• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

My Lovely Santa [Part 3]

An0nym0us

IndoForum Newbie F
No. Urut
88144
Sejak
29 Des 2009
Pesan
3
Nilai reaksi
0
Poin
1
“Huaa….! Tinggi…! Rasanya kemarin tidak setinggi ini” teriak Risa setibanya di pusat kota.

“Haha… Dasar” tawa Aikawa melihat sikap Risa yang kadang terlihat seperti anak kecil itu.

“Kemarin aku tidak bisa ambil fotomu, malam ini harus bisa! Hup!” kata Risa semangat.

“Yuk, ambil foto untukku Ai” tambah Risa.

“Huh? Aaaaaa……! Aku lupa bawa kameraku. Tasku ketinggalan di kamar waktu ganti baju tadi, hiks…”

“Haha… Dasar pelupa. Aku sudah antisipasi semuanya kalau kamu akan lupa bawa semua keperluanmu” kata Aikawa.

“Ini, aku bawa kameraku. Sana berpose sepuasmu” tambah Aikawa sambil mengeluarkan sebuah kamera digital berwarna hitam dari saku celana santanya.

“Waah… Ai memang yang terbaik”

“Hoho… Sadar juga aku yang terbaik, hihi…”

“Dasar…, tidak boleh dipuji, jadi besar hidung”

“Haha… Eh, sebentar” kata Aikawa sambil melepaskan setengah syal yang melingkari lehernya.

“Pakai ini…” tambahnya kemudian memakaikan syal tersebut pada Risa.

“Sip! Sana pergi”

“Hihi…Iya!”

Selesai dipakaikan syal oleh Aikawa, Risa pun bergegas menuju pohon natal besar yang menghiasi tengah kota itu.

“Begini ok!?” teriak Risa sambil berpose dengan pohon natal tersebut.

“Ok!” kata Aikawa yang telah bersiap dengan kameranya.

“Siap ya…! Say Cheese….!” lanjut Aikawa.

“Bagus tidak!?” tanya Risa sambil berlari ke arah Aikawa.

“Tentu saja bagus, yang fotonya imut begini, haha…” canda Aikawa sambil meniru pose Risa tadi.

“Hii…! Dasar Ai…! Huh!” keluh Risa merebut kamera dari tangan Aikawa.

“Hm… Ternyata aku imut juga ya, hihi…” lanjut Risa sambil memperhatikan foto yang baru saja diambil tadi.

“Weqs…? Penyakitnya kambuh, haha…” ledek Aikawa.

“Biar… Week…!” balas Risa mengejek.

“Cepat, ambil lagi yang banyak!” kata Risa memberikan kamera ke Aikawa dan berlari kembali ke samping pohon natal.

“Hmm… Dasar, selama setahun ini aku tidak pernah melihat senyum seperti ini. Ternyata cantik juga” kata Aikawa dalam hati sambil memperhatikan foto Risa dalam kameranya.

“Ai….! Ayo cepat ambil fotoku!” teriak Risa dari kejauhan.

“Iya…! Ambil pose yang imut ya!” jawab Aikawa sambil bersiap – siap dengan kameranya.

Risa yang terlihat sibuk dengan gaya fotonya, sedangkan Aikawa yang terus mengambil foto – foto Risa, keduanya terlihat sangat senang dan menikmati kencan mereka malam itu.

“Ai…! Sini kamu ikut foto juga!” teriak Risa setelah merasa foto – foto untuknya cukup.

“Huh? Aku?”

“Iya! Yuk foto bersama!”

“Hm… Dasar… Iya aku ke sana!” jawab Aikawa berlari ke arah Risa.

Setiba di dekat Risa, Aikawa terlihat kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan.

“Haha… Sekarang kamu terlihat seperti Aikawa yang selalu kulihat di sekolah” kata Risa tertawa kecil saat melihat ekspresi bingung Aikawa.

“Huh? Masa?” tanya Aikawa dengan mimik wajah spontan.

“Hihi… Ternyata semua tadi hanya akting pekerjaanmu ya. Ai memang tidak pernah dekat dengan gadis” ledek Risa.

“Ha!? Nih anak menantangku ya! Ayo foto – foto! Huh!” kata Aikawa langsung merangkul pundak Risa dan mengarahkan kameranya ke arah mereka berdua.

Foto pertama mereka berdua pun berhasil diambil.

“Hahaha….! Ekspresi apa itu?” tawa Aikawa setelah melihat ekspresi wajah kaget Risa di foto mereka berdua.

“Itu karena kamu merangkulku tiba – tiba. Huh! Lagipula, kamu sendiri, ekspresi apa itu? Hahaha….!” balas Risa meledek wajah Aikawa yang terlihat kaku.

“Weqs? Hmh… Jelek, dihapus saja” kata Aikawa saat memperhatikan fotonya dengan Risa.

“Tidak boleh!” kata Risa menyambar kamera dari tangan Aikawa.

“Yuk, ambil foto lain” ajak Risa sambil mendekatkan wajahnya dengan wajah Aikawa.

