• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian... (untuk yang mau membuka hati nuraninya)

lauzart

IndoForum Newbie A
No. Urut
14768
Sejak
27 Apr 2007
Pesan
273
Nilai reaksi
5
Poin
18
Didalam thread yg saya buat ini terdapat banyak cerita-cerita kehidupan yang sangat bermakna untuk kita renungkan & praktekkan...mudah2an banyak teman2 disini yg juga memiliki cerita2 indah bisa menambahkannya ke dlm thread ini...semoga bermanfaaat & semua berbahagia...
(Jika ingin meilhat cerita2 terbaru lihat saja di halaman terakhir...trims)

Bila semua manusia sudah terbuka hatinya sejak dilahirkan, tidak akan ada kekacauan apapun di muka bumi.
Bagaimana aku bisa mengetahui bahwa hati ku sudah terbuka??
Pada saat dimana kau mampu memberikan senyum yang tulus kepada orang yang tidak kau sukai,
pada saat kau mampu memaafkan dan melupakan semua perbuatan orang yang menyakitimu,
pada saat kau mampu menyayangi/membantu sesama tanpa memandang fisik, bentuk, agama, ras, suku maupun latar belakang.
Damai di hati, damai di bumi….

Segala milikku yang kucintai dan kusenangi akan berubah, akan terpisah dariku
Aku adalah pemilik karmaku sendiri,
Pewaris karmaku sendiri,
Lahir dari karmaku sendiri,
Berhubungan dengan karmaku sendiri,
Terlindung dari karmaku sendiri,
Apapun karma yang kuperbuat,
baik atau buruk,
Itulah yang akan kuwarisi
Hendaklah ini kerap kali direnungkan.


Mengenal ke-Buddha-an

Barang siapa mengenal pikirannya,
Ia akan mengenal kesadarannya.

Barang siapa mengenal kesadarannya,
Ia mengenal ke-Buddha-annya.

Sang Buddha menemukan resep,
dan saya meramu obatNya.

Sang Buddha meninggalkan warisan resep obat mujarab,
saya pewaris yang meramu resep obatNya.

Bagaikan setitik embun... yang berasal dari lautan..
Bila telah bersatu kembali menuju lautan,
Siapakah saya ?...

Demikian dengan ke-Buddha-an.
Bila telah mengetahui jati diri dan kesadaran,
Siapakah Buddha ? :)

Kecap enak tetap kecap enak, kita gak makan merknya...
(Majjhima Nikàya 140, Dhatuvibhanga-sutta)
Pada suatu malam Sang Buddha bermalam di suatu pondok seorang pembuat guci tanah liat. Dalam pondok itu ada seorang pertapa muda bernama Pukkusàti yang telah lebih dahulu datang ke tempat itu. Mereka tidak saling mengenal. Sang Buddha mengamat-ngamati pertapa itu dan berpikir,"Pertapa muda ini memiliki pembawaan yang menyenangkan sekali.Alangkah baiknya kalau Aku bicara satu dua patah kata dengan orang ini." Sang Buddha kemudian bertanya,"Saudara-Ku, untuk apakah kau meninggalkan rumahmu dan siapakah nama gurumu atau ajaran siapakah yang kau anut?"

Pertapa muda itu menjawab,"Orang telah memberitahuku tentang seorang pertapa yang bernama Gotama dari Suku Sàkya yang menurut mereka telah mencapai kebijaksanaan sempurna. Beliau itulah yang membuat aku menjadi seorang pertapa dan Beliau pula yang menjadi guruku dan aku menjunjung tinggi ajaran-Nya."

"Tahukah Anda di mana orang bijaksana itu sekarang berada?"

"Aku dengar bahwa Beliau sekarang berada di suatu tempat yang disebut Sàvathi."

"Pernahkah Anda melihat orang bijaksana itu dan dapatkah Anda mengenalinya kalau sekiranya Anda bertemu dengannya?"

"Dengan sebenarnya, aku belum pernah melihat orang bijaksana itu dan aku juga tidak dapat mengenalnya kalau sekiranya aku bertemu dengannya."

