• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Mohon penjelasan ttg Reinkarnasi donk

judi

IndoForum Activist D
No. Urut
12992
Sejak
22 Mar 2007
Pesan
12.330
Nilai reaksi
459
Poin
83
mohon penjelasan tentang Reinkarnasi donk om.....Inkarnasi, tumibalahir..dsb...
 
mohon penjelasan tentang Reinkarnasi donk om.....Inkarnasi, tumibalahir..dsb...

Sudah pernah ada thread Kelahiran Kembali sebelumnya.

PUNABBHAVA
(Kelahiran Kembali)


Punabbhava berasal dari bahasa Pali yang terbentuk dari dua kata yaitu kata ”puna” dan ”bhava”. Kata ”puna” berarti lagi atau kembali, sedangkan ”bhava” berarti proses menjadi ada/eksis atau kelahiran. Jadi, secara harafiah, punabbhava berarti proses menjadi ada/eksis lagi atau kelahiran kembali atau tumimbal lahir. Punabbhava atau Kelahiran kembali atau tumimbal lahir merupakan suatu proses menjadi ada/eksis kembali dari suatu makhluk hidup di kehidupan mendatang (setelah ia meninggal/mati) sehingga lahir (jati), dimana proses ini merupakan akibat atau hasil dari kamma (perbuatan)nya pada kehidupan lampau.

Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati.

Dalam Hukum Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau punabbhava atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apapun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya Tanha (Keinginan/Kehausan) dan juga Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan).

Karena Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) seseorang menyadari atau tidak menyadarinya, tetap terus mengumbar keinginan/kehausannya terhadap segala sesuatu sehingga timbul kemelekatan pada dirinya terhadap segala sesuatu.

Proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali atau punabbhava terjadi pada semua makhluk hidup yang belum pencapai Penerangan Sempurna, ketika mereka telah meninggal/mati. Dalam Hukum Paticcasamuppada (Sebab-Musabab yang Saling Bergantungan), proses menjadi ada/eksis atau punabbhava atau kelahiran kembali disebabkan oleh Kamma (perbuatan) yang kemudian menghasilkan kemelekatan kepada segala sesuatu termasuk kemelekatan pada hidup dan kehidupan. Jadi makhluk hidup apapun yang mengalami proses menjadi ada/eksis atau kelahiran kembali (punabbhava), merupakan makhluk yang masih memiliki kemelekatan pada sesuatu dalam kehidupan sebelumnya. Dan seperti yang diuraikan dalam Hukum Paticcasamuppada kemelekatan timbul karena adanya dan juga . Karena Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) seseorang menyadari atau tidak menyadarinya, tetap terus mengumbar keinginan/kehausannya terhadap segala sesuatu sehingga timbul kemelekatan pada dirinya terhadap segala sesuatu.


Proses Kelahiran Kembali

Dalam proses kelahiran kembali atau rebirth (bahasa Inggris), tidak terjadi suatu perpindahan roh/jiwa/kesadaran ke dalam jasmani yang baru. Yang terjadi dalam proses kelahiran kembali adalah adanya proses berkesinambungan dari kesadaran (citta) pada kehidupan lampau dengan kesadaran (citta) kehidupan baru yang merupakan suatu aksi-reaksi. Oleh karena itu proses kelahiran kembali sangatlah berhubungan dengan proses kematian itu sendiri. Dan kedua proses yang berhubungan dengan batin ini sangatlah kompleks.

Guru Buddha menjelaskan dalam Satta Sutta; Radha Samyutta; Samyutta Nikaya 23.2 {S 3.189} bahwa makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya merupakan perpaduan dari lima kelompok (Panca Khandha), yang kelimanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu jasmani atau fisik dan yang kedua adalah batin. Baik fisik maupun batin ini tidak terlepas dari hukum perubahan, suatu saat muncul dan saat kemudian mengalami pemadaman/mati. Batin sendiri terdiri dari perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran. Unsur-unsur batin ini disebut dalam bahasa Pali sebagai citta. Citta juga sering disebut dengan kesadaran. Citta/kesadaran ini mengalami kemunculan, pemisahan dan pemadaman/mati.

Pada saat seseorang mengalami kematian, jasmani tidak lagi bisa berfungsi untuk mendukung citta/kesadaran. Citta/kesadarannya pun akan mengalami pemadaman/kematian dan secara otomatis ia meneruskan kesan apapun yang tertanam padanya kepada Citta/kesadaran penerusnya yang tidak lain merupakan Citta/kesadaran pada kehidupan yang baru. Penerusan Kesadaran (Patisandhi Vinnana) ini terjadi dengan adanya peran dari Kamma yang pernah dilakukan.

Ketika jasmani mengalami kematian, dalam pikiran orang yang sekarat muncul kesadaran yang bernama Kesadaran Ajal (Cuti Citta). Ketika Kesadaran Ajal mengalami pemadaman juga, maka orang tersebut dikatakan sudah meninggal. Tetapi pada saat yang bersamaan pula (tanpa selang/jeda waktu) Citta/kesadaran kehidupan baru muncul. Dan saat itulah seseorang telah dilahirkan kembali, sudah berada dalam kandungan dengan jasmani yang baru berupa janin. Keseluruhan proses ini terjadi dalam waktu yang singkat.


Perumpamaan Lilin

Proses kelahiran kembali dimana tidak adanya peristiwa perpindahan jiwa/roh dapat diperumpamakan seperti sebuah api lilin. Ketika kita melihat sebuah api yang menyala pada sebuah lilin nampak apinya sama saja walaupun telah satu jam telah berlalu. Tidak tampak adanya api dari lilin lain yang menggantikannya. Yang jelas tampak oleh kita adalah memendeknya ukuran lilin tersebut. Tetapi apakah ini berarti api yang menyala tersebut merupakan api yang sama dengan api yang kita lihat satu jam yang lalu? Jawabannya adalah tidak sama.

Jika kita perhatikan secara seksama, api pada lilin tidak akan hidup tanpa adanya unsur-unsur pendukung seperti batang lilin, sumbu, dan udara (oksigen). Api yang menyala tersebut ternyata merupakan api yang berbeda karena tiap saat disokong oleh bagian dari batang lilin, sumbu dan molekul-molekuk udara yang berbeda. Meskipun disokong oleh unsur-unsur yang berbeda, tetapi api tersebut tetap menyala tanpa perlu padam kemudian menyala lagi. Dengan kata lain adanya proses yang berkesinambungan.

Api disini tidak lain adalah kesadaran, batang lilin dan sumbu adalah jasmani, dan udara adalah kamma. Jasmani dan kamma adalah penyokong keberlangsungan kesadaran.


