• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

MUHAMMAD dalam 'KITAB SUCI DUNIA' Oleh : Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978)

bcak

IndoForum Newbie B
No. Urut
77168
Sejak
6 Agt 2009
Pesan
221
Nilai reaksi
2
Poin
18
MUHAMMAD dalam 'KITAB SUCI DUNIA', meragukan????????

Om Swastyastu rekan-rekan sedharma,

ini saya menemukan sebuah e-book yang menarik yang cuma berukuran 476 kb dan bisa didownload dari,
http://www.pakdenono.com/download/muhammad_kitab_dunia.zip

nah saya kutip sedikit saja,.........:)
KEDATANGAN NABI MUHAMMAD DIRAMALKAN DALAM KITAB SUCI HINDU (16/18)


NUBUATAN TENTANG NABI DALAM SAMA WEDA.

Sama Weda adalah satu dari empat Weda, dan menurut para Brahmana Sama Weda, kitab ini lebih unggul dalam penghormatan dibanding Weda yang lain. Kata Sama dalam kepustakaan keagamaan berarti ketenangan, ketenteraman, berbicara lembut seperti dengung lebah dan juga suatu nyanyian.

‘Gitishu sama akhya’ ‘lagu-lagu itu disebut sebagai Sama’. Ciri lain dari Weda ini yalah bahwa manteranya khusus cocok untuk dinyanyikan dengan berirama dan nyaman terdengar. Kedudukannya yang tinggi di antara kitab-kitab agama Hindu jelas dari kutipan berikut ini:

“Yajur Weda adalah kepala Brahma, Rig Weda adalah anggota badan bagian kanan, Sama Weda anggota badan bagian kiri, Upanishad itu jiwanya dan Atharwa Weda ekornya” – (Taitreya Aranyaka 2:9,10 ).
‘Yajur Weda adalah perutnya dan sama Weda adalah kepalanya” – (Kaushitki Brahmana 6:11).
“Rig Weda itu cahaya, Yajur Weda kekuatan dan Sama Weda adalah kemasyhuran” – (Shatpath Brahmana 12:3.4.9).
“Rig Weda adalah bumi, Sama Weda atmosfir dan Yajur Weda adalah langit” – (Taitreya Upanishad).
“Sama Weda adalah pori-pori dan Atharwa Weda adalah mulut” – (Atharwa Weda 10:7.20).
“Sama Weda itu sesungguhnya adalah suami dari Rig Weda” – (Shatpath 8:3.1.5).
“Sama Weda adalah inti-sari dari semua Weda” – (Shatpath 12:8.3.23).
“Dunia ini dicipta dari Brahma, Waisya dicipta dari mantera Rig Weda, Ksatrya diciptakan dari Yajur Weda dan Brahmana diciptakan dari Sama Weda” – (Taitreya Brahmana).
“Sama Weda tidak dinyanyikan oleh Om melainkan oleh Hin – (Shatpath 1:4.1).
“Yajur Weda adalah tulangnya, Sama Weda kulitnya dan Yajur Weda hatinya” – (Atharwa Weda 9:6.2).


Sama Weda juga menceriterakan banyak nubuatan mengenai kedatangan Nabi Suci Muhammad. Kita petik hanya satu di antaranya. Ramalan ini terdapat dalam Sama Weda, 2:6.8.

“Ahmad memperoleh hukum-hukum agama dari Tuhannya. Hukum ini penuh dengan kebijaksanaan. Aku menerima cahaya dari-Nya tepat seperti dari matahari”.
Nubuatan ini memperkuat kebenaran berikut ini:
Nama Nabi Ahmad dengan jelas disebutkan.
Nabi juga dikatakan telah dianugerahi Hukum oleh Tuhannya.
Dia juga dikatakan telah dikaruniai kebijaksanaan bersamaan dengan itu.
Resi diterangi melalui Hukum dari Nabi seperti halnya pelbagai obyek yang diterangi oleh cahaya matahari.

Sina Acharya, seorang mufasir tua dari Weda, dan para penerjemah Arya lainnya telah membuat kesalahan dalam menerjemahkan mantera ini. Mereka tidak mampu memahami nama Arab Ahmed, dan mengambilnya sebagai Ahm at hi, jadi menerjemahkan mantera itu sebagai: “Saya sendiri telah
memperoleh kebijaksanaan sejati dari Bapaku, sehingga saya seperti matahari”. Terjemahan ini terbuka untuk dua keberatan.

Pertama, resi dari mantera ini adalah Vatsah Kanvah termasuk dalam keluarga Kanv dan pengakuannya sebagai satu-satunya orang yang memperoleh kebijaksanaan sejati dari Bapa jelas bertentangan dengan Weda Dharma. Telah disebutkan dalam Weda akan adanya seratus satu resi seperti Vatsah, dan tidak ada bukti untuk menunjang pengakuan Vatsah ini bahwa dia adalah satu-satunya penerima kebijaksanaan Bapa.

Kedua, dewa dalam mantera ini adalah Indra, dan Vatsah Kanvah bukanlah satu-satunya putera dan pewarisnya. Tidak ada bukti sejarah untuk kenyataan bahwa Vatsah sendiri yang menjadi pewaris dan penerus Indra. Jadi Resi tidak dapat membuat pernyataan palsu.

Betapapun, Quran Suci telah memecahkan teka-teki ini dengan firman-Nya:

“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai Saksi, dan pengemban kabar baik, dan sebagai juru ingat. Dan sebagai orang yang mengajak kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai Matahari yang menerangi” (Q.S. 33:45-46).

Jadi, Nabi adalah pembawa kabar baik dan Matahari yang memberikan cahaya (ruhani) kepada dunia. Di tempat lain al-Quran berkata:

“Maha Berkah Dia Yang membuat bintang-bintang di langit, dan di sana Ia membuat pula matahari dan bulan yang menerangi” (Q.S. 25:61).
Ada dua macam bintang dan planet di angkasa ini. Bintang yang memiliki cahaya sendiri dan mereka yang menerima cahaya melalui planet lain. Rembulan dan bintang pada waktu malam menerima cahaya dari matahari dan dengan cara itu memberi saksi akan kehadirannya. Begitu pula Nabi Muhammad adalah matahari dan nabi-nabi yang lain adalah seperti rembulan dan bintang-bintang yeng menerima cahaya dari beliau dan menyinari bumi dari masa ke masa. Resi Vatsah berkata bahwa dia itu seperti matahari, adalah cara lain untuk menyatakan bahwa dia menerima cahaya dari Ahmad Nabi Islam, yang tentang kedatangannya telah dia ramalkan. Nabi Muhammad memiliki cahayanya sendiri dan yang lain memetik cahaya mereka dari beliau.

KEDATANGAN NABI SUCI MUHAMMAD SEBAGAIMANA DIRAMALKAN DALAM GAYATRI MANTRA, INDUK DARI WEDA DAN KAUM HINDU.

