Angela
IndoForum Addict A
- No. Urut
- 88
- Sejak
- 25 Mar 2006
- Pesan
- 43.291
- Nilai reaksi
- 31
- Poin
- 0
Pergelaran Kartini & Perempuan Penggiat Perdamaian Sifat Ksatria di Balik Kelembutan Perempuan
Minggu, 30 April 2017 15:38
lihat foto
Deputi Menteri Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Kementerian Pemperdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Republik Indonesia, Prof. Dr. Vennetia Ryckerens Danes, MSc, PhD.
TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA- Ketidak-setaraan gender menyebabkan banyak ketidak-adilan kepada perempuan. Hal ini diantaranya masih ada bentuk diskriminasi, tindak kekerasan, marjinalisasi, sub-ordinasi, bias, & stereotipe, kepada kaum perempuan.
Perlindungan hak perempuan sudah semestinya jadi perhatian spesifik bagi semua pihak tanpa menciptakan diskriminasi. Paradigma perempuan kaum lemah tidak berlaku lagi pada zaman yg sedemikian pesat, papar Menteri PemperdayaanPerempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia,Prof.DR.YohanaSusanaYembise, Dip. Apling, MA,dalam sambutan tertulis, yg dihinggakan di acara Gelar Pentas Budaya Kartini danPerempuanPenggiat Perdamaian di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan Jakarta, kemarin.
Sambutan tersebut dibacakan Deputi Menteri Bidang Perlindungan HakPerempuan, Kementerian PemperdayaanPerempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Prof. Dr. Vennetia Ryckerens Danes, MSc, PhD.
Kami menyampaikan permohonan maaf dari ibu Menteri, beliau berhalangan hadir di acara ini karena mendapat tugas mendadak dari Presiden untuk melaksanakan tugas ke Iran, ujar Vennetia.
Perempuan Jangan Jadi Korban Zaman
Kesetaraan hak untuk mencapai kemakmuran & kesejahteraan, ungkap Vennetia, tidak menempatkan perempuan sebagai kompetitor laki-laki.
Jadi tidak ada lagi keraguan bagi perempuan untuk berkiprah sebesar-besarnya & berpartisipasi membangun negeri ini, ujarnya.
Kementerian PemperdayaanPerempuandan Perlindungan Anak, mengatakan Vennetia, mendukung diselenggarakannya Gelar Pentas Budaya Kartini danPerempuanPenggiat Perdamaian dalam rangka menyambutHariKartini2017.
Hal ini jadi salah satu sumbangsih para pelaku seni budaya yg memiliki kepedulian kepada harkat perempuan. Pergelaran
Baca:Usai Tonton Film Kartini, Gus Ipul Bercerita Adegan Paling Berkesan
Kartini danPerempuanPenggiat Perdamaian ini adalah pementasan pembacaan sajak-sajak dengan sentuhan musik, tari, & teater.
Perempuan, lanjut Vennetia, jangan jadi korban zaman yg cuma pandai mematut diri. Perempuan bukan semata mempercantik diri. Melainkan menanamkan sugesti kepada seluruh komponen bangsa. Hari ini jadi bukti bahwa di balik kelembutan hati perempuan terdapat sifat ksatria dalam membela kesatuan & persatuan Indonesia yg diaplikasikan melalui pergelaran bernuasa kebudayaan ini, ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut hadir para inspirator perempuan, antara lain; Suraiya Kamaruzzaman, yg berhasil meredakan konflik di Aceh. Lian Gogali, yg berhasil mengatasi konflik Poso (Sulawesi Tengah). Yusan Yeblo, pejuang hak pribumi di Papua, serta Dewi Kanti, tokoh perempuan muda yg mempertahankan budaya Sunda Wiwitan, di Kuningan, Jawa Barat.
Ke empat tokoh perdamaian perempuan ini juga tampil di atas pentas membacakan karya-karya puisinya. Menyuarakan berbagai kompleksitas gejolak sosial kultural yg terjadi di masing-masing wilayahnya, dari Aceh, Poso Sulawesi, Papua, hingga Kuningan Jawa Barat.
PergelaranKartini danPerempuanPenggiat Perdamaian ini, digagas oleh budayawan Bambang Oeban. Diselenggarakan atas kerjasama Kementerian PemberdayaanPerempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia, & Natural Indonesia.
Melibatkan para seniman, budayawan, aktor, aktris, penyanyi, & musisi, antara lain, Aning Katamsi (penyanyi seriosa soprano), Clara Sinta (aktris, putri almarhum WS. Rendra), Asti Fajriani (pianis), Boy Tirayoh (aktor), & puluhan seniman lainnya.
Artikel ini sudah tayang diTribunjatim.comdengan judul Pergelaran Kartini & Perempuan Penggiat Perdamaian Sifat Ksatria di Balik Kelembutan Perempuan,https://jatim.tribunnews.com/2017/0...n-sifat-ksatria-di-balik-kelembutan-perempuan.
