• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

renungan buat masyarakat hindu di bali

yunisaraf

IndoForum Newbie E
No. Urut
50914
Sejak
22 Agt 2008
Pesan
68
Nilai reaksi
0
Poin
6
Sebuah renungan buat masyarakat hindu di bali

Saya cukup kaget ketika membeli nasi babi guling di yogya, ibu2 tsb dengan bangganya bilang ke saya bahwa saya dah pindah agama dan ikut agama suami

Kemudian saya mencari sekolah untuk anak saya di bali, saya juga kaget, ada guru yg dengan mantapnya bilang bahwa dia dah pindah agama dan ikut agama suami

Pada waktu di pura secara tidak sengaja saya mendengar seorang bapak2 menceritakankan bahwa mantunya yang beda agama lebih peduli pada keluarga bapak tsb dibanding dengan anaknya kandungnya sendiri

Dan terakhir teman saya sendiri (cewek) akan menikah di bali dan dia akan pindah agama mengikuti agama suaminya.

dalam benak saya berpikir, ada apa dengan hindu kita????????
Sebegitu lemahnya srada umat kita?
Begitu mantapnya pindah keyakinan? Memang harus dimaklumi bahwa keyakinan beraagama adalah urusan pribadi seseorang bahkan saya pernah baca seorang turis jepang begitu kagetnya ditanaya agama dia ketika sedang berurusan dngan aparat di airport.

Kita sering mendengung2kan bahwa hindu adalah agama dengan toleransi yg tinggi, kuantitas tidak penting tapi kualitaslah yang penting. Hmmmmmmmmm……………pemikiran ini menurut saya dapat dikatakan salah

Menurut analisis pribadi terdapat beberapa sebab kenapa umat hindu begitu mudah berpaling keyakinan:
1. Lemahnya pembinaan terhadap umat
Pernah saya diskusi dengan dosen agama hindu, saya bertanya kenapa kita tidak mengadopsi cara pembinaan umat yg dilakukan oleh agama lain? Toh kita hanya mengadopsi metodenya bukan ajarannya? Jawabnya: pembinaan agama di hindu diharapkan dlakukan oleh masing2 keluarga sebagai satu kesatuan terkecil dari masyarakat, jadi si bapak diharapkan dapat membina putra putrinya untuk paham akan hindu
Saya jadi miris mendengarnya, gimana si bapak bisa membina keluarganya, kalo si bapak meceki/metajen terus, gimana si bapak bisa membina kalo setiap ditanya pasti jawabannya mule keto
2. Masyarakat hindu di bali tidak mampu memisahkan antara adat dan ajaran agama
Realita masyarakat hindu di bali lebih mementingkan adat disbanding agama
3. Masyarakat tdak paham akan agamanya sendiri sehingga tidak punya pondasi apabila terdapat gempuran keyakinan lain

Segitu dulu capek, lanjut besok aja ………………
 
Realitanya Adat/Budaya adalah kulit luar dari suatu agama, dan adat istiadat dapat silih berganti, sehingga umat tidak merasa diperbudak. Dan adat yang terkait dengan kepercayaan tentu susah untuk melakukan perubahan.

Demikian pula dengan adat di Bali sudah seharusnya memberi ruang perubahan agar umat memiliki adat yang lebih baik, lebih sesuai dengan perkembangan jaman.
Tentu semua itu dalam rangka melestarikan Agama Hindu.

... lanjut!
 
pernah nonton dharma wacana yg interaktif di bali TV
sebagain besar penelpon membicarakan tentang yadnya yang dinilai sudah tidak berdasarkan tatwa etika dan upakara

sebagian besar masyarakat hindu di bali lebih mementingkan upakara tanpa tahu tatwa dari yadnya itu sendiri
lebih mementingkan gengsi dengan tanpa memperhatikan makna dari upacara tersebut

apakah dengan nampah celeng yang banyak status sosialnya akan terangkat? atau akan dikenang seterusnya?????

