Kompas.com - Bagi Kusmaeri, seorang pedagang nasi goreng yang berdagang di Jakarta, pemilu tidak akan memberikan banyak perubahan kepada warga. Selama ini, tuturnya, ketika ditemui Minggu (15/3), warga hanya dibodohi dan ditipu oleh politisi.
”Mereka hanya membutuhkan kami saat pemilu. Setelah mendapat dukungan dan terpilih, mereka lupa kepada warga. Mereka menganggap warga ini bodoh,” kata Kusmaeri yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah.
Pada pemilu kali ini ia tidak akan pulang ke Tegal. Ia akan tetap di Jakarta mendorong gerobaknya, menjajakan nasi goreng. Meskipun ia tahu bahwa hasil yang diperolehnya tidak akan banyak berubah walaupun memasuki masa kampanye.
”Sekarang harga sembako mahal, menjual nasi goreng seharga Rp 7.000 saja seret,” tuturnya lagi.
Baginya, pemimpin seharusnya melihat kondisi seperti itu. Jangan asal mengumbar janji dan setelah itu tidak pernah dipenuhi. ”Setelah mereka memperoleh kedudukan, kami dilupakan. Kami ingin agar pemimpin lebih memerhatikan rakyat,” katanya.
Ditemui terpisah, salah satu korban luberan lumpur PT Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur, Wiwiek, mengatakan, kemungkinan ia akan memilih untuk tidak memilih. Kecuali, jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengawal dan memastikan semua tanggung jawab PT Minarak Lapindo Jaya kepada warga korban dipenuhi.
”Kami sesungguhnya ingin menegakkan wibawa pemerintah dengan menegakkan apa yang disebutkan dalam Peraturan Presiden Nomor 14 tahun 2007,” katanya.
Ia menegaskan, warga sudah tidak lagi percaya dengan janji-janji. Yang saat ini dibutuhkan, ujar Wiwiek, adalah ketegasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap perusahaan yang dimiliki keluarga Bakrie tersebut.
Jadi buat apa milih 