Tiga Kondisi Terjadinya Kelahiran

Dalam Mahatanhasankhaya Sutta; Majjhima Nikaya 38, Guru Buddha menjelaskan:

"Para bhikkhu, embrio (dalam kandungan) terjadi karena penggabungan tiga hal, yaitu: adanya pertemuan ayah dan ibu, tetapi ibu tidak ada makhluk yang siap terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur, tetapi tidak ada makhluk yang siap untuk terlahir (kembali), dalam hal ini tidak ada pembuahan dalam kandungan; tetapi ada pertemuan ayah dan ibu, ibu dalam keadaan masa subur dan ada makhluk yang siap terlahir (kembali), maka terjadi pembuahan karena pertemuan tiga hal itu.”

Jadi ada tiga kondisi yang harus dipenuhi sehingga terjadi suatu kelahiran, khususnya pada kelahiran manusia, yaitu: adanya sepasang (calon) orang tua yang subur, adanya hubungan seksual dari sepasang (calon) orang tua, dan adanya makhluk yang siap untuk terlahir (gandhabba). Istilah `gandhabba` berarti `datang dari tempat lain`, mengacu pada suatu arus energi batin yang terdiri dari kecenderungan-kecenderungan, kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri karakteristik yang diteruskan dari jasmani yang telah mati.

Ketika jasmani mati, `batin bergerak ke atas` (uddhamgami) dan mengembangkan diri lagi pada sel telur (calon) ibu yang baru saja dibuahi. Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru, dengan diprasyarati, baik oleh karakteristik batin yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran, pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai "sifat bawaan" dari setiap individu sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada tingkat-tingkat tertentu adalah hasil (vipaka) dari perbuatan (kamma) kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan dilahirkan.


Empat Cara Kelahiran

Ada empat cara kelahiran makhluk hidup yang telah dijelaskan oleh Guru Buddha di dalam Mahasihanda Sutta; Majjhima Nikaya 12.

”Sariputta, ada empat cara kelahiran. Apakah empat cara kelahiran itu? Kelahiran melalui telur (andaja yoni), kandungan (jalabuja yoni), tempat lembab (samsedaja yoni) dan kelahiran secara spontan (opapatika).

Apakah kelahiran melalui telur? Ada makhluk-makhluk yang lahir dengan memecahkan kulit telur; ini yang disebut kelahiran melalui telur.

Apakah kelahiran melalui kandungan? Ada makhluk-makhluk yang lahir melalui kandungan; ini yang disebut kelahiran melalui kandungan.

Apakah kelahiran pada tempat lembab? Ada makhluk-makhluk yang lahir dalam ikan yang membusuk, mayat yang membusuk, adonan yang membusuk, atau dalam jamban atau dalam saluran air kotor; ini yang disebut kelahiran pada tempat lembab.

Apakah kelahiran secara spontan? Ada dewa-dewa dan penghuni-penghuni neraka dan makhluk manusia tertentu dan para penghuni tertentu dari alam yang tidak menyenangkan, yang lahir (muncul) secara spontan; ini yang disebut kelahiran secara spontan.

Inilah empat cara kelahiran.”


Alam Kehidupan

Setiap makhluk yang dilahirkan kembali akan terlahir di salah satu dari 31 alam kehidupan sesuai dengan kammanya. Mereka yang cenderung banyak melakukan kamma buruk pada umumnya akan terlahir di alam-alam rendah atau alam penderitaan. Sedangkan mereka yang cenderung banyak melakukan kamma baik pada umumnya akan terlahir di alam-alam tinggi atau alam bahagia.
Secara garis besar 31 alam kehidupan dibagi menjadi lima bagian yaitu: terdapat empat alam kemerosotan (apayabhumi), satu alam manusia (manussabhumi), enam alam dewa (devabhumi), enam belas alam brahma berbentuk (rupabhumi), dan empat alam brahma tanpa bentuk (arupabhumi).

Apayabhumi yang terbentuk dari tiga kosakata, yaitu `apa` yang berarti `tanpa, tidak ada`, `aya` yang berarti `kebajikan`, dan `bhumi` yang berarti `alam tempat tinggal makhluk hidup`. Alam ini juga sering disebut dengan `duggatibhumi`. `Duggati` terbentuk dari dua kosakata, yaitu `du` yang berarti `jahat, buruk, sengsara`, dan `gati` yang berarti `alam tujuan bagi suatu makhluk yang ajan dilahirkan kembali`. Apayabhumi adalah suatu alam kehidupan yang tidak begitu ada kesempatan untuk berbuat kebajikan. Apayabhumi terdiri dari empat alam, yaitu: alam neraka (Niraya), alam binatang (Tiracchana), alam setan (Peta), alam iblis (Asurakaya). Karena tidak semua binatang hidup dalam kesengsaraan, alam ini tercakup dalam guggatibhumi secara tidak menyeluruh dan langsung.

Manussabhumi terbentuk dari dua kosakata, yaitu `manussa` dan `bhumi`. `Manussa` terdiri dari dua kosa kata yaitu mano yang berarti `pikiran, batin` dan `ussa` yang berarti `tinggi, luhur, meningkat, berkembang.` Jadi manussabhumi yang berarti alam tempat tinggal manusia.

Devabhumi disebut juga alam surga. Alam ini merupakan alam dimana makhluk penghuninya hidup dalam kenikmatan inderawi. Tapi meskipun disebut sebagai alam surga, para makhluk yang hidup di alam ini yaitu dewa dan dewi juga hidup dan ketidakekkalan. Alam surga terbagi menjadi enam alam, yaitu: Catumaharajika, Tavatimsa, Yama, Tusita, Nimmanarati, dan Paranimmitavasavatti.

Rupabhumi merupakan alam tempat kelahiran jasmaniah serta batiniah para brahma berbentuk. Yang dimaksud dengan brahma ialah makhluk hidup yang memiliki kebajikan khusus yaitu berhasil mencapai pencerapan Jahna (pemusatan pikiran yang kuat dalam memegang obyek) yang luhur. Alam brahma terdiri dari 16 alam, yaitu: tiga alam bagi peraih jhana pertama (Pathama), tiga alam bagi peraih Jhana kedua (Dutiya), tiga alam bagi peraih Jhana ketiga (Tatiya), dua alam bagi peraih Jhana keempat (Catuttha), dan lima alam Suddhavasa. Alam Suddhavasa merupakan alam kehidupan bagi mereka yang telah terbebas dari napsu birahi (kamaraga) dan sebagainya, yaitu para Anagami (tingkat kesucian ketiga) yang berhasil meraih pencerapan Jhana kelima.

