Topan terkuat yang menghantam China dalam setengah abad telah menewaskan lebih 200 orang sejak mencapai daratan akhir pekan lalu, kata kantor berita Xinhua hari Senin (14/8).
Angka kematian melonjak dari sekitar 130 setelah provinsi Fujian, China Tenggara menaikkan jumlah orang yang tewas di sana dari 80 menjadi 125, sebagian besar mereka nelayan, kata Xinhua.
Topan Saomai yang tercatat sebagai “topan dahsyat” dengan pusaran angin melampaui 216 kilometer per jam, menerjang distrik Cangnan di propinsi Zhejiang hari Kamis (13/8), meratakan dengan tanah puluhan ribu rumah, memutuskan aliran listrik dan komunikasi serta memusnahkan hasil panen.
Kematian di Fujian sebagian besar dilaporkan terjadi di kota pantai Shacheng yang berbatasan dengan Cangnan di mana lebih 10.000 kapal kembali ke pelabuhan sebelum kedatangan Saomai.
“Banyak nelayan tinggal di kapal mereka, cemas kapal-kapal itu mungkin bisa rusak akibat tabrakan dengan kapal-kapal lain,” kata Xinhua. “Angin begitu kencang hingga membalikkan banyak kapal dan sejumlah besar orang tewas atau hilang.”
Mayat 99 nelayan ditemukan di Shacheng hingga Minggu malam, katanya.
Suratkabar Hong Kong, South China Morning Post mengatakan penduduk lokal khawatir sebanyak 1.000 orang dari kawasan itu kemungkinan tewas,tapi Xinhua mengatakan hanya 108 masih tercatat hilang dan sanak keluarga yang putus asa masih mencari di perairan itu dengan kapal.
Di provinsi tetangga, Zhejiang, yang melaporkan angka kematian 81 orang hingga Jumat (11/8) dan sejak itu belum diperbarui, rumah-rumah yang rubuh bertanggung jawab sebagai penyebab sebagian besar korban.
Saomai lebih kuat dari sebuah topan yang menewaskan sekitar 5.000 orang di Zhejiang pada Agustus 1956, kata media China.
Sebagian besar China Selatan berulang kali diporakporandakan oleh topan-topan dan badai-badai tropis tahun ini dengan hampir 1.000 orang tewas akibat badai disertai hujan lebat, tanah longsor dan bencana-bencana lain yang mereka timbulkan bahkan sebelum topan Saomai menerjang.
Sumber : Analisa
Angka kematian melonjak dari sekitar 130 setelah provinsi Fujian, China Tenggara menaikkan jumlah orang yang tewas di sana dari 80 menjadi 125, sebagian besar mereka nelayan, kata Xinhua.
Topan Saomai yang tercatat sebagai “topan dahsyat” dengan pusaran angin melampaui 216 kilometer per jam, menerjang distrik Cangnan di propinsi Zhejiang hari Kamis (13/8), meratakan dengan tanah puluhan ribu rumah, memutuskan aliran listrik dan komunikasi serta memusnahkan hasil panen.
Kematian di Fujian sebagian besar dilaporkan terjadi di kota pantai Shacheng yang berbatasan dengan Cangnan di mana lebih 10.000 kapal kembali ke pelabuhan sebelum kedatangan Saomai.
“Banyak nelayan tinggal di kapal mereka, cemas kapal-kapal itu mungkin bisa rusak akibat tabrakan dengan kapal-kapal lain,” kata Xinhua. “Angin begitu kencang hingga membalikkan banyak kapal dan sejumlah besar orang tewas atau hilang.”
Mayat 99 nelayan ditemukan di Shacheng hingga Minggu malam, katanya.
Suratkabar Hong Kong, South China Morning Post mengatakan penduduk lokal khawatir sebanyak 1.000 orang dari kawasan itu kemungkinan tewas,tapi Xinhua mengatakan hanya 108 masih tercatat hilang dan sanak keluarga yang putus asa masih mencari di perairan itu dengan kapal.
Di provinsi tetangga, Zhejiang, yang melaporkan angka kematian 81 orang hingga Jumat (11/8) dan sejak itu belum diperbarui, rumah-rumah yang rubuh bertanggung jawab sebagai penyebab sebagian besar korban.
Saomai lebih kuat dari sebuah topan yang menewaskan sekitar 5.000 orang di Zhejiang pada Agustus 1956, kata media China.
Sebagian besar China Selatan berulang kali diporakporandakan oleh topan-topan dan badai-badai tropis tahun ini dengan hampir 1.000 orang tewas akibat badai disertai hujan lebat, tanah longsor dan bencana-bencana lain yang mereka timbulkan bahkan sebelum topan Saomai menerjang.
Sumber : Analisa