• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

My Lovely Santa [Part 2]

An0nym0us

IndoForum Newbie F
No. Urut
88144
Sejak
29 Des 2009
Pesan
3
Nilai reaksi
0
Poin
1
Hufft…. Capeknya….!” kata Risa merebahkan badannya setelah selesai mandi.

Sejenak matanya menatap ke atas langit – langit kamarnya. Sosok yang menggunakan pakaian piyama pink itu terbaring membatu, menyelami pikiran – pikiran yang terus menganggunya daritadi siang.

“Mungkin aku harus mencobanya” kata Risa yang terbangun dari lamunannya.

Kemudian ia bergegas menyalakan notebooknya yang biasa ia gunakan untuk belajar.

Dengan beberapa gerakan kilat yang telah dikuasai, tidak sulit bagi Risa untuk masuk ke dunia internet. Tidak lama kemudian, ia pun terhubungkan dengan akun emailnya.

Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, Risa mengingat – ingat kembali situs penyedia layanan kencan yang sempat diceritakan temannya tadi di sekolah.

“Ermh… [email protected]” kata Risa sambil mengetikkan alamat email organisasi penyedia layanan kencan itu.

Setelah memasukkan alamat yang akan ditujunya, Risa kembali memikirkan apa yang harus diketiknya untuk dikirimkan ke organisasi tersebut.

“Apa yang harus kutulis?” tanya Risa dalam hati.
Waktu terus berlalu seiring dengan Risa yang terhenti di bagian isi yang harus ia sampaikan. Suara detak jam dindingnya pun semakin terdengar dikarenakan sunyinya kamar.

Ditengah kesunyian kamar yang hanya diisi oleh suara detak jam dinding, akhirnya terdengar suara ketikan pada notebook.

Terlihat Risa mulai mengetikan apa yang telah ia pikiran dengan sangat lama.
“Aku Risa Mizunashi. Aku ingin kencan di malam Natal besok”

“Apalagi ya?” kata Risa dalam hati.

“Huff… Mungkin begini cukup” tambah Risa setelah berpikir sedikit lama.

Setelah email tersebut dikirim, suasana kamar pun kembali menjadi sunyi. Suara detak jantung Risa terdengar menggantikan suara detak jam dinding. Perasaan tidak tenang menyelimuti Risa di sela – sela email balasan yang ditunggunya.

Tidak lama kemudian, terdengar sebuah suara tanda email masuk. Dengan perasaan tidak sabar nan penasaran namun malu dan takut, Risa melirik ke arah notebooknya. Dibacanya baik – baik email yang baru masuk tersebut. Dan email itu tidak lain adalah balasan dari [email protected].
Hati Risa pun berdegup semakin kencang.

Dengan pelan dibukanya email tersebut.

“Nona Risa Mizunashi. Apa Anda yakin dengan keinginan Anda?”

“Apa maksudnya dengan yakin?” tanya Risa dalam hati.

Tanpa pikir panjang apa maksud balasan tersebut, Risa mengembalikan balasannya.
“Ya! Aku yakin dengan apa yang kuinginkan”

Tidak lama kemudian, balasan dari organisasi tersebut kembali masuk dengan berbagai macam pertanyaan yang diperlukan. Risa yang tadinya terlihat tidak tenang, mulai terbawa suasana perang email tersebut.

“Sebelumnya aku ingin mengingatkan pada nona, bahwa ada beberapa syarat dan pertanyaan yang harus nona penuhi. Nona yakin ingin melanjutkan? [email protected]

“Iya. Aku ingin melanjutkan. Mohon bantuannya” [email protected]

“Baiklah. Pertama, aku perlu tahu umur nona, status kerja/sekolah?” [email protected]

“17 tahun. Sekolah” [email protected]

“Nona sekolah di mana?” [email protected]

“Shounen Private High School. Tahun 2” [email protected]

“Shounen Private High School, tahun 2. Alamat Nona?” [email protected]

“Huh? Alamat juga?” [email protected]

“Iya. Aku perlu alamat nona untuk merencanakan semua dengan baik di hari kencan nanti” [email protected]

“Oh… 3 – 4 Matsukama Hachioji, Tokyo” [email protected]

“Baik. Aku perlu foto nona” [email protected]

“Huh!? Kenapa harus foto?” [email protected]

“Bagaimana nanti aku bisa mengenali nona kalau tidak pernah melihat nona sebelumnya?” [email protected]

“Oh… Benar juga ya. Ya sudah. Kukirimkan fotoku” [email protected]

Diminta untuk mengirimkan fotonya, Risa pun memilih salah satu foto terbaiknya untuk dikirimkan kepada organisasi tersebut.

