m3tt4
IndoForum Beginner E
- No. Urut
- 103936
- Sejak
- 31 Agt 2010
- Pesan
- 431
- Nilai reaksi
- 10
- Poin
- 18
Peranan Kotak Amal
Karena kotak amal untuk para tamu kami sembunyikan, hal ini membawa dampak negatif untuk para tamu. Bagi tamu yang belum tahu, banyak yang tidak berani menanyakan dan tidak mengisi kotak amal. Bagi mereka yang dalam perjalanan hidupnya telah mempunyai nilai amal yang baik, tidak ada masalah. Apa yang telah saya berikan dan salurkan, karunia Ilahi itu akan tetap bersemayam di dalam badannya. Tapi bagi mereka yang nilai amalnya tidak ada atau kecil, wadah untuk menerima karunia Illahi juga tidak ada atau kecil, maka karunia Illahi itu hanya molos saja jatuh ke bawah.
Suatu hari saya menanyakan kepada guru Roh saya , kenapa dulu tidak ada syarat bagi tamu untuk memberi amal dan mereka juga banyak yang tertolong. Tetapi sekarang mereka perlu memberi amal baru pertolongan saya membuahkan hasil.
Guru Roh saya menjelaskan dengan sebuah perumpamaan seperti ini:"Kalau ada seorang dokter umum mengobati pasiennya, dia memeriksa, memberikan resep obat, bahkan memberi obat yang diambil dari obat-obat sampel yang dimilikinya. Dan dia tidak mau dibayar, pasien itu juga dapat sembuh. Akan tetapi setelah si dokter menjadi dokter spesialis bedah, dimana fasilitas rumah sakit sudah diperlukan agar dia dapat menyembuhkan pasiennya, maka tanpa mengeluarkan uang untuk membayar fasilitas rumah sakit, pasien itu tidak akan sembuh. Kalian sekarang sudah dapat menjangkau fasilitas energi alam semesta untuk memberikan penyembuhan. Energi alam semesta yang mengikuti garis hukum alam semesta adalah juga hukum keseimbangan. Maka yang mau menerima, perlu mau memberi. Yang mau menerima kesembuhan, perlu mau memberi amal.
Perpuluhan dan 2,5 persen
Dulu saya mempunyai pikiran jelek terhadap sumbangan amal perpuluhan yang diajarkan pendeta Kristen, ada juga sumbangan amal 2,5% di aliran lain. Sumbangan smal 10% atau 2,5% ini hanya untuk pendeta dan rohaniawan yang bersangkutan, bukan amal untuk menolong penderitaan orang lain.
Setelah saya tahu peranan amal di dalam perjalanan hidup manusia, saya baru sadar bahwa amal yang dipatok 10% atau 2,5% ini memang baik dan perlu. Hanya sayang bahwa sasarannya kurang tepat. 10% atau 2,5% bukan semuanya untuk rohaniawan itu. Kalau semuanya diberikan kepada pendeta atau rohaniawan, ini malah meracuni dan mencelakakan mereka, membuat mereka lupa diri dan keluar dari misi atau tugasnya sebagai rohaniawan. Sebab materi yang berlimpah dan anam besar akan menutup mata hati mereka dan jadi lupa diri.
Guru Roh saya menjelaskan, beramal perlu tepat sasaran agar amal itu mempunyai nilai tinggi. Beramal kepada orang jahat dibanding beramal kepada rohaniawan, nilai amalnya lebih tinggi kepada rohaniawan. Beramal kepada rohaniawan dibandingkan dengan beramal kepada Dewa dan Roh suci, nilai amalnya jauh lebih tinggi kepada dewa dan roh suci.
Amal yang punya nilai tinggi adalah bila memberian amal itu dapat meringankan atau melepaskan penderitaan si penerima amal. Atau bila pemberian amal itu dapat memenuhi semua atau sebagian dari apa yang dibutuhkan oleh si penerima amal. Oleh karena itu orang tidak mudah beramal kepada para Dewa dan Roh Suci mana yang sedang membutuhkan amal darim manusia, untuk keperluan prasaranan tempat ibadahnya di dalam menjalankan misi dan tugas menolong penderitaan manusia.
Saya telah melihat beberapa tempat ibadah yang terkenal banyak pengunjungnya, juga banyak orang yang beramal besar-besaran disitu. Boleh dikatakan di tempat itu turun "hujan duit" atau amalnya berlimpah ruah. Hal seperti ini dapat mengakibatkan pengelola atau pengurus tempat itu rawan ricuh urusan uang. Sifat manusia, makin banyak uang maka makin banyak keinginan, makin banyak keinginan makin banyak masalah, kemudian banyak diantara masalah yang timbul itu tidak dapat diselesaikan dengan uang.
