Handyplast
IndoForum Beginner D
- No. Urut
- 10814
- Sejak
- 29 Jan 2007
- Pesan
- 608
- Nilai reaksi
- 219
- Poin
- 43
Perempuan India Sewakan Rahim demi Sesuap Nasi
MUMBAI - Jyoti Dave kini sedang mengandung, namun saat wanita 30 tahun itu melahirkan Maret mendatang, si bayi tidak akan dibawa pulang untuk berkumpul dengan saudaranya. Bayi tersebut akan diserahkan kepada pasangan Amerika yang tidak bisa hamil.
Atas jerih-payahnya selama me-ngandung, ibu pengganti asal India itu mendapat bayaran. Dia tidak mengatakan berapa besarnya. Menurutnya, uang itu sangat dibutuhkan untuk memberi makan keluarganya yang miskin. Pasalnya, kecelakaan industri menyebabkan satu-satunya pencari nafkah keluarga itu tak bisa bekerja.
''Suami saya kehilangan lengannya saat bekerja di pabrik tersebut,'' kata Dave kepada Reuters. ''Kami bahkan tidak bisa makan seharian. Karena itulah, saya memutuskan menyewakan rahim.''
Ibu pengganti termasuk yang terakhir dalam daftar panjang peran yang dilakoni di India. Di negara itu, jasa persewaan rahim lebih murah dibandingkan di Barat.
''Di Amerika Serikat, pasangan tanpa anak harus merogoh kocek lebih dari 50.000 dolar (sekitar Rp 450 juta),'' kata Gautam Allahbadia, spesialis kesuburan. Dia membantu pasangan Singapura memperoleh anak lewat ibu pengganti India tahun lalu.
''Di India, hal itu bisa dilakukan hanya dengan biaya sekitar 10.000-12.000 dolar (sekitar Rp 90 juta-Rp 108 juta).'' Klinik-klinik kesuburan biasanya mematok harga 2.000 dolar-3.000 dolar untuk prosedurnya sedangkan ibu pengganti mendapat imbalan bervariasi mulai 3.000 dolar sampai 6.000 dolar.
Motivasinya Uang
Namun praktik tersebut bukan tanpa kritik di India. Sementara pihak menyebutnya ''memperdagangkan keibuan'' dan eksploitasi kaum papa oleh orang-orang kaya.
''Saya memang melakukan hal ini demi uang, namun tidak benar pasangan tanpa anak mengeksploitasi kami,''kata Rituja, ibu pengganti di Mumbai.
Bagi ibu pengganti - kebanyakan ibu rumah tangga kelas menengah ke bawah - uang merupakan motivator utamanya.
Bagi klien mereka, motivasinya adalah ketidaksuburan atau wanita karier yang memilih menyewa rahim untuk menghindari kehamilan karena memengaruhi pekerjaannya. Namun ada juga dimensi sosial atas jasa mereka, empati terhadap pasangan tanpa anak dalam masyarakat yang memandang reproduksi sebagai kewajiban suci.
''Para ibu pengganti itu memberi arti baru bagi kehidupan pasangan yang akhirnya menjadi orangtua. Bagi mereka, uang yang dikeluarkan hanyalah penghargaan sebagai pengganti ucapan terima kasih,'' kata Deepak Kabir, pakar ginekologi di Mumbai.
MUMBAI - Jyoti Dave kini sedang mengandung, namun saat wanita 30 tahun itu melahirkan Maret mendatang, si bayi tidak akan dibawa pulang untuk berkumpul dengan saudaranya. Bayi tersebut akan diserahkan kepada pasangan Amerika yang tidak bisa hamil.
Atas jerih-payahnya selama me-ngandung, ibu pengganti asal India itu mendapat bayaran. Dia tidak mengatakan berapa besarnya. Menurutnya, uang itu sangat dibutuhkan untuk memberi makan keluarganya yang miskin. Pasalnya, kecelakaan industri menyebabkan satu-satunya pencari nafkah keluarga itu tak bisa bekerja.
''Suami saya kehilangan lengannya saat bekerja di pabrik tersebut,'' kata Dave kepada Reuters. ''Kami bahkan tidak bisa makan seharian. Karena itulah, saya memutuskan menyewakan rahim.''
Ibu pengganti termasuk yang terakhir dalam daftar panjang peran yang dilakoni di India. Di negara itu, jasa persewaan rahim lebih murah dibandingkan di Barat.
''Di Amerika Serikat, pasangan tanpa anak harus merogoh kocek lebih dari 50.000 dolar (sekitar Rp 450 juta),'' kata Gautam Allahbadia, spesialis kesuburan. Dia membantu pasangan Singapura memperoleh anak lewat ibu pengganti India tahun lalu.
''Di India, hal itu bisa dilakukan hanya dengan biaya sekitar 10.000-12.000 dolar (sekitar Rp 90 juta-Rp 108 juta).'' Klinik-klinik kesuburan biasanya mematok harga 2.000 dolar-3.000 dolar untuk prosedurnya sedangkan ibu pengganti mendapat imbalan bervariasi mulai 3.000 dolar sampai 6.000 dolar.
Motivasinya Uang
Namun praktik tersebut bukan tanpa kritik di India. Sementara pihak menyebutnya ''memperdagangkan keibuan'' dan eksploitasi kaum papa oleh orang-orang kaya.
''Saya memang melakukan hal ini demi uang, namun tidak benar pasangan tanpa anak mengeksploitasi kami,''kata Rituja, ibu pengganti di Mumbai.
Bagi ibu pengganti - kebanyakan ibu rumah tangga kelas menengah ke bawah - uang merupakan motivator utamanya.
Bagi klien mereka, motivasinya adalah ketidaksuburan atau wanita karier yang memilih menyewa rahim untuk menghindari kehamilan karena memengaruhi pekerjaannya. Namun ada juga dimensi sosial atas jasa mereka, empati terhadap pasangan tanpa anak dalam masyarakat yang memandang reproduksi sebagai kewajiban suci.
''Para ibu pengganti itu memberi arti baru bagi kehidupan pasangan yang akhirnya menjadi orangtua. Bagi mereka, uang yang dikeluarkan hanyalah penghargaan sebagai pengganti ucapan terima kasih,'' kata Deepak Kabir, pakar ginekologi di Mumbai.