“Foto nona sudah kuterima. Terakhir, sesuai dengan prosedur, nona harus mentransfer uang sebesar 3000 yen ke rekening 8568385 atas nama sweet boys” [email protected]

“HA!? Aku harus membayar!?” [email protected]

“Tentu. Nona tidak mengira bahwa kami melayani secara gratis kan? Lagipula uang ini bukan untuk keuntungan organisasi” [email protected]

“Bukan untuk keuntungan organisasi? Terus untuk apa?” [email protected]

“Nona akan segera tahu nanti” [email protected]

“Ok. Besok akan kutransfer” [email protected]

“Baiklah. Selebihnya akan kukonfirmasi lagi besok. Terima kasih nona Mizunashi. Selamat malam” [email protected]

“Terima kasih. Selamat malam” [email protected]

“Horeee…..! Akhirnya dapat teman kencan untuk malam natal besok” teriak Risa senang.
Kamar remang – remang yang tadi hanya di terangi oleh cahaya layar notebook itu dan diisi dengan suara detak jam dinding, sekarang dipenuhi dengan suara teriakan riang Risa yang berhasil mendapatkan teman kencannya.

Namun beberapa saat kemudian kamar tersebut kembali hening. Risa yang puas setelah berteriak kegirangan itu berbaring di ranjang tempat tidurnya. Ia kembali menatap langit – langit kamarnya saat sesuatu hal sedang merasuki pikirannya.

“Tapi siapa gerangan yang membalas emailku tadi?” tanya Risa dalam hati.

“Pertama, yang pasti dia adalah ketua organisasi itu. Kedua, tentu bukan seseorang yang aku kenal, hihi…” lanjut Risa menjawab pertanyaannya sendiri sambil tertawa kecil.

“Besok aku harus memberi tahu Aikawa kalau aku sudah dapat teman kencan” tambah Risa yang kemudian perlahan terlelap di ranjang yang selalu setia membuatnya tetap hangat di musim dingin.

***

Tokyo, 25 Desember 2009

Hari yang dinantikan Risa akhirnya tiba, yaitu hari Natal di mana dia akan berkencan untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Ia berjalan dengan semangat menuju sekolahnya, dihiasi dengan senyuman hangat ditengah dinginnya gerimis salju. Namun hari ini sedikit berbeda. Aikawa yang selalu berjalan bersamanya menuju sekolah selama hampir 2 tahun itu tidak muncul hari ini.

“Sudah jam segini, tapi Aikawa masih tidak muncul” tanya Risa dalam hati sambil melihat ke belakang jalan yang telah dilaluinya.

“Apa telat bangun ya?” kata Risa terus melanjutkan langkahnya menuju sekolahnya.
Setelah berjalan beberapa lama, Risa pun tiba di sekolahnya. Terlihat suasana ramai tiap paginya di mana para murid memasuki gerbang sekolah.

Saat ingin memasuki gerbang sekolah, Risa menubruk seorang laki – laki yang sekitar 1 tahun lebih tua darinya. Buku – buku pelajaran yang dibawa bersamanya pun jatuh seketika.

“Maaf” kata laki – laki itu spontan sambil memungut buku – buku pelajaran Risa yang jatuh.

“Kamu tidak apa – apa?” tanya laki – laki itu lagi mengembalikan buku – buku Risa.

“Eh? Ti, tidak apa – apa. Ak, aku yang harusnya minta maaf karena sudah menubrukmu” kata Risa terbata – bata.

“Ma, Maaf” tambah Risa sambil menundukkan kepalanya.

“Tidak apa – apa” kata laki – laki itu tersenyum, kemudian masuk ke halaman sekolah.

“Tampannya…” kata Risa dalam hati sambil menatap punggung laki – laki itu.