contoh yang kasat mata adalah upacara ngaben
di desa saya apabila ada orang meninggal maka keturunnya dengan segala upaya akan berusaha mengabenkan yg meninggal tersebut, ada keyakinan dengan diaben maka roh si meninggal maka segala karmanya akan lebur
upacara ngaben dilakuakn dengan besar2an bila perlu ngutang sana sini, apabila dengan besar2an maka masyarakat desa saya akan memujinya

susah untuk mengubah pemahaman yang salah tentang hal itu
karma wasana seseorang tidak akan lebur dengan diabenkan
sodara2 se dharma juga tau akan hal ini
dan upacara ngaben yg besar2an juga secara tidak langsung/dilegitimasi/diperparah dengan sikap para raja2 yang melakukan pengabenan secara besar2an seolah2 yakin bahwa raja tersebut akan masuk sorga
hal seperti ini akan ditiru oleh masyarakat hindu di bali

alangkah bijaknya seandainya raja2 tsb malakukan pengabenan secara sederhana, atau bila perlu ikut ngaben masal memberikan contoh kepada masyarakat sekitarnya

ada yang mengatakan kalo tidak melakukan pengabenan secara megah maka akan berpengaruh pada pariwisata?

he he he he, emang yang paling untung dengan pariwisata bali siapa? tentunya insvestor, kaum kapitalis, orang luar bali
masyarakat kecil hanya menerima percikan2nya saja, itu pun berebutan

agama dulu dijalankan dengan benar dan tidak memberatkan masyarakat
entah itu ada efek positif dari menjalankan agama seperti datangnya pariwisata itu baru patut dilestarikan
jangan menyenangkan orang luar dulu, agama kemudian dikesampingkan
 
Ini semua adlh tugas berat yg harus diemban oleh para Sulinggih,Pemangku,Guru agama,dll..

Coba kita perhatikan tampang2 para Pemangku kita,benar2 tdk meyakinkan!menunjukkan betapa mereka sendiri gak paham teori2 agama, mereka hanya paham "Ngeleneng dan memantra"..

Terus terang saya jg sangat khawatir dgn laju pariwisata di Bali terutama di bagian selatan,..

Tapi kalo dipikir-pikir apa yg bisa saya lakukan??Setelah lama berpikir saya yakin saya akan mengabdikan pengetahuan saya lewat dunia maya agar rekan2 se-dharma bisa menikmati keindahan Hindu..

Begitu juga media2 informasi baik cetak dan elektronik sekarang sudah banyak menampilkan pengetahuan agama Hindu,..dan langkah2 yg mereka lakukan patut diacungi jempol..

@yunisaraf

tenang aja..anda melihat itu semua terjadi di Bali dan dlm skala kecil,..
coba anda cari informasi ttg bertambahnya umat Hindu di luar Bali, sekarang orang Bali sudah mulai berkelana dan menjalani hidup di luar Bali tanpa meninggalkan ke-Hindu-an mereka,..orang tua saya pernah tangkil ring Luhurin Kutai di kalimantan Timur dan perkembangan agama Hindu menunjukkan perkembangan yg sangat menggembirakan..
Dan seandainya "SABDA PALON NAYA GENGGONG" itu benar2 terjadi maka orang2 yg meninggalkan agama Hindu dan Buddha dengan sendirinya akan dimusnahkan dari bumi Indonesia..saya sich yakin dengan kutukan ini,..
 
Pembinaan Hukum Adat

Benar seperti yang disampaikan @JakaLoco, bahwa pembinaan Hukum Adat adalah tugas berat, dan kalau menginginkan suatu perubahan harus terlibat dalam kegiatan Adat guna melakukan pembinaan. Saat ini pembinaan dilakukan oleh Majelis Pembinaan Lembaga Adat untuk tingkat propinsi dan oleh Badan Pelaksana Pembinaan Lembaga Adat untuk tingkat kabupaten dan kecamatan. Dan tentu juga yang memiliki peran sangat penting adalah Lembaga Pendidikan Hukum.

Setiap Kelompok Kehidupan menusia mempunyai cara-cara tertentu di dalam mengatur hubungan yang terjadi antara hidup dengan kehidupannya.

