• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Perjalanan Tak Terduga di Kereta Malam

  • Pembuat thread awal. Pembuat thread awal. Angela
  • Tanggal Mulai Tanggal Mulai

Angela

IndoForum Addict A
No. Urut
88
Sejak
25 Mar 2006
Pesan
43.443
Nilai reaksi
31
Poin
0
Perjalanan Tak Terduga di Kereta Malam


Namaku Bayu. Malam itu, saya menaiki kereta api kelas ekonomi menuju kota Surya Kencana. Sudah bertahun-tahun saya tidak pulang ke kampung halaman, sejak ibu meninggal & ayah menikah lagi. Tak ada lagi yg benar-benar menungguku di sana. Tapi kali ini, saya harus pulang. Surat dari seorang wanita bernama Ibu Narti menciptakanku gelisah:

> Nak Bayu, ini penting. Kembalilah. Ada yg harus anda tahu tentang masa kecilmu.

Surat itu singkat, ditulis tangan dengan tinta hitam yg sedikit pudar. Tapi yg menciptakanku terguncang adalah goresan kecil di bagian bawah surat tanda tangan yg sangat kukenal. Itu tanda tangan ibu kandungku. Tapi dia sudah meninggal sepuluh tahun lalu.

---

Kereta malam itu tidak terlalu ramai. Aku duduk di kursi nomor 17C, dekat jendela. Angin malam menyusup lewat celah kecil di dinding kereta, membawa aroma besi tua & hujan yg belum turun. Lampu-lampu di dalam gerbong berkelap-kelip seakan tak kuat bertahan dari waktu.

Di hadapanku duduk seorang lelaki tua dengan topi fedora cokelat. Ia tersenyum saat saya menatapnya, lalu berkata dengan suara serak namun ramah, "Kau menuju Surya Kencana?"

Aku mengangguk. "Iya, Pak. Sudah lama tidak pulang."

Dia tertawa pelan. "Banyak orang yg pulang, tetapi tidak tahu apa yg akan mereka temukan."

Aku tak terlalu menghiraukannya. Mungkin dia cuma penumpang biasa yg suka mengobrol. Tapi ucapannya terasa... ganjil.

---

Sekitar pukul 1 dini hari, kereta berhenti di sebuah stasiun kecil yg tidak tercantum di jadwal perjalanan. Tidak ada nama di papan stasiun. Beberapa penumpang melihat ke luar dengan rasa heran, tetapi tak ada yg turun. Lampu stasiun berkedip, & suasana begitu sunyi, bahkan jangkrik pun tak terdengar.

Tiba-tiba, seorang wanita tua naik ke kereta & langsung berjalan ke arah tempat dudukku. Ia berhenti di depanku & menatapku lama.

Bayu katanya lirih. Kau sudah tumbuh besar.

Suara itu menciptakan tubuhku merinding. Aku berdiri perlahan. Wajah wanita itu paras itu adalah paras ibu. Persis seperti terakhir kali kulihatnya di rumah sakit.

Tapi Ibu kan sudah meninggal suaraku gemetar.

Ia cuma tersenyum. Belum waktunya saya pergi saat itu. Ada sesuatu yg harus kutitipkan padamu. Kebenaran tentang siapa dirimu.

Lelaki tua yg duduk di hadapanku tadi berdiri juga. Ia mengangguk ke arah ibu, lalu membuka pintu kecil di ujung gerbong pintu yg sebelumnya tidak ada. Dari balik pintu itu terlihat cahaya kuning keemasan, seperti dari mimpi.

Ayo, Bayu. Waktu kita terbatas, mengatakan ibuku.

Aku mengikuti mereka, meski akal sehatku berkata ini mustahil. Saat masuk ke ruangan itu, semuanya berubah. Aku berada di ruang tamu rumah lamaku, seperti sepuluh tahun lalu. Di sana, ibu duduk di kursi rotan kesayangannya. Lelaki tua itu duduk di sampingnya.

Bayu, mengatakan ibu, kau harus tahu bahwa kau bukan anak dari dunia ini sepenuhnya. Ada darah penjaga di dalam dirimu. Dulu, sebelum anda lahir, saya diselamatkan oleh seseorang dari antara waktu. Dia ayah kandungmu bukan suamiku yg selama ini kau kenal.

Aku tidak mengerti. Penjaga? Dunia lain? Tapi semua terasa nyata. Cahaya dari luar jendela seperti berdenyut, seperti nafas. Rumah ini hidup.

Ayahmu adalah penjaga gerbang antara dunia manusia & dimensi waktu. Kau mewarisi kekuatan itu, tetapi belum sepenuhnya sadar.

Lelaki tua itu akhirnya bicara. Malam ini, kereta membawamu ke antara waktu. Ini cuma dapat terjadi sekali. Pilih: kembali ke hidup biasa, atau teruskan warisanmu.

Aku terdiam. Dunia biasa terasa semakin jauh.

---

Beberapa jam kemudian, saya terbangun di kursiku. Kereta sudah hampir tiba di Surya Kencana. Tak ada ibu, tak ada lelaki tua. Tapi di genggamanku, ada jam saku tua dengan ukiran nama **Bayu Wicaksana Penjaga Gerbang Waktu**.

Dan saat saya menatap ke luar jendela, waktu terasa berhenti sesaat, seolah dunia memberiku salam.

Aku tahu, hidupku tidak akan pernah sama lagi.

---
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.