Kali ini giliran jantung Aikawa yang dibuat berdetak kencang oleh Risa. Wajah tersipu malunya tertangkap oleh kamera.

“Ayo senyum! Masa ekspresi aneh lagi?” kata Risa bersiap untuk mengambil foto.

“I…Iya, ini senyum, hehe…”

“Siap ya… Cheese…”

Kembali mereka asik mengambil foto bersama mereka. Setelah pohon natal besar yang memenuhi tengah kota itu, Risa dan Aikawa berganti tempat ke sebuah patung sinterklas yang sedang mengendarai kereta rusa, kemudian ke sebuah boneka salju yang dihiasi dengan kostum santa.

***

“Huaa… Capek, haha…” kata Risa sambil memperhatikan foto – fotonya bersama Aikawa.

“Mau kubelikan minum?” tanya Aikawa yang duduk di samping Risa.

“Emm… Es krim” jawab Risa.

“Hm… Baiklah. Tunggu di sini sebentar” kata Aikawa yang kemudian berjalan mencari es krim untuk Risa.

“Rasa vanilla ya….!” teriak Risa dari kejauhan.

Sementara Aikawa mencari es krim, Risa sibuk melihat foto – fotonya bersama Aikawa sambil kadang tersenyum sendiri.

Tiba – tiba jam besar bermodel bandul yang selalu berdiri di tengah kota berbunyi sebanyak 9 kali, seolah ikut meramaikan suasana natal di malam itu.

“Sudah jam 9 malam. Tidak terasa secepat ini. Apa kencanku bersama Aikawa juga akan berakhir sebentar lagi?” kata Risa dengan nada sedih.

“Aku tidak ingin berakhir secepat ini…!” teriak Risa dalam hati.

Sambil memejamkan mata dan mengenggam kedua tangannya bersama kamera yang berisikan fotonya bersama Aikawa, Risa seolah berdoa agar malam ini akan menjadi malam yang panjang buat dirinya dan Aikawa.

Sejenak saat Risa berdoa dalam hatinya, sebuah suara gaduh merebut perhatiannya. Terlihat beberapa orang berkumpul di depan sebuah toko aksesoris yang berada tidak jauh dari bukit bebatuan yang diduduki Risa.

Penasaran dengan apa yang diributkan di sana, Risa pun beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah toko tersebut.

Setiba di sana, ia melihat sepasang boneka anjing kecil yang dihiasi dengan baju dan topi natal tertidur di dalam kaca toko.

“Waaa….! Lucunya…!” kata Risa.

“Ternyata ini yang diributkan banyak orang” tambah Risa dalam hati.

Aikawa yang kembali membawa es krim vanilla tidak menemukan Risa di bukit bebatuan yang sengaja ditata untuk tempat beristirahat itu.

“Ke mana lagi nih anak? Selalu saja hilang kalau ditinggal sendiri” tanya Aikawa dalam hati.

“Apa mungkin di sana?” lanjut Aikawa kemudian berjalan ke arah keramaian toko aksesoris tempat ia membeli sepasang kostum santa itu.

“Kemana saja kamu?” kata Aikawa sambil memegang sebuah es krim vanilla di tangannya.

“Eh…Ai. Aku penasaran apa yang dilihat orang – orang di sini. Jadi aku mampir sebentar ke sini, hehe…” jawab Risa memberi alasan.

“Dasar… Kamu ini tidak bisa ditinggal sendirian, menghilang saja seperti anak anjing” kata Aikawa dengan nada kesal.

“Oh iya. Anak anjing. Lihat, boneka anjing itu, lucu kan?” kata Risa sambil menunjuk ke arah sepasang boneka anak anjing yang tadi dilihatnya.

“Hm… Kamu mau boneka itu? Nanti kubelikan” tanya Aikawa.

“Em… Tidak perlu. Aku sudah banyak menyusahkan Ai. Lagipula melihatnya saja sudah lebih dari cukup” jawab Risa sambil tersenyum ke Aikawa.

“Dasar… Nih es krim vanillamu” kata Aikawa memberikan es krim yang baru dibelinya tadi.

“Terima kasih…” balas Risa sambil menikmati es krimnya.

“Punya Ai mana?” tanya Risa.

“Emh… Tadi es krimnya kebetulan sudah habis, hanya cukup untuk satu itu” jelas Aikawa.

“Oh… Ini, kubagikan punyaku untuk Ai” kata Risa menyodorkan es krimnya.

“Tidak apa – apa, kamu saja”

“Kalau hanya aku yang makan es krim ini, bukan kencan namanya” kata Risa sambil meniru nada Aikawa waktu membagikan syal merah dengannya.

“Hm… Dasar. Ya sudah sini” jawab Aikawa tersenyum.

“Eit… Aku saja yang pegang es krimnya. Kalau Ai yang pegang nanti habis es krimnya, hihi…” ledek Risa.