Bagi kaum Hindu, Gayatri mantra mengusung banyak sekali makna suci yang sama seperti kalimah suci (kalimat syahadat) bagi kaum Muslimin. Mantera (ayat-ayat suci) ini, juga disebut Sawitri, induk dari semua Weda, sama seperti Surat al-Fatihah (surat pembukaan dari Quran Suci) yang telah disebut Umm-al Quran (induk atau basis dari al-Quran) oleh kaum Muslimin. Dalam bahasa perumpamaan, Gayatri mantra itu seperti ratu yang tak terperikan cantiknya; dan bayangannya adalah dia turun dari langit, dan karena itu, berisi kehangatan dan rahmat dari seluruh dewa-dewi di langit. Dalam Gayatri mantra, hanya ada sepuluh kata-kata, dan duapuluh empat silabus (kata singkatan); dan karena itu suatu triplet, maka setiap baris berisi delapan silabus. Gayatri mantra, secara kiasan, telah dipandang dan dianggap sebagai pasangan Brahma – Brahma yang sama kepada siapa, menurut kepercayaan Hindu, seluruh keempat Weda telah diwahyukan. Meskipun Weda itu empat jilid besar, namun Gayatri mantra adalah induk dari semuanya; dan jika mantra ini, di satu sisi, merupakan induk dari Weda, ini juga, di sisi lain, induk dari semua kaum Hindu juga, yang merupakan suatu nama gabungan dari tiga komunitas, Brahmana, Ksatrya dan Waisya. Gayatri mantra diketemukan nyaris di semua Weda. Ini telah dinyanyikan dalam Upanishad yang otentik serta banyak Sastra yang lain – dinyanyikan dengan alasan bahwa ini adalah sebuah lagu suci dan tanpa lagu itu seorang Hindu tidak dapat disebut sebagai penganut agama Hindu. Seperti halnya baptis dalam agama Kristen, dan Kalimah Syahadat bagi seorang Muslim, begitu pula Gayatri mantra dalam agama Hindu. Adalah ayat ini yang pertama sekali dibacakan oleh seorang guru ruhani pada waktu mengalungi seorang anak kecil Hindu dengan benang suci. Setiap hari, pagi dan petang, pada saat matahari terbit dan terbenam, Gayatri mantra dibacakan dalam sembahyang, dan ketika itu dibacakan, semua anggauta tubuh yang berbeda-beda itu disentuh dengan berurutan – hidung, telinga, mata, mulut, kepala, telapak tangan, masing-masing jari secara terpisah, lengan dan pusar, serta berdoa kepada dewata untuk keselamatan dan perlindungan dari anggauta tubuh itu. Di samping sembahyang harian, ini juga dibaca dan dilagukan dalam upacara perkawinan, festival serta pawai umum. Pembacaan Gayatri mantra membawa dalam dirinya pengaruh kebaikan dan manfaat yang tak terhitung. Ini tidak saja menjadi jaminan bagi seorang Hindu akan kesejahteraan dan kesehatan dari semua anggauta tetapi juga membasuh semua dosa. Betapapun menakutkannya dosa seorang Hindu yang telah dilakukannya, dia tidak perlu sakit karena cemas atau ketakutan; cukup membaca Gayatri mantra dengan tasbih 3.000 kali, dan akan puas serta gembira bahwa dosanya telah diampuni dan dimaafkan. Dosa yang sama juga bisa dihapuskan bahkan dengan cara membacakannya setiap hari. Gayatri mantra, seperti anda dengar, telah turun dari langit; tetapi keajaibannya yalah bahwa ini juga mengandung tenaga yang membawa pembacanya ke langit tinggi. Karena Gayatri itu bersumber dari mulut Brahma, dan ibu dari kaum Brahmana, Ksatrya dan Waisya. Kewajibannya hanyalah memberi makan dan susu kepada mereka; karena tak ada ibu yang wajib menyusui keturunan orang-orang lain. (39) Dan karena itu adalah hal yang murni dan suci, bangsa-bangsa yang tidak bersih tidak bisa menuntut akan hal itu. Setiap orang, perseorangan maupun kaum, harus menyimpan barangnya dalam penjagaan yang aman; dan ini tidak menjadikan yang lain bisa mengambil manfaat yang tidak perlu untuk menuntut hak milik orang lain.

Semua faktor ini tergabung dalam menegakkan pentingnya, agung dan unggulnya Gayatri mantra. Bangsa*bangsa selain Hindu barangkali tidak bisa memahami dan mengagumi kenapa suatu triplet yang terdiri dari tiga baris bisa menjadi isteri seseorang dan induk dari bangsa-bangsa yang demikian besar serta ibu dari berjilid-jilid Weda yang besar. Dan karena alasan inilah maka saya telah mengangkat pena sehingga saya bisa memahami setidaknya sesuatu bagi diri saya sendiri, dan juga membuat yang lain bisa memahaminya.

Pengetahuan atas arti penting dari Gayatri Mantra itu tidak diperlukan.

Mereka berkata bahwa sekedar membaca lisan Gayatri mantra maka semua kehendak dan keinginan hati akan terpenuhi dan terlaksana. Karena itu, tidaklah penting untuk mengenal arti penting dan maknanya. Ini hanya sekedar masalah kepercayaan dan dogma, dan karena itu, apa perlunya memasuki perbincangan tentang itu. Ini adalah dari dewata, dan sesuatu yang indah; sehingga bodoh dan tak ada gunanya menimbang dan memeriksa keindahannya dalam neraca hukum dan logika. Bukankah suatu keajaiban kecil di mata bahwa mantera ini pada saat yang sama bisa berpengaruh, baik sebagai racun maupun obat sekaligus? Di mana bagi kaum Brahmana, Ksatrya dan Waisya ini merupakan obat yang menguasai, suatu risalah tentang anugerah dan kebahagiaan, tetapi bagi kaum Sudra pandangan terkutuk terhadapnya mendapat sanksi kematian dan kehinaan. Orang-orang yang berusaha menyelami dan mencermatinya dengan sarana pisau tajam hukum logika dan bahasa, dicambuk dengan keras bahwa mereka telah terasing dari kebaikan serta berkah di dua dunia. Alasannya jelas yalah bahwa dalam mencari jalan untuk memahami maknanya yang benar, maka labirin hukum bahasa akan menimbulkan kekacauan sedemikian luasnya sehingga akan sangat sulit untuk memperoleh pengertiannya yang tepat. Apa yang mau dikata bagi kita, sedangkan pandit dengan kemampuan dan enersi yang besar saja, dalam permainan ini, telah terjebak dalam kebingungan dan putus asa. Bahasa dari mantra ini tak begitu sulit, tetapi kata-katanya telah disusun keluar dari takaran sedemikian rupa sehingga fikiran, alih-alih menapak lebih lanjut untuk memahami artinya, malah lebih senang bergerak mundur. Pastilah lebih mudah untuk menyusun mantera sesuai dengan selera dan kecenderungan kita, atau bahkan menciptakan Gayatri baru dalam bahasa Hindi, Urdu atau Inggris, tetapi pasti sulit dan berat untuk menerjemahkan makna tersembunyi dari Gayatri yang nyata, diwahyukan dan dari langit.

Arti harfiah dari Gayatri (Rig Weda 3:62:10)

That Savitur Varenyam Bhargo Devasya Dhi Mahi Dhiyo Yo Nah Prachodyat

Arti harfiahnya adalah: “Matahari itu, yang benderang dan murni, kebijaksanaan tuhan yang besar – semoga dia mempertajam dan menghaluskan kecerdasan kami.

Dalam terjemahan ini kami tidak akan menambah sedikitpun dari pendapat sendiri. Teks dari Gayatri telah dikutip dari Rig Weda, mandal 3, Sukt 62, mantra 10 : dan terjemahnya juga, bukannya dari kita melainkan dari para pandit sendiri.

KEKABURAN DALAM PENERJEMAHAN

.Kesulitan pertama: Orang, tempat atau benda yang dirujuk oleh kata depan yang demonstratif tat (itu), atau, dengan perkataan lain, obyek utamanya, tidak dapat diyakinkan. Matahari adalah obyek langsung dari sembahyang dan pemujaan dari mantra sehingga kata depan yang demonstratif tat, yang menunjuk obyek yang sangat jauh, karena itu, tidak dapat digunakan untuk matahari. Dalam bahasa Arab dan Inggris definite article menunjuk dengan jelas kepada noun yang khusus dari kalimat itu: ‘Alif lam’ dalam bahasa Arab, dan ‘the’ dalam bahasa Inggris, ditempatkan sebelumnya dan dilekatkan kepada kata bendanya. Namun, dalam Weda, tidak ada huruf besar maupun definite article. Misalnya, kata benda agni tidak mempunyai huruf besar ataupun definite article yang melekat sebelumnya padanya; sehingga orang tidak dapat mengatakan apakah agni itu dewa ataukah resi, api ataukah panas alami. Latihlah akal sehat anda dan ketemukan sendiri apakah itu api biasa ataukah dewa agni yang dimaksudkan. Dalam ayat yang didiskusikan sulit jadinya untuk mengetahui particular noun ataukah pribadi yang dimaksudkan di sini. Dalam bahasa sanskerta, katakerja untuk laki-laki dan perempuan bentuk atau rupanya sama saja. Anda bisa, dalam menerjemahkannya, menganggapnya sebagai lelaki atau perempuan. Misalnya, makan makanan, bisa bagi seorang laki-laki, dan juga bisa bagi seorang perempuan. Di-klaim sebagai kecanggihan bahasa Sanskerta bahwa satu kalimat dalam bahasa ini bisa memiliki limapuluh arti yang berbeda. Dalam kenyataannya, ini bukan suatu kualitas yang baik, karena ini jelas bertentangan dengan prinsip keelokan serta kemurnian dari bahasa itu yang dengan sarana mana kita dapat sampai kepada maksud yang benar dan tepat dari si pembicara.