Sang Buddha sekarang mengetahui bahwa pertapa muda itu menjadi seorang pertapa karena menganut ajaran-Nya sendiri. Kemudian tanpa memperkenalkan diri, Sang Buddha lalu berkata,"O, saudara-Ku, Aku akan memberimu satu pelajaran. Dengar dan perhatikan baik-baik apa yang akan Aku katakan."

"Baiklah sahabat", jawab pertapa muda itu. Sesudah itu Sang Buddha menerangkan ajaran-Nya tentang Kesunyataan.

Akhirnya, insaflah Pukkusàti bahwa orang yang sedang berbicara kepadanya adalah Sang Buddha sendiri. Lantas ia beridiri dan memberi hormat dengan berlutut di hadapan Sang Buddha sambil mohon diampuni atas kekurangajarannya karena telah memanggil Sang Buddha dengan kata-kata "sahabat".
 
BAHKAN DIRIMU BUKAN MILIKMU

Dan Buddha berkata:

"Tanah ini milik saya, anak-anak ini milik saya" itulah
kata-kata seorang bodoh yang tidak mengerti bahkan dirinya
bukanlah miliknya sendiri.

Engkau tidak pernah memiliki sesuatu Engkau hanya
memegangnya sebentar. Kalau engkau tidak dapat
melepaskannya, engkau terbelenggu olehnya.

Apa saja hartamu harta itu harus kaupegang dengan tanganmu
seperti engkau menggenggam air.

Genggamlah erat-erat dan harta itu lepas.

Akulah itu sebagai milikmu dan engkau mencemarkannya
Lepaskanlah dan semua itu menjadi milikmu selama-lamanya.
 
YANG PUTIH ATAU YANG HITAM?

Seorang gembala sedang menggembalakan dombanya. Seorang yang
lewat berkata, "Engkau mempunyai kawanan domba yang bagus.
Bolehkan saya mengajukan beberapa pertanyaan tentang
domba-domba itu?" "Tentu," kata gembala itu. Orang itu
berkata, "Berapa jauh domba-dombamu berjalan setiap hari?"
"Yang mana, yang putih atau yang hitam?" "Yang putih." "Ah,
yang putih berjalan sekitar enam kilometer setiap hari."
"Dan yang hitam?" "Yang hitam juga."

"Dan berapa banyak rumput mereka makan setiap hari?" "Yang
mana, yang putih atau yang hitam?" "Yang putih." "Ah, yang
putih makan sekitar empat pon rumput setiap hari." "Dan yang
hitam?" "Yang hitam juga." "Dan berapa banyak bulu yang
mereka hasilkan setiap tahun?" "Yang mana, yang putih atau
yang hitam?" "Yang putih." "Ah menurut perkiraan saya, yang
putih menghasilkan sekitar enam pon bulu setiap tahun kalau
mereka dicukur." "Dan yang hitam?" "Yang hitam juga."

Orang yang bertanya menjadi penasaran. "Bolehkah saya
bertanya, mengapa engkau mempunyai kebiasaan yang aneh,
membedakan dombamu menjadi domba putih dan hitam setiap kali
engkau menjawab pertanyaanku?" Gembala itu menjawab, "Tentu
saja. Yang putih adalah milik saya." "Ooo, dan yang hitam?"
"Yang hitam juga," kata gembala itu.

Pikiran manusia membuat pemisahan-pemisahan yang bodoh, yang
oleh Telah Sadar dilihat sebagai satu.
 
Hidup Hari Ini

Ada dua hari dalam hidup ini yang sama sekali tak perlu kita khawatirkan.

Yang pertama ; hari kemarin.
Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.
Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.
Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan ; dan mengulangi kegembiraan yang kita rasakan kemarin.
Marilah kita biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja.

Yang kedua ; hari esok.
Hingga mentari esok hari terbit, kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Kita mungkin tak bisa lagi melakukan apa-apa esok hari.
Kita mungkin tak bisa lagi sedih atau ceria di esok hari.
Esok hari belum tiba ; biarkan saja.

Yang tersisa kini hanyalah hari ini.
Pintu masa lalu telah tertutup ;
pintu masa depan pun belum tiba.
Marilah kita pusatkan saja diri kita untuk hari ini.
Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini ;
Apabila kita mampu memaafkan hari kemarin dan apabila kita mampu melepaskan ketakutan akan esok hari.