“Semoga teman kencanku nanti setampan dia, hihi…” tambah Risa dalam hati sambil tersenyum sendiri.

Saat sedang berkhayal akan kencannya malam nanti, sebuah tepukan mendarat tepat di pundak kanannya. Risa terkejut dan spontan kembali ke dunia nyata.
“Pagi – pagi sedang berkhayal apa?” tanya Nisaki, temannya Risa.

“Heh? Nisaki… Mengagetkan saja. Siapa yang berkhayal? Huh!” kata Risa.

“Itu. Di keningmu tertulis begitu” kata Nisaki meledek.

“Huh? Kening kepalamu! Aku tadi menabrak seseorang, dan semua bukuku terjatuh” jawab Risa kesal.

“Oh… Memangnya siapa yang kamu tabrak pagi – pagi begini?” tanya Nisaki lagi.

“Aku tidak kenal. Itu dia, baru saja masuk. Mungkin kakak senior” kata Risa sambil menunjuk ke arah
laki – laki yang ditabraknya tadi.

“Huh!!? Junichirou Yuki!?” teriak Nisaki dengan ekspresi tidak percaya.

“Junichirou Yuki?” tanya Risa bingung.

“Iya! Dia itu idola sekaligus murid top sekolah kita! Huaa….! Yuki – chan!” jelas Nisaki yang kemudian meninggalkan Risa dan berlari mengejar idola yang katakannya tadi.

“Idola? Murid top? Ada – ada saja” kata Risa dalam hati kemudian melanjutkan langkahnya ke kelas.

Kelas 2 – A berjalan seperti biasanya. Kelas dimulai saat bel berbunyi. Semuanya terlihat mengikuti pelajaran dengan serius, kecuali Aikawa yang tidak hadir dan tidak jelas kabarnya.

Hari semakin siang seiring waktu berjalan. Risa melihat ke arah jam dinding yang terpajang tepat di atas papan tulis hitam kelasnya. Jarum pendek terlihat menunjukkan angka 1 sedangkan yang lebih panjang berhenti tepat di angka 12.

“Huff… Akhirnya hingga detik terakhir tidak datang juga” kata Risa dalam hati.

“Dasar tukang bolos! Huh!” tambah Risa jengkel.

Beberapa saat kemudian, bel tanda sekolah usai pun berbunyi. Para murid pun berhamburan keluar dari sekolah dengan antusias menuju rumah mereka masing – masing. Namun satu dari mereka yang paling antusias adalah Risa, gadis yang sudah tidak sabar menunggu tibanya malam di hari Natal ini.

“Huff… Aikawa kenapa ya? Hari ini tidak datang ke sekolah. Jadinya tidak bisa cerita soal kencanku.” kata Risa dalam hati.

“Hmh… Ya sudahlah, sekarang lebih baik aku pergi transfer dulu biaya kencannya” kata Risa di tengah perjalanan pulang.

Di tengah perjalanan, Risa mampir di sebuah ATM di samping jalan. Ia mengeluarkan sebuah kartu dari dompetnya, kemudian memasukkannya ke ATM tersebut untuk mentransfer uang yang dijanjikan untuk kencannya.

“Hup! Selesai. Sekarang tinggal persiapan diriku saja” kata Risa saat selesai mentransfer.

“Hmm… Aku akan pakai baju ya apa malam nanti?” kata Risa dalam hati sambil terus tersenyum selama perjalanan pulangnya.

***

Setiba di rumah, Risa langsung membuka notebooknya, kemudian membuka akun emailnya dan mengirimkan email ke organisasi yang telah berjanji akan menyediakan layanan kencan untuknya. Ia menkonfirmasi bahwa uang untuk biaya kencannya telah dikirimkan ke nomor rekening yang diberikan organisasi itu.

Tidak lama kemudian, email balasan pun masuk. Organisasi tersebut mengatakan bahwa uang yang dikirimkan Risa telah diterima, dan Risa diminta untuk bersiap – siap dan menunggu di depan rumahnya malam nanti pukul 7 malam.