“Weqs…? Memangnya aku rakus sepertimu, haha…” kata Aikawa sambil mencicipi es krim yang dipegang oleh Risa.

Saat Aikawa dan Risa sedang asik berbagi satu es krim, terdengar sebuah suara yang cukup familiar menyapa mereka.

“Romantis sekali anak muda sekarang, hoho…” kata kakek pemilik toko aksesoris sambil berjalan keuar dari tokonya.

“Eh kakek… Apa kabar?” sapa Risa.

“Baik… Baju itu terlihat cocok denganmu, cantik sekali” kata kakek itu.

“Eh? Terima kasih kek, hihi…” kata Risa tersipu malu.

“Sebenarnya itu adalah sepasang baju terakhir yang tersisa di toko, dan juga merupakan pesanan orang lain. Sebelum aku menyetujui pesanan itu, Aikawa ini berlari ke tokoku dan memohon untuk menjualkan baju itu kepadanya” jelas kakek itu.

“Huh? Jangan diceritakan hal memalukan seperti itu kek!” kata Aikawa dengan nada kesal bercampur malu.

“Oh… Haha… Ternyata ada cerita yang begitu mengharukan di balik sepasang baju ini ya? Pantas Ai sampai tidak hadir di sekolah tadi pagi, hihi…” kata Risa.

“Kakek itu bohong, huh!” kata Aikawa berniat menghindar.

“Hoho… Lagipula baju itu adalah sepasang, menurutku lebih baik kujual pada mereka yang sedang berpacaran. Senang melihat kalian memakainya” kata kakek itu.

“Kakek tinggal dulu, kalian bersenang – senanglah, hoho…” lanjut kakek kemudian masuk ke dalam tokonya.

“Iya kek, selamat malam…” salam Risa mengantar si kakek.

“Hihi… Ternyata Ai bersusah payah membeli baju ini ya” lanjut Risa.

“Tidak apa – apa” jawab Aikawa singkat karena perasaan malu.

“Tapi bagaimanapun juga… Terima kasih ya… Aku senang sekali malam ini” kata Risa tersenyum kemudian berjalan menuju tempat duduk mereka tadi.

Aikawa tersentak dengan perkataan Risa tadi. Sebuah perasaan aneh menyelimutinya. Perasaan tidak ingin malam ini berakhir dengan cepat.

Ia menatap punggung Risa, dan yakin bahwa Risa juga merasakan hal yang sama.
Tanpa menunggu dan berpikir lebih lama lagi, Aikawa berlari menyusul Risa dan duduk di susunan batu tadi.

“Kamu… Tidak apa – apa? Merasa tidak enak badan?” tanya Aikawa yang melihat Risa diam saja daritadi.

“Huh? Tidak apa – apa. Aku baik – baik saja” kata Risa tersenyum sambil menikmati es krim vanilla yang terus dipegangnya daritadi.

“Apa kamu bahagia malam ini?” tanya Aikawa pelan.

“Hmh? Tentu saja. Aku bahagia malam ini” jawab Risa.

“Bahagia sekali” lanjut Risa sambil menatap ke atas langit.

“Heh? Salju?”
“Salju turun…” kata Risa saat menemukan beberapa rintikan salju mendarat di atas rambut poninya.

“Kenapa tiba – tiba turun salju?” tanya Aikawa sambil melihat ke atas langit.

“Hihi… Ini, habiskan es krimnya” kata Risa sambil memberikan es krim vanillanya.

“Huh? I…Iya…” kata Aikawa menerima sisa es krim yang terlihat tinggal sedikit itu.

Saat sedang menikmati sisa es krim yang diberikan oleh Risa, sebuah ciuman mendarat tepat di pipi kanan Aikawa.

“Merry X’mas…. My Lovely Santa….” bisik Risa di telinga kanan Aikawa, kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Sebuah ciuman yang spontan mendarat di pipinya itu membuat Aikawa membeku dan membuat wajah yang tadinya sedikit pucat karena cuaca dingin menjadi merah karena malu.

Belum sempat menyadarkan diri, tiba – tiba sebuah bola salju kecil mendarat di wajahnya.

“Hahaha…..! Kena! Wajah Ai lucu! Foto ah…” ledek Risa sambil mengeluarkan kamera Aikawa yang terus disimpannya.

“Dasar nih anak…. Awas ya, kubalas nanti!” kata Aikawa kemudian turun dari tempat duduknya, membuat beberapa bola salju dan mengejar Risa.

“Risa, aku janji akan melindungi senyum itu, tidak akan kubiarkan malam ini berakhir dengan cepat” bisik Aikawa dalam hati.

“Aku berharap, bisa melewati hari – hari seperti ini bersamamu, Ai” kata Risa dalam hati, tersenyum.

Keduanya terlihat sangat menikmati setiap detik yang mereka miliki. Walaupun malam semakin larut, dan waktu kencan mereka akan segera berakhir. Namun mereka tidak menghiraukan hal itu, dan terus berusaha untuk bersama hingga akhir.

My Lovely Santa ~ The End
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.