Amal seperti di atas tidak tepat sasaran.
Karena kotak amal untuk para tamu kami sembunyikan, hal ini membawa dampak negatif untuk para tamu. Bagi tamu yang belum tahu, banyak yang tidak berani menanyakan dan tidak mengisi kotak amal. Bagi mereka yang dalam perjalanan hidupnya telah mempunyai nilai amal yang baik, tidak ada masalah. Apa yang telah saya berikan dan salurkan, karunia Ilahi itu akan tetap bersemayam di dalam badannya. Tapi bagi mereka yang nilai amalnya tidak ada atau kecil, wadah untuk menerima karunia Illahi juga tidak ada atau kecil, maka karunia Illahi itu hanya molos saja jatuh ke bawah.
Suatu hari saya menanyakan kepada guru Roh saya , kenapa dulu tidak ada syarat bagi tamu untuk memberi amal dan mereka juga banyak yang tertolong. Tetapi sekarang mereka perlu memberi amal baru pertolongan saya membuahkan hasil.
Guru Roh saya menjelaskan dengan sebuah perumpamaan seperti ini:"Kalau ada seorang dokter umum mengobati pasiennya, dia memeriksa, memberikan resep obat, bahkan memberi obat yang diambil dari obat-obat sampel yang dimilikinya. Dan dia tidak mau dibayar, pasien itu juga dapat sembuh. Akan tetapi setelah si dokter menjadi dokter spesialis bedah, dimana fasilitas rumah sakit sudah diperlukan agar dia dapat menyembuhkan pasiennya, maka tanpa mengeluarkan uang untuk membayar fasilitas rumah sakit, pasien itu tidak akan sembuh. Kalian sekarang sudah dapat menjangkau fasilitas energi alam semesta untuk memberikan penyembuhan. Energi alam semesta yang mengikuti garis hukum alam semesta adalah juga hukum keseimbangan. Maka yang mau menerima, perlu mau memberi. Yang mau menerima kesembuhan, perlu mau memberi amal.
Perpuluhan dan 2,5 persen
Dulu saya mempunyai pikiran jelek terhadap sumbangan amal perpuluhan yang diajarkan pendeta Kristen, ada juga sumbangan amal 2,5% di aliran lain. Sumbangan smal 10% atau 2,5% ini hanya untuk pendeta dan rohaniawan yang bersangkutan, bukan amal untuk menolong penderitaan orang lain.
Setelah saya tahu peranan amal di dalam perjalanan hidup manusia, saya baru sadar bahwa amal yang dipatok 10% atau 2,5% ini memang baik dan perlu. Hanya sayang bahwa sasarannya kurang tepat. 10% atau 2,5% bukan semuanya untuk rohaniawan itu. Kalau semuanya diberikan kepada pendeta atau rohaniawan, ini malah meracuni dan mencelakakan mereka, membuat mereka lupa diri dan keluar dari misi atau tugasnya sebagai rohaniawan. Sebab materi yang berlimpah dan anam besar akan menutup mata hati mereka dan jadi lupa diri.
Guru Roh saya menjelaskan, beramal perlu tepat sasaran agar amal itu mempunyai nilai tinggi. Beramal kepada orang jahat dibanding beramal kepada rohaniawan, nilai amalnya lebih tinggi kepada rohaniawan. Beramal kepada rohaniawan dibandingkan dengan beramal kepada Dewa dan Roh suci, nilai amalnya jauh lebih tinggi kepada dewa dan roh suci.
Amal yang punya nilai tinggi adalah bila memberian amal itu dapat meringankan atau melepaskan penderitaan si penerima amal. Atau bila pemberian amal itu dapat memenuhi semua atau sebagian dari apa yang dibutuhkan oleh si penerima amal. Oleh karena itu orang tidak mudah beramal kepada para Dewa dan Roh Suci mana yang sedang membutuhkan amal darim manusia, untuk keperluan prasaranan tempat ibadahnya di dalam menjalankan misi dan tugas menolong penderitaan manusia.
Saya telah melihat beberapa tempat ibadah yang terkenal banyak pengunjungnya, juga banyak orang yang beramal besar-besaran disitu. Boleh dikatakan di tempat itu turun "hujan duit" atau amalnya berlimpah ruah. Hal seperti ini dapat mengakibatkan pengelola atau pengurus tempat itu rawan ricuh urusan uang. Sifat manusia, makin banyak uang maka makin banyak keinginan, makin banyak keinginan makin banyak masalah, kemudian banyak diantara masalah yang timbul itu tidak dapat diselesaikan dengan uang.
Amal seperti di atas tidak tepat sasaran.