Arupabhumi merupakan suatu alam tempat kelahiran batiniah para brahma tanpa bentuk. Meskipun disebut sebagai suatu alam yang mengacu pada tempat atau bentuk, namun di sini sesungguhnya sama sekali tidak terdapat unsur jasmaniah/fisik sehalus apa pun dan dalam wujud apapun. Kelahiran di alam brama tanpa bentuk ini terjadi karena pengembangan perenungan yang kuat terhadap unsur jasmaniah yang menjijikkan sehingga tidak menginginkannya.


Menghentikan Kelahiran Kembali

Setelah mencapai Pencerahan Agung, Guru Buddha memekikkan pekik kemenangan, ”Dengan melalui banyak kelahiran Aku telah mengembara dalam samsara (siklus kehidupan). Terus mencari, namun tak kutemukan pembuat rumah ini. Sungguh menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang ini.”
”O pembuat rumah, engkau telah kulihat, engkau tak dapat membangun rumah lagi. Seluruh atapmu telah runtuh dan tiang belandarmu telah patah. Sekarang batinku telah mencapai Keadaan Tak Berkondisi (nibbana). Pencapaian ini merupakan akhir daripada napsu keinginan.”(Dhammapada 153-154)

Bagi mereka yang telah sadar, mencapai Pencerahan Agung dan merealisasikan Kebenaran Tertinggi, kelahiran kembali merupakan suatu proses yang melelahkan dan menyakitkan seperti yang diucapkan oleh Guru Buddha dalam pekik kemenangan tersebut. Oleh karena itu bagi mereka yang telah sadar, mereka akan berusaha melepaskan diri dari proses kelahiran kembali. Dan bagi mereka yang telah mencapai Pencerahan Agung dan merealisasikan Kebenaran Tertinggi (Nibbana), tidak akan lagi mengalami kelahiran kembali.

Sesuai dengan rumusan Hukum Sebab-Musabab Yang Saling Bergantungan (Paticcasamuppada), yang menyatakan bahwa: Dengan adanya ini, maka terjadilah itu, dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu (”Imasming Sati Idang Hoti, Imasming Asati Idang Na Hoti”), maka untuk menghentikan proses menjadi (kelahiran kembali) perlu meniadakan atau melenyapkan penyebab dari proses menjadi tersebut. Penyebab dari proses menjadi tersebut tidak lain adalah Tanha (Keinginan/Kehausan) dan Avijja (Ketidaktahuan/Kebodohan) yang ada pada diri seseorang.

Jalan atau cara melenyapkan Tanha (Keinginan/Kehausan) dan Avijja (ketidaktahuan/kebodohan) adalah dengan melaksanakan sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan) yang terdapat dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga). Dengan menjalankan Jalan Mulia Berunsur Delapan secara sempurna, seseorang bukan hanya nantinya terbebas dari kelahiran kembali, tetapi juga dapat merealisasikan Kebenaran Tertinggi (Nibbana).


REINKARNASI ATAU REBIRTH (KELAHIRAN KEMBALI)?



Banyak umat Buddha awam dan umat agama lain yang telah keliru menganggap reinkarnasi adalah sebuah istilah agama Buddha. Padahal, ajaran Buddha justru ingin mendefinisikan kembali (mengoreksi) istilah 'reinkarnasi' yang dikenal kaum Hindu dan menggantinya dengan punarbhava, atau rebirth dalam bahasa Inggris, karena istilah ini lebih tepat!

Reinkarnasi berarti inkarnasi (penjelmaan) kembali suatu makhluk yang telah mati ke tubuh yang baru. Dalam agama Buddha, tidak ada istilah penjelmaan kembali bagi suatu makhluk yang telah mati dan memasuki tubuhnya yang baru. Agama Buddha hanya mengenal kelahiran kembali (rebirth). Dalam pengertian reinkarnasi, roh (jiwa) seseorang yang telah mati berpindah ke tubuh yang baru. Di sini, roh dianggap suatu substansi yang kekal yang berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya.

Dalam konsep Buddhis, tidak dikenal istilah 'roh (jiwa) yang kekal' karena agama Buddha menganut konsep anatta (tanpa roh). Tidak ada suatu diri yang kekal yang berpindah setelah kita mati. Yang ada hanyalah suatu energi (berbentuk kesadaran penyambung) yang meneruskan kehidupan berikutnya. Ibarat api lilin yang diteruskan dari satu lilin ke lilin yang lain, api lilin itu sendiri tidak berpindah, karena lilin-lilin sebelumnya tetap menyala, melainkan karena adanya kondisi (sumbu lilin) yang memungkinkan lilin-lilin berikutnya menyala. Demikian pula kita terlahir kembali karena masih adanya sumbu kehidupan (kemelekatan).

Ingatlah hukum fisika yang menyatakan: energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Hukum karma dalam agama Buddha dapat dibandingkan dengan hukum energi dalam fisika. Hukum karma menyatakan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia akan berakibat (akibatnya tidak akan hilang). Tetapi akibatnya bisa dalam berbagai kondisi (bentuk) sesuai dengan kadar perbuatannya. Akibat dari suatu karma buruk yang tidak terlalu besar dapat diminimalkan dengan suatu karma baik yang besar. Akibat itu sendiri tidaklah hilang, tetapi seolah-olah telah hilang karena kekuatan karma baik yang besar. Ini dapat diibaratkan garam yang berkurang rasa asinnya apabila dilarutkan dengan air yang banyak.
 
he..he..sampe pusing bacanya...:)

memang selama ini ada yg ane rasakan kurang Matching antara

pengertian Reikarnasi (inkarnasi) dengan fakta yg kita temukan.

:D

ane share yah...satu hal yg agak menganjal pemahaman ane tentang kelahiran kembali beserta siklus perputaran kehidupan selanjutnya yg diakibatkan kamma.

Misalnya begini yah...Maaf neh pake analogi anak pake anak SD.:D

Tahun 1900 jumlah penduduk dunia belum mencapai 5 milyar..nah memasukin tahun 2000 jumlah penduduk dunia sudah lebih dari 5 milyar...
pertanyaan bodohnya...:)

jika siklus kelahiran kembali mengikuti perputaran yg disebabkan oleh kamma sebelumnya...tentunya seharusnya jumlah penduduk secara jasmani seharusnya tidak bertambah karena memang Stok Jiwa (atau kesadarannya ) khan tetap..hanya berputar-putar sampai mencapai titik pencerahan.

tapi khan seperti yg kita tahu jumlah penduduk dunia bertambah setiap tahun...nah yg jadi pertanyaan ane dari mana Jiwa (kesadaran) baru itu sehingga bisa menempati jasmani yg baru....:D

semoga paham dengan maksud pertanyaan ane...

terimaksih atas waktunya:D
 
he..he..sampe pusing bacanya...:)

memang selama ini ada yg ane rasakan kurang Matching antara

pengertian Reikarnasi (inkarnasi) dengan fakta yg kita temukan.