Dengan tidak membedakan suatu kehidupan bermasyarakat dalam kelompok yang kecil maupun yang besar, maka di dalam mengatur hubungan itu tentu memerlukan aturan-aturan yang didasari atas nilai-nilai mengenai apa yang dianggap baik atau patut dan sebaliknya apa yang dianggap tidak baik atau tidak patut.

Aturan-aturan itu merupakan patokan mengenai apa yang boleh dibuat dan apa yang tidak boleh dibut, sehingga aturan-aturan itu membatasi sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia yang satu terhadap manusia lainnya.

Aturan-aturan itu hidup dan berkembang di dalam masyarakat serta diterima sebagai suatu keharusan oleh anggota masyarakat. Karena itu, setiap anggota masyarakat merasa terikat dalam suatu kehidupan bermasyarakat serta mereka merasa perlu adanya pembatasan guna lancarnya kehidupan bermasyarakat dan terselenggaranya kepentingan bersama.

Mengingat bahwa masyarakat adalah dalam proses kehidupan yang berkembang sebagai suatu keharusan oleh anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat, maka bentuk aturan tertulis saja tidak cukup mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan kepentingan masyarakat.

Karena itu, aturan hokum yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang di masyarakat yang pada mulanya berupa biasaan-kebiasaan dan kemudian menebal menjadi adat-istiadat dan akhirnya terwujud dalam aturan hokum adat, merupakan gejala yang tetap mempunyai eksistensi sepanjang masa.

Wujud desa adat di Bali bukan saja merupakan persekutuan territorial dan geneologis atas kepentingan bersama dalam masyarakat, namun juga merupakan persekutuan dalam kesamaan kepercayaan menuju Tuhan.

Dengan perkataan lain bahwa identitas desa adat di Bali mempunyai tiga unsure yaitu: wilayah, masyarakat yang berdiam di wilayah itu, dan Pura tempat pemujaan Hyang Widhi/Tuhan Yang Maha Esa sebagai pujaan bersama. Perpaduan hamonis ketiga unsure itu melandasi terciptanya rasa hidup yang aman, tentram dan damai dalam segala hal di dalam kehidupan desa adat disebut Trihitakarana.

Dengan tercakupnya unsur Ketuhanan yang diproyeksikan ke dalam Kahyangan Tiga, yaitu: Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem di dalam desa adat di Bali (di wilayah pesisir pantai ada Pura Desa, Pura Segara, dan Pura Dalem), maka desa adat di Bali mencakup pula pengertian sosialreligious.

Implikasi adat dengan agama Hindu di Bali sangat lekat, sehingga sulit memisahkan secara tegas antara adat dan agama, karena adat istiadat di Bali dipancari oleh Agama Hindu dan aktivitas agama Hindu didukung oleh adat-istiadat di masyarakat.

Banyak sastra Hindu yang melandasi adat dan istiadat di Bali yang jiwanya masih melanjut samapai sekarang, seperti: Purwadigama, Adigama, Agama, Sasana, Kutaramanawa, Dewagama, Dewadanda, Dharmaupapati, Nagarakrama, dan lain-lainnya.

Apabila diambil suatu deret perkembangan sasatra agama Hindu yang melandasi adat dan hukum adat di Bali, maka terlihatlah bahwa adat dan hokum adat di Bali dikukuhkan oleh Paswara Adat dan Awig-Awig.
Awig-awig dan Paswara disusun berlandaskan Sastragama dan Sasana.
Sastragama dan Sasana mengambil sumber dari Adigama dan Kutaramanawa. Adigama dan Kutaramanawa mengambil sumber dari Purwadigama. Purwadigama disusun berlandaskan Manawadharmasastra, sedangkan Manawadharmasastra disusun berdasarkan Karmakandha dari kitab suci Weda. Itulah sebabnya adat-istiadat di Bali tidak bisa dipisahkan dengan agama Hindu.

Adapun masalah-masalah dalam aktivitas kehidupan masyarakat Bali ditangani oleh lembaga-lembaga adat, seperti: desa adat, banjar, dan subak.