SIAPAKAH YANG DITUJU DALAM DOA ITU?

Mengingat kebingungan ini dalam pergelaran kita, orang pasti akan tergoda untuk bertanya: Kepada siapakah doa itu ditujukan dalam mantera tersebut? Kepada Matahari, atau Cahaya Matahari, atau kebijaksanaan dan kecerdasannya?

Tetapi kepada Gayatri mantra para pandit telah memulainya dengan empat kata yang tidak ada dalam Weda : Om bhur bhavah svaha. Kata Om, sebagaimana bisa dicatat, tidak diketemukan dimanapun dalam Rig Weda. Empat kata-kata ini mereka rubah dan selipkan sebelum pembacaan Gayatri mantra demi alasan bahwa ini semoga pada akhirnya bisa menghasilkan beberapa kepentingan. Beberapa pandit, demi menjadikan Matahari sebagai obyek utamanya, dari istilah tat, mereka tambahkan supaya cocok kata tasya sesudahnya. Dalam hal ini, istilah tat kelihatannya jadi berlebihan dan mubasir. Fikiran yang disebut di atas berasal dari orang-orang yang menggeluti kepercayaan Suraj Bhagwan, Tuhan-matahari. Tetapi ada juga orang-orang lain yang berpandangan bahwa doa di atas tidak ditujukan kepada Matahari, meskipun dewa dalam mantra, menurut peraturan, adalah dewa yang dituju dan didambakan. Alasan yang ditambahkan oleh orang-orang yang berpandangan bahwa doa itu tidak ditujukan kepada Matahari melainkan kepada Cahaya Matahari, juga layak untuk dipertimbangkan, karena doa kepada kekuasaan dan gelar seseorang sesungguhnya berarti permohonan kepada tuannya. Ini hanyalah setengah kebenaran. Ketika anda memuji kepada suatu rumah, suatu kerajinan atau seekor kuda, ini sesungguhnya memuji pemilik dan tuannya. Tetapi setelah pujian itu, doa atau permohonan selalu harus ditujukan kepada tuannya. Ketika anda memuji suatu rumah, atau keterampilan, atau kuda, sesudahnya tak mungkin anda berkata: Wahai rumah Panditji, saya mohon kepadamu untuk masuk; atau biarkanlah saya keluar; dan itu akan menjadi kebaikan yang besar dari anda; wahai kuda Panditji, perbolehkan saya menunggangi punggung mu. Namun sungguh patut disayangkan bahwa para pandit tidak mau mendengarkan kata-kata bijak ini, dan puas dengan dengan mantera semacam ini dan itu, permohonan ditujukan, tidak kepada tuannya melainkan kepada atributnya. Mereka mengutip mantera berikut ini:

PEEPVANSAM SARASVATAH ASTNAM YO VISHV DARASHTAH –BHAKSHI MAHI PRAJAM ISHAM.

yakni, Montok dan menonjol dengan indah payudara Saraswati, dalam pemandangan dan penglihatan dari semuanya; kami menyeru dan bermohon kepada mereka untuk menganugerahi kami anak-anak serta roti (Rig Weda 7:96:6).

Mantera ini seolah-olah tidak anggun atau berbudaya. Tetapi bacalah peragaan kita atas itu per bagian Para pandit berbantah bahwa permohonan dalam mantera ini tidak ditujukan kepada dewi Saraswati, tetapi kepada kemontokan dadanya. Doa itu, meskipun tidak secara langsung, pada akhirnya telah tertuju kepada sang dewi melalui saluran tersebut.

Tekanan penuh dari Gayatri mantra itu pada baris terakhirnya, yang berharap semoga bisa mempertajam dan menghaluskan kecerdasan kita. Beberapa orang menerjemahkannya sebagai: itu bisa menyucikan fikiran kita; yang mana, tentunya, suatu doa atau aspirasi yang cukup bagus. Doa apa yang bisa lebih bermanfaat dan terpuji kecuali kebijaksanaan dan kecerdasan seseorang itu bisa ditinggikan dan diperhalus? Di beberapa tempat dalam Weda doa yang sama juga terdapat. “Sam nah shishihi bhurijoriv Khohvram”. Ini berarti: “Pertajamlah kecerdasanku seperti mata pisau cukur”. Beberapa pandit, setelah gelisah dan bingung oleh kendala dimana hukum bahasa telah dibuang dalam memahami Gayatri mantra, telah mengusulkan bahwa apapun juga caranya terjemah dari mantera itu dibuat baik dan bisa disetujui, ini harus dilakukan, dan bahwa Weda tidak terikat pada suatu hukum, dan bahwa banyak contoh dalam Weda dimana jumlah jamak telah digunakan untuk tunggal, dan sebaliknya, dan bahwa kalimat serta mantera (ayat) seringkali tidak lengkap, yang seharusnya, dengan pertolongan seni dan keahlian anda, bisa diterjemahkan dengan lengkap dan sepenuhnya.
Nah dari itu semua saya harap umat sedharma memahami apa yang menjadi 'motivasi' dari ditulisnya dalam buku ini dan kiranya memahami kenapa saya mempost e-book ini disini agar pemahaman kita sebagai umat Hindu tetap kuat dan jangan sampai di'lecehkan' seperti ini yang menurut saya ini ditulis oleh ORANG YANG SOK TAU AKAN HINDU, dan untuk itu saya berharap rekan-rekan sedharma agar lebih memahami apa yang terkandung dalam Veda sebagai kitab suci kita semua,....:)

ini juga akan saya kutip sedikit lagi dari e-book tsb,
'Om' bukanlah nama Tuhan.

Bahkan bila telah disajikan bahwa akar kata darimana "Om" itu berasal, adalah 'av' yang berarti pelindung atau pemelihara, tetaplah tak perlu bahwa ini dikira sebagai nama Tuhan; karena Krishna telah berkata dalam Bhagawad Gita (9:17) : "Aku membuat semuanya bersih, Akulah "Om", Akulah pengetahuan mutlak, Aku juga Weda, Sam, Rig dan Yajush". Jika 'Om' itu adalah nama pribadi Tuhan, pastilah di suatu tempat dia didefinisikan sebagai suatu obyek dengan rincian asma-Nya, tetapi ini tak terdapat di manapun dalam ke empat Weda.

Bukannya menggunakan bentuk tunggal untuk 'Om', penggunaannya di dalam Weda adalah bentuk dua atau jamak (12). Begitulah disebutkan dalam Yajur Weda: "Semua pelindung dalam bahagia yang sangat" Yajur Weda 7:33, 33:80;(Dayananda bhashya, halaman 213). Ye Vishvadevas (semua dewa) yang melindungi"(Rig Weda 1:3:7; Nirukta 12:40). Dari sini kita bisa beralasan bahwa 'Om' berarti pelindung tetapi ini juga jelas bahwa ini adalah kata benda biasa. Pentingnya adalah ketika seorang pelindung yang diharapkan akan muncul, yang akan meyakini semua utusan Tuhan dan membenarkan ajaran mereka serta mengumumkan kesucian dan kesalehan mereka serta kesalahan mereka yang telah dilemparkan oleh para pengikutnya sendiri. Tidaklah cukup menyatakan: Bahwa Akulah 'Om'; atau 'Akulah Omega'. Akal sehat diperlukan untuk membuktikan pengakuan ini. Bangsa-bangsa dan pelbagai agama dipisahkan oleh tembok besar, lautan luas, dan perbukitan yang menakutkan, seluruh penghalang ini dibikin mulus hanya oleh rahmat yang dijanjikan yakni Muhammad -pengawal yang teguh dari keesaan Ilahi, persaudaraan para nabi serta kesatuan umat manusia. Seandainya misalnya seribu orang diseluruh dunia mengaku nabi, dan dari mereka ternyata 999 orang adalah nabi dan peramal palsu, maka dalam hal seorang yang selebihnya, sudah wajar, akan menjadi sangat diragukan. Tetapi bila salah satu dari mereka keluar untuk menegakkan dan membuktikan kebenaran dari seribu orang itu seluruhnya, dia pasti akan disebut pelindung atau penjaga kehormatan dan penghormatannya. Karena itu Nabi Suci Muhammad, Nabi yang besar, yang merupakan Juru-selamat kenabian dan kehormatan seluruh Nabi-nabi. Bebel, Injil, dan Kitab-kitab Suci kaum Hindu menisbahkan dongeng penuh dosa terhadap masing-masing nabinya dan Guru-guru Ketuhanannya sendiri; tetapi hanya Nabi Suci yang menyatakan dan mengajarkan tiada berdosanya semua nabi; dan karena itu beliau adalah Juru*selamat dan Pelindung ('Om') dari kehormatan para nabi seluruhnya. Seorang semacam itu haruslah Nabi yang Terakhir; dan karena alasan inilah maka bibir Wahyu Ilahi ditutuo dan disegel dengan kedatangan yang terpuji, yang dimuliakan M.
lagi-lagi dari pendapat yang sok tau,......:(