:D

ane share yah...satu hal yg agak menganjal pemahaman ane tentang kelahiran kembali beserta siklus perputaran kehidupan selanjutnya yg diakibatkan kamma.

Misalnya begini yah...Maaf neh pake analogi anak pake anak SD.:D

Tahun 1900 jumlah penduduk dunia belum mencapai 5 milyar..nah memasukin tahun 2000 jumlah penduduk dunia sudah lebih dari 5 milyar...
pertanyaan bodohnya...:)

jika siklus kelahiran kembali mengikuti perputaran yg disebabkan oleh kamma sebelumnya...tentunya seharusnya jumlah penduduk secara jasmani seharusnya tidak bertambah karena memang Stok Jiwa (atau kesadarannya ) khan tetap..hanya berputar-putar sampai mencapai titik pencerahan.

tapi khan seperti yg kita tahu jumlah penduduk dunia bertambah setiap tahun...nah yg jadi pertanyaan ane dari mana Jiwa (kesadaran) baru itu sehingga bisa menempati jasmani yg baru....:D

semoga paham dengan maksud pertanyaan ane...

terimaksih atas waktunya:D

Sudah pernah dijawab juga...

Untuk dilahirkan di alam manusia tidak harus berasal dari alam manusia,bisa berasal dari alam lainnya( misalnya alam dewa, surga, alam brahma, dll).

Dalam Buddha Dhamma terdapat 31 alam kehidupan(sudah ada thread tersebut juga).



31 alam kehidupan dalam agama Buddha


31 alam kehidupan terdiri dari:

A. 11 Kamma Bhumi yaitu 11 alam kehidupan dimana makhluk-makhluknya masih senang dengan nafsu-nafsu indera dan terikat dengan panca indera

B. 16 Rupa Bhumi yaitu 16 alam kehidupan yg makhluk-makhluknya mempunyai Rupa Jhana

C. 4 Arupa Bhumi yaitu 4 alam kehidupan yg makhluk-makhluknya mempunyai Arupa Jhana

------------------------------
A. 11 Kamma Bhumi terdiri dari:

1. Apaya-Bhumi 4 (4 alam kehidupan yg menyedihkan) yaitu:

a. Niraya Bhumi (alam neraka) terbagi menjadi beberapa kelompok di antaranya ada yg disebut kelompok Maha Neraka 8 (sanjiva neraka, kalasutta neraka, sanghata neraka, roruva neraka, maharoruva neraka, tapana neraka, mahatapana neraka, avici neraka).

b. Tiracchana Bhumi (alam binatang). Binatang berkaki terbagi menjadi 4 kelompok yaitu:
1) Apadatiracchana yaitu kelompok binatang yg tidak mempunyai kaki
2) Dvipadatiracchana yaitu kelompok binatang yg berkaki 2
3) Catupadatiracchana yaitu kelompok binatang yg berkaki 4
4) Bahuppadatiracchana yaitu kelompok binatang yg berkaki banyak

c. Peta Bhumi (alam setan) terdiri dari beberapa kelompok yg disebut peta 4, peta 12 dan peta 21(dibahas tersendiri)

d. Asurakaya Bhumi (alam raksasa) terdiri dari:
1) Deva asura yaitu kelompok dewa yg disebut asura
2) Peta asura yaitu kelompok setan yg disebut asura
3) Niraya asura yaitu kelompok makhluk neraka yg disebut asura

2. Kamasugati Bhumi 7 (7 alam kehidupan nafsu yg menyenangkan) yaitu:

a. Manussa Bhumi (alam manusia)

b. Catummaharajika Bhumi (alam 4 raja dewa: Dhatarattha, Virulaka, Virupakkha & Kuvera) terbagi dalam 3 kelompok yaitu:

1) Bhumamattha Devata yaitu para dewa yg berdiam di atas tanah (di gunung, sungai, laut, rumah, vihara,dll)

2) Rukakkhattha Devata yaitu para dewa yg berdiam di atas pohon

3) Akasattha Devata yaitu para dewa yg berdiam di angkasa (di bulan, bintang,dll)

c. Tavatimsa Bhumi (alam 33 dewa). Disebut alam 33 dewa karena dahulu kala ada sekelompok pria yg berjumlah 33 orang yg selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan. Sewaktu mereka meninggal dunia semuanya terlahir dalam satu alam dewa.

d. Yama Bhumi (alam dewa Yama). Para dewa di alam ini terbebas dari kesulitan, yg ada hanya kesenangan.

e. Tusita Bhumi (alam kenikmatan). Para dewa di alam ini terbebas dari "kepanasan hati", yg ada hanya kesenangan dan kenikmatan

f. Nimmanarati Bhumi (alam yg menikmati ciptaannya). Para dewa di alam ini menikmati kesenangan panca inderanya dari hasil ciptaannya sendiri.

g. Paranimmitavasavatti Bhumi (alam dewa yg menyempurnakan ciptaan dewa lain). Para dewa di alam ini di samping menikmati kesenangan panca indera juga mampu membantu menyempurnakan ciptaan dewa2 lainnya.

B. 16 Rupa Bhumi terdiri dari:

1. Pathama Jhana Bhumi 3 (3 alam kehidupan Jhana pertama) yaitu:

a. Brahma Parissaja Bhumi (alam pengikut2nya Brahma)
b. Brahma Purohita Bhumi (alam para menterinya Brahma)
c. Maha Brahma Bhumi (alam Brahma yg besar)

2. Dutiya Jhana Bhumi 3 (3 alam kehidupan Jhana kedua) yaitu:
a. Brahma Parittabha Bhumi (alam para brahma yg kurang cahaya)
b. Brahma Appamanabha Bhumi (alam para Brahma yg tak terbatas cahayanya)
c. Brahma Abhassara Bhumi (alam para Brahma yg gemerlap cahayanya)

3. Tatiya Jhana Bhumi 3 (3 alam kehidupan Jhana ketiga) yaitu:
a. Brahma Parittasubha Bhumi (alam para Brahma yg kurang auranya)
b. Brahma Appamanasubha Bhumi (alam para Brahma yg tak terbatas auranya)
c. Brahma Sibhakinha Bhumi (alam para Brahma yg auranya penuh & tetap)

4. Catuttha Jhana Bhumi 7 (7 alam kehidupan Jhana keempat) yaitu:

a. Brahma Vehapphala Bhumi (alam para Brahma yg besar pahalanya)

b. Brahma Asannasatta Bhumi (alam para Brahma yg kosong dari kesadaran)

c. Alam Suddhavasa 5 (5 alam kediaman yg murni) terdiri dari:

1) Brahma Aviha Bhumi (alam para Brahma yg tidak bergerak atau alam bagi Anagami yg kuat dalam keyakinan/saddhindriya)