Jalinan yang erat antara adat-istiadat dan agama Hindu di Bali yang dalam kehidupan sehari-hari berorientasi kepada ajaran agama, merupakan faktor utama yang menyebabkan kokohnya persatuan dan kesatuan masyarakat di Bali dan menciptakan suasana hidup rukun, tentram dan damai serta penuh dengan kegotong-royongan.

Pembinaan adat dan hokum adat di Bali, dilakukan oleh Majelis Pembinaan Lembaga Adat untuik tingkat propinsi dan oleh Badan Pelaksana Pembinaan Lembaga Adat untuk tingkat kabupaten dan kecamatan. Pada masing-masing desa, adat dan hukum adat dibina oleh Kelihan Desa atau Bendesa.

Dalam rangka pembinaan adat dan hukum adat di Bali peranan Lembaga Pendidikan Hukum tentu sangat berperan besar terutama dalam penulisan awig-awig di desa-desa. Setiap desa diusahakan mempunyai awig-awig tertulis yang memuat aturan-aturan yang berlaku bagi masyarakat adat.

Pada prinsipnya awig-awig itu memuat tigal hal, yaitu:

  1. Sukerta tata palemahan yang artinya tata tertib di bidang wilayah desa dan struktur pola penetapan anggota desa;
  2. Sukerta tata pawongan yang artinya tata tertib dalam bermasyarkat;
  3. Sukerta tata parhyangan yang artinya tata tertib melaksanakan agama.
Selain itu di dalam awig-awig juga disebutkan sanksi sosial dan ketentuan-ketentuan tertulis, desa adat di Bali mempunyai pula aturan-aturan tidak tertulis namun ditaati oleh anggota masyarakat yang disebut sima dan dresta.

Desa adat di Bali mempunyai totonomi yang luas dan otonomi itu dijamin oleh pasal 18 Undang-undang Dasar 1945.

Kendati desa adat dan hukum adat mempunyai otonomi, namun aturan-aturan dan hokum-hukumnya tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Maka dari itu, adat dan hukum adat yang bernilai posifit tetap dipelihara dan dilestarikan, sedangkan adat dan hokum adat yang dirasa kurang cocok dengan kemajuan zaman tidak lagi dipertahankan.
 
Maka dari itu, adat dan hukum adat yang bernilai posifit tetap dipelihara dan dilestarikan, sedangkan adat dan hokum adat yang dirasa kurang cocok dengan kemajuan zaman tidak lagi dipertahankan.
Saya sangat tertarik dengan ini bos,.......:)
tapi kapan ya ini bisa dilaksanakan dengan baik,.......
mungkin ini perlu pemahaman yang baik dari umat Hindu semua dan bukannya selesai dengan kata "nak mula keto"
 
Mari kita tingkatkan keyakinan kita .... untuk menjadikan agama hindu agama yg paling mulia...
 
Sebuah renungan buat masyarakat hindu di bali

Saya cukup kaget ketika membeli nasi babi guling di yogya, ibu2 tsb dengan bangganya bilang ke saya bahwa saya dah pindah agama dan ikut agama suami

Kemudian saya mencari sekolah untuk anak saya di bali, saya juga kaget, ada guru yg dengan mantapnya bilang bahwa dia dah pindah agama dan ikut agama suami

Pada waktu di pura secara tidak sengaja saya mendengar seorang bapak2 menceritakankan bahwa mantunya yang beda agama lebih peduli pada keluarga bapak tsb dibanding dengan anaknya kandungnya sendiri

Dan terakhir teman saya sendiri (cewek) akan menikah di bali dan dia akan pindah agama mengikuti agama suaminya.

dalam benak saya berpikir, ada apa dengan hindu kita????????
Sebegitu lemahnya srada umat kita?
Begitu mantapnya pindah keyakinan? Memang harus dimaklumi bahwa keyakinan beraagama adalah urusan pribadi seseorang bahkan saya pernah baca seorang turis jepang begitu kagetnya ditanaya agama dia ketika sedang berurusan dngan aparat di airport.

