• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Pertapaan Bancolono

Lampu Abang

IndoForum Beginner E
No. Urut
284246
Sejak
8 Jan 2015
Pesan
427
Nilai reaksi
10
Poin
18
bf3S8.jpg
Pertapaan Bancolono terletak di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, dibangun oleh pemerintah daerah mulai 1989. Kendati demikian, lokasi dipercaya sebagai petilasan Raja Brawijaya V, konon sudah terkenal seantero negeri.

Terletak di Karanganyar Jawa Tengah dan Magetan Jawa Timur, nama Bancolono diambil dari nama salah satu Raja Majapahit terakhir, Brawijaya V, kata salah satu staff desa Gondosuli Amran Marjuki.

"Bancolono itu nama daerah di situ, juga nama salah satu pengawal Brawijaya V saat melakukan meditasi di sana. Para pengawal Brawijaya itu konon menurut para leluhur kita, menjelma menjadi burung. Para pendaki kalau melihat burung itu, bisa jadi penuntun arah agar tidak tersesat," kata Amran.

Bancolono, lanjut Amran, kemudian mempunyai dua anak laki-laki. Mereka diberi nama Gombak dan Kuncung. Konon, mereka hingga saat ini masih sering nampak dan menjaga pertapaan Bancolono.

"Mereka berdua katanya masih menjaga pertapaan. Para pengunjung kadang ada yang diweruhi (melihat) sosok mereka," ujar Amran.

Juru Kunci pertapaan Bancolono, Mbah Sarju (91) menambahkan, kemasyhuran pertapaan berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan air laut itu, tak lepas dari adanya dua sendang atau sumber air. Yaitu Sendang Wedok (putri) dan Sendang Lanang (putra), atau kerap disebut Sendang Bancolono.

Sebelum melakukan pertapaan atau meditasi di Ruang Raden, warga atau siapapun harus terlebih dulu mensucikan diri dengan mandi di sendang, sesuai jenis kelamin masing-masing. Kedua sendang terletak di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Sedangkan pertapaan hanya berjarak 20 meter, terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

"Air Sendang Lanang dan Sendang Wedok itu diyakini pernah digunakan untuk minum dan mandi Prabu Brawijawa V dan keluarganya. Dinasti terakhir Raja Majapahit ketika melarikan diri di puncak Gunung Lawu sebelum muksa (mati tanpa meninggalkan jasad) pada abad XV. Air itu diyakini masih sakti dan bertuah hingga sekarang. Jadi kalau ada orang meditasi di Bancolono, pasti akan menyempatkan diri minum atau cuci muka atau mandi dengan air sendang," kata Mbah Sarju.

Pembangunan pertapaan tak hanya dilakukan oleh pemerintah. Orang-orang yang merasa terkabul permintaannya juga turut menyumbang. Mereka tidak hanya membangun tempat pertapaan, tetapi juga memperbaiki jalan setapak dari jalan raya menuju lokasi, dengan cara memberi paving. Setelah dibangun pada 1989, pertapaan direnovasi kembali pada 1996. Kemudian pada 2001, sejumlah orang yang pernah bertapa dan merasa terkabul permintaannya membangun kamar pertapaan lagi menjadi empat dan lebih permanen.

Ganjar Pranowo Penasaran

Ganjar dan didampingi para pejabat daerah setempat lalu penasaran akan ada tempat pertapaan yang konon bisa membuat orang menjadi sakti. Ganjar pun langsung bertanya perihal kebenaran kabar angin itu.

"Eh ndi nggon sing sok nggo golek kaseketen? (Eh di mana tempat yang sering buat cari ilmu kesaktian)?" tanya Ganjar kepada warga dan beberapa pejabat dan perangkat desa serta anggota BPBD Karanganyar Sabtu (31/10).

Sontak secara reflek Kapolsek Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar AKP Riyanto nyeletuk dan berkomentar.

"Nah itu pak. Itu namanya Pertapan Poncolono. Pak SBY sering ke situ kalau malam. Ada dua bangunan yang satu masuk wilayah Jawa Tengah. Yang sana masuk wilayah Jawa Timur," ungkap Riyanto sambil mengajak Ganjar beserta rombongan bergeser ke pinggir jembatan yang jaraknya sekitar 50 meter dari tugu perbatasan Jatim dan Jateng itu.

"Lah, cari apa ke situ?" tanya Ganjar berimprovisasi sambil penasaran yang saat itu ditemani Kepala BPBD Jateng Sarwa Permana.