2) Brahma Atappa Bhumi (alam para Brahma yg suci atau alam bagi Anagami yg kuat dalam usaha/viriyindriya)

3) Brahma Sudassa Bhumi (alam para Brahma yg indah atau alam bagi Anagami yg kuat dalamkesadaran/satindriya)

4) Brahma Sudassi Bhumi (alam para Brahma yg berpandangan terang atau alam bagi Anagami yg kuat dalam konsentrasi/samadindriya)

5) Brahma Akanittha Bhumi (alam para Brahma yg luhur atau alam bagi Anagami yg kuat dalam kebijaksanaan/pannindriya)


C. 4 Arupa Bhumi terdiri dari:

1. Akasanancayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi ruangan tanpa batas)
2. Vinnanancayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas)
3. Akincannayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi kekosongan)
4. Nevasannanasannayatana Bhumi (keadaan dari konsepsi bukan pencerapan maupun bukan tidak pencerapan)

Tambahan:
Rupa Brahma berarti Brahma bermateri yaitu Brahma yg mempunyai pancakhanda. Sedangkan Arupa Brahma berarti Brahma tak bermateri yaitu Brahma yg hanya mempunyai Nama Khanda (batin), tidak mempunyai Rupa Khanda (jasmani).


=========================
Makhluk Setan ini terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya terdapat kelompok-kelompok setan yang disebut PETA 4, PETA 12 dan PETA 21 sebagai tertulis di bawah ini :

PETA 4 (terdapat dalam Kitab Petavatthu-Atthakatha)

1. Paradattupajivika-Peta :
Setan yang memelihara hidupnya dengan memakan makanan yang disuguhkan orang dalam upacara sembahyang.

2. Khupapipasika-Peta:
Setan yang selalu lapar dan haus.

3. Nijjhamatanhika-Peta:
Setan yang selalu kepanasan.

4. Kalakancika-Peta:
Setan yang sejenis Asura.

Penjelasan :

Hanya Paradattupajivika-Peta saja yang dapat menerima makanan yang diberikan orang dalam upacara sembahyang serta kiriman jasa dari keluarga. Para Bodhisattva, jika terlahir menjadi setan, akan menjadi Paradattupajivika-Peta, dan tidak akan menjadi setan (peta) yang lain.

PETA 12 (terdapat dalam Kitab Gambhilokapannatti).

1. Vantasa-Peta: Setan yang makan air ludah, dahak dan muntah.

2. Kunapasa-Peta : Setan yang makan mayat manusia dan binatang.

3. Guthakhadaka-Peta: Setan yang makan berbagai kotoran.

4. Aggijalamukha-Peta : Setan yang dimulutnya selalu ada api.

5. Sucimuja-Peta : Setan yang mulutnya sekecil lobang jarum.

6. Tanhattika-Peta: Setan yang dikendalikan oleh napsu keinginan rendah sehingga lapar dan haus.

7. Sunijjhamaka-Peta : Setan yang berbulu hitam seperti arang.

8. Suttanga-Peta : Setan yang mempunyai kuku tangan kaki yang panjang dan tajam seperti pisau.

9. Pabbatanga-Peta: Setan yang bertubuh setinggi gunung.

10. Ajagaranga-Peta : Setan yang bertubuh seperti ular.

11. Vemanika-Peta : Setan yang menderita pada waktu siang, dan senang pada waktu malam dalam kahyangan.

12. Mahidadhika-Peta: Setan yang mempunyai ilmu gaib.

PETA 21 (terdapat dalam Kitab Suci Vinaya dan Lakkhanasanyutta).

1. Attisankhasika-Peta : Setan yang mempunyai tulang bersambungan, tetapi tidak mempunyai daging.

2. Mansapesika-Peta : Setan yang mempunyai daging terpecah-pecah, tetapi tidak mempunyai tulang.

3. Mansapinada-Peta : Setan yang mempunyai daging berkeping-keping.

4. Nicachaviparisa-Peta : Setan yang tidak mempunyai kulit.

5. Asiloma-Peta: Setan yang berbulu tajam.

6. Sattiloma-Peta : Setan yang berbulu seperti tombak.

7. Usuloma-Peta : Setan yang berbulu panjang seperti anak panah.

8. Suciloma-Peta: Setan yang berbulu sepertijarum.

9. Dutiyasuciloma-Peta: Setan yang berbulu seperti jarum kedua (lebih tajam).

10. Kumabhanda-Peta : Setan yang mempunyai kemaluan sangat besar.

11. Guthakupanimugga-Peta : Setan yang bergelimangan dengan kotoran.

12. Guthakhadaka-Peta: Setan yang makan berbagai macam kotoran.

13. Nicachavitaka-Peta: Setan perempuan yang tidak mempunyai kulit.

14. Dugagandha-Peta : Setan yang baunya sangat busuk.

15. Ogilini-Peta: Setan yang badannya seperti bara api.

16. Asisa-Peta: Setan yang tidak mempunyai kepala.

17.Bhikkhu-Peta : Setan yang berbadan seperti bhikkhu. .

18. Bhikkhuni-Peta : Setan yang berbadan seperti bhikkhuni.

19. Sikkhamana-Peta: Setan yang berbadan seperti Setan yang berbulu seperti pelajar wanita atau calon bhikkhuni.

20. Samanera-Peta : Setan yang berbadan seperti samanera.

21. Samaneri-Peta : Setan yang berbadan seperti samaneri.



31 alam kehidupan tersebut adalah tidak kekal



Sekedar mengingatkan kembali, Sang Buddha menyebutkan adanya tiga sistem dunia :

1. Sahassi Culanika Lokadhatu , yaitu Seribu ( 1.000 ) tata-surya kecil. Didalam Sahassi Culanika Lokadhatu terdapat seribu ( 1.000 ) matahari, seribu ( 1.000 ) bulan, seribu ( 1.000 ) Sineru, seribu ( 1.000 ) Jambudipa, dll.

2. Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu, yaitu seribu kali Sahassi Culanika Lokadhatu. Dalam Dvisahassi Majjhimanika Lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 tata surya kecil = 1.000.000 tata surya kecil. Terdapat 1.000 x 1.000 matahari = 1.000.000 matahari, terdapat pula 1.000 x 1.000 bulan = 1.000.000 bulan, dan seterusnya.

3. Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu terdapat 1.000.000 X 1.000 = 1.000.000.000 tata surya. Terdapat 1.000.000 x 1.000 matahari = 1.000.000.000 matahari, dan seterusnya.

Sesungguhnya, maksud dari Sabda Sang Buddha tersebut, jumlah tata-surya melampaui dari sekedar satu-milyar ( 1.000.000.000 ) tata-surya saja. Namun karena Sang Buddha mengajarkannya dengan menggunakan bahasa manusia ( saat Beliau hidup kala itu ), maka menggunakan kisaran angka ribuan, jutaan, milyaran. Ingat , seperti Sang Buddha sendiri pernah mengisyaratkan, bahwa bahasa manusia tidak mampu melukiskan sesuatu yang Transenden , “bagaikan jari menunjuk bulan, bukan bulan itu sendiri”.