Editor: Yoni Iskandar
Kemarin 21:31
Minggu, 30 April 2017 15:38

istimewa
Deputi Menteri Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Kementerian Pemperdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Republik Indonesia, Prof. Dr. Vennetia Ryckerens Danes, MSc, PhD.
TRIBUNJATIM.COM, JAKARTA- Ketidak-setaraan gender menyebabkan banyak ketidak-adilan kepada perempuan. Hal ini diantaranya masih ada bentuk diskriminasi, tindak kekerasan, marjinalisasi, sub-ordinasi, bias, & stereotipe, kepada kaum perempuan.
Perlindungan hak perempuan sudah semestinya jadi perhatian spesifik bagi semua pihak tanpa menciptakan diskriminasi. Paradigma perempuan kaum lemah tidak berlaku lagi pada zaman yg sedemikian pesat, papar Menteri PemperdayaanPerempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia,Prof.DR.YohanaSusanaYembise, Dip. Apling, MA,dalam sambutan tertulis, yg dihinggakan di acara Gelar Pentas Budaya Kartini danPerempuanPenggiat Perdamaian di Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI), Kuningan Jakarta, kemarin.
Sambutan tersebut dibacakan Deputi Menteri Bidang Perlindungan HakPerempuan, Kementerian PemperdayaanPerempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Prof. Dr. Vennetia Ryckerens Danes, MSc, PhD.
Kami menyampaikan permohonan maaf dari ibu Menteri, beliau berhalangan hadir di acara ini karena mendapat tugas mendadak dari Presiden untuk melaksanakan tugas ke Iran, ujar Vennetia.
Perempuan Jangan Jadi Korban Zaman
Kesetaraan hak untuk mencapai kemakmuran & kesejahteraan, ungkap Vennetia, tidak menempatkan perempuan sebagai kompetitor laki-laki.
Jadi tidak ada lagi keraguan bagi perempuan untuk berkiprah sebesar-besarnya & berpartisipasi membangun negeri ini, ujarnya.
Kementerian PemperdayaanPerempuandan Perlindungan Anak, mengatakan Vennetia, mendukung diselenggarakannya Gelar Pentas Budaya Kartini danPerempuanPenggiat Perdamaian dalam rangka menyambutHariKartini2017.
Hal ini jadi salah satu sumbangsih para pelaku seni budaya yg memiliki kepedulian kepada harkat perempuan. Pergelaran
Baca:Usai Tonton Film Kartini, Gus Ipul Bercerita Adegan Paling Berkesan
Kartini danPerempuanPenggiat Perdamaian ini adalah pementasan pembacaan sajak-sajak dengan sentuhan musik, tari, & teater.
Perempuan, lanjut Vennetia, jangan jadi korban zaman yg cuma pandai mematut diri. Perempuan bukan semata mempercantik diri. Melainkan menanamkan sugesti kepada seluruh komponen bangsa. Hari ini jadi bukti bahwa di balik kelembutan hati perempuan terdapat sifat ksatria dalam membela kesatuan & persatuan Indonesia yg diaplikasikan melalui pergelaran bernuasa kebudayaan ini, ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut hadir para inspirator perempuan, antara lain; Suraiya Kamaruzzaman, yg berhasil meredakan konflik di Aceh. Lian Gogali, yg berhasil mengatasi konflik Poso (Sulawesi Tengah). Yusan Yeblo, pejuang hak pribumi di Papua, serta Dewi Kanti, tokoh perempuan muda yg mempertahankan budaya Sunda Wiwitan, di Kuningan, Jawa Barat.
Ke empat tokoh perdamaian perempuan ini juga tampil di atas pentas membacakan karya-karya puisinya. Menyuarakan berbagai kompleksitas gejolak sosial kultural yg terjadi di masing-masing wilayahnya, dari Aceh, Poso Sulawesi, Papua, hingga Kuningan Jawa Barat.
PergelaranKartini danPerempuanPenggiat Perdamaian ini, digagas oleh budayawan Bambang Oeban. Diselenggarakan atas kerjasama Kementerian PemberdayaanPerempuandan Perlindungan Anak Republik Indonesia, & Natural Indonesia.
Melibatkan para seniman, budayawan, aktor, aktris, penyanyi, & musisi, antara lain, Aning Katamsi (penyanyi seriosa soprano), Clara Sinta (aktris, putri almarhum WS. Rendra), Asti Fajriani (pianis), Boy Tirayoh (aktor), & puluhan seniman lainnya.
Artikel ini sudah tayang diTribunjatim.comdengan judul Pergelaran Kartini & Perempuan Penggiat Perdamaian Sifat Ksatria di Balik Kelembutan Perempuan,https://jatim.tribunnews.com/2017/0...n-sifat-ksatria-di-balik-kelembutan-perempuan.
Editor: Yoni Iskandar
Kemarin 21:31