"Wah kalau itu nggak tahu pak. Pribadi. Katanya kalau ada permintaan terus nyepi, bertapa atau semedi di situ bisa terkabul," ujar Riyanto sambil diamini dan dibenarkan oleh beberapa warga .

"Halah-halah," ungkap Ganjar sambil senyum-senyum.

Bagi warga sekitar, pertapaan Bancolono memang dianggap wingit. Banyak orang datang ke tempat tersebut dengan maksud agar hajatnya dikabulkan. Bahkan beberapa petinggi negeri ini konon sering bertapa di tempat ini.
bf85X.jpg

Dikunjungi Petinggi Negeri

Sebagai juru kunci, Mbah Sarju sudah sering melihat banyak orang berkunjung ke Bancolono buat berdoa, bersemadi meminta keselamatan, jodoh, kesehatan, pangkat, dan kelancaran rezeki. Bahkan menurut dia, tak sedikit para pejabat datang untuk melakukan meditasi. Di antaranya Ir. Soekarno, Soeharto, Susilo Bambang Yudhoyono, Bibit Waluyo sebelum maju sebagai Gubernur Jawa Tengah, serta sejumlah bupati dan wali kota.

"Pak SBY dulu pernah ke sini, tapi yo enggak rame-rame. Bu Megawati, Pak Harto ( Soeharto) juga pernah. Terus Pak Bibit Waluyo, sebelum pemilihan gubernur, dan para calon-calon pimpinan daerah lain juga banyak. Tidak hanya dari Jawa, dari luar Jawa juga banyak," ucap Mbah Sarju.

Sarju menambahkan, kebanyakan para pengunjung melakukan ritual saban malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Selain itu, mereka juga bertapa pada bulan Sura atau saat persembahan, dan Dukutan setiap tujuh bulan sekali.

Meminta Berkah hingga Kesehatan

Mereka adalah Sriyanto (45) warga Wonogiri kota, dan Suyoto (50) warga Jumantono. Mereka bekerja sebagai wiraswasta. Dengan menggunakan sepeda motor mereka rela menempuh perjalanan jauh menuju pertapaan.

Setelah berkenalan, keduanya mengaku sering pergi ke tempat itu. Mereka bahkan mengajak merdeka.com mengikuti ritual hendak mereka lakukan. Ada banyak tempat pertapaan mereka kunjungi. Selain ke Sendang Lanang, Sendang Wedok, dan Ruang Eyang Bancolono, mereka juga berdoa dan membakar kemenyan di sejumlah arca dan punden lainnya.

"Kita ke Sendang Lanang dulu mas. Kita berdoa, terus nanti mandi dan minum airnya," ujar Sriyanto bersemangat.

"Kulonuwun mbah, putune sowan niki (permisi mbah, cucumu datang ini)," sahut Suyoto saat sampai di Sendang Lanang.

Di tempat itu, keduanya langsung bersila di hadapan patung Macan Putih atau Mbah Lawu. Mereka membakar dupa dan berdoa.

"Mbah kulo nyuwun duit, nyuwun kesehatan, pangkat lan kesaenan (Mbah saya minta uang, kesehatan, pangkat, dan kebaikan," ucap Sriyanto, diamini Suyoto saat berdoa.

"Mas silakan minta sendiri, iki omah mbahe, awakke dewe iki putune, bebas njaluk opo wae (Mas silahkan berdoa minta apa saja, ini rumah kakek, kita ini cucunya, bebas minta apa saja)," tutur Suyoto

Usai berdoa, kedua peziarah itu segera melepas pakaian hingga telanjang bulat. Secara bergiliran, mereka mandi di Sendang Lanang. Hawa dingin menusuk tampak di raut wajah mereka. Tak lama kemudian, mereka minum air sendang.

"Tiga kali saja minumnya cukup. Kalau mandinya 17 siraman, biar terasa dan merata," kata Sriyanto.

Selesai ritual di Sendang Lanang, Sriyanto dan Suyoto menuju Sendang Wedok. Di sana mereka hanya berdoa di depan patung putri dan meminum airnya.
bfTwp.jpg
"Minumnya 3 kali, langsung ke mulut," ucap Suyoto.

Ritual di Sendang Wedok selesai, mereka pun bergegas menuju Pertapan Eyang Bancolono. Namun sebelum sampai di sana, Suyoto juga melakukan ritual berdoa di beberapa tempat, baik di punden maupun di sejumlah arca kecil. Antara lain di tempat Eyang Ki Joko yang ada di lereng tebing antara Sendang Lanang dan Pertapaan Bancolono.