Bagaimana pendapat rekan-rekan sedharma semua,.......?
ayo kita bahas e-book ini yang terutama yang menyangkut tentang Hindu,...:)
 
Diskusi tentang hal Muhammad dalam kitab suci Hindu, sebetulnya sudah beredar banyak di internet dan sudah jelas-jelas palsu atau apapun istilah lainnya.

Adapun kesimpulan ebook ini, Muhammad adalah AVATARA, sangat bertentangan dengan konsep ketuhanan Islam, dimana Tuhan tidak mungkin menjelma dalam bentuk manusia (kemusrikan terbesar menurut monotheisme Islam).

Tapi pembicaraan tentang "nabi terakhir" merupakan suatu yang biasa bahkan merupakan bahan kajian dan polemic serius di kalangan agama-agama rumpun Abrahamik.

Jesus yang oleh para bapa gereja dianggkat sebagai anak Tuhan, mirip Avatara, dibantah keras oleh Muhammad dalam Qur’an. Jesus hanya dianggap sebagai nabi.

Di kalangan pemeluk agama-agama Rumpun Yahudi atau Abrahamik, ada konsep “Topology?” yaitu suatu konsep bahwa agama-agama yang terdahulu (kitab suci dan nabinya) hanya berperan menyiapkan agama-agama yang datang belakangan, yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya.

e-Book yang dimaksud pasti dalam kerangka topologi ini.

Penjelasan singkat ini mudah-mudahan membantu orang-orang Hindu untuk merumuskan sikap, terkait dengan ebook sejenis.


 
Diskusi tentang hal Muhammad dalam kitab suci Hindu, sebetulnya sudah beredar banyak di internet dan sudah jelas-jelas palsu atau apapun istilah lainnya.

Di kalangan pemeluk agama-agama Rumpun Yahudi atau Abrahamik, ada konsep “Topology?” yaitu suatu konsep bahwa agama-agama yang terdahulu (kitab suci dan nabinya) hanya berperan menyiapkan agama-agama yang datang belakangan, yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya.

e-Book yang dimaksud pasti dalam kerangka topologi ini.

Penjelasan singkat ini mudah-mudahan membantu orang-orang Hindu untuk merumuskan sikap, terkait dengan ebook sejenis.
Thanks bos Goesdun atas commentnya,
Sebetulnya saya sangat-sangat jengkel dengan hal ini karena dari e-book ini coba aja lihat daftar isinya;
MUHAMMAD DALAM KATA SINGKATAN MISTIK DARI KITAB SUCI HINDU
- 'Om' dalam Kitab Upanishad
- Pengucapan dan inti-sari dari 'Om'
- Kunci pemecahan ada dalam huruf 'M' dari 'Om'
- Om -Matahari yang bersinar di bumi
- Konsepsi Islam mengenai pengalaman mistik
- 'Om' bukanlah nama Tuhan
- Atharwa Weda dan Muhammad
- Mistik 'Om' dalam agama Buddha
- Pujian kepada Muhammad dalam bahasa bunga

MISTERI 'SWASTIKA' DIUNGKAP

- ‘Swastika’ – Emblem dari Matahari Yang Besar
- Swastika di Mesir Kuno
- Swastika mewakili Piramida Besar dari Ghizeh
- Horus dan empat puteranya melambangkan Sifat Utama Ilahi
- Sifat-sifat Allah
- Lambang Sapi, Banteng dan Horus
- Swastika dalam Kitab Suci Hindu
- Swasti dalam Kitab Weda
- Seorang Putera dari Perawan kepada siapa Tuhan memberi dia kehidupan yang baru
- Analogi Kata
- Suatu nubuatan yang menakjubkan untuk masa depan
- Hasrat yang teguh dari seorang bijak dalam Weda
- Penafsiran rasional atas bait-bait ini
- Suatu cahaya yang luas untuk menerangi bangsa Arya
- NUBUATAN YANG UNIK DAN MENAKJUBKAN : MATAHARI DI TENGAH MALAM
- Bait-bait Swasti di Rig Weda
- Kata-kata penutup tentang Swastika

KEDATANGAN NABI MUHAMMAD DIRAMALKAN DALAM KITAB SUCI HINDU

- PENGHORMATAN MAHARESI WIYASA KEPADA NABI
- NUBUAT LAIN YANG JELAS DARI WIASAJI
- NAMA SUCI MUHAMMAD DALAM ALLO ATAU ALLAH UPANISHAD
- NUBUATAN DALAM ATHARWA WEDA
- Kuntap Sukt dalam Atharwa Weda
- Nama yang diberkahi dari Nabi
- Dia adalah Pangeran Perdamaian
- DIA AKAN DISELAMATKAN DARI ANTARA MUSUH-MUSUHNYA
- RESI PENUNGGANG UNTA. Mantra 2
- NABI YANG MENAIKI UNTA
- PARA ISTERI NABI SUCI DISEBUTKAN DALAM WEDA
- Kenaikan Nabi atau Mi’raj
- Resi yang tersayang. Mantra 3
- Koin Emas
- Sepuluh kalung
- Tigaratus kuda pacu yang baik
- Sepuluh ribu sapi
- Pemujaan Nabi kepada Tuhan. Mantra 4
- Salat di medan perang. Mantra 5
- Penyiaran Kitab. Mantra 6
- NABI SEBAGAI LAKI-LAKI TERBAIK DAN SEORANG PEMBIMBING BAGI DUNIA. Mantra 7
- Penjelajahan dalam kerajaan kemakmuran dan perdamaian
- Parikesit yg Dijanjikan dlm Weda & Paraclete dari Yesus adalah satu & orang yg sama
- Muhammad memberikan perlindungan dan perdamaian kepada dunia. Mantra 8
- KERAJAAN PENUH PERDAMAIAN. Mantra ke-9
- TANDA BUKTI SUATU AGAMA SEJATI. Mantra ke-10
- NABI DIMINTA BANGUN DAN MEMPERINGATKAN. Mantra 11
- KEDERMAWANAN NABI. Mantra 12
- DOA RESI WEDA BAGI NABI . Mantra 13
- PUJIAN DAN DOA RESI. Mantra 14
- BEBERAPA FAKTA LAGI TENTANG NUBUATAN INI
- PERANG AHZAB DIGAMBARKAN DALAM WEDA
- Nabi Ahmad
- Sepuluh ribu lawan
- Nabi bertempur dalam peperangan yang lain
- Kekalahan musuh dalam penaklukan Mekkah
- Suatu kesaksian gabungan dari tiga Weda
- Rembulan sebagai motto bangsa Arab
- MUHAMMAD DENGAN SEPULUH RIBU SAHABATNYA
- Ka’bah dari kaum Muslim
- BEBERAPA ATRIBUT LAIN DARI KA’BAH
- SUATU GAMBARAN DARI KA’BAH
- NUBUATAN TENTANG NABI DALAM SAMA WEDA
- KEDATANGAN NABI MUHAMMAD DLM GAYATRI MANTRA, INDUK DARI WEDA & KAUM HINDU
- Pengetahuan atas arti penting dari Gayatri Mantra itu tidak diperlukan
- KEKABURAN DALAM PENERJEMAHAN
- SIAPAKAH YANG DITUJU DALAM DOA ITU?
- LUKISAN TENTANG MATAHARI YG MEMBERI CAHAYA (SIRAJ-AL MUNIRA) DLM GAYATRI
- KOKOK AYAM JAGO SEBAGAI PENGUMUMAN ATAS KEDATANGAN SIRAJAM MUNIRA

nah lihat dari daftar isinya saja bikin menjengkelkan dan bisa-bisanya mengartikan mantram Veda dengan seenaknya,.......X(
ini bikin malu saja,.......:(
 
eboook ini mecoba menjadikan dirinya sesuatu yang universal, tetapi ternyata tetap saja akan masuk dalam dua klasifikasi berikut:
1. Pra-sejarah agamanya.
2. Religi bersejarahnya.
Dan sejarah itu pula yang telah menyaksikan bangkit dan jatuhnya.