Jadi tidak ada hal yang aneh dalam Buddha Dhamma kalau sekarang banyak ditemukan planet-planet yang baru atau tata surya yang lainnya.


NB: Belajar Buddha Dhamma tidak harus menjadi umat Buddha.
 
pertanyaan terakhir apakah untuk mencapai nirwana...semua orang harus seperti Budha..jadi Bikkhu?

gak bisa ngebayangin kalau semua orang jadi Bikkhu:)
habis donk dunia ini:D..gak ada yg mau mengejar kemelekatan:D
 
pertanyaan terakhir apakah untuk mencapai nirwana...semua orang harus seperti Budha..jadi Bikkhu?

gak bisa ngebayangin kalau semua orang jadi Bikkhu:)
habis donk dunia ini:D..gak ada yg mau mengejar kemelekatan:D

menurut saya itu 2 hal yg berbeda..IMO

1.melepas kemelekatan
2.menjadi bhikku

1. kemelekatan itu keadaan mental; maka setelah tidak melekat , melepas ego menyadari ketidakekalan dari segala sesuatu , baru seseorang merealisasikan kondisi batin yg benar2 bebas (nibanna)

2. menjadi bhikku itu pekerjaan..dimana orang2 ini BEKERJA utk merealisasikan nibanna sebagai tujuan akhirnya..

utk pertanyaan :
1. Apa harus jadi bhikku ?
Karena nibanna itu kondisi mental, setiap orang yang berlatih dapat mencapainya..tidak slalu harus jadi bhikku..

hanya saja, utk melepas kemelakatan..akan sangat sulit bila tidak melaksanakan sila ke bhikkuan..tapi bukan tidak mungkin..

2.Apa jadinya kalau semua orang jadi bhikku ?

fenomena yg tidak akan pernah terjadi.. /gg

tapi kalau seandainya, setiap orang BERUSAHA melepas kemelakatan (layaknya para bhikku)..keadaan dunia akan menjadi sangat baik..

kita tidak akan mendengar ada berita kejahatan, korupsi, dll :)

NAMUN, bila semua orang BERPFROFESI MENJADI bhikku..itu akan jadi sangat bermasalah..
karena tidak ada lagi petani, guru, penenun, dll..

lagipula.. kalau semua orang BERPROFESI sama.. memank tidak baik..
pernah membayangkan kalao semua orang berprofesi sebagai petani ?
itu akan menjadi sangat bermasalah..
kita masi butuh dokter, guru, tukang cukur, dll.. :)
 
sdr,ozma sudah menjawab dengan sangat baik...

memang betul, jika semua menjadi bikkhu sebenarnya ini lebih disebut
"pertanyaan yg salah"
bagaimana seandainya semua menjadi koki tukang masak? lalu siapa yg makan?..^^

hal ini adalah hal yg di imajinasikan terlalu jauh...
-----------------------------------------------------
masalah nibbana...sy jelaskan sedikit..
misalkan anda punya uang dalam dompet...100rb,50rb,20rb,5rb,1rb...

ketika ada fakir miskin.....pertanyaan-nya adalah
"mengapa 100rb itu paling berat di keluarkan?"

itu karena kemelekatan kita akan "nilai uang"
sama halnya,,ketika 1rb hilang jatuh..., anda mungkin masih berpikir..."sudah lah"
bagaimana kalau 100rb, mungkin pikirannya masih "kesal"

demikian jika kondisi mental sudah tidak melekat....hilang, tetap lah hilang, bagi seorang yg telah terbebas...1rb,100rb...itu sama saja...


menurut sangBuddha dalam melatih mencapai nibbana, SILA[peraturan] itu penting...
makanya Bikkhu dalam SILA di larang memegang uang, itu dikarenakan Bikkhu yang belum mencapai "nibbana/terbebaskan" bisa saja melekat dalam nilai itu..
 
sebenarnya masih ada yg ane mau tanya lagi tapi sudahlah...mungkin akan sulit buat ane memahaminya..mungkin karena Konsep berpikir dan keimanannya memang sudah beda..tapi Thank yah
 
he..he..sampe pusing bacanya...:)

memang selama ini ada yg ane rasakan kurang Matching antara

pengertian Reikarnasi (inkarnasi) dengan fakta yg kita temukan.

:D

ane share yah...satu hal yg agak menganjal pemahaman ane tentang kelahiran kembali beserta siklus perputaran kehidupan selanjutnya yg diakibatkan kamma.

Misalnya begini yah...Maaf neh pake analogi anak pake anak SD.:D

Tahun 1900 jumlah penduduk dunia belum mencapai 5 milyar..nah memasukin tahun 2000 jumlah penduduk dunia sudah lebih dari 5 milyar...
pertanyaan bodohnya...:)

jika siklus kelahiran kembali mengikuti perputaran yg disebabkan oleh kamma sebelumnya...tentunya seharusnya jumlah penduduk secara jasmani seharusnya tidak bertambah karena memang Stok Jiwa (atau kesadarannya ) khan tetap..hanya berputar-putar sampai mencapai titik pencerahan.

tapi khan seperti yg kita tahu jumlah penduduk dunia bertambah setiap tahun...nah yg jadi pertanyaan ane dari mana Jiwa (kesadaran) baru itu sehingga bisa menempati jasmani yg baru....:D

semoga paham dengan maksud pertanyaan ane...

terimaksih atas waktunya:D

@judi

Sebelumnya saya minta maaf kpd rekan2 umat Buddha karena saya ingin menjawab pertanyaan dari mas judi dari sudut pandang Hindu.
Singkatnya mas judi bertanya:"Jika reinkarnasi ada mengapa jumlah manusia terus bertambah?"

Begini mas judi,utk memahami reinkarnasi(punarbhawa) secara komprehensif dlm Hindu anda harus mempelajari Panca Sradha secara utuh yaitu lima kepercayaan dasar dlm Hindu.Jika anda mempelajarinya scr utuh maka anda akan menemukan titik terang mengapa reinkarnasi itu ada.Di thread ini saya gak akan panjang lebar membahas Panca Sradha,jika anda maw silahkan bertanya di FR Hindu.