Marilah kita hidup hari ini.
Karena, masa lalu sudah lewat dan masa depan belum tiba.
Hari ini adalah satu-satunya hari yang bisa kita manfaatkan untuk berbuat sesuatu yang akan menentukan hari esok.

Marilah kita hidup hari ini sebaik mungkin untuk dirimu, sesama kita manusia, sesama makhluk hidup dan seluruh semesta alam.
Karena hari ini akan menjadi kemarin ; dan hari ini akan menentukan esok.

Marilah kita perlakukan setiap orang dengan kebaikan, respek, empati dan ketulusan, meski pun mereka berlaku buruk pada kita.
Karena kebaikan, respek, empati dan ketulusan adalah tanpa pamrih, tanpa ego.
Kita menunjukkan penghargaan kita kepada orang lain bukanlah karena 'siapa mereka', melainkan karena 'siapa-kah kita' sendiri.
 
Kentang

Seorang Ibu Guru taman kanak-kanak ( TK ) tersebut mengadakan " permainan ".
Ibu Guru menyuruh anak tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah, dan kentang.

Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang dibenci, sehingga jumlah kentangnya tidak ditentukan berapa ... tergantung jumlah orang-orang yang dibenci.

Pada hari yang disepakati masing-masing murid membawa kentang dalam kantong plastik.
Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.

Seperti perintah guru mereka tiap-tiap kentang di beri nama sesuai nama orang yang dibenci.
Murid-murid harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun, selama 1 minggu.

Hari berganti hari, kentang-kentang pun mulai membusuk, murid-murid mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.
Setelah 1 minggu murid-murid TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.

Ibu Guru : " Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu ?"

Keluarlah keluhan dari murid-murid TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang-kentang busuk tersebut ke mana pun mereka pergi.

Guru pun menjelaskan apa arti dari " permainan " yang mereka lakukan.

Ibu Guru : " Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.

Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemana pun kita pergi.
Itu hanya 1 minggu bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup ?

Alangkah tidak nyamannya ...
 
Rumah

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate.
Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan.
Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat.

Ia merasa lelah.
Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya.
Ia lalu minta pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.
Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu.

Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa.
Ia ingin segera berhenti.
Pikirannya tidak sepenuhnya dicurahkan.

Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu.
Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta.
Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik.
Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu.
" Rumah ini adalah rumah kamu," kata sang pemilik perusahaan.
" Hadiah dari saya sebagai penghargaan atas pengabdian kamu selama ini."

Betapa terkejutnya si tukang kayu.
Betapa malu dan menyesalnya.
Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali.

Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.
Itulah yang terjadi pada kehidupan kita.
Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang aneh.

Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang terbaik.
Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup, kita tidak memberikan yang terbaik.

Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.
Seandainya kita menyadarinya, sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu.
Renungkan rumah yang sedang kita bangun.

Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap.
Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup.

Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.
Hidup adalah proyek yang kita kerjakan sendiri.
 
Kekhawatiran menghabiskan banyak waktu, amarah memutuskan persahabatan dan hidup kelihatan menjadi menakutkan dan tidak dinikmati sepenuhnya.
Sahabat hilang.
Hidup hampa, membosankan dan sering kelihatan kejam.

Apakah ini menggambarkan keadaan kita ?
Jika ya, jangan takut.
Kita dapat berubah !
Pahami dan lakukan rahasia 90/10.
Itu akan mengubah hidup kita !

Apa Rahasia 90/10 ?
10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita.
90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi / memberi respon.

Apa artinya ?

Kita sungguh-sungguh tidak dapat mengontrol 10% kejadian-kejadian yang menimpa kita.
Kita tidak dapat mencegah mobil kita diserempet bajaj.
Pesawat mungkin terlambat, dan mengacaukan seluruh jadwal kita.
Seorang supir metromoni mungkin menyalip kita di tengah kemacetan lalu-lintas.

Kita tidak punya kontrol atas hal yang 10% ini.
Yang 90% lagi berbeda.
Kita menentukan yang 90% !

Bagaimana dengan reaksi kita ?