Tapi Kitab Suci Hindu sebagai Sanatan Dharma tidak termasuk dalam salah satu dari dua kategori itu, karena Sanatan Dharma tidak memiliki awal dan tiada memiliki akhir.

Sanatana Dharma memandu manusia menuju keharmonisan semesta “[FONT=&quot]Vasudev Kutumbhkam” yaitu “Semesta adalah Satu Keluarga”.[/FONT]



[FONT=&quot][/FONT]
 
ada beberapa hal yang bisa kita petik dari e-book narsist model beginian :
1. perasaan minder waardeg (hehe, pake istilah londo, tp ndak tau gimana nulisnya yg bener) alias tidak PD shg memerlukan sokongan pembenaran dan pengunggulan dari luar walo itu jelas2 false n corrupt fabrication. (ini krn ke-sok-tahuan mrk, istilah yg dpake bro bcak, salam knal bro).
2. sikap caufinisme beragama yg berlebihan, terlalu mengagulkan 'milik' sendiri sbg yg ter..., ter..., n ter.... bilamana perlu sambil mengobok-obok, menginjak dan menistakan 'milik' orang lain.
3. bagian dari 'jurus' ilmu topology sebagaimana uraian bro goesdun.
4. ini jelas2 merupakan pelecehan terhadap veda.
5. dll

lalu, pertanyaannya adl :bagaimana kalau 'milik'nya itu diperlakukan seperti itu oleh pihak lain? ambil contoh yg paling extrim deh, blog-na ali sina cs, kadang2 sy maen ksana, wah, miris sy bacanya.

hindu (yg benar adl sanatan dharma) sbg 'agama' tertua n abadi dgn paham tat twam asi tidak pernah melecehkan 'agama' lain, krn semua itu hanyalah salah satu jalan yg bisa ditempuh sesuai 'kenyamanan' masing2.
menyitir adagium dalam manawa dharma sastra, apa yang ada di tempat lain pasti ada disini, tetapi apa yang ada disini belum tentu ada di tempat lain. cmiiw.

om tat sat
 
ada beberapa hal yang bisa kita petik dari e-book narsist model beginian :
1. perasaan minder waardeg (hehe, pake istilah londo, tp ndak tau gimana nulisnya yg bener) alias tidak PD shg memerlukan sokongan pembenaran dan pengunggulan dari luar walo itu jelas2 false n corrupt fabrication. (ini krn ke-sok-tahuan mrk, istilah yg dpake bro bcak, salam knal bro).
2. sikap caufinisme beragama yg berlebihan, terlalu mengagulkan 'milik' sendiri sbg yg ter..., ter..., n ter.... bilamana perlu sambil mengobok-obok, menginjak dan menistakan 'milik' orang lain.
3. bagian dari 'jurus' ilmu topology sebagaimana uraian bro goesdun.
4. ini jelas2 merupakan pelecehan terhadap veda.
5. dll

lalu, pertanyaannya adl :bagaimana kalau 'milik'nya itu diperlakukan seperti itu oleh pihak lain? ambil contoh yg paling extrim deh, blog-na ali sina cs, kadang2 sy maen ksana, wah, miris sy bacanya.

hindu (yg benar adl sanatan dharma) sbg 'agama' tertua n abadi dgn paham tat twam asi tidak pernah melecehkan 'agama' lain, krn semua itu hanyalah salah satu jalan yg bisa ditempuh sesuai 'kenyamanan' masing2.
menyitir adagium dalam manawa dharma sastra, apa yang ada di tempat lain pasti ada disini, tetapi apa yang ada disini belum tentu ada di tempat lain. cmiiw.

om tat sat
yup betul,........:),
kadangkala pemahaman umat perlu lebih diperkuat dengan pengenalan akan arti dan pemahaman yang baik dari agama Hindu itu sendiri karena jangan sampai umat Hindu yang belum memilki pemahaman yang baik akan mudah terpengaruh oleh e-book yang sejenis dengan dalih bahwa Muhammad adalah penyelamat Hindu,.....?

Salam kenal Bli Dananjaya, smoga kita bisa sharing pengetahuan akan Hindu disini dan mungkin bisa memberikan pemahaman yang lebih baik akan Hindu...:)
 
@all

Kalo saya percaya bahwa nabi Muhammad adl nabi dan Islam adl agama yg benar karena memang kami menerima wahyunya, dan bukti yg paling nyata mengenai kebenaran Islam justru ditemukan di Bali,..kalo anda dengar dgn sangat teliti ketika Pemangku di Pura Dalem sedang mengadakan pengadegan Sesuhunan anda akan mendengar salah satu nama Dewa yg merujuk ke Islam,..itu kalo anda sadar..kalo penasaran anda boleh bertanya kepada mangku di Pura Dalem..saya sendiri sungguh terkejut mengetahui hal ini karena saya sendiri tahu ttg isi pengadegan Sesuhunan tapi saya tdk pernah menyadari kalo salah satu nama Tuhan yg dimaksud merujuk kepada Tuhan yg menurunkan Islam karena Guru Penuntun saya yg memberitahu,..tapi yg jelas Nabi Muhammad tdk sama dgn Sang Budha, Khrisna, ataupun Yesus..Nabi Muhammad adl manusia biasa yg terpilih utk "nyanggra sebuah agama baru"..kalo kita lihat ulah umat muslim yg jadi biang kerok di seluruh dunia saya rasa itu karena mereka salah menafsirkan ayat2 dlm kitab suci mereka..

Ttg mantra Gayatri menurut saya itu ditujukan kpd Dewa Surya sbg saksi utama dlm kehidupan makhluk hidup, Dewa Surya juga dikenal sbg Dewa yg paling cerdas dlm mitologi Hindu sampai2 oleh Dewa Siwa (Sang Hyang Guru) dewa Surya diberi anugerah boleh memakai nama Siwa karena itu Dewa Surya dikenal sebagai Sang Hyang Siwa Raditya..dan sangat masuk akal jika praktisi mantra Gayatri memiliki kecemerlangan pikiran..
 
@all

Kalo saya percaya bahwa nabi Muhammad adl nabi dan Islam adl agama yg benar karena memang kami menerima wahyunya, dan bukti yg paling nyata mengenai kebenaran Islam justru ditemukan di Bali,..kalo anda dengar dgn sangat teliti ketika Pemangku di Pura Dalem sedang mengadakan pengadegan Sesuhunan anda akan mendengar salah satu nama Dewa yg merujuk ke Islam,..itu kalo anda sadar..kalo penasaran anda boleh bertanya kepada mangku di Pura Dalem..saya sendiri sungguh terkejut mengetahui hal ini karena saya sendiri tahu ttg isi pengadegan Sesuhunan tapi saya tdk pernah menyadari kalo salah satu nama Tuhan yg dimaksud merujuk kepada Tuhan yg menurunkan Islam karena Guru Penuntun saya yg memberitahu,..tapi yg jelas Nabi Muhammad tdk sama dgn Sang Budha, Khrisna, ataupun Yesus..Nabi Muhammad adl manusia biasa yg terpilih utk "nyanggra sebuah agama baru"..kalo kita lihat ulah umat muslim yg jadi biang kerok di seluruh dunia saya rasa itu karena mereka salah menafsirkan ayat2 dlm kitab suci mereka..

