magnum
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 1320
- Sejak
- 27 Mei 2006
- Pesan
- 14.143
- Nilai reaksi
- 417
- Poin
- 83
Sejak 6 Bulan Bayi Merespon Kesalahan Aritmatika.
Sejak usia enam bulan, seorang bayi pada umumnya sudah dapat mengetahui kesalahan dalam proses hitung-menghitung. Mereka dapat mengetahui apabila terjadi kesalahan hitung dan meresponnya meskipun hanya dengan memperhatikannya saja.
Tim peneliti gabungan dari AS dan Israel berhasil membuktikan kemampuan tersebut dengan memindai otak bayi-bayi yang berumur antara enam hingga sembilan bulan. Perubahan di bagian-bagian otaknya diamati selama diperlihatkan proses penambahan dan pengurangan yang diperagakan dengan boneka.
Bayi-bayi tersebut memperhatikan lebih lama saat hasil penghitungan salah. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas di bagian otak yang sama dengan orang yang telah dewasa saat melihat suatu kesalahan hasil penghitungan aritmatika.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bayi melihat lebih lama pada hasil penghitungan yang di luar perkiraan alias salah. Namun, para peneliti belum dapat memastikan bahwa hal tersebut merupakan ekspresi untuk meresponnya.
Dalam penelitian ini, kepada 24 bayi diperlihatkan dua boneka sesaat sebelum disembunyikan di balik tirai. Kemudian, masih di hadapan bayi-bayi tersebut, salah satu boneka diambil dari balik tirai.
Saat tirai dibuka, mereka akan melihat satu buah boneka karena telah diambil salah satunya. Namun, pada beberapa kali percobaan, para peneliti mengembalikan boneka ke balik tirai tanpa sepengetahuan bayi sehingga saat tirai dibuka tetap terdapat dua buah boneka.
Selama percobaan tersebut, para peneliti menggunakan alat electroenchaphalogram (EEG) untuk mengukur pola gelombang yang dibangkitkan sinyal-sinyal dari otak bayi. Hasilnya menunjukkan bahwa bayi-bayi tersebut memperhatikan satu menit lebih lama jumlah boneka yang salah dibandingkan yang tepat. Orang yang telah dewasa juga memperlihatkan respon ekspresi yang sama terhadap kesalahan penghitungan.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pendeteksi kesalahan telah terdapat di otak bayi dan diaktifkan ketika mereka melihat solusi aritmatika yang salah," kata ketua penelitinya Dr. Andrea Berger dari Universitas Ben Gurion, Negev, Israel yang melaporkannya dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bayi dapat mendeteksi kesalahan sejak usia di bawah satu tahun saat mereka mulai dapat mengatur perilaku dan emosinya. "Percobaan ini mungkin bisa dijadikan tes untuk memastikan bahwa kemampuan tersebut telah muncul pada bayi usia tersebut," ujar Dr. Stella Acquarone, seorang psikolog Masyarakat Psikologi Inggris (BPS).
Sejak usia enam bulan, seorang bayi pada umumnya sudah dapat mengetahui kesalahan dalam proses hitung-menghitung. Mereka dapat mengetahui apabila terjadi kesalahan hitung dan meresponnya meskipun hanya dengan memperhatikannya saja.
Tim peneliti gabungan dari AS dan Israel berhasil membuktikan kemampuan tersebut dengan memindai otak bayi-bayi yang berumur antara enam hingga sembilan bulan. Perubahan di bagian-bagian otaknya diamati selama diperlihatkan proses penambahan dan pengurangan yang diperagakan dengan boneka.
Bayi-bayi tersebut memperhatikan lebih lama saat hasil penghitungan salah. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas di bagian otak yang sama dengan orang yang telah dewasa saat melihat suatu kesalahan hasil penghitungan aritmatika.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bayi melihat lebih lama pada hasil penghitungan yang di luar perkiraan alias salah. Namun, para peneliti belum dapat memastikan bahwa hal tersebut merupakan ekspresi untuk meresponnya.
Dalam penelitian ini, kepada 24 bayi diperlihatkan dua boneka sesaat sebelum disembunyikan di balik tirai. Kemudian, masih di hadapan bayi-bayi tersebut, salah satu boneka diambil dari balik tirai.
Saat tirai dibuka, mereka akan melihat satu buah boneka karena telah diambil salah satunya. Namun, pada beberapa kali percobaan, para peneliti mengembalikan boneka ke balik tirai tanpa sepengetahuan bayi sehingga saat tirai dibuka tetap terdapat dua buah boneka.
Selama percobaan tersebut, para peneliti menggunakan alat electroenchaphalogram (EEG) untuk mengukur pola gelombang yang dibangkitkan sinyal-sinyal dari otak bayi. Hasilnya menunjukkan bahwa bayi-bayi tersebut memperhatikan satu menit lebih lama jumlah boneka yang salah dibandingkan yang tepat. Orang yang telah dewasa juga memperlihatkan respon ekspresi yang sama terhadap kesalahan penghitungan.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pendeteksi kesalahan telah terdapat di otak bayi dan diaktifkan ketika mereka melihat solusi aritmatika yang salah," kata ketua penelitinya Dr. Andrea Berger dari Universitas Ben Gurion, Negev, Israel yang melaporkannya dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences (PNAS).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bayi dapat mendeteksi kesalahan sejak usia di bawah satu tahun saat mereka mulai dapat mengatur perilaku dan emosinya. "Percobaan ini mungkin bisa dijadikan tes untuk memastikan bahwa kemampuan tersebut telah muncul pada bayi usia tersebut," ujar Dr. Stella Acquarone, seorang psikolog Masyarakat Psikologi Inggris (BPS).