• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Sebelum Mahabharata II

yona

IndoForum Newbie F
No. Urut
10645
Sejak
23 Jan 2007
Pesan
16
Nilai reaksi
0
Poin
1
SEBELUM MAHABHARATA II

Lanjutan Kisah Prabu Jayati


Resi Sukra menjawab : Wahai paduka yang mulia, Maha Raja Jayati, “Kutuk Pastu” itu tidak bisa dibatalkan, kecuali bila ada seseorang yang bersedia untuk menukar ketuaanmu dengan kemudaannya.

Sang Prabu menjadi remuk redam semua perasaan menyatu didalam dirinya, rasa cemas, ngeri dan hina. Ia masih menginginkan kemewahan, kemegahan terutama keberahian. Maka dia pergi ke semua salon kecantikan dikerajaannya, mulai dari Bekasi sampai ke Condet semua dukun kecantikan didatangi. Segala treatment dicoba mulai dari Janson Beckett’s anti-wringkle cream sampai ke Clinique anti-aging cream dipakainya, demikian juga semua pil kuat diminumnya mulai dari pilsener sampai pilkada dicobanya. Namun semuanya sia-sia belaka. Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil kelima anak laki-lakinya untuk dimintai tolong, katanya:

Hai anak-anakku, aku masih ingin kekuasaan, kemegahan, kemudaan, keberahian, karena itu salah satu dari kalian harus memikul penderitaanku dengan cara mengambil ketuaanku dan memberikan keremajaanmu kepadaku.

Tentu saja mendengar permintaan ayahnya itu para putra tersebut menjadi bengong dan terkejut, koq ada orang tua yang gak tahu diri ya pikir mereka. Setelah diam sejenak akhirnya anak yang tertua berkata dengan lantang: Oh Ayahandaku, hambapun masih ingin menikmati keremajaan, kalau wujud hamba menjadi tua dan keriput, gadis mana yang mau mendekati diri hamba? Coba tanyakan kepada adik-adik hamba, mungkin ada yang mau. (Di zaman itu belum ada Ferrari atau Aston Martin jadi belum ada cewe bensin, kalo sekarang sih gak masalah mau keriput kayak apapun asal duitnya mulus aja).

Demikian pula dengan anak yang kedua, ketiga dan ke empat semua jawabannya sama, semua menolak menjadi tua pada takut kehilangan cewe-cewenya. Akhirny tiba giliran pada putra bungsunya yang bernama Pangeran Puru. Putra bungsu ini tidak tahan melihat penderitaan ayahnya maka sambil bersujud dikaki ayahnya ia berkata:

Oh Ayahanda Maha Raja Agung di bumi Hastinapura, hamba dengan rela dan senang hati memberikan kepada ayah kemudaan hamba, agar ayahanda terbebas dari penderitaan dan cengkeraman segala kepedihan, ayahanda berkuasalah dan berbahagialah memerintah negeri Hastinapura ini.

Prabu Jayati merasa kagum dan terharu kemudian memeluk dan menciumi anak bungsu ini dengan penuh rasa kasih sayang. Seketika ia menyentuh tubuh anaknya, saat itu pula ia menjadi muda belia kembali seperti sedia kala. Pukulan Gong yang sedang dibawanya ikut mecotot keluar karena banyunya mendadak menjadi sempit. Sedangkan Pangeran Puru tubuhnya berubah menjadi seorang tua kempot peyot dengan baju kedodoran tidak sesuai dengan usianya.

Prabu Jayati kembali menjadi cool, menikmati hidup sepuasnya, melampiaskan semua keinginan, termasuk hobby bercocok tanam. Kebun istana diperluas sehingga Sang Prabu bisa bercocok tanam dimana saja. Selain tanam singkong sang Prabu juga senang mecah Duren, jadi pohon duren juga banyak dikebunnya, durennya manis-manis dan harum baunya. Sarmista yang cantik molek ini sekarang dibantu oleh teman-temannya yang tidak kalah molek melengkapi koleksi kebun papaya sang Prabu dengan beberapa jenis unggulan papaya baru. Kita mengenalnya sekarang sebagai papaya Bangkok, besar, kenyal dan manis.

dancing_scene_prambanan.jpg


(bersambung)


Cheers
 
gw kok sampai disini, bingung nih. Tersesat?? BENER gak ya??? TOLONGGGG
 
You are not lost

Hah ???

Koq diajeng bisa kesasar ke Hastinapura ??? iki piye ...
apa mau beli duren Jeng ?


Cheers
 
Sebelum Mahabharata Iii

SEBELUM MAHABHARATA III

Kisah Prabu Jayati.


