• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

NASA Find Dark Matter!!!

Th0R

IndoForum Banned
No. Urut
1696
Sejak
1 Jun 2006
Pesan
943
Nilai reaksi
0
Poin
16
Kode:
NASA Finds Direct Proof of Dark Matter

Dark matter and normal matter have been wrenched apart by the tremendous collision of two large clusters of galaxies. The discovery, using NASA's Chandra X-ray Observatory and other telescopes, gives direct evidence for the existence of dark matter.

"This is the most energetic cosmic event, besides the Big Bang, which we know about," said team member Maxim Markevitch of the Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics in Cambridge, Mass.

These observations provide the strongest evidence yet that most of the matter in the universe is dark. Despite considerable evidence for dark matter, some scientists have proposed alternative theories for gravity where it is stronger on intergalactic scales than predicted by Newton and Einstein, removing the need for dark matter. However, such theories cannot explain the observed effects of this collision.

"A universe that's dominated by dark stuff seems preposterous, so we wanted to test whether there were any basic flaws in our thinking," said Doug Clowe of the University of Arizona at Tucson, and leader of the study. "These results are direct proof that dark matter exists."

In galaxy clusters, the normal matter, like the atoms that make up the stars, planets, and everything on Earth, is primarily in the form of hot gas and stars. The mass of the hot gas between the galaxies is far greater than the mass of the stars in all of the galaxies. This normal matter is bound in the cluster by the gravity of an even greater mass of dark matter. Without dark matter, which is invisible and can only be detected through its gravity, the fast-moving galaxies and the hot gas would quickly fly apart.

The team was granted more than 100 hours on the Chandra telescope to observe the galaxy cluster 1E0657-56. The cluster is also known as the bullet cluster, because it contains a spectacular bullet-shaped cloud of hundred-million-degree gas. The X-ray image shows the bullet shape is due to a wind produced by the high-speed collision of a smaller cluster with a larger one.

In addition to the Chandra observation, the Hubble Space Telescope, the European Southern Observatory's Very Large Telescope and the Magellan optical telescopes were used to determine the location of the mass in the clusters. This was done by measuring the effect of gravitational lensing, where gravity from the clusters distorts light from background galaxies as predicted by Einstein's theory of general relativity.

The hot gas in this collision was slowed by a drag force, similar to air resistance. In contrast, the dark matter was not slowed by the impact, because it does not interact directly with itself or the gas except through gravity. This produced the separation of the dark and normal matter seen in the data. If hot gas was the most massive component in the clusters, as proposed by alternative gravity theories, such a separation would not have been seen. Instead, dark matter is required.

"This is the type of result that future theories will have to take into account," said Sean Carroll, a cosmologist at the University of Chicago, who was not involved with the study. "As we move forward to understand the true nature of dark matter, this new result will be impossible to ignore."

This result also gives scientists more confidence that the Newtonian gravity familiar on Earth and in the solar system also works on the huge scales of galaxy clusters.

"We've closed this loophole about gravity, and we've come closer than ever to seeing this invisible matter," Clowe said.

These results are being published in an upcoming issue of The Astrophysical Journal Letters. NASA's Marshall Space Flight Center, Huntsville, Ala., manages the Chandra program. The Smithsonian Astrophysical Observatory controls science and flight operations from the Chandra X-ray Center, Cambridge, Mass. For additional information and images, visit:

Selama ini yang namanya Dark Matter masih kerapkali dipertanyakan, apakah itu sebagai suatu energi atau apa??!
Mgkn dengan kenyataan bahwa para peneliti di NASA menemukan Dark Matter, akan bisa menjawab lebih jelas mengenai hal ini ..

Apakah teman teman ada yang berminat membahas mengenai Dark Matter?!
Silahkan dimulai di thread ini xD

Thanks.
Th0R
 
aduh bacanya susah, minta linknya aja donq xD
dark matter = anti matter ?
 
Saya sendiri lupa, ini sudah saya copy paste didalam note di komputer research saya, sehingga tidak saya simpan lagi link nya. Berita ini belum lama, kalau gak salah saya nemu dari newscientist.com

Thanks.
Th0R
 
ada 3 teori dark matter
Teori pertama, berdasarkan gerak rotasi galaksi. Rotasi pada bagian pinggir galaksi ternyata lebih cepat daripada yang seharusnya apabila dilihat dari massa bintang bersangkutan. Dari sini, didapat kesimpulan bahwa sekitar 90% dari materi dalam sebuah galaksi ternyata tidak terlihat.

Teori yang kedua dibuat berdasarkan sifat-sifat dari kluster galaksi itu sendiri. Sebagian astronom percaya bahwa karena suatu sebab tertentu, galaksi-galaksi yang tergabung pada sebuah kluster terikat oleh suatu gaya gravitasi sejak terbentuknya pada miliaran tahun yang lalu. Dengan demikian, 90% dari materi yang membentuk kluster bisa jadi terdiri dari dark matter. Namun, para penentang teori ini berargumen bahwa kluster galaksi tidak punya cukup massa untuk menahan anggota-anggotanya. Dengan demikian, suatu saat galaksi-galaksi bisa saja lepas dan tercerai-berai dari klusternya.