Di bangunan Pertapaan Eyang Bancolono atau petilasan Brawijaya V, selain ruang transit, terdapat ruang utama yang terdapat sebuah patung Raja Brawijaya. Di ruangan gelap yang hanya bisa muat empat orang itulah puncak dari segala doa dan permintaan mereka lakukan. Namun doa dan permintaan tersebut tak mereka ucapkan dengan suara yang keras. Kurang lebih lima menit mereka berdoa, dan segera meninggalkan tempat itu.

"Ya saya tadi minta kesehatan, pekerjaan yang bagus, rezeki yang banyak, dan barokah. Berdoanya kepada Tuhan, Allah S.W.T. Pakai baca surat Al Fatihah juga. Jadi saya tidak minta ke patung atau arca, tapi tetap kepada Tuhan," imbuh Suyoto.

Sementara itu, usai berdoa di ruang Eyang Bancolono, Sriyanto membawa sejumlah benda atau uba rampe sesaji. Di antaranya kembang kantil dan daun sirih.

"Daun sirih itu kan bahasa Jawanya suruh, artinya saya berdoa dan berharap akan menjadi orang yang bisa menyuruh orang lain. Artinya saya harus mempunyai pekerja atau karyawan yang banyak. Kalau kembang kantil, biar bau kita selalu harum dan wangi. Ini nanti kita letakkan di tempat yang semestinya, harus dirawat," tutup Sriyanto.
bfhoO.jpg

bfAxl.jpg

Bingkisan SBY Ditolak

Kisah soal mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengunjungi pertapaan Eyang Bancolono atau petilasan Raja Majapahit, Brawijaya V, di Gunung Lawu dibenarkan oleh sejumlah pihak. Namun, soal tujuan dan apa yang dilakukan pria akrab disapa SBY itu, tak satupun orang mengetahuinya.

Kasi Pembangunan Desa Gondosuli, Amran Guaning Marjuki mengatakan, dia pernah mengetahui Presiden RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 itu mengunjungi pertapaan Bancolono. Namun, soal jumlah kunjungannya, Amran mengaku tak mengetahuinya.

"Betul, Pak SBY pernah ke sini (Pertapaan Bancolono) dulu tahun 2004, waktu mau pilihan presiden pertama, ngapain saya tidak tahu. Setelah itu saya tidak tahu lagi apakah beliau ke sana atau tidak," kata Amran.

Suryani (36), salah satu pedagang kaki lima di Cemoro Sewu membenarkan SBY pernah beberapa kali berkunjung ke petilasan Brawijaya V itu. Namun, dia juga tidak tahu apa kepentingan SBY ke tempat dikeramatkan itu.

"Kalau ke sana malam mas, biasanya pas hari pasaran. Malam Selasa atau Jumat Kliwon. Biasanya enggak banyak rombongannya, cuma beberapa orang saja," kata Suryani.

Juru Kunci Pertapaan Bancolono, Mbah Sarju membenarkan hal itu. SBY pernah beberapa kali datang ke pertapaan. Selain memberikan bantuan, SBY juga berdoa di tempat itu. Bahkan pernah memberikan hiburan rakyat dengan cara menggelar wayang. Namun, Mbah Sarju tak mengetahui apakah acara wayang itu sebagai bentuk rasa syukur karena terkabul doa dan keinginannya, atau hanya sekedar pagelaran budaya.

"Pak SBY sabane mriku kok, kulo wonsal wansul meruhi. Sing numbaske patung niku nggih pak SBY (Pak SBY sering ke situ, saya sering lihat. Yang beliin patung itu juga pak SBY). Dulu pas rame-ramenya Pak SBY dijuluki 'Nyudo Nyawa' nggih mriki (juga ke sini)," kata Mbah Sarju.

Cerita unik masih diingat pria 3 anak dan 3 cucu ini, adalah saat SBY akan memberikan bantuan berupa patung. Namun, saat diturunkan dari mobil, patung dibawa SBY malah hancur. Konon, patung akan disumbangkan tersebut merupakan patung kejawen Yogyakarta. Padahal Gunung Lawu lekat dengan cara kejawen Solo.

"Riyin pas pak SBY numbaske patung kliru cara kejawen Jogja, pas mudun mobil langsung remuk. Mriki niku kedahe cara kejawen Solo. (Dulu waktu Pak SBY membelikan patung, keliru cara kejawen Yogya, saat turun dari mobil patungnya langsung hancur. Di sini harusnya pakai cara Jawa Solo)," tutup Mbah Sarju.
 
Kasian, imannya dangkal.. minta tuh langsung sama allah SWT
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.