Email balasan dari organisasi itu semakin membuat Risa tidak bersabar menunggu tibanya malam. Semua pakaiannya pun dikeluarkan dari lemarinya. Mulai dari pakaian yang biasa digunakannya untuk jalan – jalan hingga pakaian untuk pesta. Satu per satu dicobanya dengan antusias sambil melihat bayangan dirinya di depan cermin.

***

Matahari telah pulang ke ufuknya, kini giliran sang bulan memperlihatkan kecantikannya dengan ditemani taburan bintang di langit gelap. Cuaca malam natal hari ini terlihat lebih cerah dibandingkan malam – malam sebelumnya. Sama sekali tidak terlihat adanya salju yang turun.

Malam yang telah dinanti – nantikan Risa pun tiba. Ia telah lama bersiap – siap sebelum waktu yang dijanjikan. Kini ia melangkah keluar dari rumahnya dengan dandanan yang membuatnya tampak seperti seorang gadis dewasa. Bubble dress lengan panjang berwarna abu – abu gelap terpadu indah dengan gelapnya langit hitam bersama putihnya salju yang menutup jalanan. Sedangkan sheepskin pugboots hitam setinggi lutut dipasangkan dengan celana legging panjang yang juga berwarna hitam membuat penampilan Risa terkesan elegan.

Risa berhenti di depan gerbang rumahnya, tepat di bawah lampu penerangan jalan. Sambil merapikan dandanannya, Risa melihat ke arah jam tangannya yang berwarna putih.

“Masih 10 menit sebelum jam 7” kata Risa dalam hati.

“Aku terlalu bersemangat” tambah Risa sambil tersenyum kecil.

Tidak lama kemudian, dari ujung jalan yang gelap dan sepi terlihat sebuah sosok yang berjalan menuju ke arah Risa.

Semakin dekat, semakin jelas sosok yang terus ditatap oleh rasa penasaran Risa itu. Seorang laki – laki berpakaian kostum santa sambil menjinjing sebuah kantong kain berwarna merah layaknya sinterklas melangkah menyusuri jalan yang remang – remang.

Setelah pandangan mulai jelas, Risa kaget dengan apa yang dilihatnya. Sosok santa yang terus diperhatikannya daritadi itu adalah orang yang sangat dikenalnya. Sebuah suara pun meyakinkan dirinya bahwa orang itu adalah teman dekatnya selama ini.

“Hai~” sapa Aikawa saat tiba di dekat Risa
.
“Ai….?” kata Risa dengan ekpresi bingung.

“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Risa penasaran.

“Menjemputmu” jawab Aikawa dengan senyum yang penuh dengan ketenangan.

Mendengar jawaban Aikawa, Risa semakin bingung dan rasa penasaran semakin merasuki pikirannya.
“Menjemputku?” tanya Risa lagi makin bingung.

“Jangan – jangan….”

Perkataan Risa terputus, ekspresi wajahnya kini berubah total menjadi tidak percaya dengan apa yang dilihat dan dipikirkannya.

“Aku dari sweetboys dating, datang menjemputmu untuk kencan” kata Aikawa.

“Kamu…, kamu dari sweetboys dating?” tanya Risa lagi seakan sedang berada dalam alam mimpi.

“I…Yaa” jawab Aikawa mengiyakan.

“Tapi….”

“Masih tidak percaya…?”

“Sini, lihat aku baik - baik” kata Aikawa sambil memegang kedua bahu Risa dan mendekatkan wajahnya.

“Aku Aikawa Kuroshima, datang menjemput Risa Mizunashi untuk kencan malam Natal”

Saat itu waktu bagaikan berhenti. Dua pasang bola mata indah yang saling menatap itu seperti membeku. Sepinya jalan menyisakan suara angin dan suara detak jantung kedua insan yang dihujani sinar bulan itu.

Tangan kanan Aikawa bergerak membelai lembut rambut poni Risa.

“Kamu…cantik sekali malam ini” kata Aikawa pelan.

Wajah Risa spontan berubah menjadi merah, jantungnya berdetak kencang.
Rasanya seperti dikagetkan oleh sambaran kilat melihat teman akrabnya yang sama sekali tidak pernah terlihat menggoda wanita sekarang berada di depannya untuk mengajak kencan.

