• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Setahun Meneliti Biji Kelor, Adinda Raih Medali Emas di Taiwan

facebookeb

IndoForum Senior A
No. Urut
210735
Sejak
9 Jan 2013
Pesan
7.471
Nilai reaksi
96
Poin
48
7BulX.jpg
Adinda Alifiansi Candra Dewi (18), siswi kelas XII Jurusan Farmasi SMK Theresiana Semarang, tak pernah menyangka penelitiannya berbuah medali emas di Taiwan. Mengaku sempat minder, Adinda akhirnya mampu mengharumkan nama Indonesia pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ketiga di Taiwan.

Penelitiannya yang berjudul "Kelor Seed as Water Cleanser" membuat Adinda menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang meraih emas di ajang itu. "Enggak pernah terpikir bisa dapat emas karena yang lain penelitiannya juga keren-keren," kata dia saat ditemui di SMK Theresiana, Jalan Gajah Mada, Semarang, Selasa (26/8/2014).

Adinda menceritakan, penelitiannya berawal dari kegalauannya melihat sungai-sungai yang kotor di tengah Kota Semarang. Terlebih lagi, warga di sekitar sungai tersebut tidak bisa mendapatkan pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Padahal, air bersih merupakan kebutuhan utama masyarakat.

"Saya kan setiap berangkat dan pulang sekolah melewati sungai itu. Selain itu, juga banyak penelitian tentang biji kelor yang bisa menjernihkan air. Makanya saya coba," ujar dia.

Adinda kemudian melakukan penelitian tentang biji kelor tersebut dengan dibantu guru pembimbingnya, Shierly Veronica Mayasari. Akhirnya lewat penelitian tersebut ia bisa meraih medali perak pada lomba penelitian belia tingkat Provinsi Jawa Tengah pada Oktober 2013 lalu.

Kemudian di tingkat nasional, Adinda meraih perunggu pada November tahun lalu. Ia mengatakan, perjalanan penelitian ini juga terbilang panjang, lebih kurang sampai satu tahun. Ia juga sudah melakukan beberapa kali percobaan dengan air dari dua sungai berbeda dengan tingkat kekeruhan yang berbeda pula.

"Dari setiap tingkatan lomba itu ada evaluasi dan perbaikan, awalnya dengan dosis 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air dan waktu penjernihan hingga delapan jam, dan untuk yang ke Taiwan sudah dengan dosis tepat, yakni 30 mg untuk satu liter air dengan waktu lebih efektif hanya satu jam, akhirnya malah dapat medali emas," kata dia.

Adinda menjelaskan, biji kelor yang sudah menjadi bubuk itu bisa untuk menjernihkan air. Air yang sudah jernih bisa bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga. "Kalau untuk langsung diminum harus diteliti lagi di laboratorium, tapi ini sudah bisa untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan air bersih lain," ujar siswi kelahiran Semarang, 3 April 1996, itu.

Berada di ajang internasional, bagi Adinda, merupakan pengalaman berharga dan luar biasa. Dengan penelitiannya itu, ia juga bisa memperkenalkan biji kelor dengan nama Latin Moringa oleivera yang banyak ditemukan di Indonesia.

Saat presentasi, ia juga membawa contoh berupa biji kelor kering untuk diperlihatkan. Terdapat tujuh negara yang turut serta pada ajang tersebut, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Korea, dan Guam.

"Bawa sedikit untuk contoh, dan ternyata yang banyak ditanyakan juga keberadaan kelor sendiri apakah banyak di Indonesia. Dan penelitian ini saya lakukan karena kelor banyak ditemukan di sekitar kita dan mudah tumbuh," tutur putri pertama pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari itu.

Begini Cara Adinda Jernihkan Air Kotor Pakai Biji Kelor

Penelitian siswi SMK Theresiana Semarang, Adinda Alifiansi Candra Dewi (18) yang meraih medali emas di Taiwan tergolong sederhana, namun sangat aplikatif. Dia menjernihkan air dengan biji kelor yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar.

Adinda yang ditemui di sekolahnya, Selasa (26/8/2014) mengatakan, awalnya biji kelor yang akan digunakan itu dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian dihaluskan atau diblender dan disaring hingga menjadi serbuk yang halus.

Pada awal penelitian, ia menggunakan 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air. Dibutuhkan waktu delapan jam hingga air itu jernih. Merasa belum efektif dan efisien, Adinda dibantu guru pembimbingnya terus melakukan beberapa kali uji coba.

"Saya gunakan sampel air sungai dari sungai Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di beberapa titik dengan tingkat kekeruhan yang berbeda," ujar putri pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari.

Setelah beberapa kali ujicoba, ia akhirnya menemukan dosis yang cocok dan waktu yang relatif singkat yakni sekitar satu jam. Serbuk biji kelor sebanyak 30mg untuk menjernihkan air satu liter.

Ia berharap dengan waktu yang relatif singkat itu, masyarakat akan tertarik mencobanya. Untuk menjernihkannya, serbuk tersebut dimasukkan ke dalam air kemudian diaduk. Pertama yakni diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 15-20 menit, kemudian lebih pelan sekitar 15rpm dengan waktu yang sama.

Setelah itu, air akan berubah menjadi jernih, dan kotoran-kotoran air sungai akan mengendap di bagian bawah sehingga mudah diambil. Sedangkan jika air itu bercampur minyak, serbuk biji kelor akan memisahkan minyak di bagian atas.

Setelah dilakukan penyaringan, air akan menjadi jernih dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk air yang lebih banyak, takaran serbuk biji kelor tinggal disesuaikan saja. "Kalau untuk diminum langsung butuh waktu sekitar 70 menit, tapi harus ada ujicoba di laboratorium untuk kandungan bakterinya. Itu yang belum saya lakukan dan berharap ke depannya bisa langsung minum," ujar siswi kelas 12 Jurusan Farmasi ini.

Dia mengatakan hal ini bisa dilakukan oleh siapapun. Terkait kecepatan dalam mengaduk, jika tidak ada alat pengukur kecepatan, bisa dilakukan dengan mengira-ira. "Saya pernah coba dengan botol, awalnya dikocok saja yang cepat, kemudian yang kedua yang pelan, nah hasilnya bisa dilihat. Makanya siapa saja bisa coba," ujar gadis yang bercita-cita menjadi apoteker ini.

Selain mudah dilakukan, biji kelor atau tanaman kelor juga mudah didapatkan. Selama ini masyarakat juga belum banyak tahu apa manfaat biji-biji kelor tersebut. Ia berharap apa yang dilakukan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Dengan penelitian itulah akhirnya Adinda mendapatkan prestasi yang sangat membanggakan dan mengharumkan nama Indonesia.

Dia meraih medali emas pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan pada 18-22 Agustus 2014. "Saya berharap ini bermanfaat, meski tidak langsung untuk skala besar, namun setidaknya untuk di lingkungan sekitar saya," kata dia.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.