pengurangan pegawai. Dirinya pun cukup merasa hal tersebut memberi akibat bagi dirinya.

"Jujur puyeng sih. Apalagi ngga lama setelah itu ada pandemi. Makin bingung gimana nanti nyari kerja lagi & sebagainya. Ditambah banyak industri media yg terpaksa PHK-in karyawannya kan. Yang terlintas saat itu sih gimana bakalan dapet kerja lagi di bidang ini karena hampir semua media kayanya terseok-seok," bebernya.

Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme


Gelombang PHK makin membesar di akhir 2020. Karyawan yg memasuki masa purnatugas di pensiunkan lebih cepat. Sedangkan yg usianya di bawah 50 tahun dipensiunkan dini. "Dari direksi sempat ada ultimatum ya akhir tahun kalau pendapatan enggak sesuai target dapat aja ditutup. Sebagian akbar dari kita udah pasrah aja sih," ungkapnya.

Melihat ketidakmampuan pihak atasan dalam mengatur manajerial menciptakan beberapa karyawan harap berinisiatif untuk berunjuk rasa. "Sempet rame bikin serikat pekerja, berupaya memperjuangkan hak-hak kalau memang bakal PHK besar-besaran. Di titik ini pasrah, yaudah aja kalo emang kena PHK. Asal dapat pesangon," ucapnya.

Dalam kondisi genting & harus meningkatkan omzet, Sari mengungkapkan bahwa tugasnya sebagai jurnalis kini jadi ganda; mencari berita & mencari iklan. "Yang susah tuh sekarang disuruh nyari iklan juga," jelasnya. Pihak kantornya meminta ia menawarkan ke narasumber kalau mereka mau pasang iklan. Hal tersebut kerap ia lakukan setiap selesai wawancara.

"Susah sih. Itu enggak enak. Makanya enggak pernah dapet. Hahaha," tawanya.

Liputan sambil menawarkan iklan enggak enak banget! (Sumber: Pexels/fox)
Walaupun kondisi kantornya sedang lesu, Sari masih cukup beruntung. Pembayaran gajinya masih lancar & tidak dikurangi. Dirinya pun masih mendapatkan bonus walaupun nominalnya tidak sefantastis sebelumnya.

Tangguhnya Wartawan Koran Pertahankan Eksistensialisme


Salah satu prinsip yg dipegang teguh olehnya adalah berusaha tetap fokus bekerja & tidak menciptakan kesalahan fatal. Tujuannya supaya dapat tetap dipertahankan kantor. "Gaji & tunjangan pun enggak pernah terlambat & berkurang ya. Gue masih optimis aja sih buat kerja yg bener," ujarnya.

Di balik kesuraman yg muncul dari tempatnya bekerja, satu hal yg menciptakannya tetap semangat & tangguh adalah putra semata wayangnya. Selain aspek ekonomi, ia mendapat banyak keuntungan dari segi parenting.

Perusahaan tempatnya bekerja masih memberlakukan work from home. Ia pun jadi punya lebih banyak waktu dengan anaknya. "Itu jadi salah satu pertimbangan buat enggak pindah-pindah kerja dulu selama enggak terpaksa. Lagian kan dapur kudu tetap ngebul ya," akunya.

Dengan semakin berkembangnya industri portal online, tentu tidak sedikit yg memandang sebelah mata profesi jurnalis media cetak. Tidak sedikit pertanyaan yg muncul seperti 'emang media cetak masih laku ya?' Untuk pertanyaan demikian, Sari punya jawaban jitu. "Biasanya jawab nanti setelah tayang saya kirimin koran atau pdf-nya ya bu/pak. Gitu aja," tuturnya tergelak.


Sumber Hari ini 14:47
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.