Baiklah saya akan menjawab pertanyaan anda >>
Tuhan akan selalu mencipta apabila suatu keadaan memenuhi syarat utk mencipta sesuai dgn hukum yg Tuhan buat sendiri,hukumnya adl jika Purusa(maskulin) sudah matang dan kemudian bersetubuh dengan Pradhana(feminin) yg jg matang maka Tuhan akan mencipta melalui proses tsb. Ekstrimnya lg jika melihat kasus "ayah memperkosa putri kandungnya kemudian hamil dan melahirkan anak" apakah peristiwa ini adl kehendak Tuhan?apakah Tuhan me-ridhoi "pemerkosaan" ini?jika Tuhan tidak me-ridhoi mengapa Tuhan menciptakan manusia dari hubungan incest itu?jawabannya adl :Tuhan sudah membuat hukum yg sudah saya jelaskan tadi dan Tuhan tdk akan pernah melanggar hukum yg Ia buat sendiri!
Berdasarkan penjelasan saya di atas,jumlah manusia terus bertambah itu karena MANUSIA TERUS MENERUS BERKEMBANG BIAK DAN SUMBER ROH TIDAK AKAN PERNAH HABIS YAITU TUHAN ITU SENDIRI,jika STOK ROH di akhirat habis dan manusia berkembang biak terus dan memenuhi syarat penciptaan maka Tuhan akan mencipta!Lalu dari manakah rohnya berasal?Tentu saja dari Tuhan..Roh2 yg baru pertama kali tercipta sbg makhluk fana akan memiliki ciri2 kebaikan misalnya rupawan,sejahtera,jarang sakit,lingkungan yg baik,dll sedangkan roh2 yg telah berulang-ulang kali pasti akan memiliki nasib yg lebih jelek karena semakin lama berada dlm siklus reinkarnasi maka roh akan semakin kotor..
Masuk akal khan?Bukti yg paling jelas adl ada manusia SEJAK LAHIR cacat,udah cacat,miskin,bau,beol dicebokin,kencing dianterin,makan disuapin,gak bs ngapa-ngapain!anda perhatikan yg saya cetak tebal,orang yg belum mencuri,membunuh,memperkosa eh eh eh sudah mendapat malapetaka!Masihkah anda berpikir Tuhan Maha Adil jika ada keadaan seperti itu sementara anda sendiri gak percaya reinkarnasi??
 
@jakaloco..

saya sedikit mengganjal
kalo terus mencipta dan mencipta..

harusnya kehidupan kita ini dianggap suatu PERAYAAN daripada penderitaan..
lalu.. untuk apa umat hindu masi mengejar mokhsa ?

bukankah kita seharusnya menikmati kehidupan yang terjadi ?
karena mau tidak mau Tuhan sendiri menginginkan kelahiran kita ?
 
lain hindu lain pula Budha.....:-/....

kalau dah begini..napsi-napsi aje deh...kembali pada ajarannya agamanya:D
 
pertanyaan terakhir apakah untuk mencapai nirwana...semua orang harus seperti Budha..jadi Bikkhu?

gak bisa ngebayangin kalau semua orang jadi Bikkhu:)
habis donk dunia ini:D..gak ada yg mau mengejar kemelekatan:D


hehehe, setiap orang mempunyai kammanya sendiri-sendiri,kalau tidak berjodoh tentu tidak akan menjadi Bhikkhu,lagi pula menjadi seorang Bhikkhu tidaklah gampang harus menjalani sila-sila(lebih dari 200 sila) dsbnya. Menjadi Bhikkhu pun belum tentu bisa mencapai Nibbana kalau tidak dengan usaha yang sungguh-sungguh.

Selebihnya sudah dijawab sangat baik oleh avuso Ozma & Marcedes.


sebenarnya masih ada yg ane mau tanya lagi tapi sudahlah...mungkin akan sulit buat ane memahaminya..mungkin karena Konsep berpikir dan keimanannya memang sudah beda..tapi Thank yah

Itu karena anda membanding-bandingkannya sehingga anda tidak akan memahaminya. Sebaiknya anda melepaskan label dulu , setelah anda memahaminya baru anda bisa menemukannya. Ibarat gelas yang sudah penuh jika di isi air lagi akan tumpah. Kalau kita masih berada di level bawah , kita akan menemukan perbedaan-perbedaan dan tidak akan menemukan kesamaan. Orang Bijaksana akan merobohkan tembok perbedaan tetapi orang 'bodoh' akan membuat tembok perbedaan.

Cinta Kasih Universal melampaui agama , suku bangsa , Ras, negara dll.
 
heheh

reinkarnasi ada hubungan dengan de ja vu ngak??
trus bisa ngak kita ingat masa lalu kita dulu seperti apa? atau ada ngak yang bisa ngingatin masa lalu kita...
jadi pengen tahu dulu saya ini apa ya????:D:D
hehheh
 
@jakaloco..

saya sedikit mengganjal
kalo terus mencipta dan mencipta..

harusnya kehidupan kita ini dianggap suatu PERAYAAN daripada penderitaan..
lalu.. untuk apa umat hindu masi mengejar mokhsa ?

bukankah kita seharusnya menikmati kehidupan yang terjadi ?
karena mau tidak mau Tuhan sendiri menginginkan kelahiran kita ?

Jika anda menyadari siapa jati diri anda sebenarnya maka sesungguhnya tidak ada kelahiran dan kematian, jati diri kita sesungguhnya adl roh yg abadi,yg mati hanya jazad,
tujuan moksa adl agar terlepas dari siklus punarbhawa yg membuat sang roh lupa akan jati dirinya dan terbelenggu oleh penderitaan,moksa adl tujuan tertinggi,jika roh dlm kehidupannya sbg manusia tidak berhasil mencapai moksa maka hidupnya hanya sia2 belaka walaupun ia bergelar profesor,bisa bikin nuklir,dsb..
 
Jika anda menyadari siapa jati diri anda sebenarnya maka sesungguhnya tidak ada kelahiran dan kematian, jati diri kita sesungguhnya adl roh yg abadi,yg mati hanya jazad,
tujuan moksa adl agar terlepas dari siklus punarbhawa yg membuat sang roh lupa akan jati dirinya dan terbelenggu oleh penderitaan,moksa adl tujuan tertinggi,jika roh dlm kehidupannya sbg manusia tidak berhasil mencapai moksa maka hidupnya hanya sia2 belaka walaupun ia bergelar profesor,bisa bikin nuklir,dsb..

pertanyaan saya itu sederhana..
kalau Tuhan itu mengharapkan manusia lepas dari siklus punarbhawa..
kenapa dia terus saja menciptakan roh2 baru utk masuk ke siklus punarbhawa ?

Tuhan terkesan sengaja..
Dia dikatakan mencipta jiwa, namun membuat jiwa masuk siklus punarbhawa terus menerus..
Dia penyebab kehidupan yg berulang2..

saya jadi ingat kata2 sang Buddha ketika mencapai pencerahan..