Ttg mantra Gayatri menurut saya itu ditujukan kpd Dewa Surya sbg saksi utama dlm kehidupan makhluk hidup, Dewa Surya juga dikenal sbg Dewa yg paling cerdas dlm mitologi Hindu sampai2 oleh Dewa Siwa (Sang Hyang Guru) dewa Surya diberi anugerah boleh memakai nama Siwa karena itu Dewa Surya dikenal sebagai Sang Hyang Siwa Raditya..dan sangat masuk akal jika praktisi mantra Gayatri memiliki kecemerlangan pikiran..

wah saya baru denger klo tentang islam ini di bali, om JakaLoco bisa menjelaskan ga tentang hal ini yang detail kalo bisa.






saya umat yang ingin lebih banyak mengetahui tentang Hindu karena saya bangga beragama Hindu
 
@all

Kalo saya percaya bahwa nabi Muhammad adl nabi dan Islam adl agama yg benar karena memang kami menerima wahyunya, dan bukti yg paling nyata mengenai kebenaran Islam justru ditemukan di Bali,..kalo anda dengar dgn sangat teliti ketika Pemangku di Pura Dalem sedang mengadakan pengadegan Sesuhunan anda akan mendengar salah satu nama Dewa yg merujuk ke Islam,..itu kalo anda sadar..kalo penasaran anda boleh bertanya kepada mangku di Pura Dalem..saya sendiri sungguh terkejut mengetahui hal ini karena saya sendiri tahu ttg isi pengadegan Sesuhunan tapi saya tdk pernah menyadari kalo salah satu nama Tuhan yg dimaksud merujuk kepada Tuhan yg menurunkan Islam karena Guru Penuntun saya yg memberitahu,..tapi yg jelas Nabi Muhammad tdk sama dgn Sang Budha, Khrisna, ataupun Yesus..Nabi Muhammad adl manusia biasa yg terpilih utk "nyanggra sebuah agama baru"..kalo kita lihat ulah umat muslim yg jadi biang kerok di seluruh dunia saya rasa itu karena mereka salah menafsirkan ayat2 dlm kitab suci mereka..
Ini menarik sekali bli,........:)
mungkin bli bisa menyebutkan nama Dewa tsb karena biasanya saya kurang 'ngeh' kalo saat tsb dan jika melihat posisi saya yang sekarang jauh, jadi tidak mungkin saya bertanya secara langsung pada Mangku Dalem,.....:)
 
Diskusi tentang hal Muhammad dalam kitab suci Hindu, sebetulnya sudah beredar banyak di internet dan sudah jelas-jelas palsu atau apapun istilah lainnya.

Adapun kesimpulan ebook ini, Muhammad adalah AVATARA, sangat bertentangan dengan konsep ketuhanan Islam, dimana Tuhan tidak mungkin menjelma dalam bentuk manusia (kemusrikan terbesar menurut monotheisme Islam).

Tapi pembicaraan tentang "nabi terakhir" merupakan suatu yang biasa bahkan merupakan bahan kajian dan polemic serius di kalangan agama-agama rumpun Abrahamik.

Jesus yang oleh para bapa gereja dianggkat sebagai anak Tuhan, mirip Avatara, dibantah keras oleh Muhammad dalam Qur’an. Jesus hanya dianggap sebagai nabi.

Di kalangan pemeluk agama-agama Rumpun Yahudi atau Abrahamik, ada konsep “Topology?” yaitu suatu konsep bahwa agama-agama yang terdahulu (kitab suci dan nabinya) hanya berperan menyiapkan agama-agama yang datang belakangan, yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya.

e-Book yang dimaksud pasti dalam kerangka topologi ini.

Penjelasan singkat ini mudah-mudahan membantu orang-orang Hindu untuk merumuskan sikap, terkait dengan ebook sejenis.



yup setuju..kesimpulan besarnya memang demikian..Nabi Muhamad adalah manusia biasa...bukan tuhan atau titisan tuhan..dia hanyalah adalah pembawa pesan.
 
^
yang benar pembawa ajaran bro :D, kalo pesan doank itu berarti sempit
----- EDITED -----

/omg, kirain di subforum islam, abis ada kang judi sih /wah, klo tdk berkenan sry /sry
 
Dalam ebook ini juga terdapat pembiasan makna aksara suci ONGKARA, diperlukan adanya sikap percaya dan yakin atau sradha ONGKARA sebagai simbol gelar PARAMACIWA atau disingkat dengan OM (AUM) yang merupakan aksara tunggal untuk sebuatan hakekat hukum tertinggi yaitu Trikona (Ang , Ung, Mang) / Upeti, Sthiti dan Pralina.

STHULA SABDA-MAYAM PROKTAM SUKSMAN CITTA-MAYAM BHAWET,
PARAM CITTA WIRAH ITAM CITTA TYAKTATI SUNYATA. (Jnana Siddhanta 3).

Yang artinya badan astral Tuhan dalam SABDA, wujud pikir dinyatakan gaib, di luar pikir dinyatakan dalam keadaan Citta Wirahita, sedangkan di luar wujud itu diwujudkan dalam bentuk SUNYA (tanpa pikir atau tanpa pengetahuan).


Dari gambaran itu, aspek Tuhan dalam tingkat SAGUNA atau SAKALA yaitu tingkat yang dibedakan dalam murtinya sebagai shutla (badan) gaibnya, dibedakan antara tiga tingkat, yaitu, mulai dari tingkat paling bawah:
1. Sabda atau suara disebut bentuk sabda maya yang disimbolkan dengan gelar ISWARA;
2. Pikiran Manah disebut dalam bentuk Manumaya, disimbolkan dengan gelar SADACIWA;
3. Ilmu (Murni) atau Citta dalam bentuk CITTA MAYA, disimbolkan dengan gelar PARAMACIWA atau disingkat dengan OM (AUM) yang juga di dalam Mahanirwana Tantra disebut WIDHI karena mencakup kakekat sebagai UTPHATI - SHTITI - PRALINA.

CITTA MAYA yang bersifat ilmu murni, digambarkan/dilukiskan secara simbol, kita menjumpai gambar ONGKARA (“Ongkara pinaka uriping bhuwana”).

Aum.png
.
Bali_Omkara.png


ONGKARA dalam huruf Dewanagari dan Jawa/Bali


Adapun tingkatkan yang lain, yaitu yang terakhir adalah aspek SUNYATA yang di dalam berbagai istilah dikenal dengan nama Transcenden, Niskala, Nirguna, Nirwikara, Nirwacanya dan lain-lain. Yang artinya sama sebagai hakikat yang tidak dapat dikatakan, tidak bisa diucapkan, tidak bisa dinamakan, tidak bisa digambarkan dan lain-lain sebagainya.

Ini berarti diperlukan adanya sikap percaya dan yakin atau sradha. Untuk menyatakan adaNya itulah di dalam kitab Weda dikenal dengan nama "SAT".

 
@all

Tentang nama Dewa sebagai manifestasi Tuhan yg menurunkan Islam ini saya tdk berani menyebutkan karena sangat pingit/keramat,..sebaiknya gini aja dech >> Saya PM aja ke kalian, karena kalo saya posting di sini ntar umat Hindu dan umat Islam bisa kebingungan,...
 
@all

Tentang nama Dewa sebagai manifestasi Tuhan yg menurunkan Islam ini saya tdk berani menyebutkan karena sangat pingit/keramat,..sebaiknya gini aja dech >> Saya PM aja ke kalian, karena kalo saya posting di sini ntar umat Hindu dan umat Islam bisa kebingungan,...



terima kasih om Jaka Loco pm dah keterima, kalau boleh minta penjelasan lagi mengenai peran dan bagaimana cara Dewa yang dimaksud dlam menurunkan Islam. suksma sebelumnya


saya umat yang ingin tahu banyak tentang Hindu
 
terima kasih om Jaka Loco pm dah keterima, kalau boleh minta penjelasan lagi mengenai peran dan bagaimana cara Dewa yang dimaksud dlam menurunkan Islam. suksma sebelumnya


saya umat yang ingin tahu banyak tentang Hindu

Sebenarnya yg menurunkan agama2 di dunia ini adl Tuhan/Hyang Widhi bukan Dewa siapapun, tapi Dewa lah yg diutus utk menyampaikan kehendak Tuhan ini,..mengapa harus Dewa bukan Tuhan secara langsung?itu karena manusia gak bisa mencapai Hyang Widhi walaupun ia sekaliber Maha Rsi penerima wahyu atau seorang Nabi..