Kita tidak dapat mengontrol lampu merah, tapi kita dapat mengontrol reaksi kita.
Jangan biarkan orang lain mempermainkan kita, kita dapat mengendalikan reaksi kita !

Mari lihat sebuah contoh.
Budi sedang sarapan bersama keluarga.
Anak perempuannya menumpahkan secangkir kopi ke kemeja kerja Budi.
Budi tidak dapat mengendalikan apa yang telah terjadi itu.
Apa yang terjadi kemudian akan ditentukan oleh bagaimana Budi bereaksi.

Budi mengumpat.
Budi dengan kasar memarahi anaknya yang menumpahkan kopi.
Dia menangis.

Setelah itu, Budi melihat ke istrinya, dan mengkritiknya karena telah menaruh cangkir kopi terlalu dekat dengan tepi meja.
Pertempuran kata-kata singkat menyusul.
Budi naik pitam dan kemudian pergi mengganti kemeja.

Setelah itu Budi kembali dan melihat anak perempuannya sedang menghabiskan sarapan sambil menangis dan siap berangkat ke sekolah.
Dia ketinggalan bis sekolah.
Sedangkan Budi harus segera berangkat kerja.

Budi segera menuju mobil dan mengantar anaknya ke sekolah.
Karena Budi terlambat, Budi mengendarai mobil melewati batas kecepatan maksimum.

Setelah tertunda 15 menit karena harus membayar tilang, Budi tiba di sekolah.
Anaknya berlari masuk.
Budi melanjutkan perjalanan, dan tiba di kantor terlambat 20 menit, dan Budi baru sadar, bahwa tas kerjanya tertinggal.

Hari ini begitu buruk bagi Budi.
Budi ingin segera pulang.
Ketika Budi pulang, Budi menemukan ada hambatan dalam hubungan dengan istri dan anaknya.

Kenapa ?
Karena reaksi Budi pagi tadi.

Kenapa hari ini begitu buruk bagi Budi ?
a) Karena secangkir kopi yang tumpah ?
b) Kecerobohan anaknya ?
c) Polisi yang menilang ?
d) Karena dirinya sendiri ?

Jawaban-nya adalah d).

Budi tidak dapat mengendalikan tumpahnya kopi itu.
Bagaimana reaksi Budi 5 detik kemudian itu, yang menyebabkan harinya menjadi buruk.

Ini yang mungkin terjadi jika Budi bereaksi dengan cara yang berbeda.
Kopi tumpah di kemeja Budi.
Anaknya sudah siap menangis.

Budi dengan lembut berkata,
" Tidak apa-apa sayang, lain kali kamu lebih hati-hati ya."

Budi pergi mengganti kemejanya dan dan tidak lupa mengambil tas kerjanya.
Budi kembali dan melihat anaknya sedang naik ke dalam bus sekolah.
Istrinya menciumnya sebelum Budi berangkat kerja.

Budi tiba di kantor 5 menit lebih awal, dan dengan riang menyalami para karyawan.
Atasannya berkomentar tentang bagaimana baiknya hari ini buat Budi.

Lihat perbedaannya.
Dua skenario yang berbeda.
Keduanya dimulai dari hal yang sama, tapi berakhir dengan berbeda.

Kenapa ?
Karena REAKSI kita.
Sungguh kita tidak dapat mengontrol 10% hal-hal yang terjadi.
Tapi yang 90% lagi ditentukan oleh reaksi kita.
 
Hikmah dari Kisah Seekor Burung Pipit

Terjemahan bebas dari cerita rakyat: A Legend of a little sparrow.

Ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor Burung Pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat.

Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin dan sejuk. Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal, dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju.

Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal. Si Burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat. Dia merintih menyesali nasibnya.

Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau, dia menghardik si Kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya.

Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah dan memaki maki si Kerbau.

Lagi-lagi Si Kerbau tidak bicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa dia pasti akan mati tak bisa bernapas. Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah.

Si Burung Pipit berteriak kegirangan,bernyanyi keras sepuas puasnya-nya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang
masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia
terasa gelap gulita bagi si Burung, dan tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.