Melihat Risa tidak terbiasa dengan sikapnya, Aikawa pun melepaskan tangannya.
Ia mengambil kembali kantong kainnya, dan mengeluarkan sebuah kotak kado yang terikat indah oleh pita merah bermotif pohon natal.

“Ini untukmu” kata Aikawa memberikan kotak kado tersebut.

“Huh? Ini…apa?” tanya Risa dengan nada malu.

“Buka saja” jawab Aikawa.

Rasa penasaran mendorong Risa untuk membuka kado bersampul merah yang diberikan Aikawa itu. Dengan perlahan dilepaskannya pita yang melingkar di kado tersebut.

Risa membuka kotak kado itu pelan – pelan sambil mengintip ke dalamnya. Seiring gerakan tangan membuka penutup kotak, akhirnya kado tersebut pun terbuka lebar.

Rasa kaget kembali menyambar Risa setelah menemukan apa yang ada dalam kotak kado yang diberikan Aikawa.

“Ini…”

“Kostum sinterklas yang kamu lihat kemarin di kota”

“Untukku?”

“Tentu. Kamu ingin sekali memakainya kan?”

“Tapi ini kan mahal”

“Aku tidak memakai uangku sepenuhnya untuk membeli itu”

“Terus bagaimana kamu bisa mendapatkannya?”

“Itu dari biaya kencanmu”

“Huh? Biaya kencanku?”

Risa berpikir sejenak sambil memperhatikan kostum santa yang ada dalam kotak kado.

“Oh iya, aku sempat membayar 3000 ribu yen” kata Risa dalam hati.

“Tapi, bukankah kostum ini sepasang, dan harganya 6000 ribu yen?” tanya Risa lagi.

“Itu… Aku menambahkannya dengan uang saku ku 3000 ribu yen” jawab Aikawa tertawa kecil.

“Oh… Maaf, jadi menyusahkanmu” kata Risa dengan nada pelan.

“Haha… Kamu ini. Hal itu jangan terlalu dipikirkan. Bukankah hari ini kita kencan, jadi harusnya kamu senang, jangan cemberut begitu” kata Aikawa menghibur.

“I…iya. Tapi, aku bingung kenapa bisa kamu yang jadi teman kencanku?”

“Soal itu…, nanti kuceritakan. Sana ganti kostum santa itu”

“Baiklah... Tunggu sebentar ya”

“Aku tunggu di sini. Jangan lama – lama, nanti aku bisa mati beku” canda Aikawa.

Kemudian Risa pun bergegas masuk ke rumahnya dengan membawa kostum santa yang diberikan Aikawa. Dengan cepat ia melepaskan semua pakaian yang telah disiapkannya dari siang itu, kecuali celana leggingnya, dan berganti ke kostum santa.

Selesai merapikan dandanannya, Risa memakai kembali sheepskin pubootsnya dan berlari keluar mencari Aikawa yang sedang menunggunya di luar.

“Emh…”

“Sudah?”

“I…iya…”

“Baju dan roknya cocok?”

“Pas dengan ukuranku. Terima kasih…”

“Haha… Aku tidak pernah melihat wajah Risa yang terus tersipu malu daritadi, imut juga haha…”

Mendengar perkataan Aikawa, wajah Risa semakin memerah dan tersipu malu.

“Dasar Ai…!” keluh Risa.

“Haha… Bercanda” kata Aikawa tersenyum.

“Bagian lengannya tidak kependekan kan?” tanya Aikawa.

“Emh… Tidak, begini pas” jawab Risa sambil meluruskan kedua lengannya.

“Baguslah. Kalau kependekan nanti kamu bisa kedinginan” kata Aikawa.

“Baiklah, yuk jalan ke kota” ajak Aikawa.

“Hm… Yuk” kata Risa yang kemudian berjalan di depan Aikawa.

“Sebentar” cegah Aikawa, kemudian memakaikan sebuah topi santa ke kepala Risa.

“Begini lebih imut” kata Aikawa sambil merapikan rambut poni Risa.

“Terus… Sini, jangan jauh – jauh” tambah Aikawa sambil menarik pelan tangan Risa untuk mendekat.