9994_wayang004_1.gif


Hastinapura menjadi kaya raya dengan buah-buahan mungkin kalau di jaman modern ini mirip seperti Bangkok. Berbagai ragam buah ada dan semuanya adalah jenis unggulan. Panen selalu berlebih hingga buah-buahan itu bisa di ekspor mendatangkan devisa tambahan. Kwalitas buahnya sangat tinggi karena quality controlnya ditangani sendiri oleh pakar buah Sang Prabu Jayati. Ke empat putranya yang masih perkasa diberi tugas sebagai Duta Besar melakukan marketing di negara tetangga.

Siang ini suasana di Negara Hastinapura sangat tenang, Sang Prabu sedang menjalankan tugas rutin melakukan pengecekan kwalitas duren untuk di ekspor, sambil jongkok-jongkok sang Prabu asyik menciumi aroma duren satu per satu. Karena heningnya suasanya jelas terdengar nafas Sang Prabu asyik ngicipi duren …… tanpa disangka jendela pendopo mendadak terbuka dan dari balik jendela terdengar suara halus JENGATNO …. JENGATNO!!! … Sang Prabu terperanjat kemudian memandang kebawah sejenak … agak heran tapi sebel lalu berkata … Lha wis jengat pol begini … mau jengat gimana lagi … ?

Mendengar omelan Sang Prabu … tak lama dari balik jendela muncul seraut wajah jelita yang tak lain adalah Sarmista yang sedang disuruh permaisuri Dewayani untuk mencari sekertarisnya mbak Ngatno. Sarmista kemudian menjawab “maaf kakang Prabu … saya sedang mencari Jeng Ngatno … tadi Jeng Ngatno janji pada Ibu mau bantuin ngetik risalah rapat”. “Udah tinggalin aja dulu, Ibu dah banyak yang bantu, kamu bantu aku disini”, maka terjadilah pesta duren di pendopo istana.

Menjelang sore hari, matahari terbenam merubah warna langit menjadi lembayung. Prabu Jayati duduk termenung memandangi rombongan burung bangau dan belibis terbang kembali kesarangnya melintasi langit yang indah seolah-olah sebuah karya seni yang sengaja dibuat oleh tangan ahli seorang pelukis. Sarmista setia menemani Sang Prabu, mencuci ketimun dan membersihkan rambutan sebelum dikemas.

Kepakan sayap sekelompok kelelawar terbang rendah keluar dari pupus-pupus daun pisang dikebun membuat Prabu Jayati terhentak dari lamunannya. Teringat kepada putra bungsu yang setia dan penuh bakti, lalu sang Prabu memerintahkan asisten Sarmista untuk memanggil pangeran Puru.

Setelah Pangeran Puru datang, berkatalah sang Prabu:
Oh putraku Puru, engkau adalah satu-satunya putraku yang telah rela mengorbankan diri demi ayahmu. Milikmu yang paling berharga kau berikan tanpa pamrih. Oh anakku sayang, sekarang ayah sadari bahwa nafsu angkara, nafsu birahi, nafsu syawat tidak akan berhenti melalui pelampiasan.
Semakin dilampiaskan bukan semakin padam tapi justru semakin berkobar. Kini aku tahu bahwa dengan melampiaskan hawa nafsu tidak akan membawa diri ini pada kedamaian hidup. Mestinya sejak semula aku sudah menyadarinya namun aku biarkan diriku tenggelam dalam lautan ego ku.

Pangeran Puru sambil bersujud mengatakan pada sang Prabu:
Oh ayahanda tercinta, bukankah ayahanda yang mengajarkan pada ananda untuk selalu “Tulus iklas menerima nasib, bila kehilangan jangan disesali, menerima hinaan dengan kesabaran hati, rela dan rendah hati berserah diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Sang Prabu sangat terharu mendengar ucapan anaknya, dan menyadarkan dirinya bahwa ternyata umur bukan menjadi ukuran tingkat kedewasaan seseorang. Seluruh tubuhnya merasa hangat dipenuhi rasa bangga terhadap putra bungsunya yang tidak saja menunjukkan sikap dewasa namun juga sifat bijaksana yang sangat dalam, membuatnya sadar bahwa diantara putranya hanya Puru lah yang akan mampu membawa kebaikan bagi kerajaannya.

Selanjutnya sang Prabu berkata: Oh Puru, terimalah kembali kemudaanmu dan perintahlah kerajaan ini dengan bijaksana dan adil. Kemudian sang Prabu memeluk putra bungsunya. Dan disaat itu juga pangeran Puru berubah menjadi muda dan gagak sedangkan Prabu Jayanti menjadi tua renta.

Pangeran Puru kemudian dinobatkan sebagai raja Hastinapur, memerintah dengan baik sedangkan Prabu Jayanti bertapa dihutan untuk memusnahkan segala hawa nafsunya dalam usahanya menjadi manusia sempurna.

Prabu Puru kelak mempunyai anak bernama Dusmanta, dan Dusmanta menikah dengan Sakuntala, dari pernikahan mereka lahir Bharata, pangkal dari cerita MahaBharata.


Cheers
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.