• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Pria Asal Singapura Ini Kaget dengan Kebiasaan Jam Karet di Indonesia

yan raditya

IndoForum Addict E
No. Urut
163658
Sejak
31 Jan 2012
Pesan
24.461
Nilai reaksi
72
Poin
48
Selain nyaman dengan suasana sosial di Indonesia yang berbeda dengan negara asal mereka, para tenaga kerja asing (TKA) juga kaget melihat gaya hidup masyarakat kita yang suka nyantai. Kekagetan ini diungkapkan oleh antara Jasmin Samat Simon, warga Singapura. Dia menginjakkan kaki di Indonesia sejak 2000, setelah beberapa tahun melanglang buana di Amerika Serikat.

Sebetulnya, ada tiga negara tujuan yang akan ia tuju selain Indonesia, yaitu India dan Vietnam.
Namun, dengan pertimbangan yang matang, ia memilih Indonesia sebagai tempat tujuan.
Bermodal sertifikat pendidikan dari Trinity College dari Skotlandia, Jasmin pun dipercaya yayasan dan rektor Universitas Ma Chung, Malang, untuk mengajar di fakultas ekonomi. Ia mengajar cross culture understanding dan etika bisnis.
“Semester ini saya mengajar 15 SKS,” katanya saat berbincang dengan Surya, Senin (28/3/2016).

Selama bekerja di Indonesia ada pengalaman yang tak terlupakan olehnya.
Suatu ketika ia diundang komunitas anak muda dari Unversitas Brawijaya.
Acara itu sedianya dimulai pukul 09.15, namun panitia memberi informasi kalau ia akan dijemput pukul 07.00.
Tepat pukul 07.00, mantan general manager Fremantlemedia sejak Oktober 2001 hingga Agustus 2010 itu sudah siap di depan rumahnya di Villa Puncak Tidar. Namun, jemputan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang.
Ditunggu hingga pukul 07.15, tidak ada kabar dari panitia yang menjemput. Ia pun tetap menunggu hingga pukul 07.30.
Sekali lagi, tidak ada kejelasan dari para penjemput. Ia pun langsung menghubungi panitia terkait telatnya jemputan.
Dia mendapat jawaban 'akan dikabari kalau penjemput sudah berangkat. Ia pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena harus menunggu informasi dari panitia jika jemputan sudah berangkat. “Saya tidak bisa bertanya lagi,” katanya.

Hingga pukul 8.00, belum ada informasi kalau ia bakal dijemput.
Lelaki yang pernah mendapat penghargaan dari Presiden Singapura itu pun memutuskan untuk menghubungi temannya.
Kebetulan saat itu temannya sedang tidak ada agenda padat. Setelah ia menceritakan keadaannya, temannya itu menawarkan untuk menjemputnya.
Jasmin pun tidak keberatan. Ia lantas menghubungi panitia kalau ia berangkat dengan temannya.
Sekitar pukul 08.20, temannya yang naik mobil datang bersamaan dengan dua sepeda motor yang dikendarai anak muda. Kedua anak muda itulah yang menjemput Jasmin.
Karena banyaknya barang bawaan, Jasmin memilih naik mobil karena kalau naik motor barang-barangnya sulit membawanya.
“Kalau di Singapura, bekerja sesuai jam dan jadwal kerja yang telah diberikan,” tambah lelaki yang suka main piano itu.

Namun dia harus maklum, di Indonesia hal itu tidak berlaku. Jasmin mengakui, bekerja di Indonesia harus memiliki kesabaran karena sering terjadi jam karet.
Dari pengalamannya bekerja di beberapa tempat, ia sendiri jarang menjumpai hal itu, kecuali di Indonesia.
Lelaki yang lama malang melintang di dunia entertainmen itu turut menularkan kedisiplinan pada mahasiswanya, agar kebiasaan jam karet tidak membudaya.
Apalagi, menurutnya, memanfaatkan waktu sebaik mungkin harus dibiasakan sejak dini.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.