“Kebetulan syal ini hanya satu, jadi kita pakai berdua ya” kata Aikawa sambil melepaskan setengah syal yang melingkar lehernya dan kemudian direntangkan melingkari leher Risa.

“Nah, begini baru terlihat kencan. Yuk jalan” kata Aikawa tersenyum sambil meraih tangan kanan Risa.

Sikap Aikawa terus membuat Risa tersipu malu sepanjang jalan, dan jantungnya terus berdetak kencang. Syal yang melingkari dirinya dengan Aikawa terlihat bagaikan sebuah ikatan hubungan baru selain hubungan teman yang selama ini mereka jalani. Dan karena syal tersebut kini ia tidak akan bisa berjalan jauh dari Aikawa. Namun di balik perasaan malu dan canggung itu, ia merasakan sebuah kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, sebuah perasaan yang sungguh nyaman sekali.

“Aikawa malam ini terlihat berbeda sekali. Atau hanya perasaanku ya?” kata Risa dalam hati sambil mencuri pandang ke arah Aikawa.

“Kalau diperhatikan terus, ternyata tampan juga, hihi…” tambah Risa tertawa kecil.

“Kenapa tertawa?” tanya Aikawa.

“Tidak…”

“Hm? Apa aku kelihatan seperti sinterklas asli? Hoho…”

“Iya. Mirip kalau rambut coklatmu itu di cat putih, terus dipasang jenggot dan kumis putih, haha…”

“Jadi mirip badut, hehe…”

“Hihi…”

Perlahan – lahan Risa mulai bisa menyesuaikan diri dan perasaannya di kencan pertama kalinya. Ia terlihat menikmatinya, walau awalnya gerogi dan malu.

Sambil menyesuaikan langkah kaki Aikawa, Risa membelai bulu – bulu wol putih yang menghiasi di salah satu ujung syalnya.

“Lembutnya… Hm…” senyum Risa.

Selain di kedua ujung syal, bulu wol putih juga menghiasi di setiap ujung lengan baju dan rok santa, tak terkecuali ujung topi santa Risa.

“Oh ya. Kamu belum jawab pertanyaanku” kata Risa tiba – tiba di tengah perjalanan.

“Soal kenapa aku bisa jadi pasangan kencanmu?” tanya Aikawa tenang sambil terus berjalan.

“Iya. Kenapa?” tanya Risa dengan rasa ingin tahu yang kuat.

“Emh… Sebenarnya aku salah satu anggota dari kelompok itu” jawab Aikawa menurunkan kecepatan langkah kakinya.

“Jadi yang membalas emailku itu? Kamu?” tanya Risa lagi.

“Bukan. Itu pasti salah satu dari mereka”

“Mereka?”

“Ya. Yang kudengar, kelompok itu diketuai oleh 3 orang. Tapi aku tidak tahu siapa mereka”

“Huh? Kamu tidak tahu? Kenapa bisa tidak tahu?”

“Iya. Mereka merahasiakan identitas mereka. Selama ini kita hanya berhubungan lewat email. Bahkan aku tidak tahu anggota yang lain”

“Oh…”

“Kemarin malam, aku dikirimkan email. Katanya ada tugas untukku, menemani kencan seorang gadis SMA di sekolahku”

“Aku penasaran siapa gadis itu. Tapi di luar dugaan, ternyata gadis itu adalah kamu” jelas Aikawa dengan nada yang tenang.

“Aku… Juga tidak menduga ternyata kamu adalah salah satu dari mereka” kata Risa tersenyum.

“Tapi aku senang, ternyata pasanganku adalah Aikawa”

“Kamu senang? Baguslah” balas Aikawa tersenyum juga.

“Tapi, sweetboys itu misterius ya. Bahkan sesama anggota tidak saling kenal”

“Iya. Begitulah cara kerja mereka”

“Lihat… Itu pohon natal yang ada di pusat kota. Kita hampir sampai” kata Aikawa sambil menunjuk ke pohon natal yang menjulang tinggi di pusat kota.

“Huh? Rasanya kemarin tidak sebesar itu”

“Haha… Kamu saja yang tidak pernah perhatikan. Yuk cepat” kata Aikawa mempercepat langkahnya sambil terus menggenggam tangan Risa.

“Iya…”

***
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.