Agama Islam adalah agama terakhir yg diturunkan Tuhan tetapi bukan berarti "Pemargi Suci" akan berhenti, bukan berarti Tuhan akan berhenti menurunkan Panugerahan2 ini terbukti bahkan hingga abad ke-14 Hyang Widhi masih mengutus Dang Hyang Dwijendra ke Bali utk menata agama Hindu Bali dan di abad yg sekarang pun Panugerahan yg sama turun di Bali...karena itulah kita mesti bersyukur bahwasannya umat Hindu terutama Hindu Bali adl umat pilihanNya dan kita mesti bersyukur karena yg membuat kita bisa begini adl Leluhur2 kita yg sangat jenius, mereka sangat mumpuni di bidang mereka yaitu kebrahmanan,...jgn sampai kita meninggalkan agama yg telah kita junjung dan diwariskan dari zaman ke zaman oleh Leluhur kita..
 
Saya ingin mencoba membahas sedikit demi sedikit dari e-book tsb (yang sesuai dengan kemampuan saya) tentang apa yang saya 'post'kan pertama kali, tapi yang saya pake adalah terjemahan yang dipake rujukan oleh si penulis di;
http://www.sacred-texts.com/hin/

NUBUATAN TENTANG NABI DALAM SAMA WEDA.

Sama Weda juga menceriterakan banyak nubuatan mengenai kedatangan Nabi Suci Muhammad. Kita petik hanya satu di antaranya. Ramalan ini terdapat dalam Sama Weda, 2:6.8.
“Ahmad memperoleh hukum-hukum agama dari Tuhannya. Hukum ini penuh dengan kebijaksanaan. Aku menerima cahaya dari-Nya tepat seperti dari matahari”.

Disini jelas sangat meragukan dimana mantra yang dipake juga kagak jelas me'refers' kemana karena coba aja lihat di:
http://www.sacred-texts.com/hin/sv.htm
atau ke:
http://www.scribd.com/doc/17524868/Samaveda?secret_password=5za6pp5galx0qrhepbv
akan terlihat ketidak-jelasannya,......:D
apakah merujuk pada bagian pertama atau bagian kedua dari Sama Veda
jadi ini akan saya lewatkan dulu,.....:(

Arti harfiah dari Gayatri (Rig Weda 3:62:10)

That Savitur Varenyam Bhargo Devasya Dhi Mahi Dhiyo Yo Nah Prachodyat

Arti harfiahnya adalah: “Matahari itu, yang benderang dan murni, kebijaksanaan tuhan yang besar – semoga dia mempertajam dan menghaluskan kecerdasan kami.
pemahaman ini akan mulai dikaburkan oleh penulis dengan:

Namun, dalam Weda, tidak ada huruf besar maupun definite article. Misalnya, kata benda agni tidak mempunyai huruf besar ataupun definite article yang melekat sebelumnya padanya; sehingga orang tidak dapat mengatakan apakah agni itu dewa ataukah resi, api ataukah panas alami. Latihlah akal sehat anda dan ketemukan sendiri apakah itu api biasa ataukah dewa agni yang dimaksudkan. Dalam ayat yang didiskusikan sulit jadinya untuk mengetahui particular noun ataukah pribadi yang dimaksudkan di sini. Dalam bahasa sanskerta, katakerja untuk laki-laki dan perempuan bentuk atau rupanya sama saja. Anda bisa, dalam menerjemahkannya, menganggapnya sebagai lelaki atau perempuan. Misalnya, makan makanan, bisa bagi seorang laki-laki, dan juga bisa bagi seorang perempuan. Di-klaim sebagai kecanggihan bahasa Sanskerta bahwa satu kalimat dalam bahasa ini bisa memiliki limapuluh arti yang berbeda. Dalam kenyataannya, ini bukan suatu kualitas yang baik, karena ini jelas bertentangan dengan prinsip keelokan serta kemurnian dari bahasa itu yang dengan sarana mana kita dapat sampai kepada maksud yang benar dan tepat dari si pembicara.
Ini sepertinya (dari yang saya garis bawahi) penulis kesulitan dalam bhs. Sansekerta dan terlihat kurang memahami dengan baik sehingga sipenulis mencoba memahaminya dengan se-'enak udel'nya sendiri.
Sebetulnya jika 'memandang' Tuhan dalam Hindu maka mengibaratkan Tuhan itu sebagai cahaya matahari yang selalu menerangi kehidupan segala mahluk dan bukannya diartikan sebagai:

Matahari adalah obyek langsung dari sembahyang dan pemujaan dari mantra sehingga kata depan yang demonstratif tat, yang menunjuk obyek yang sangat jauh, karena itu, tidak dapat digunakan untuk matahari.
Jika dalam Hindu juga Tuhan diibaratkan sebagi pemberi sinar kehidupan sehingga dalam doa Tri Sandya maka mantra ini selalu diucapkan:
"Tat Savitur Varenyam Bhargo Devasya Dhi Mahi Dhiyo Yo Nah Prachodyat"
(Rig Weda 3:62:10),
eh dalam e-book tsb nulis mantra aja salah Tat kok ditulis That,.....:D
apa tulisan "Tat" sama dengan "That" dalam bhs. Sansekerta,??????
ato malah jangan-jangan si penulis pura-pura tau akan bhs. Sansekerta,....:P
 
Di mana bagi kaum Brahmana, Ksatrya dan Waisya ini merupakan obat yang menguasai, suatu risalah tentang anugerah dan kebahagiaan, tetapi bagi kaum Sudra pandangan terkutuk terhadapnya mendapat sanksi kematian dan kehinaan. Orang-orang yang berusaha menyelami dan mencermatinya dengan sarana pisau tajam hukum logika dan bahasa, dicambuk dengan keras bahwa mereka telah terasing dari kebaikan serta berkah di dua dunia.

Ini yang dipake dasar apa dalam menyatakan hal tsb (yang saya garis bawahi),...:-/
apa yang mo dipake adalah Gotama Smerti 12:
"Apabila orang Sudra kebetulan mendengarkan kitab Veda dibaca, maka kewajiban bagi raja untuk mengecor cor-coran timah dan malam (lilin) dalam kupingnya. Apabila seorang Sudra membaca mantram Veda maka raja harus memotong lidahnya dan apabila ia berusaha untuk membaca veda maka raja harus memotong badannya"

padahal arti yang sebenarnya adalah:
“Bagi orang-orang pekerja (Sudra) yang ingin mendengar atau mempelajari Weda, supaya berhasil dengan baik, dekatkan telinga pendengaran mulai awal pengertian-pengertian dan bahasa ucapannya dengan menutup pengaruh-pengaruh dari luar. Badan duduk tenang di bawah tempat ajaran dan ucapan- ucapannya diulang-ulang terus sampai akhir”
dan ini telah diperjelas oleh Pak Ketut Wiana pada Majalah Tempo 18 September 1993,
nah apa mo ngarang lagi,....????????

Arti harfiah dari Gayatri (Rig Weda 3:62:10)

That Savitur Varenyam Bhargo Devasya Dhi Mahi Dhiyo Yo Nah Prachodyat

Arti harfiahnya adalah: “Matahari itu, yang benderang dan murni, kebijaksanaan tuhan yang besar – semoga dia mempertajam dan menghaluskan kecerdasan kami.
arti mantra ini telah benar kok bisa-bisa dianggap keliru dan mulai lagi melakukan penafsiran sendiri;

Kesulitan pertama: Orang, tempat atau benda yang dirujuk oleh kata depan yang demonstratif tat (itu), atau, dengan perkataan lain, obyek utamanya, tidak dapat diyakinkan. Matahari adalah obyek langsung dari sembahyang dan pemujaan dari mantra sehingga kata depan yang demonstratif tat, yang menunjuk obyek yang sangat jauh, karena itu, tidak dapat digunakan untuk matahari.
Dalam bahasa Arab dan Inggris definite article menunjuk dengan jelas kepada noun yang khusus dari kalimat itu: ‘Alif lam’ dalam bahasa Arab, dan ‘the’ dalam bahasa Inggris, ditempatkan sebelumnya dan dilekatkan kepada kata bendanya. Namun, dalam Weda, tidak ada huruf besar maupun definite article. Misalnya, kata benda agni tidak mempunyai huruf besar ataupun definite article yang melekat sebelumnya padanya; sehingga orang tidak dapat mengatakan apakah agni itu dewa ataukah resi, api ataukah panas alami.
Nah mulai khan kelihatan bahwa si penulis tidak memahami dengan baik bhs. Sansekerta dan mulai mengkait-kaitkan dengan tata bahas lain dan juga mulai sok tau akan makna sebenarnya dari mantra tsb,.....:D
dan anehnya lagi terlihat di,