“Anekajati samsaram
Sandhavissam anibbissam
Gahakarakam gavesanto
Dukkha jati punappunam
Gahakaraka! Dittho’si
Punageham na kahasi
Sabba to phasuka bhagga
Gahakutam vismakhitam
Vismakharagatam cittam
Tanhanam khayamajjhaga.”

Yang artinya :

“Dengan letih Aku mencari "pembuat rumah" ini
Berlari-berputar dalam lingkaran tumimbal lahir
Menyakitkan, tumimbal lahir yang tiada akhir
Pembuat rumah! Sekarang telah Ku-ketahui
Engkau tak akan dapat membuat rumah lagi
Semua atapmu telah Ku-robohkan
Semua fondasimu telah Ku-bongkar
Batin-Ku sekarang mencapai keadaan terbebas
Dan berakhirlah semua nafsu keinginan.”
 
pertanyaan saya itu sederhana..
kalau Tuhan itu mengharapkan manusia lepas dari siklus punarbhawa..
kenapa dia terus saja menciptakan roh2 baru utk masuk ke siklus punarbhawa ?

Tuhan terkesan sengaja..
Dia dikatakan mencipta jiwa, namun membuat jiwa masuk siklus punarbhawa terus menerus..
Dia penyebab kehidupan yg berulang2..

saya jadi ingat kata2 sang Buddha ketika mencapai pencerahan..

Baiklah,pernahkah anda mendengar istilah "ORANG TUAMU TUHANMU DI DUNIA"?
Kekuatan yg paling tinggi dlm agama Hindu disebut dengan Tri Murti yaitu Brahma(Pencipta),Wisnu(Pemelihara),Siwa(Pelebur)..orang tua kita bertindak sbg Brahma ketika mereka bersetubuh dan menciptakan kita melalui pertemuan sel2 kelamin,setelah kita lahir kita dipelihara,diberi makan,disekolahkan,diberi pakaian,dll.maka di masa ini orang tua kita bertindak sbg Wisnu,orang tua juga punya kewajiban utk memberikan wejangan2 kehidupan kpd anak2nya maka orang tua bertindak sbg Siwa yg juga dikenal sbg Bhatara Guru yaitu Guru dari segala makhluk..jadi dengan kata lain orang tua yg baik adl orang tua yg mampu bertindak sbg Brahma,Wisnu,dan Guru(Siwa).
Dengan kata lain orang tua kita punya andil dlm proses penciptaan..

Kalo anda mendalami memang Tuhanlah yg mencipta tapi yg menyebabkan penderitaan sebenarnya kita sendiri,..
Sekeras kepala apapun anda menentang Tuhan di sini tetap saja anda tidak akan berdaya menentang hukum2 yg sudah ditetapkanNya,dan akhirnya anda hanya akan menyesali "keyakinan atheisme" dan tanpa anda sadari semuanya telah terlambat..

Pada hari pralaya(kiamat),semua yg tercipta akan kembali kepadaNya..
 
tidak bisa semua orang jadi koki, siapa yg makan nanti nya ? jadi beberapa saja yg jadi koki.
lalu kenapa kita mengikuti jalan koki yg hanya bisa beberapa orang yg jadi koki saja ? bahkan yg jadi koki pun belom tentu menjadi ahli koki. sebuah jalan koki yg extream, jalan yg extream tidak bisa diikuti semua orang.
 
Baiklah,pernahkah anda mendengar istilah "ORANG TUAMU TUHANMU DI DUNIA"?
Kekuatan yg paling tinggi dlm agama Hindu disebut dengan Tri Murti yaitu Brahma(Pencipta),Wisnu(Pemelihara),Siwa(Pelebur)..orang tua kita bertindak sbg Brahma ketika mereka bersetubuh dan menciptakan kita melalui pertemuan sel2 kelamin,setelah kita lahir kita dipelihara,diberi makan,disekolahkan,diberi pakaian,dll.maka di masa ini orang tua kita bertindak sbg Wisnu,orang tua juga punya kewajiban utk memberikan wejangan2 kehidupan kpd anak2nya maka orang tua bertindak sbg Siwa yg juga dikenal sbg Bhatara Guru yaitu Guru dari segala makhluk..jadi dengan kata lain orang tua yg baik adl orang tua yg mampu bertindak sbg Brahma,Wisnu,dan Guru(Siwa).
Dengan kata lain orang tua kita punya andil dlm proses penciptaan..

Kalo anda mendalami memang Tuhanlah yg mencipta tapi yg menyebabkan penderitaan sebenarnya kita sendiri,..
Sekeras kepala apapun anda menentang Tuhan di sini tetap saja anda tidak akan berdaya menentang hukum2 yg sudah ditetapkanNya,dan akhirnya anda hanya akan menyesali "keyakinan atheisme" dan tanpa anda sadari semuanya telah terlambat..

Pada hari pralaya(kiamat),semua yg tercipta akan kembali kepadaNya..

maaf, tampaknya kita kurang sepaham..

Yang saya bicarakan adalah kejanggalan deskripsi tentang TUHAN dan reinkarnasi yang kamu bicarakan..

posisi saya disini bukan ingin menolak TUHAN atau bagaimana..
itu soal yg lain.. :)

tapi terima kasih buat peringatannya ;)
 
Baiklah,pernahkah anda mendengar istilah "ORANG TUAMU TUHANMU DI DUNIA"?
Kekuatan yg paling tinggi dlm agama Hindu disebut dengan Tri Murti yaitu Brahma(Pencipta),Wisnu(Pemelihara),Siwa(Pelebur)..orang tua kita bertindak sbg Brahma ketika mereka bersetubuh dan menciptakan kita melalui pertemuan sel2 kelamin,setelah kita lahir kita dipelihara,diberi makan,disekolahkan,diberi pakaian,dll.maka di masa ini orang tua kita bertindak sbg Wisnu,orang tua juga punya kewajiban utk memberikan wejangan2 kehidupan kpd anak2nya maka orang tua bertindak sbg Siwa yg juga dikenal sbg Bhatara Guru yaitu Guru dari segala makhluk..jadi dengan kata lain orang tua yg baik adl orang tua yg mampu bertindak sbg Brahma,Wisnu,dan Guru(Siwa).
Dengan kata lain orang tua kita punya andil dlm proses penciptaan..

Kalo anda mendalami memang Tuhanlah yg mencipta tapi yg menyebabkan penderitaan sebenarnya kita sendiri,..
Sekeras kepala apapun anda menentang Tuhan di sini tetap saja anda tidak akan berdaya menentang hukum2 yg sudah ditetapkanNya,dan akhirnya anda hanya akan menyesali "keyakinan atheisme" dan tanpa anda sadari semuanya telah terlambat..

Pada hari pralaya(kiamat),semua yg tercipta akan kembali kepadaNya..

belom menjawab yg substansi. pertanyaan A dijawab B....:-/
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.