Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 41.800
- Nilai reaksi
- 23
- Poin
- 0
POLEMIK : Beredar Video Benny Rhamdani "Ceramahi" Presiden Jokowi
Dalam video yg beredar, Benny meminta Jokowi bertindak tegas, menempuh jalur hukum kepada pihak-pihak yg kontra pada pemerintah. Jika langkah itu tak ditempuh, Benny mengancam relawan Jokowi bakal turun ke lapangan untuk menandingi pihak-pihak yg kontra pada pemerintah. Sikap Benny, Ketua Umum salah satu relawan Jokowi, yakni Barikade 98 adalah cermin betapa demokrasi bukan cuma membelah golongan tetapi juga membelah perasaan. Survey SPIN, 65% responden mengatakan bahwa kita sebagai bangsa sudah terberai sejak tahun 2014.
Survei Litbang Kompas tentang keadaan politik nasional menyatakan sebanyak 36,3 persen publik menilai buzzer, influencer, atau provokator jadi hal utama yg menciptakan polarisasi atau keterbelahan di masyarakat makin meruncing. Dalam buku the psychology of political polarization. Adanya uang haram yg masuk ke ruang publik untuk membiayai influencer lewat media sosial & media massa. Itu dapat jadi karena untuk menjaga kepentingan oligarki politik & bisnis dalam sistem demokrasi, memang polarisasi cara mudah mendapatkan kantong suara.
Lantas mengapa begitu mudah terprovokasi? Bukan cuma di Indonesia, di negara lain juga sama. Setiap negara menyimpan potensi konplik antar golongan. Umumnya terbagi dua, golongan konservatif & Liberal. Konservatif, cenderung melihat dunia ladang maksiat. Ukuran kesuksesan pribadi diwujudkan melalui kepatuhan kepada standar agama. Sebaliknya, kaum liberal cenderung memandang dunia sebagai struggle. Ukuran sukses, adalah kemampuan beradaptasi & berkompetisi.
Gagasan tentang hidup yg berbeda ini membentuk mindset sosial & politik. Konservatif, membingkai topik politik dalam bahasa agama & budaya, sementara kaum liberal membingkai topik semacam itu dalam bahasa nilai, seperti kasih sayang & kesetaraan. Perbedaan minset inilah yg dapat menciptakan orang salah memahami motif orang lain, menciptakan keretakan politik tampak lebih dalam dari yg sebenarnya. Distorsi ini menciptakan dialog yg bijaksana jadi sulit pada saat yg paling diperlukan.
Tidak ada pemerintahan yg sempurna. Tidak ada idiologi yg ideal. Kalau berangkat dari kesempurnaan, maka itu semua jadi omong kosong. Kita hidup atas ketidak sempurnaan itu & jadi agent untuk mengerjakan perubahan. Perubahan itu cuma dapat dilakukan apabila kita bersatu. Nah pemahaman seperti ini lahir dari kepemimpinan nasional yg kuat & tidak memihak. Ia mempersatukan & menyejukan bagi semua pihak.
Sumber :
Ulasan pribadi diolah dari berbagai referensi
https://www.google.com/amp/s/www.cnn...-meruncing/amp Kemarin 21:03
Dalam video yg beredar, Benny meminta Jokowi bertindak tegas, menempuh jalur hukum kepada pihak-pihak yg kontra pada pemerintah. Jika langkah itu tak ditempuh, Benny mengancam relawan Jokowi bakal turun ke lapangan untuk menandingi pihak-pihak yg kontra pada pemerintah. Sikap Benny, Ketua Umum salah satu relawan Jokowi, yakni Barikade 98 adalah cermin betapa demokrasi bukan cuma membelah golongan tetapi juga membelah perasaan. Survey SPIN, 65% responden mengatakan bahwa kita sebagai bangsa sudah terberai sejak tahun 2014.
Survei Litbang Kompas tentang keadaan politik nasional menyatakan sebanyak 36,3 persen publik menilai buzzer, influencer, atau provokator jadi hal utama yg menciptakan polarisasi atau keterbelahan di masyarakat makin meruncing. Dalam buku the psychology of political polarization. Adanya uang haram yg masuk ke ruang publik untuk membiayai influencer lewat media sosial & media massa. Itu dapat jadi karena untuk menjaga kepentingan oligarki politik & bisnis dalam sistem demokrasi, memang polarisasi cara mudah mendapatkan kantong suara.
Lantas mengapa begitu mudah terprovokasi? Bukan cuma di Indonesia, di negara lain juga sama. Setiap negara menyimpan potensi konplik antar golongan. Umumnya terbagi dua, golongan konservatif & Liberal. Konservatif, cenderung melihat dunia ladang maksiat. Ukuran kesuksesan pribadi diwujudkan melalui kepatuhan kepada standar agama. Sebaliknya, kaum liberal cenderung memandang dunia sebagai struggle. Ukuran sukses, adalah kemampuan beradaptasi & berkompetisi.
Gagasan tentang hidup yg berbeda ini membentuk mindset sosial & politik. Konservatif, membingkai topik politik dalam bahasa agama & budaya, sementara kaum liberal membingkai topik semacam itu dalam bahasa nilai, seperti kasih sayang & kesetaraan. Perbedaan minset inilah yg dapat menciptakan orang salah memahami motif orang lain, menciptakan keretakan politik tampak lebih dalam dari yg sebenarnya. Distorsi ini menciptakan dialog yg bijaksana jadi sulit pada saat yg paling diperlukan.
Tidak ada pemerintahan yg sempurna. Tidak ada idiologi yg ideal. Kalau berangkat dari kesempurnaan, maka itu semua jadi omong kosong. Kita hidup atas ketidak sempurnaan itu & jadi agent untuk mengerjakan perubahan. Perubahan itu cuma dapat dilakukan apabila kita bersatu. Nah pemahaman seperti ini lahir dari kepemimpinan nasional yg kuat & tidak memihak. Ia mempersatukan & menyejukan bagi semua pihak.
Sumber :
Ulasan pribadi diolah dari berbagai referensi
https://www.google.com/amp/s/www.cnn...-meruncing/amp Kemarin 21:03