Teori ketiga yang mendukung keberadaan dark matter muncul berdasarkan model “inflationary big bang”. Diantara ketiga teori yang ada, teori ini adalah yang paling kontroversial. Model ini menyarankan bahwa alam semesta mestinya pernah mengalami ekspansi (pengembangan) secara sangat cepat pada saat baru terbentuk. Tapi, seandainya model ini benar, maka tetapan kosmologi yang menunjukkan ekspansi alam semesta akan mendekati satu. Konsekuensi dari keadaan ini adalah total massa dari seluruh alam semesta mestinya lebih dari 100 kali jumlah yang kelihatan. Dengan kata lain, 99% dari massa alam semesta mungkin terdiri dari dark matter.
 
Dark Matter : Materi gelap adalah materi yang tidak dapat dideteksi dari radiasi yang dipancarkan, tetapi kehadirannya dapat dibuktikan dari efek gravitasi materi-materi yang tampak seperti bintang dan galaksi. Perkiraan tentang banyaknya materi di dalam alam semesta berdasarkan efek gravitasi selalu menunjukkan bahwa sebenarnya ada jauh lebih banyak materi daripada materi yang dapat diamati secara langsung. Terlebih lagi, adanya materi gelap dapat menyelesaikan banyak ketidakkonsistenan dalam teori dentuman dahsyat.

Sebagian besar massa di alam semesta dipercaya berada dalam bentuk ini. Menentukan sifat dari materi gelap juga dikelan sebagai masalah materi gelap atau masalah hilangnya massa, dan merupakan salah satu masalah penting dalam kosmologi modern.

Pertanyaan tentang adanya materi gelap mungkin tampak tidak relevan dengan keberadaan kita di bumi. Akan tetapi, ada atau tidaknya materi gelap ini dapat menentukan takdir terakhir dari alam semesta. Kita mengetahui bahwa sekarang alam semesta mengalami pengembangan karena cahaya dari benda langit yang jauh menunjukkan adanya pergeseran merah. Banyaknya materi biasa yang terlihat di alam semesta tidaklah cukup untuk membuat gravitasi menghentikan pengembangan, dan dengan demikian pengembangan akan berlanjut selamanya tanpa adanya materi gelap. Pada prinsipnya, jumlah materi gelap yang cukup di alam semesta dapat menyebabkan pengembangan alam semesta berhenti, atau kebalikannya (yang akhirnya membawa kita pada Big Crunch). Pada prakteknya, sekarang banyak anggapan bahwa gerakan-gerakan alam semesta didominasi oleh komponen lainnya, energi gelap.


Bukti dari adanya Energi gelap

Pada akhir tahun 1990an, pengamatan dari Supernova tipe Ia menunjukkan bahwa pengembangan alam semesta mengalami percepatan. Dapam beberapa tahun terakhir, pengamatan ini telah dikuatkan oleh beberapa sumber: latar belakang gelombang mikro kosmik, pelensaan gravitasi, usia alam semesta, nukleosintesis dentuman dahsyat, struktur kosmos berskala besar dan pengukuran dari parameter Hubble, dan juga pengukuran supernova yang lebih baik. Semua elemen ini konsisten dengan model Lamda-CDM.

Supernova tipe Ia memberikan bukti paling langsung dari adanya energi gelap. Dengan mengukur kecepatan dari objek yang menjauh menggunakan pengukuran pergeseran merah, yang merupakan efek Doppler radiasi dari objek yang menjauh. Menentukan jarak dari suatu objek adalah masalah yang sulit dalam astronomi. Kita perlu menemukan lilin standard: objek yang diketahui kecerahan intrinsiknya, sehingga mungkin digunakan untuk menghubungkan kecerahan yang tampak dengan jarak. Tanpa lilin standard, tidaklah mungkin mengukur hubungan pergeseran merah dengan jarak dalam hukum Hubble. Supernova tipe Ia adalah lilin standard terbaik untuk pengamatan kosmologi, kerena mereka sangat cerah dan hanya terjadi ketika massa dari bintang katai putih tua mencapai batas Chandrasekhar. Jarak ke supernova dapat digambar terhadap kecepatan, dan inilah yang digunakan untuk mengukur sejarah pengembangan alam semesta. Pengamatan ini menunjukkan bahwa alam semesta tidak mengalami perlambatan, yang seharusnya akan terjadi pada alam semesta yang didominasi oleh materi, tetapi justru secara misterius mengalami percepatan. Pengamatan ini dapat dijelaskan dengan membuat postulat tentang adanya sejenis energi yang memiliki persamaan keadaan yang negatif, yaitu energi gelap.

Keberadaan energi gelap, dalam bentuk apapun, juga memecahkan masalah yang disebut "massa yang hilang". Teori nukleosintesis dentuman dahsyat mengatur pembentukan unsur-unsur ringan pada awal alam semesta, seperti helium, deuterium, dan litium. Teori struktur kosmos berskala besar mengatur pembentukan struktur alam semesta, bintang, kuasar, galaksi dan gugus galaksi. Kedua teori ini menunjukkan bahwa kepadatan baryon dan materi gelap yang dingin di alam semesta adalah sekitar 30% dari kepadatan kritikal untuk alam semesta yang tertutup. Ini adalah kepadatan yang diperlukan untuk membuat bentuk alam semesta rata. Pengukuran latar belakang gelombang mikro kosmik, bari-baru ini menggunakan satelit WMAP, menunjukkan bahwa alam semesta hampir rata. Oleh karena itu, kita tahu bahwa suatu bentuk energi pasti mengisi 70% yang lainnya.
 
cari ajah di buku perpus atau di website sains atau browse di google :P (wikipedia)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.