Dari kisah ini, banyak pesan moral yang dapat dipakai sebagai pelajaran:

1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu cocok buat kita.
2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu satunya ukuran.
3. Apa yang pada mulanya terasa pahit dan tidak enak, kadang kadang bisa berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.
4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lupa dan jangan terburu nafsu, agar tidak kebablasan.
5. Waspadalah terhadap Orang yang memberikan janji yang berlebihan.
 
Belajarlah Menulis di Atas Pasir

Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir.

Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah
seorang menampar pipi temannya. Orang yang kena
tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa
berkata-kata, dia menulis di atas pasir : " HARI
INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU"

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah
oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang
yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya,
mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan
berhasil diselamatkan oleh sahabatnya.

Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah
hilang, dia menulis di sebuah batu: " HARI INI,
SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU "

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya,
bertanya : "Kenapa setelah saya
melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan
sekarang kamu menulis di batu ?"

Temannya sambil tersenyum menjawab : "Ketika seorang
sahabat melukai kita,kita harus menulisnya diatas
pasir, agar angin maaf datang berhembus dan
menghapus tulisan tersebut, dan bila sesuatu yang
luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas
batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup
angin."

Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan
konflik karena sudut pandang yang berbeda. Oleh
karena cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan
masalah yang telah lalu. Belajarlah menulis diatas
pasir.

Life is an everlasting learning, learn how to be
honest to your own heart and learn to have a big
opened heart to love deeply and to forgive quickly.
 
Seratus Nyawa

"Apakah kamu merasa lebih baik hari ini?"
Fan tahu istrinya menderita penyakit TBC yang tidak mudah untuk
disembuhkan,
tetapi dia menjaganya dengan lembut dan sepenuh hati.
"Terima.....kasih.....atas.....perhatianmu," istrinya berkata
terengah-engah
kesakitan. Fan meminta dokter terbaik di Chingk'ou, Chen Shihying untuk
mengobati istrinya. Dokter Chen memeriksa istrinya dengan hati-hati dan
menyuruh Fan untuk menunggu.

"Ada satu cara untuk mengobatinya, karena dia cukup parah," Kata dokter
tersebut. "Ambil seratus kepala burung pipit, dan buat mereka menjadi
obat
sesuai resep ini. Kemudian pada hari ketiga dan ketujuh makan otak
burung
pipit tersebut. Itu adalah caranya. Ini merupakan rahasia turun-temurun
dari
nenek moyangku, dan tidak pernah gagal. Tetapi ingat, kamu harus
mempunyai
seratus burung pipit. Kamu bahkan tidak boleh kekurangan satupun."

Fan ingin sekali menolong istrinya, sehingga dia langsung pergi membeli
seratus burung pipit. Burung-burung itu berdesakan dalam satu sangkar
yang
besar. Mereka menciap-ciap dan berlompatan sangat memilukan, sebab
tempatnya
terlalu sempit bagi mereka untuk menikmati diri mereka sendiri. Bahkan
mungkin mereka tahu kalau mereka akan dibunuh.

"Apa yang kau lakukan pada burung-burung tersebut?" tanya Nyonya Fan.

"Ini adalah resep spesial dokter Chen! Kita akan membuat mereka menjadi
obat
dan kamu akan segera sembuh," suaminya dengan gembira menjawab.

"Tidak, jangan lakukan itu!" Nyonya Fan duduk di atas ranjangnya. "Kamu
tidak boleh mengambil seratus nyawa untuk menyelamatkan satu nyawa
saya!
Saya lebih baik mati daripada membiarkan kamu membunuh semua burung
pipit
itu untukku!"

Fan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Jika kamu benar-benar mencintai saya," dia melanjutkan, "Lakukan
sesuai
permintaan saya. Buka sangkarnya dan lepaskan semua burung pipit itu
pergi.
Lalu jika saya mati, maka saya akan meninggal dengan tentram."

Apa yang dapat Fan lakukan? Fan mengambil sangkar itu dan dibawanya ke
hutan
kemudian dia membebaskan semua seratus burung pipit itu. Mereka terbang
ke
dalam semak-semak dan pohon-pohon dan bernyanyi serta berciap-ciap.
Mereka
terlihat dan bersuara seperti amat senang karena bebas.