Kita sering mendengung2kan bahwa hindu adalah agama dengan toleransi yg tinggi, kuantitas tidak penting tapi kualitaslah yang penting. Hmmmmmmmmm……………pemikiran ini menurut saya dapat dikatakan salah

Menurut analisis pribadi terdapat beberapa sebab kenapa umat hindu begitu mudah berpaling keyakinan:
1. Lemahnya pembinaan terhadap umat
Pernah saya diskusi dengan dosen agama hindu, saya bertanya kenapa kita tidak mengadopsi cara pembinaan umat yg dilakukan oleh agama lain? Toh kita hanya mengadopsi metodenya bukan ajarannya? Jawabnya: pembinaan agama di hindu diharapkan dlakukan oleh masing2 keluarga sebagai satu kesatuan terkecil dari masyarakat, jadi si bapak diharapkan dapat membina putra putrinya untuk paham akan hindu
Saya jadi miris mendengarnya, gimana si bapak bisa membina keluarganya, kalo si bapak meceki/metajen terus, gimana si bapak bisa membina kalo setiap ditanya pasti jawabannya mule keto
2. Masyarakat hindu di bali tidak mampu memisahkan antara adat dan ajaran agama
Realita masyarakat hindu di bali lebih mementingkan adat disbanding agama
3. Masyarakat tdak paham akan agamanya sendiri sehingga tidak punya pondasi apabila terdapat gempuran keyakinan lain

Segitu dulu capek, lanjut besok aja ………………

Poin 2 seperti yg anda utarakan di atas, jelas menunjukkan bahwa agama Hindu adalah benar agama budaya atau agama bumi, sehingga tidak heran kalo adat-istiadat lebih menonjol, kalo di Bali ya tentu adat Bali, sangat berbeda dg agama wahyu spt. Islam dan Kristen yg tentu tidak terikat oleh keadaan masyarakat setempat
 
@smanbal

wah logika berpikir saya justru mengatakan bahwa Hindu adl agama langit yg membumi. Sudah jelas dlm kitab kami bahwa agama kami berdasar atas wahyu Brahman (Tuhan) seperti yg juga diklaim oleh Kristen dan Islam. Namun demikian Hindu tidak kaku dan tetap menghormati budaya nenek moyang penganutnya. Jika dipikir-pikir dengan akal sehat yg bisa disebut agama budaya justru adl Islam, mengapa?karena kemanapun dibawa, bahasa dan budayanya tetap Arab..itulah yg disebut agama budaya,bukan begitu gan?? :P
 
mmhhhh.....merinding bacanya.
krn inget lg saat saya di titik tsb.

saya dr klrg HINDU.klrg ayah dan klrg ibu saya adalah 100% HINDU.
saya meninggalkan pulau BALI thn 97 ke jakarta.
mulai berkelana dan thn 2002 saya punya pacar(cewek) islam.
krn saya merasa sdh klop dan pas so dlm hati saya uda siap ikut dia (pindah k islam)...

tp niat ini saya pendam dlm hati sndiri.
keyakinan saya ttg pindah agama sudah bulat.krn saya ingin segera menikah.
tp krn msh persiapan utk merit ya saya jg tetap ke pure.

seiring berjalan waktu,suatu hari saya menghadiri upacara melaspas rumah baru punya kakak kls saya.
lokasi upacara masih di sekitaran jakarta.
saat upacara berlangsung, salah satu tamu yg jg kakak kls saya mengajak seorang tua(kita sebut bapak X) yg sama skali tdk saya kenal.
di acara tsb,saya jg tdk berkenalan dgn si bapak X.
tp slama acara,dia trs melihat saya...uda kayak saya ini adlh mangsa dia..

saat acara uda mau kelar,dtg lah kakak kls itu ke saya dan bertanya:"lu asli buleleng kan?"
saya reflek lsg jawab:" siap tidak bli.memang besar lahir di buleleng tp asal ajik saya dr klungkung".
"walah salah donk gw kasih info..tuh bapak X bener donk" kata kakak kls saya.
saya cuma bisa bingung tp g brani tanya ke kakak kls.

pas selesai acara,saya dipanggil kakak kls saya.sambil di sblh dia duduk si bapak X dan kakak kls yg punya hajatan.
kemudian saya diperkenalkan ma bapak X oleh kakak kelas.

