Sumber dari sini
Dalam beragam kebudayaan dari berbagai penjuru dunia, teh diinterpretasikan sebagai minuman yang merepresentasikan kultur dan tradisi. Hal ini merupakan alasan mengapa kegiatan minum teh itu sendiri menjadi bagian dari budaya banyak bangsa dan semakin identik dengan sifat seremonial.
Dari semua ritual minum teh yang hingga saat ini diwariskan dari generasi ke generasi, hampir seluruhnya mencakup aspek-aspek kebudayaan seperti aspek sosial, estetik dan etika. Penerapan aspek-aspek tersebut tentu saja berbeda-beda, sehingga tata cara minum teh yang lahir di tiap-tiap kebudayaan memiliki keunikannya masing-masing.
Selain perbedaan dalam hal ritual, tiap-tiap daerah juga memiliki jenis teh favoritnya masing-masing, berikut variasi penyajiannya. Dalam upacara minum teh Jepang misalnya, dimana teh hijau berikut cemilan manis paling umum disajikan.
Berbeda dengan Jepang, masyarakat India lebih menggemari varian-varian teh hitamnya yang sangat populer: Darjeeling, Assam dan Nilgiri. Kegemaran masyarakat India pada teh hitam tentunya tidak lepas dari peran Inggris yang memperkenalkan kultur teh ke negara tersebut saat masih berstatus koloni Britania. Di Inggris yang rata-rata penduduknya mengkonsumsi 5 cangkir teh per hari, teh yang umumnya disajikan untuk afternoon tea adalah teh hitam dengan tambahan susu dan kadang gula.
Meskipun Inggris telah lama dikenal sebagai negara Eropa yang paling identik dengan kultur teh, ternyata beberapa negara Eropa lain seperti Jerman, Portugal dan Perancis juga memiliki kegemaran tersendiri pada minuman herbal ini. Jenis teh yang digemari di negara-negara tersebut bervariasi, mulai dari teh Darjeeling dan teh Assam hingga teh Jawa dan teh Sumatra yang tentunya berasal dari Indonesia.
Meski Indonesia tidak memiliki budaya serta tata cara minum teh yang khas, kecintaan masyarakat kita terhadap teh lebih terlihat dari bentuk budaya yang sifatnya lebih ‘pop’, yaitu kegemaran terhadap minuman teh dalam kemasan, terutama di kalangan muda. Hal ini dipengaruhi oleh jiwa muda yang umumnya diwarnai oleh antipati pada level tertentu terhadap segala sesuatu yang berbau formal. Dengan tingginya intensitas kesibukan di masyarakat kita, tidak heran apabila teh dalam bentuk kemasan menjadi alternatif favorit untuk menikmati teh di tengah-tengah jenuhnya rutinitas.
Dalam beragam kebudayaan dari berbagai penjuru dunia, teh diinterpretasikan sebagai minuman yang merepresentasikan kultur dan tradisi. Hal ini merupakan alasan mengapa kegiatan minum teh itu sendiri menjadi bagian dari budaya banyak bangsa dan semakin identik dengan sifat seremonial.
Dari semua ritual minum teh yang hingga saat ini diwariskan dari generasi ke generasi, hampir seluruhnya mencakup aspek-aspek kebudayaan seperti aspek sosial, estetik dan etika. Penerapan aspek-aspek tersebut tentu saja berbeda-beda, sehingga tata cara minum teh yang lahir di tiap-tiap kebudayaan memiliki keunikannya masing-masing.
Selain perbedaan dalam hal ritual, tiap-tiap daerah juga memiliki jenis teh favoritnya masing-masing, berikut variasi penyajiannya. Dalam upacara minum teh Jepang misalnya, dimana teh hijau berikut cemilan manis paling umum disajikan.
Berbeda dengan Jepang, masyarakat India lebih menggemari varian-varian teh hitamnya yang sangat populer: Darjeeling, Assam dan Nilgiri. Kegemaran masyarakat India pada teh hitam tentunya tidak lepas dari peran Inggris yang memperkenalkan kultur teh ke negara tersebut saat masih berstatus koloni Britania. Di Inggris yang rata-rata penduduknya mengkonsumsi 5 cangkir teh per hari, teh yang umumnya disajikan untuk afternoon tea adalah teh hitam dengan tambahan susu dan kadang gula.
Meskipun Inggris telah lama dikenal sebagai negara Eropa yang paling identik dengan kultur teh, ternyata beberapa negara Eropa lain seperti Jerman, Portugal dan Perancis juga memiliki kegemaran tersendiri pada minuman herbal ini. Jenis teh yang digemari di negara-negara tersebut bervariasi, mulai dari teh Darjeeling dan teh Assam hingga teh Jawa dan teh Sumatra yang tentunya berasal dari Indonesia.
Meski Indonesia tidak memiliki budaya serta tata cara minum teh yang khas, kecintaan masyarakat kita terhadap teh lebih terlihat dari bentuk budaya yang sifatnya lebih ‘pop’, yaitu kegemaran terhadap minuman teh dalam kemasan, terutama di kalangan muda. Hal ini dipengaruhi oleh jiwa muda yang umumnya diwarnai oleh antipati pada level tertentu terhadap segala sesuatu yang berbau formal. Dengan tingginya intensitas kesibukan di masyarakat kita, tidak heran apabila teh dalam bentuk kemasan menjadi alternatif favorit untuk menikmati teh di tengah-tengah jenuhnya rutinitas.