Dalam beberapa hari, Nyonya Fan dapat bangun dari ranjang lagi,
walaupun dia
tidak minum obat apapun. Teman-teman dan saudara-saudaranya berdatangan
untuk menyelamatinya karena kesembuhannya yang cepat dan relatif
singkat
dari penyakit yang mengerikan itu. Semuanya sangat senang.

Tahun berikutnya, keluarga Fan mendapat bayi laki-laki. Dia amat sehat
dan
lucu, tetapi yang lucu adalah di setiap lengannya terdapat sebuah tanda
lahir berbentuk seperti burung pipit.
 
nyang punya cerita2 pendek yang bagus kirim dong kesini.... biar tambah bagus... trims ya
 
ABHINHAPACCAVEKKHANA (Kerap Kali Direnungkan)

JARA DHAMMOMHI
JARAM ANATITO
BYADHIDHAMMOMHI
BYADHIM ANATITO
MARANA DHAMMOMHI
MARANAM ANATITO
SABBEHI ME PIYEHI MANAPEHI NANABHAVO VINABHAVO.

KAMMASSAKOMHI
KAMMADAYADO
KAMMAYONI
KAMMABANDHU

KAMMAPATISARANO
YAM KAMMAM KARISSAMI
KALYANAM VA PAPAKAM VA
TASSA DAYADO BHAVISSAMI
EVAM AMHEHI ABHINHAM PACCAVEKKHITABBAM

Aku akan menderita usia tua,
Aku belum mengatasi usia tua.
Aku akan menderita sakit,
Aku belum mengatasi penyakit.
Aku akan menderita kematian,
Aku belum mengatasi kematian.
Segala milikku yang kucintai dan kusenangi
akan berubah, akan terpisah dariku.

Aku adalah pemilik karmaku sendiri
Pewaris karmaku sendiri
Lahir dan karmaku sendiri
Berhubungan dengan karmaku sendiri

Terlindung oleh karmaku sendiri
Apa pun karma yang kuperbuat
Baik atau buruk
Itulah yang akan kuwarisi.
Hendaklah ini kerap kali direnungkan
.
 
Seorang maharaja yang bodoh mengeluh karena jalan yang kasar
membuat kakinya sakit. Maka ia memerintahkan agar seluruh
negeri diberi alas kulit sapi.

Pegawai istana tertawa ketika raja menyampaikan perintah itu
kepadanya. "Yang Mulia, itu adalah suatu gagasan yang gila,"
serunya. "Mengapa harus mengeluarkan biaya yang sama sekali
tidak perlu? Potong saja dua alas kecil kulit sapi untuk
melindungi kaki Yang Mulia!"

Itulah yang dikerjakan oleh maharaja. Dan demikianlah lahir
gagasan mengenai sepatu.

Orang yang sudah mengalami penerangan batin tahu bahwa untuk
membuat dunia tempat yang bahagia. engkau perlu mengubah
hatimu - dan bukan dunia.
 
Up..Up

Semoga Semua Mahluk Hidup Berbahagia...
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata...
Sadhu... Sadhu... Sadhu...
 
wa tambahin ya..

Keadaan boleh berubah tetapi hati tetap teguh
->hati bagaikan sebuah cermin yang jrnih, kendati fenomena di luar selalu bergerak dan berbah, permukaan cermin tetap tidak bergerak, tidak ikut terpengaruh.Artinya, sekalipun kondisi di luar berubah, tapo hati dan pendirian kita tetap teguh. ebab kalau hati kita juga ikut berubah, maa kita akan kehilangan pendirian, akibatnya sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

hehe masi banyak sih cuman ini aja hehe
 
nah..thread ini yang mendorong saya untuk register(daftar) di indoforum..haha.

jadi lupa reply pada saat itu..sori2.

Thread nya bagus banget:D
 
Eih sayang kalo thread ini sampai terdorong jauh di bawah..
Ayo rekan-rekan kita bantu isi dengan tulisan2 yang menggugah biar thread seperti ini yang terus di atas.

makasih ya...
 
Semoga Semua Mahluk Hidup Berbahagia...
Semoga Teman2 Se-Dhamma bisa menyebarkan & Mempraktekkan Keluhuran Ajaran Sang Buddha tanpa Batas kepada mahluk apapun...
Sadhu...3x
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.