tanpa basa basi, bapak X kemudian ngomong ke saya
bapak X:" saya heran,ini bukan hajatan mu tp saya lihat banyak skalia leluhurmu yg dtg"...sempat jg saya ngobrol2 ma leluhurmu.maka td saya suruh utk tanya lsg ke kamu (maksudnya adlh saya) asal mu dr mana.krn leluhurmu berasal dr klungkung tp kakak kelasmu ngotot bilang kamu dr buleleng...

saya saat itu merinding.pdhl itu acara kelar msih sore skitar jam 4.
bapak X:" tp stlh td di konfirmasi lsg ke kamu (maksudnya adlh saya), yah bener asalmu dr klungkung".

stlh itu bapak X lanjut ngomong ke saya dan kata2 ini yg slalu saya ingat dan merinding klo ingat lg:
"nak ,sblm kamu ganti baju ingat dulu bahwa baju yg kamu pakai adlh pemberian dr leluhurmu yg mreka pertahankan sampai mati dan sampai mengungsi ke Bali."
"maka sblm kamu ganti baju,ingatlah kembali bagaimana pengorbanan para leluhurmu utk kamu agar kamu dpt mewarisi baju yang sangat Indah"..
saya lsg diam krn sangat paham 100% maksud kata2 itu.biarpun dlm hati saya jg bertanyatanya dr mana tuh bapak tau.
secara jg rencana utk pindah agama saya tidak pernah saya ungkapkan ke siapapun termasuk ke kakak kls saya dan terutama saya tdk pernah menyampaikan hal tsb ke cewek saya..

malam hari saat mau tidur ,tiba2 saya menangis...saya merasa sangat bersalah kepada leluhur saya.
para leluhur saya sangat sayang saya ,mereka tidak saya minta selalu menemani saya ke manapun tp malah saya mau buang baju pemberian mereka.
stlh tangisan saya berakhir,tiba2 smua keinginan untk pindah agama hilang 100% dari diri saya.

sampai saat ini saya bahagia telah berkeluarga dgn 1 istri,1 anak dan 1 calon anak....
dan lebih bahagia karena saya dan klrg masih mempergunakan baju leluhur kami...

semoga bermanfaat
===============
baju diatas = agama.
 
Dear Semeton,
Tyang hidup di Arab, Tyang tidak pernah membandingkan Agama tyang (Hindu) dengan agama laen. Walaupun leluhur tyang mewariskan agama hindu ke tyang, tyang tidak pernah mempertanyakan kebenarannya. Melalui pelajaran selama bangku sekolah, tyang merasa pendidikan Agama Hindu sudah dijelaskan secara rinci, tinggal sekarang bagaimana mengaplikasikannya ke kehidupan sehari - hari dan melestarikannya. Tyang menganggap pelajaran Agama Hindu merupakan tuntunan hidup yang mutlak bagi Tyang untuk dipatuhi dan dengan sendirinya akan terlihat makna dan faedahnya dikemudian hari. Seperti Tyang bisa menulis di thread ini, lantaran anugrah yang diberikan-Nya kepada Tyang untuk tetap sehat, rahayu dan selalu dalam kebaikan, sehingga tyang akan selalu bisa berkarya & berusaha. Fundamental ini yang sangat diperlukan oleh kita semua. Mulai melihat kediri sendiri, tingkatkan kemampuan, tekad dan sembahyang, masih banyak yang harus kita pelajari dan lakukan demi Agama Hindu yang kita peluk. Mari kita saling mengisi, klw mengkritik semeton ane lianan, lakukan dengan bahasa yg sopan sehingga tidak ada ketersinggungan yang mengacu perpecahan. Jangan membandingkan setiap agama, klw kita tekun beragama Hindu, hati kita akan mantap menjalani hidup, sekalipun kita di Arab selama 14 tahun. Karena Agama hindu mengajarkan kita kemurnian hidup penuh toleransi dan mempercayai Panca Srada sebagai fondasi. Tidak semua Agama percaya dengan Karma Pala, makanya hati nurani orang hindu pasti takut berbuat salah. Suksma
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.