"That Savitur Varenyam Bhargo Devasya Dhi Mahi Dhiyo Yo Nah Prachodyat"
(Rig Weda 3:62:10)
apa "That" itu sama dengan "Tat" dalam bhs. Sansekerta,...?
jika memang menguasai dengan baik bhs. Sansekerta sudah seharusnya mengetahui hal ini dan bukannya main asal tulis aja, khan jika dibaca oleh yang mengetahui akan ajaran Hindu jadi terlihat memalukan dan terlihat dengan jelas sok taunya,......:D
Entah jika yang diartikan "That" mungkin akan merujuk pada penjelasan si penulis tapi jika merujuk pada teks aslinya maka akan terlihat pengandaian Tuhan sebagai sinar matahari yang selalu menyinari segala mahluk dan selalu memberikan penerangan yang suci bagi semua mahluk hidup dan bukannya merujuk pada apa yang dipahami oleh penulis.
Disini jelas sekali bahwa si penulis kelihatan kok o'on,....:D
 
lho kok bisa ya hal yang sama saya tulis 2x.....:-/
wah mungkin karena terlalu bersemangat dalam mengkaji e-book ini,....:D

Tetapi kepada Gayatri mantra para pandit telah memulainya dengan empat kata yang tidak ada dalam Weda : Om bhur bhavah svaha. Kata Om, sebagaimana bisa dicatat, tidak diketemukan dimanapun dalam Rig Weda. Empat kata-kata ini mereka rubah dan selipkan sebelum pembacaan Gayatri mantra demi alasan bahwa ini semoga pada akhirnya bisa menghasilkan beberapa kepentingan. Beberapa pandit, demi menjadikan Matahari sebagai obyek utamanya, dari istilah tat, mereka tambahkan supaya cocok kata tasya sesudahnya.
Mungkin si penulis perlu membaca artikel ini:

Puja Tri Sandhya

Tri Sandhya, tepatnya bukan “dikarang” tetapi “disusun”. Menurut Svami Sathya Narayana, guru kerohanian Weda di India, Trisandhya adalah persembahyangan tiga kali sehari yaitu pagi hari disaat matahari terbit disebut “Brahma Muhurta” bertujuan menguatkan “guna Sattvam” menempuh kehidupan dari pagi hingga siang hari. Siang hari sebelum jam 12 sembahyang bertujuan untuk mengendalikan “guna Rajas” agar tidak menjurus ke hal-hal negatif. Sore hari sebelum matahari tenggelam sembahyang bertujuan untuk mengendalikan “guna Tamas” yaitu sifat-sifat bodoh dan malas. Jadi Puja Trisandhya adalah persembahyangan pada saat pergantian waktu (pagi-siang-malam) yang bertujuan untuk menghilangkan aspek-aspek negatif yang ada pada manusia.

Puja Trisandhya terdiri dari enam bait. Bait pertama atau sebagai Sandya Vandanam (awal) diambil dari Gayatri atau Savitri Mantram (Rg Veda, Sama Veda dan Yayur Veda).

Gayatri Mantram terdiri dari tiga unsur mantram yaitu :

Pranawa (OM), Vyahrti (BHUR BHUVAH SVAH), dan Tripada (TAT SAVITUR VARENYAM, BHARGO DEVASYA DIMAHI, DHYO YONAH PRACODAYAT).

Pranama mantra adalah lambang kesucian dan kemahakuasaan Hyang Widhi. Vyahrti mantra untuk pencerahan lahir-bathin, dimana pengucapan “Bhur” bermakna sebagai Anna Sakti memproses sari-sari makanan bagi kekuatan tubuh. Pengucapan “Bhuvah” bermakna sebagai Prana Sakti yaitu menggunakan kekuatan tubuh bagi kesehatan jasmani dan rohani. Pengucapan “Svah” atau “Svaha” bermakna sebagai Jnana Sakti yaitu memberikan kecerahan pada pikiran dan pengetahuan menjadi cemerlang. Berjapa dengan mengucapkan “Svaha” akan bermanfaat menghilangkan “avidya” (kegelapan) menuju kepada “vidya” yaitu kesadaran pada hakekat kesucian dan kemahakuasaan Hyang Widhi.

Bait kedua diambil dari Narayana Upanisad (Sruti) bertujuan untuk memuja Narayana, manifestasi Hyang Widhi, agar manusia senantiasa dibimbing menuju pada Dharma.

Bait ketiga diambil dari Siva Stava (Smrti) yang melukiskan Tuhan dengan berbagai sebutan : Siva, Mahadeva, Isvara, Paramesvara, Brahma, Wisnu, Rudra, Purusa.

Bait keempat, kelima dan keenam diambil dari Veda Parikrama berisi pernyataan bahwa keadaan manusia di bumi disebabkan oleh kepapaan, dan kehinaan dari sudut pandang spiritual. Oleh karena itu maka manusia wajib mohon maaf dan mohon agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan trikaya parisudha.

Ucapan OM – Santi – Santi – Santi – OM bermakna sebagai berikut :

Santi yang pertama, memohon agar manusia terhindar dari sifat/sikap tidak bijaksana (Avidya). Santi yang kedua memohon agar manusia terhindar dari bencana yang berasal dari mahluk ciptaan Hyang Widhi : manusia, binatang, tetumbuhan (Adi Bhautika). Santi yang ketiga memohon agar manusia terhindar dari bencana alam (Adi Dhaivika).

Oleh: +Bhagawan Dwija+
Jadi terlihat bahwa si penulis yang (lagi-lagi) sok tau akan ajaran Hindu,....:D

"PEEPVANSAM SARASVATAH ASTNAM YO VISHV DARASHTAH –BHAKSHI MAHI PRAJAM ISHAM."

yakni, Montok dan menonjol dengan indah payudara Saraswati, dalam pemandangan dan penglihatan dari semuanya; kami menyeru dan bermohon kepada mereka untuk menganugerahi kami anak-anak serta roti (Rig Weda 7:96:6).

Mantera ini seolah-olah tidak anggun atau berbudaya. Tetapi bacalah peragaan kita atas itu per bagian Para pandit berbantah bahwa permohonan dalam mantera ini tidak ditujukan kepada dewi Saraswati, tetapi kepada kemontokan dadanya. Doa itu, meskipun tidak secara langsung, pada akhirnya telah tertuju kepada sang dewi melalui saluran tersebut.
hehehehehehehhhh,......:P
dari yang saya garis bawahi mengatakan para Pandit memohon kepada "kemontokan dada" dari Dewi Saraswati......:-/
jika melihat pada keseluruhan mantra dari Rig Weda mandala 7:96 akan disebutkan:

1. I SING a lofty song, for she is mightiest, most divine of Streams.
Sarasvatī will I exalt with hymns and lauds, and, O Vasiṣṭha, Heaven and Earth.
2 When in the fulness of their strength the Pūrus dwell, Beauteous One, on thy two grassy banks,
Favour us thou who hast the Maruts for thy friends: stir up the bounty of our chiefs.
3 So may Sarasvatī auspicious send good luck; she, rich in spoil, is never niggardly in thought,
When praised in jamadagni's way and lauded as Vasiṣṭha lauds.
4 We call upon Sarasvān, as unmarried men who long for wives,
As liberal men who yearn for sons.
5 Be thou our kind protector, O Sarasvān, with those waves of thine
Laden with sweets and dropping oil.
6 May we enjoy Sarasvān's breast, all-beautiful, that swells with streams,
May we gain food and progeny.
http://www.sacred-texts.com/hin/rigveda/rv07096.htm
nah disana terlihat bahwa itu adalah permohonan kepada Dewi Saraswati agar menganugrahkan anak yang cerdas, pintar, bijak, cantik rupawan, dll yang bukannya memohon kepada "kemontokan dada" dari Dewi Saraswati,...:P
sepertinya si penulis terlihat kurang kerjaan yach,....:D
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.